• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Diajukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Diajukan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Kimia Klinik II

Disusun oleh : Ai Ehan

Firsa Fidian Khodizah Maya Faradilah Naufal Adam Gunada Resta Mahesa

Rilo Pambudi

Widya Nur Amorraharti

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

(2)

LEMBAR PENERIMAAN

Makalah dengan judul Elektrolit Cairan Tubuh telah diterima pada hari ..., tanggal ...

oleh

Dosen Mata Kuliah Kimia Klinik II

Hj. Meti Kusmiati, M.Si Rianti Nurpalah, M.Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. karena dengan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul yang penulis buat adalah

Elektrolit Cairan Tubuh yang diajukan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Kimia Klinik II.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak menghadapi rintangan dan

hambatan, namun dengan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil

dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada

(3)

1. Hj. Meti Kusmiati,M.Si dan Ria Nurpalah,M.Si selaku dosen mata kuliah

Kimia Klinik II yang dengan penuh kesungguhan telah membina,

mengarahkan dan membimbing penulis dalam penulisan makalah ini;

2. Semua rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Analis Kesehatan STIKes Bakti

Tunas Husada Tasikmalaya yang telah memberikan dorongan semangat serta

bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan

yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penulisan yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, 15 Februari 2018

Penulis

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu

(zat terlarut). Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan asam

basa didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi dan

saluran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen – komponen tersebut oleh

(4)

minuman, dan cairan intravena (IV) dan distribusi keseluruh tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air

tubuh total dan elektrolit ke dalam sveluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan cairan dan elektrolit,salah satunya

adalah penyakit. Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi

yang baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

dan asam basa yang normal karena mekanisme adaftaif tubuhnya. Namun bayi,

bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan

orientasi atau klien yang imobilitasi, serta lansia sering kali tidak mampu

merespon secara mandri dan seiring dengan waktu kemampuan adaptif tubuh

mereka tidak lagi dapat mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit.

B. Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud keseimbangan cairan dan elektrolit?

2.

Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

3.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?

4.

Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit? C. Tujuan

1. Mendeskripsikan keseibangan cairan dan elektrolit tubuh

2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan elektrolit tubuh manusia

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan elektrolit

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,

2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan

partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan

(Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka

menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam

tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan

berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui

makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian

tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal

dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan

cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Komposisi Cairan dan Elektrolit Tubuh Manusia

Semua jenis cairan tubuh yang terlarut maupun tidak terlarut air, sebagai

berikut: 1. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir

60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari

berat badannya.

(6)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)

elektrolit dannon-elektrolit.

a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)

 Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na ), sedangkan kation intraselular ˖ utama adalah kalium (K ). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh ˖ yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.

 Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4 ).ɜ

b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

1) Cairan dan Elektolit dalam Tubuh a. Cairan dalam Tubuh Manusia

(7)

dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.

Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl

-Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan

intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.

b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan

nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari

(8)

N No .

Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma

1

C. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Elektrolit Cairan Tubuh Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:

a. Usia

(9)

juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal

b.

Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

c. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

d. Diet

(10)

dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

e. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat

mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

g. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat

menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

h. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

i. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami

(11)

pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

D. Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit Tubuh 2. 2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan

3. Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan homeostatis. Gangguan

keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau sebaliknya.

4. 1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]).

Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :

5. a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang

hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.

6. b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang

hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.

7. c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang

hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.

8.

9. Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

10.

11.a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan

mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter.

(12)

individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.

12.b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn

cairan mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.

13.c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan

cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi. 14.2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]).

Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi

ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap

muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain

penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

15.2.6.2 Gangguan keseimbangan elektrolit

16.Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :

17.a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang

menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini

mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya

(13)

natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon

[SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural,

postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.

Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.

18.b. Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan

kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.

(14)

mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas

gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia

meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar.

20.d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia.

Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan

laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.

21.e. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta

pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l.

Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi

(15)

menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan

pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.

22.f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia

adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia

adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang

(16)

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh

didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,

sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Hoffbrand,A.V.2012.Kapita Selekta Hematologi edisi keempat.Jakarta:EGC Bakri,Samsyul,dkk.1989.KimiaKlinik.Jakarta:Pesat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

http://scribd.edu.id/PemeriksaanNonProteinNitrogen/html.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel Diabetes Mellitus (DM) dikatagorikan berdasarkan kadar gula darah puasa, dikatakan mengalami DM bila mana kadar gula darah puasa &gt; 126 mg/dl

Setelah dilakukan penelitian maka ditemukan hasil dari penelitian, yakni peralihan risiko dalam jual beli yang terdapat dalam pasal 1460 KUH Perdata membebankan risiko kepada

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang Cetak

Jadi yang dimaksud dengan judul tugas akhir ini adalah sebuah usaha untuk melakukan penulisan tentang salah satu konsep perekonomian Islam yaitu akad Wakalah wal Ijarah

Sampel diambil sebanyak 10 ml, kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi larutan NaCl fisiologis sebanyak 90 ml dan diaduk sampai homogen (larutan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan serta peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based

Konsep efisiensi energi ini dioperasikan melalui PLC Modicon Quantum Schneider menggunakan Kontrol Logika Fuzzy (KLF) yang menggunakan parameter-parameter input