• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efekivitas Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pemberantasan, Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Di SMA Methodist 1 Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

13 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

2.1.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah suatu kosakata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa

Inggris “efective” yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan, mujarab dan mujur. Efektivitas

(berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga karangan Eko Endarmoko, Efektif adalah

1. Keadaan berpengaruh, hal berkesan

2. Kemanjuran, kemujaraban (obat)

3. Keberhasilan (usaha, tindakan)

4. Hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan)

Ada beberapa pandangan mengenai efektivitas, ada yang menyebut efektivitas

merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam

setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno Handayaningrat

yang mengatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Menurut Cambel J.P pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol

adalah:

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

(2)

14 

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang bergejolak dengan sumber data

yang terbatas. Lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman,

perubahan tersebut akan mempengaruhi efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian

organisasi harus tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tetap dapat

mempertahankan keberadaannya dan dapat berfungsi maka organisasi itu harus efektif

(Thoha, 2007:98).

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas

merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian teorits dan praktis, tidak ada

persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Berbagai

pandangan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tentang pengertian dan konsep

efektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dari keahlian yang berbeda pula.

Hidayat menyatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Semakin besar persentase target yang

dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya. Gibson juga berpendapat efektivitas adalah

pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Ibnu, 2009).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur

efektifitas yaitu sebagai berikut:

1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan

atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya

2. Ketepatan waktu, sesuatu yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau

tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan

3. Manfaat, sesuatu yang dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi

(3)

15 

4. Hasil, sesuatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas adalah

tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan

pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan padanya.

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari

lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber

dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah

input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.

Pendekatan terhadap efektivitas terdiri dari:

1. Pendekatan sasaran ( Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan

dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk

memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi “Official Goal” dengan

memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap

aspek output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur

sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam

mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat

(4)

16 

menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan system suatu

lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan

lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada

lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu

lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana

kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak

memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang

dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat

efisiensi serta kesehatan lembaga (Cambel, 1989:115).

2.2. Narkoba

2.2.1. Hakekat Narkoba

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika

dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik)

yang digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan dan penggunaannya secara terukur

di bawah kendali ahli medis. Namun, dalam perkembangannya menjadi barang haram karena

telah diedarkan secara gelap dan disalahgunakan untuk kepentingan di luar medis serta

berdampak terhadap gangguan kesehatan.

Dan tidak hanya itu, narkoba juga membuat hancur dan matinya karakter bangsa,

yang diawali dengan rusaknya sel-sel saraf syaraf otak sebagai dampak menggunakan

narkoba ilegal. Kerusakan syaraf otak ini akan berpengaruh buruk pada kepribadian,

temperamen dan karakter manusia.

(5)

17 

1. demi kepentingan medis

2. untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab,

menghancurkan kehidupan manusia

Terkait dengan ini maka perlunya membangun karakter manusia sebagai embrio

karakter bangsa. Karakter bangsa yang kuat akan mampu memiliki daya imunitas yang lebih

baik untuk menghadapi peredaran gelap narkoba. Dengan daya tahan yang handal maka

pengaruh negatif narkoba dapat dicegah.

2.2.2. Pengenalan Narkoba

Istilah Narkoba sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN)

merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu

zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara

dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dsb dapat mengubah pikiran, suasana hati,

perasaan dan perilaku seseorang.

A. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:

1. Alami, yakni jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi,

isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya: ganja, opinium, daun koka, dll.

2. Semi sintesis, yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan

isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein, dll.

3. Sintesis, yakni jenis obat/zatyang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis

dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit. Contohnya: amfetamin,

(6)

18  B. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Dalam bidang farmakologi, psikotropika

dibedakan dalam 3 golongan yaitu:

1. Golongan psikostimulansi, yaitu jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Contohnya:

amfetamin (lebih populer di kalangan masyarakat sebagai shabu-shabu dan ekstasy),

desamfetamine.

2. Golongan psikodepresan, yaitu golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas.

Contohnya: amobarbital, pheno karkital, penti kartital.

3. Golongan sedativa, yaitu jenis obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas

dan digunakan dalm terapi. Contohnya: diazepam, klobazam, nitrazezam, dll.

C. Bahan Adiktif

Bahan Adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup

menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan.

Jenis-jenis bahan adiktif yaitu:

1. Inhalen, yakni zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat. Penggunaannya dengan

cara dihirup. Efeknya hilang ingatan, tidak dapat berpikir, mudah berdarah, kerusakan

hati dan ginjal, kejang-kejang otot.

2. Alkohol, yaitu minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil

pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi. Efeknya

menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat, menyebabkan oedema otak,

menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan, peradangan lambung, melemahkan

(7)

19 

3. Tembakau/Rokok. Pengaruh penggunaan tembakau/rokok dapat dilihat apabila

digunakan dalam jumlah besar atau jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri

merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Hal yang paling

mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Efeknya

menyumbat saluran darah, menimbulkan penyakit kanker, serangan jantung,

impotensi dan gangguan kehamilan.

4. Obat penenang, yaitu obat tidur, pil koplo, valium, nipam, dll. Efeknya bicara jadi

pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi.

5. Zat yang mudah menguap, yaitu lem aica aibon, thinner, bensin. Efeknya

memperlambat kerja otak, menimbulkan rasa senang, penurunan kesadaran.

2.2.3. Jenis Narkoba

1. Candu, adalah zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga papaversomniferum L yang

berisi berbagai macam zat kimia aktif. Beberapa diantaranya mempunyai khasiat

untuk pengobatan, tetapi sebagian lagi mengandung zat yang mempunyai daya

kecanduan sangat besar sehingga merugikan kesehatan. Narkoba yang termasuk

golongan ini merupakan produk olahan dari zat opiad itu. Misalnya, heroin, kokain,

morfin, dll. Heroin, adalah zat yang dihasilkan oleh pohon candu yang mempunyai

daya adiktif sebesar 30 kali candu kasar. Heroin merupakan narkoba jenis opiad yang

paling banyak disalahgunakan. Nama lain heroin adalah putaw, bahasa slangnya untuk

putih karena heroin berwarna putih kecoklatan. Putaw memberi efek senang sesaat

karena zat aktif putaw sebenarnya secara ilmiah juga ada di dalam otak manusia. Zat

aktif itu mempengaruhi paling sedikit tiga reseptor (mulut kecil) yang sangat penting

dalam mencapai kesenangan. Zat-zat tersebut dikenal dengan nama enkaplalin dan

(8)

20 

untuk mencapai kesenangan akan terhenti. Akibatnya untuk mendapat kesenangan

orang tersebut selalu tergantung sumber dari luar yaitu putaw tersebut.

2. Depresan adalah zat yang menekan susunan syaraf pusat dengan akibat rasa tenang

dan mengantuk. Jadi fungsi depresan berlawanan dengan stimulant. Di dalam

depresan ini termasuk kelompok obat penenang dan minuman beralkohol. Alasan

orang menggunakan depresan adalah karena adanya zat aktif dalam depresan yang

memperkuat bagian otak yang memberikan ketenangan sehingga berefek menidurkan

atau menenangkan. Karena itu orang tertentu merasa ketika menggunakan depresan

sebagai suatu kenikmatan. Padahal tanpa sadar hal tersebut dapat pula menimbulkan

efek ketergantungan yang sangat merugikan.

3. Stimulan adalah zat yang bila digunakan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang

bersifat bersemangat, gembira berkhayal tinggi, percaya diri besar dan mempunyai

energi tak terbatas. Contohnya shabu-shabu, ekstasi, dll. Kelompok stimulan

mempengaruhi mekanisme rangsangan antara ujung syaraf sehingga beberapa zat

terkumpul lebih banyak dari seharusnya. Dengan demikian si pemakai akan

merasakan kekuatan dan rasa senang berlebihan. Jenis stimulan yang banyak

disalahgunakan adalah pil ekstasi atau ineks dan shabu-shabu.

4. Inhalan adalah zat yang mudah menguap seperti campuran cat, lem, dan sejenisnya.

Penyalahgunaan inhalan adalah dengan cara menghirup uap dari zat-zat tersebut

dikenal dengan istilah “ngelem”. Senyawa aktif dalam benda-benda tersebut dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ lain dan dapat

mengakibatkan masalah sumsum tulang. Kematian mendadak akibat menghirup

(9)

21 

2.2.4. Manfaat Narkoba

Dari segi medis penggunaan obat-obatan yang mengandung narkoba bermanfaat dan

memang diperbolehkan secara legal atau sah melalui rekomendasi ahli medis atau hanya

sebatas untuk pertolongan medis saja. Diberikan oleh tenaga medis secara terukur dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sisi positif dari penggunaan jenis narkoba memang dikembangkan

oleh tenaga medis dalam kaitannya demi memberikan pertolongan kemanusiaan belaka dan

kegiatan penelitian ilmiah/keilmuan. Selain itu seluruh jenis narkoba menjadi aspek positif

dikaitkan dengan kepentingan ilmiah baik pengembangan ilmu pengetahuan tentang narkoba

maupun penelitian terkait dengan dampak negatifnya, dalam kaitannya dengan antisipasi

terhadap efek negatif dan bahayanya.

2.2.5. Dampak Negatif Narkoba

Selain narkoba memiliki dampak yang sangat positif bagi kegiatan pertolongan medis

yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan pendekatan keilmuan yang telah terukur maka

narkoba dapat memberikan dampak negatif bagi pemakainya terutama bila dilakukan dengan

cara disalahgunakan. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan multidimensi dikalangan

masyarakat yang sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial yang tentunya harus

segera diwaspadai keberadaannya. Masalah yang bersifat multidimensi itu antara lain (dalam

3 dimensi yang paling penting):

1. Dimensi Kesehatan

a. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak atau menghancurkan kesehatan manusia

baik secara jasmani maupun mental dan emosional.

b. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak susunan saraf pusat di otak, organ-organ

lain seperti hati, jantung, ginjal, paru-paru, usus, dan penyakit komplikasi lainnya.

c. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan pada perkembangan normal

(10)

22 

d. Penyalahgunaan narkoba merusak sistem reproduksi, yaitu produksi sperma

menurun, penurunan hormon testosteron, kerusakan kromosom, kelainan seks,

keguguran, dan lain sebagainya.

e. Infeksi saluran nafas bawah.

f. Kematian akibat over dosis.

2. Dimensi Ekonomi

a. Pengeluaran seorang penyalahguna narkoba sangat besar untuk konsumsi narkoba.

b. Pengeluaran yang besar bagi seorang penyalahguna narkoba yang sudah rusak

kesehatannya (untuk biaya kesehatan / berobat akibat narkoba).

c. Masyarakat menanggung beban dan kerugian akibat menurunnya tingkat

produktivitas sumber daya manusia, biaya pengobatan medis, harta yang dicuri,

rusak atau kecelakaan. Para penyalahguna narkoba juga lebih cenderung

mengalami kecelakaan kerja di tempat kerjanya.

3. Dimensi Sosial dan Pendidikan

a. Penyalahguna narkoba mempengaruhi kehidupan di lingkungan masyarakat,

misalnya adanya kecemasan masyarakat akan kejahatan yang akan mereka

timbulkan.

b. Penyalahgunan narkoba memperburuk kondisi keluarga yang pada umumnya

tidak harmonis. Keluarga-keluarga yang penuh masalah akan mempengaruhi

kehidupan di lingkungan masyarakat.

c. Banyak penyalahguna narkoba yang mencuri, merampok, menipu, jadi pengedar

narkoba, bahkan membunuh untuk mendapatkan uang demi kebutuhan akan

(11)

23 

d. Para penyalahguna narkoba menjadi orang yang asosial, antisosial dan

menimbulkan gangguan kemanan dan ketertiban pada lingkungannya dan

merugikan masyarakat.

e. Kerugian dibidang pendidikan juga terjadi yaitu dengan merosotnya prestasi

penyalahguna narkoba di sekolah/kampus ataupun tempat kerja.

f. Para penyalahguna narkoba biasanya cenderung untuk mengajak atau

mempengaruhi teman-temannya untuk terlibat (Karsono, 2004:23-28).

Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi si pemakai

namun kesenangan itu hanya sesaat, sementara penuh kepalsuan. Seolah-olah hidup bahagia

dan menyenangkan, serta indah padahal kenyataannya tidak begitu. Penyalahgunaan narkoba

bukan hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi masyarakat dan negara.

Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan terbagi atas 3, yaitu:

1. Dampak psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

2. Dampak sosial

a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

c. Pendidikan terganggu masa depan suram.

3. Dampak fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran.

b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot jantung, gangguan

(12)

24  c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi.

d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas,

pengerasan jaringan paru.

e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur.

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi

kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian

(Abdalla, 2008).

g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan terjadinya

penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan sex, disfungsi ereksi,

hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis, pembesaran payudara dan gangguan

sperma. Sedangkan pada wanita terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada

hormon estrosen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi,

pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat

menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat

kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan

bayi keguguran (Lin, 2007).

2.3. Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkoba (P4GN)

2.3.1. Hakekat P4GN

Pada hakekatnya P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika

Nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk

tembakau dan alkohol. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung

(13)

25 

masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di

lingkungan masing-masing yakni lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus), lingkungan

kerja (pemerintah dan swasta), dan masyarakat (lingkungan keluarga, tokoh agama dan media

massa).

2.3.2. Ruang Lingkup P4GN

Sebagaimana singkatan yang telah lazin digunakan di kalangan institusi Badan

Narkotika Nasional, P4GN singkatan Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba. Secara khusus fokus pembahasan aspek pencegahan merupakan

bagian penting dalam penanganan narkoba di berbagai belahan dunia. Dalam pencegahan

salah satu unsur penting adalah dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta

secara aktif. Dalam konteks ini maka pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek

strategis. Pemberdayaan masyarakat merupakan dampak keberhasilan program P4GN.

Asepek-aspek dalam P4GN:

1. Aspek pencegahan. Dalam aspek ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, dan kesadaran siswa, mahasiswa, pekerja, keluarga dan masyarakat

terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Meningkatnya

peranan instansi pemerintah dan kelompok masyarakat dalam upaya menciptakan dan

meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadikan masyarakat memiliki

pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan bahaya narkoba.

2. Aspek pemberdayaan masyarakat. Dengan sasaran terciptanya lingkungan

pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat, lingkungan keluarga bebas narkoba

melalui peran serta instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa dan

negara.

(14)

26 

a. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba. Terungkapnya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika,

pemutusan jaringan sindikat narkoba.

b. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola

oleh instansi pemerintah.

c. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan sosial yang dikelola

oleh komponen msyarakat.

d. Meningkatnya pelaksanaan pasca rehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu

narkoba.

e. Pulihnya penyalahguna narkoba.

f. Berkurangnya kasus relapse melalui optimalisasi panti rehabilitasi baik yang

diselenggarakan oleh UPT terapi dan rehabilitasi BNN maupun pembangunan

swadaya oleh LSM atau institusi pemerintah lainnya.

2.3.3. Ruang Lingkup P4GN Pemberdayaan Masyarakat/Peran Serta Masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat melingkupi tujuan dengan sasaran terciptanya

lingkungan yang sehat yang meliputi:

1. Lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba. Selain upaya mewujudkan

lingkungan pendidikan yang bersih dari narkoba maka terjadinya proses

pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan sejak usia dini hingga

jenjang perguruan tinggi sehingga menghasilkan perilaku yang imun terhadap

narkoba. Dengan kondisi masyarakat yang imun tersebut maka dapat dijadikan ukuran

keberhasilan pemberdayaan masyarakat.

2. Lingkungan kerja dan masyarakat yang beresiko tinggi terbebas dari narkoba.

Lingkungan kerja yang sehat dan bebas dari penyalahgunaan narkoba sangat

(15)

27 

mereka melalui berbagai pendekatan yang bertumpu pada penyadaran pentingnya

pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat tersebut memiliki daya tangkal yang

tinggi.

3. Lingkungan keluarga yang harmonis dan bebas dari narkoba. Keluarga yang utuh dan

kuat akan menjadi penyangga bangsa yang kuat dalam mencegah bahaya narkoba.

Mewujudkan lingkungan keluarga yang bebas dari narkoba sangat membutuhkan

peran serta aktif berbagai instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat,

bangsa dan negara secara konsisten.

4. Pemberdayaan alternatif. Menurunnya lahan ganja dan petani ganja di NAD melalui

program pengembangan alternatif, terjadinya perubahan kesadaran masyarakat di

pemukiman.

5. Meningkatnya efektivitas pembangunan komunitas (community development) di

berbagai tempat yang menjadi sasaran program pemberdayaan komunitas agar

mampu menanggulangi bahaya narkoba.

2.4. Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran

Gelap Narkoba (P4GN)

2.4.1. Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam P4GN. Masalah

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan masalah yang kompleks dilihat dari

segi penyebabnya maupun dari segi jangkauan pengaruh buruknya. Maka peran serta aktif

segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok sangat dibutuhkan dalam

penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa partisipasi aktif dari

(16)

28 

Masalah penyalahgunaan narkoba bukan saja tanggung jawab pemerintah. Masalah

tersebut adalah masalah masyarakat juga. Karenanya wajar bilamana masyarakat

berkewajiban dan bertanggung jawab pula untuk menanggulangi masalah tersebut. Pada

umumnya tujuan semua sektor masyarakat yang bergerak dalam pencegahan sama yaitu

mengurangi permintaan pada narkoba dan membantu generasi muda bebas narkoba. Ini jelas

menunjukan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut tidak ada sektor dalam masyarakat yang

dianggap sebagai kelompok tersendiri atau terpisah tetapi sebagai komponen atau bagian

integral masyarakat. Pengalaman menunjukan bahwa sumber tenaga yang paling besar dan

kuat dalam pencegahan adalah jaringan orang-orang yang saling mendukung, saling bertukar

informasi dan saling bekerja.

Peran serta masyarakat dalam P4GN dijamin dalam Undang-Undang RI Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai berikut:

1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta

membangun pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba (pasal 104).

2. Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (pasal 105).

3. Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba diwujudkan dalam bentuk:

a. Mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi

tindak pidana narkoba.

b. Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi

tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkoba kepada penegak hukum

(17)

29 

c. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak

hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkoba.

d. Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada

penegak hukum atau BNN.

e. Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan

haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan.

4. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 104, pasal 105, pasal 106

dapat dibentuk dalam suatu wadah yang dikoordinasi oleh BNN (pasal 108 ayat 1).

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan kepala BNN

(pasal 108 ayat 2).

Adapun pembentukan wadah peran serta masyarakat diatur dalam peraturan kepala

BNN Nomor 6 Tahun 2010. Untuk mengimplementasikan peran serta masyarakat

sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkoba, BNN membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya

bernama Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan,

lingkungan kerja dan masyarakat.

2.4.2. Implementasi P4GN Peran Serta Masyarakat di Lingkungan Pendidikan

Peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan ini meliputi lingkungan sekolah

ataupun kampus. Adapun yang menjadi tujuannya adalah lingkungan sekolah atau kampus

bersih narkoba. Lingkungan sekolah atau kampus memiliki beberapa komponen di dalamnya.

Oleh karena itu dalam melaksanakan peran serta di lingkungan pendidikan baik sekolah atau

kampus harus menyentuh kepada komponen yang ada di sekolah atau kampus.

Implementasi peran serta masyarakat di lingkungan sekolah/kampus untuk mencapai

(18)

30 

1. Pemberian informasi, peningkatan kemampuan dan ketrampilan

individu/siswa/mahasiswa, kegiatannya antara lain meliputi:

a. Penyampaian informasi tentang P4GN.

b. Pemberian dan peningkatan ketrampilan sosial.

c. Pemberian pendidikan dan kesehatan.

2. Pembentukan kelompok teman sebaya. Dalam kegiatan ini sekolah/kampus

membentuk kelompok yang terdiri atas siswa/mahasiswa yang bersih narkoba yang

mempunyai komitmen untuk membantu teman-temannya yang terjerumus dalam

penyalahgunaan narkoba untuk meninggalkan perbuatan tersebut dan kembali

menjadi siswa/mahasiswa yang benar-benar ingin belajar mencapai cita-cita.

3. Satgas sekolah/satgas kampus. Program ini memiliki 2 kegiatan yaitu:

a. Pembentukan satgas sekolah/kampus.

Di sekolah/kampus tempat dilaksanakan kegiatan dibentuk satgas yang berasal

dari perwakilan siswa/mahasiswa yang bersih/tidak menyalahgunakan narkoba

dan mempunyai komitmen untuk mendukung terciptanya sekolah/kampus bebas

narkoba. Anggota satgas tersebut diberi pembekalan tentang narkoba dan

dampaknya, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba dan

materi tentang bagaimana caranya menolong korban.

b. Operasi satgas sekolah/kampus.

Satgas sekolah/kampus ini hendaknya difasilitasi untuk melaksanakan operasi di

lingkungan sekolahnya/kampus. Operasi satgas ini dilaksanakan dengan tujuan

untuk mencari informasi, melakukan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus

untuk mengetahui apakah di lingkungannya ada hal-hal yang dapat dijadikan

(19)

31 

 Tempat yang digunakan untuk meyalahgunakan narkoba ataupun untuk

transaksi narkoba.

 Orang yang mengedarkan narkoba di lingkungan sekolah/kampus

misalnya alumni yang suka datang ke sekolah/kampus tanpa kepentingan

yang jelas.

 Siswa/mahasiswa yang suka membawa narkoba ke sekolah/kampus.

 Mengamati siswa/mahasiswa yang dicurigai sebagai penyalahguna.

Apabila satgas sekolah/kampus tadi mengetahui adanya aktivitas yang mengarah

pada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba maka harus melaporkan

kepada pihak sekolah/kampus yang dilanjutkan kepada petugas yang berwenang.

4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua di bidang P4GN, meliputi:

a. Pemberian pengetahuan tentang narkoba dan permasalahannya.

b. Pendidikan pola pengasuhan anak termasuk pendidikan anak usia dini.

c. Menerapkan pencegahan penyalahgunaan narkoba di rumah.

5. Peningkatan peran sekolah/kampus di bidang P4GN, yaitu:

a. Penyusunan kebijakan yang jelas tentang penyalahgunaan narkoba, penanganan,

sanksi, pengawasan, dll.

b. Mendidik siswa dan guru di bidang P4GN.

c. Meningkatkan ketrampilan siswa dan guru dalam menanggulangi permasalahan

narkoba.

d. Meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah/kampus.

e. Meningkatkan disiplin dan tata tertib.

f. Membentuk jaringan sekolah/kampus dengan orang tua.

(20)

32 

h. Pembentukan dan peningkatan fungsi UKS dalam menangani permasalahan

kesehatan siswa.

i. Mengadakan test urine kepada siswa dan guru.

j. Melaksanakan kegiatan terpadu dengan masyarakat sekitar.

6. Monitoring dan evaluasi program P4GN di sekolah.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada setiap tahap kegiatan. Hasil yang

diharapkan setelah dilakukan evaluasi adalah diketahuinya keberhasilan atau

kesenjangan antara pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dan teridentifikasinya

masalah dan hambatan yang dihadapi.

7. Sertifikasi sekolah/kampus bersih narkoba.

Bagi sekolah/kampus yang telah dievaluasi dan hasilnya menunjukan bahwa

sekolah/kampus tersebut telah melaksanakan program P4GN secara

berkesinambungan dan dari hasil test urine ternyata sekolah/kampus tersebut

siswanya/mahasiswanya tidak ada yang positif menyalahgunakan narkoba maka bisa

diberikan sertifikat bersih narkoba oleh BNN.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kejahatan narkoba bukan lagi kejahatan konvensional, melainkan telah menjadi

kejahatan yang dilakukan oleh jaringan kejahatan internasional terorganisir. Penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba telah menunjukan kecenderungan yang terus meningkat di

negeri ini. Hal ini diindikasikan dengan dijadikannya Indonesia sebagai tempat transit dalam

mata rantai perdagangan gelap narkoba. Gelagat kejahatan narkoba memanfaatkan kondisi

kemiskinan, kebodohan bahkan kelemahan di bidang penegakan hukum di wilayah negeri ini.

Bila tidak dilakukan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat akan semakin

(21)

33 

Apabila tidak disikapi secara profesional dalam pencegahan dan pemberantasannya

lambat laun akan merongrong eksistensi masyarakat dan bangsa negeri ini. Selain kompetensi

penegak hukum, petugas pencegahan dan rehabilitasi, maka pemberdayaan masyarakat harus

semakin meningkat guna melakukan deteksi dini untuk selanjutnya mencegah hingga

memutus jaringan maupun strategi eksploitasi oleh mafia perdagangan gelap narkoba.

Dampak negatif kejahatan narkoba terhadap kehidupan manusia sangat dahsyat baik

terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Berkembangnya

kasus kejahatan narkoba akan menjadi hambatan serius terhadap pembangunan peradaban

bangsa. Menghadapi bahaya narkoba maka mutlak membutuhkan strategi yang efektif. Badan

Narkotika Nasional (BNN) telah memerankan sebagai subyek, melalui metode P4GN dengan

sasaran pemberdayaan masyarakat yang melibatkan peran serta masyarakat.

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah yang menjadi focal

point dituntut meningkatkan profesionalismenya, bersama seluruh elemen masyarakat, LSM,

dan tentunya melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dan dinamis. Sejalan dengan itu

berbagai terobosan telah dilakukan langkah strategis dan inovatif terkait dengan program

pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)

dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berperan serta aktif.

Peran serta aktif segenap lapisan masyarakat baik secara individu maupun kelompok

sangat dibutuhkan dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tanpa

partisipasi aktif dari masyarakat mustahil upaya tersebut dapat tercapai secara tuntas. Untuk

mengimplementasikan peran serta masyarakat sebagaimana yang diamanahkan dalam

Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, Badan Narkotika Nasional

(BNN) membentuk Deputi Pemberdayaan Masyarakat yang salah satu direktoratnya bernama

Direktorat Peran Serta Masyarakat yang menangani lingkungan pendidikan. Peran serta

(22)

34 

Adapun yang menjadi tujuan peran serta masyarakat di lingkungan pendidikan adalah agar

lingkungan sekolah atau kampus bersih dari narkoba/bebas narkoba.

Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan

hubungan konsep-konsep atau variabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk

skema. Artinya, yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema

(Siagian, 2011: 132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

(23)

35 

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Badan Narkotika Nasional (BNN)

Program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) di lingkungan pendidikan

Alat Ukur Efektivitas Pelaksanaan Program P4GN di lingkungan pendidikan:

1. Ketepatan sasaran program

2. Kepuasan terhadap program

3. Keberhasilan Pelaksanaan Program

4. Tujuan dan Manfaat

(24)

36 

2.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.6.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak mengenai kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan yang

digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi tentang apa yang akan

diteliti dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian

(Singarimbun, 1989:33).

Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai

berikut:

1. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah

dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifas apabila tujuan atau

sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan

dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan.

2. Program P4GN merupakan rumusan kebijakan nasional Badan Narkotika Nasional di

bidang pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika. Dalam rangka melaksanakan program P4GN tersebut harus didukung

dengan kebijakan nasional, strategi serta implementasinya di bidang pemberdayaan

masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan

untuk meningkatkan peran serta masyarakat di lingkungan masing-masing khususnya

dalam penelitian ini yakni lingkungan pendidikan (sekolah/kampus).

3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik

secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) yang disalahgunakan untuk

(25)

37 

untuk kepentingan bisnis ilegal oleh kalangan mafia yang tidak bertanggung jawab,

menghancurkan kehidupan manusia.

4. Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga pemerintah non kementerian

(LPNK) yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan upaya-upaya P4GN dalam

rangka meminimalisasi permasalahan narkoba di Indonesia. Berdasarkan

Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, BNN diberikan kewenangan

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.

2.6.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang

lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki

rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan

penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang

menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka

dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar efektivitas pelaksanaan program P4GN

oleh Badan Narkotika Nasional di SMA Methodist 1 Medan, meliputi :

1. Efektivitas pelaksanaan program P4GN, yang diukur dengan indikator:

a. Ketepatan sasaran program yakni program P4GN yang dilakukan oleh BNN.

Yang diteliti adalah siapa saja yang ikut serta dalam sosialisasi dan pembentukan

kader yang dilakukan oleh petugas BNN, apakah mereka terlibat langsung atau

tidak serta mendapat informasi mengenai program P4GN dalam sosialisasi dan

pembentukan kader tersebut.

b. Kepuasan terhadap program. Disini yang akan diteliti adalah bagaimana

pemberian informasi mengenai program P4GN oleh petugas BNN kepada siswa

(26)

38 

program dan pembentukan kader P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN di

sekolah tersebut.

c. Keberhasilan pelaksanaan program yakni sosialisasi dan pembentukan kader

P4GN yang dilakukan oleh petugas BNN. Yang akan diteliti adalah proses

kegiatan sosialisasi dan pembentukan kader P4GN yang diberikan oleh petugas

BNN, bagaimana waktu pelaksanaan program sosialisasi dan pembentukan kader

mengenai P4GN kepada siswa SMA Methodist 1 Medan.

d. Tujuan dan manfaat sosialisasi dan pembentukan kader. Disini yang akan diteliti

adalah bagaimana hasil dari pelaksanaan sosialisasi dan pembentukan kader yang

dilakukan oleh BNN. Hasil apa sajakah yang telah berhasil diperoleh dari

kegiatan tersebut, apakah responden memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut,

Gambar

Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Spearman’S Rho dengan program SPSS 11,0 for window’s dengan kemaknaan yang telah ditetapkan

Penelitian bertujuan menganalisa penyebab munculnya persamaan nomor sertipikat pada obyek tanah yang berbeda dan mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap

Retribusi Daerah di Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin

Pelapor yang selanjutnya disebut Whistleblower adalah masyarakat dan/atau Pegawai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

 Siswa dapat Mencatat hal-hal penting dari bacaan yang dibaca. Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan