2.1 Tinjauan Pustaka
Keinginan setiap wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan keadaan ekonomi dan keadilan sosial keluarga senantiasa tergambar dari upaya yang selalu mereka lakukan, misalnya dengan bekerja disektor industri, pertanian atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan dan pendapatan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dan memiliki hubungan yang erat dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, mereka juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka yang mengharuskan untuk berbuat demikian.
(Ihromi, 1995).
berkembang seperti teman-teman mereka yang lain. Mereka masih termasuk golongan yang tidak terjangkau, tertinggal, dan dianggap hanya untuk mengurus kebutuhan dapur dan kurang diperhatikan. (Budiman, 1982).
Tempe adalah terhadap biji
beberap
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus,
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. (Sutikno, 2009).
Selanjutnya disebutkan bahwa warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. (Pangastuti dan Pupus, 1996).
anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Tempe dari biji kedelai dibuat dengan cara fermentasi biji kedelai oleh kapang (jamur) dan jamur yang sering dipakai adalah Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus karena jamur tersebut mempunyai enzim proteolitik yang mampu menguraikan protein (biji kedelai). (Anonimous, 2009).
Adapun proses atau cara pembuatan tempe yaitu sebagai berikut :
1. Penyortiran
Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya diperoleh produk tempe kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian direndam.
2. Pencucian I
Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji-biji tersebut dapat hilang.
3. Perebusan I
Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Kemudian biji kedelai dimasukkan ke dalam panci, lalu direbus di atas tungku sampai biji kedelai tersebut mendekati setengah matang. Tujuannya adalah agar biji kedelai mengembang.
4. Perendaman
5. Pengupasan Kulit
Keesokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari, dengan cara kedelai diremas-remas dalam air kemudian dikuliti dan jadilah keping-keping kedelai.
6. Pencucian II
Sekali lagi keping kedelai dicuci, caranya mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
7. Perebusan II
Perebusan tahap kedua ini dilakukan seperti menanak nasi, sampai keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama dalam perendaman.
8. Penirisan dan Pendinginan
Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan diatas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.
9. Peragian
Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar agar kering.
10. Pembungkusan
11. Pemeraman
Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam tampah yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya kemasan plastik, maka pemeraman diletakkan pada rak-rak triplek dan digantung dengan kayu yang dipaku. Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastik pembungkus. Bertujuan agar udara segar dapat masuk dalam bahan tempe. Setelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi ataupun dijual ke konsumen (Santoso, 1993).
2.2 Landasan Teori
Kontribusi pendapatan merupakan sumbangan nilai hasil yang diterima sebagai imbalan dari anggota rumah tangga yang bekerja (Sukiyono dan Sriyoto, 1997). Kontribusi tenaga kerja wanita diperhitungkan berdasarkan perbandingan antara pendapatan rumah tangga dari kerja diluar pertanian dengan pendapatan total rumah tangga. Besarnya pendapatan total rumah tangga ditentukan oleh pendapatan dari sektor pertanian, pendapatan diluar sektor pertanian, serta pendapatan bukan termasuk upah (Sukiyono dan Sriyoto, 1997).
Sumbangan pendapatan dari kerja rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat ada yang rata-rata 45 % pendapatan rumah tangga berasal dari upah kerja perempuan buruh rumahan. Pendapatan tertinggi sebagai pekerja perempuan mencapai 90 % pendapatan rumah tangga (Ihromi, 1995).
2.2.1 Pendapatan Keluarga
Pdk = Pdwanita + Pdsuami
Diketahui :
Pdk = Pendapatan keluarga (Rp/th) Pdsuami = Pendapatan suami (Rp/th) Pdwanita = Pendapatan wanita/istri (Rp/th)
2.3 Penelitian Terdahulu
Ririn Marissa (2013) dimana penelitian berjudul “Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Dalam penelitian ini didapat kesimpulan bahwa pendapatan tenaga kerja wanita (istri) per bulan adalah sekitar Rp.725.733 dan Rp. 8.708.800 per tahun sedangkan pendapatan suami per bulan sekitar Rp. 1.219.433 dan Rp. 14.633.200 per tahun. Persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga adalah ≤ 50 % yaitu sebesar 37,30 % itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat mempengaruhi pendapatan keluarga.
2.4 Kerangka Pemikiran
Pada hakekatnya wanita yang terlibat dalam pekerjaan perlu adanya peranan sumber daya manusia dalam segi berbagai pekerjaan. Begitu juga dalam rumah tangga pertanian yang terdiri dari suami dan istri yang sama-sama mencari nafkah dan berkontribusi dalam menambah pendapatan keluarga. Dalam hal ini perlu adanya perhatian dari pemerintah karena pada umumnya mereka memiliki pendapatan yang cukup rendah. Pendapatan wanita sebagai seorang istri berasal dari hasil industri. Suami yang bekerja sebagai buruh memakan waktu cukup lama dalam mendapatkan hasil dan pendapatan. Oleh sebab itu diperlukan keterlibatan seorang wanita yang bekerja pada suatu industri usaha yang mana dapat membantu pendapatan keluarga yang turut andil dalam menanggulangi kebutuhan keluarga.
Adapun kegiatan pekerjaan yang ditekuni istri dalam usaha pembuatan tempe untuk menambah pendapatan keluarga adalah kegiatan membungkus tempe dengan kemasan plastik dan melakukan pemeraman. Tempe yang dibungkus dengan bungkus plastik disusun pada tampah atau digantung kayu yang dipaku maupun diatas kajang-kajang triplek yang diletakkan pada rak-rak. Pemeraman dilakukan selama 2 hari 2 malam lalu menjadi tempe yang siap dikonsumsi atau dijual.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keterlibatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe dan kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga serta motivasi wanita bekerja pada usaha pembuatan tempe.
Industri Tempe
Tenaga Kerja Wanita
Keterlibatan Wanita : - Pembungkusan - Pemeraman
Keterangan :
: Menyatakan hubungan
Motivasi Wanita
Pendapatan Suami Pendapatan Wanita/Istri
Pendapatan Keluarga
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :