• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun oleh: G.M. Surya Widya Sabda NIM: 129114075 HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2019.

▸ Baca selengkapnya: kisah-ayah remaja dan burung pipit menurut kamu, bagaimana sikap sang anak terhadap ayahnya

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING. SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA. Dipersiapkan dan ditulis oleh: G.M. Surya Widya Sabda NIM: 129114075. Telah disetujui oleh:. Dosen Pembimbing,. Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si.. Tanggal,. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA. Dipersiapkan dan ditulis oleh: G.M. Surya Widya Sabda NIM: 129114075. Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal: Dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Susunan Panitia Penguji. Nama lengkap. Tanda tangan. Penguji 1: Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si.. …………….... Penguji 2: M.M. Nimas Eki Suprawati, Ph.D.. …………….... Penguji 3: Monica E. Madyaningrum, M.Psych., Ph.D.. …………….... Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi.. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. Some people can learn to live all alone, on their own, by themselves, sustaining themselves. They can be very social, but they don’t need to be social. They can live on almost nothing, without needing all the crap others carry and they find joy. But, it is hard to learn.. I’m not that kind of person who use psychological terms or jargon in daily converstion. I don’t have a good inspirational quotes to put here. I’m Just a procrastinator who always willing to get this thesis done, later… - GM. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. `. `-+oos+o+.`. ` .--/oyNNdmmNyss+--``..:::yNNMMMMMMMMMds+.:/o+....``.` ```+hyo/:::/++syydoyhdh+--.` ./hmmmmdmyo+/.` .. `::. `./shmdo ./. `/hmNMMMNNMMMNmhs/-` ./..` -ss- `+sshNMMMMMMMMMMMMMMMdhy. /so`+h: ./mMMMMMMMMMMMMMMMMMMmyd/` +hNs` +oo/:/yMMMMNmmdmNNNMMMMMMMMNMh. -NMmo:..-ss+.` `:osymMNs/. `-:omNMMMMMMMMh hms.```.-//oyo-` `` -yMMs. `:hNMMMMMMN: `.mM-+oshyshyysNmhyyys+++/:-.` .:. /NMM: :hMMMMMmo +odd.` -::/::+No/N//y/-` `-/oyyms`mMMMy `-:/. /dNMMMy` :``//:.` ./+. `m.`:+yds+- +dNhydMMh`` -yo/:` :NMMNo :+++/:` -o` `` -:/h+dsMMNNMMNMN:` `oyyyho` -NN.:m. .o+::-..-sh::MMMNMMMmosm/ysy+: :. hN+ys. `---.` :MMMhhNMMMNy/` .` sMN/ +:` `+mNsodNmo. +m:/ysdyo+` hMMM+ oNds-.::///hs/` -/ ``+:` -:` `NMMMMh. -+omd+//---:/:.`//` .` `. .ohyo:.` .+y` /`sMMMMMMNs. ./-//::::/smdNNd` .mMMMM+`---+ydy` h++NMMMMMMMNo` ````-o//o+` `` sMMN+-`` `` :.`dMMMMMMMMM yo -s.`+:os` `+NMMMMMMMMN: . MN` +m+.. `` `y. –hMMMMMMMM ` mMdo. NMmo. ./o`+mMMMMMMMMM sMMMmy/-` ``.``:`` -MMMMNs-.`./ohmh-. .sNMMMMMM -MMMMMMNmhyoo+ooyhmmmm/o.. `.dMMMMMMNmmmMMMMs` -hMMMMM yMNMMMMMMMMMMMMMMMMMh`:`.`./smMMMMMMMMMMMM: `:hMMMM `dmomNMMMMMMMMMMMMMm. ` `. -odNMMMMMMMMMm+`/+ .m+.+mNNdhMMMMMMMh`ssmMMMMMMMMMdo/... `+ `://mo``-::+ydNMMh/` `./hNMMMMMMNm/-/od+ .odNd+:My.`-ommMMNs/d.` /MMMMMNo. -:.` -mNMNd. ym/+smMMNd/hmmhdMMMMNh+.` :Ny..ho+. -yNNo.`-Nyo-omy/./y/.d/.` .NMMMN+hmys` `sMmmMMMm: `.: :yNy::.-yo` `` +MMMMMs-:/` `/NMMMMMN/ . -/` .-. `NMMMMN/ `dMMMMMMh` ` yNMMMMd. `` /NMMMMMMMh:` .o. ` -NMMMMm: `:NMMMMMMMMMMd/ :ss .` +MMMMMM/.-+MMMMMMMMMMMMs `. -MMMMMMm. oMMMMMMMMMMMMMo .` : /MMMMMMMNsmMMMMMMMMMMMMMM+. PAPA & MAMA. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.. Yogyakarta, 25 Oktober 2019 Penulis. G.M. Surya Widya Sabda. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA. G.M. Surya Widya Sabda. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja. Partisipan (N= 269) pada penelitian ini merupakan remaja laki-laki maupun perempuan yang memiliki rentang usia dari 13 hingga 21 tahun. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada korelasi negatif antara interaksi remaja-ayah dan kenakalan remaja. Pengujian korelasi menggunakan teknik analisis Spearman’s Rho. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan (p < 0,01) dan memiliki koefisien korelasi r=-0,324 pada kedua variabel. Hubungan ini kemungkinan atau tidak mungkin menunjukkan kausalitas pada kedua variabel, tetapi hal tersebut menunjukkan pola yang sudah ada pada penelitian sebelumnya.. Kata kunci: Interaksi Remaja dan Ayah, Kenakalan Remaja, Masa Remaja. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE RELATIONSHIP BETWEEN ADOLESCENT-FATHER INTERACTIONS WITH JUVENILE DELINQUENCY. G.M. Surya Widya Sabda. ABSTRACT The present study examined the relationship between adolescent-father interactions with juvenile delinquency. The participants (N= 269) in this study are adolescent from ages 13 through 21 and included both genders.. The. hypothesis in this study was there is a significant negative correlation between adolescent-father interactions and juvenile delinquency. The correlations was tested using Spearman’s Rho analysis technique. The results showed a negative and significant relationship (p < 0,01) with the correlation coefficient r=-0,324 between the two variables. The relationship may or may not represent causation between the two variables, but it does describe an existing pattern.. Keyword: Adolescent-Father Interactions, Juvenile Delinquency, Adolescence. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama. : G.M. Surya Widya Sabda. NIM. : 129114075. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:. HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 25 Oktober 2019 Yang menyatakan,. G.M. Surya Widya Sabda ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur sedalam-dalamnya saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang selalui menyertai dan membimbing sehingga proses penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar dan baik. Melalui kesulitan dan hambatan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dealam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.). Proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran banyak pihak yang telah membantu dalam kesulitan-kesulitan yang saya hadapi. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya kepada: 1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Monica Evandaru Madyaningrum, Ph.D., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan sekaligus dosen penguji skripsi. Suatu kehormatan diuji oleh penatar dengan gelar Ph.D. 3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih kepada Ibu yang sudah bersabar untuk terus membimbing dan mendukung penyelesaian skripsi ini selama tiga tahun. Terima kasih sudah mendidik saya untuk dewasa dan berpikir kritis terhadap suatu permasalahan dalam penelitian ini. 4. Ibu M.M. Nimas Eki Suprawati, Ph.D., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih sudah memberikan kritik dan masukan yang membangun. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. terhadap penelitian ini. Suatu kehormatan diuji oleh penatar dengan gelar Ph.D. 5. Para dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, mendampingi, dan memberi pengalaman kepada peneliti selama menempuh pendidikan. 6. Papa, Mama, Amik, dan Kak Wina yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat hingga tulisan ini mencapai titik akhir. 7. Seluruh remaja yang berpartisipasi dalam peneletian ini. Perkembangan kalian yang unik menjadi semangat dalam melakukan penelitian. 8. Kawan-kawan KKS squad (Chris, Janwar, Bryan, Rizal, dan Ades) yang menjadi katalis dalam proses penyelesaian peneletian ini. Nanti kita push lagi! 9. Maria Karina dan Novia Feoh yang senantiasa mendengarkan, menemani, dan mengingatkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi. Kalian terbaik! 10. Alfredo Hendrasta Putra, seorang pria yang mengajarkan peneliti tentang kopi, bola, dan masih banyak lagi! Berkat laptop pinjamanmu aku berhasil menyelesaikan penelitian ini. 11. Teman-teman Psikologi 2012 yang memberikan banyak pengalaman selama berproses di kehidupan kampus. 12. Kerabat KMHD Swastika Taruna yang menganggap peneliti sebagai kakak sehingga peneliti tidak merasa sendiri. 13. Herlita Ayu Pratiwi, seorang partner yang menemani untuk bertumbuh. 14. Semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam penulisan skripsi.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................ vi ABSTRAK...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... ix KATA PENGANTAR....................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1 B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 12. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. TUJUAN PENELITIAN....................................................................... 12 D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 12 1.. Manfaat Teoretis ............................................................................... 12. 2.. Manfaat Praktis ................................................................................. 12. BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 14 A. KENAKALAN REMAJA .................................................................... 14 1.. Pengertian kenakalan remaja ............................................................. 14. 2.. Bentuk-bentuk kenakalan remaja....................................................... 15. 3.. Batasan kenakalan remaja ................................................................. 17. 4.. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ........................ 18. B. INTERAKSI REMAJA DAN AYAH ................................................... 22 1.. Pengertian interaksi remaja dan ayah ................................................. 22. 2.. Aspek-aspek interaksi remaja dan ayah ............................................. 23. 3.. Dampak interaksi remaja dan ayah .................................................... 26. C. REMAJA ............................................................................................. 28 1.. Pengertian remaja.............................................................................. 28. 2.. Ciri-ciri remaja nakal ........................................................................ 29. D. DINAMIKA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA ........................................................................... 30 E. SKEMA PENELITIAN ........................................................................ 35. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. F.. HIPOTESIS.......................................................................................... 36. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 37 A. JENIS PENELITIAN ........................................................................... 37 B. VARIABEL PENELITIAN .................................................................. 37 C. DEFINISI OPERASIONAL ................................................................. 38 1.. Interaksi Remaja-Ayah...................................................................... 38. 2.. Kenakalan Remaja ............................................................................ 38. D. SUBJEK PENELITIAN ....................................................................... 40 E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ............................... 41 1.. Skala Interaksi Remaja dan Ayah ...................................................... 42. 2.. Skala Kenakalan Remaja ................................................................... 44. F.. Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Penelitian ....................................... 46 1.. Uji Validitas ...................................................................................... 46. 2.. Pelaksanaan Uji Coba dan Seleksi Item ............................................. 47. 3.. Uji Reliabilitas .................................................................................. 50. G. Metode Analisis Data ........................................................................... 51 1.. Uji Normalitas .................................................................................. 51. 2.. Uji Linearitas .................................................................................... 52. 3.. Uji Hipotesis ..................................................................................... 52. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 53 A. PELAKSANAAN PENELITIAN ......................................................... 53 B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ................................................... 53 C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ...................................................... 56 1.. Deskripsi Statistik ............................................................................. 56. D. ANALISIS DATA PENELITIAN ........................................................ 57 1.. Uji Normalitas .................................................................................. 57. 2.. Uji Linearitas .................................................................................... 58. 3.. Uji Hipotesis ..................................................................................... 59. 4.. Analisis Tambahan ............................................................................ 60. E. PEMBAHASAN .................................................................................. 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 66 A. KESIMPULAN .................................................................................... 66 B. SARAN ................................................................................................ 69 1.. Bagi orangtua .................................................................................... 69. 2.. Bagi remaja ....................................................................................... 69. 3.. Bagi peneliti selanjutnya ................................................................... 70. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72 LAMPIRAN ................................................................................................... 78. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Tabel penilaian skala interaksi remaja dan ayah ................................. 43 Tabel 2. Sebaran aitem skala interaksi remaja dan ayah sebelum uji coba ........ 44 Tabel 3. Tabel penilaian skala kenakalan remaja ............................................. 45 Tabel 4. Sebaran aitem skala kenakalan remaja sebelum uji coba .................... 46 Tabel 5. Demografi sample uji coba ................................................................ 47 Tabel 6. Sebaran aitem skala interaksi remaja dan ayah setelah uji coba .......... 49 Tabel 7. Sebaran aitem skala kenakalan remaja setelah uji coba ...................... 50 Tabel 8. Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian .......................................... 54 Tabel 9. Deskripsi topik pembahasan subjek penelitian dengan ayahnya ......... 55 Tabel 10. Perbandingan mean teoretis dan mean empiris ................................. 56 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 58 Tabel 12. Hasil Uji Linearitas .......................................................................... 59 Tabel 13. Uji Korelasi Spearman’s rho ............................................................ 59 Tabel 14. Mann-Whitney Test Kenakalan Remaja ........................................... 60 Tabel 15. Mann-Whitney Test Interaksi Remaja-Ayah .................................... 61 Tabel 16. Mann-Whitney Test Frekuensi Interaksi (Jam/Minggu) ................... 62. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Skema Dinamika Kedua Variabel .................................................. 35. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Blueprint Skala Interaksi Remaja dan Ayah ................................. 79 Lampiran 2. Blueprint Skala Kenakalan Remaja.............................................. 84 Lampiran 3. Skala Interaksi Remaja dan Ayah dan Kenakalan Remaja ............ 89 Lampiran 4. Uji Reliabilitas Skala Interaksi Remaja dan Ayah ...................... 102 Lampiran 5. Uji Reliabilitas Skala Kenakalan Remaja ................................... 104 Lampiran 6. Uji Normalitas ........................................................................... 106 Lampiran 7. Uji Linearitas ............................................................................ 107 Lampiran 8. Uji Korelasi ............................................................................... 108 Lampiran 9. Uji Beda Kenakalan Remaja (Gender) ....................................... 109 Lampiran 10. Uji Beda Frekuensi Interaksi (Gender) ..................................... 110 Lampiran 11. Uji Beda Interaksi Remaja-Ayah (Gender) .............................. 111. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Suwanto (dalam Tribun Jogja, 2016) menyebutkan bahwa praktik kapitalisme, ancaman radikalisme, terorisme, separatisme, narkoba, lemahnya kontrol sosial, dan kenakalan remaja merupakan potensi utama ancaman yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Terkait dengan potensi ancaman tersebut, kenakalan remaja cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya di Indonesia. Adiyanti dan Wahyuni (2010) mengatakan bahwa remaja memiliki risiko tinggi untuk menjadi pelaku atau korban dari kenakalan dan tindakan kekerasan remaja. Menurut. Shoemaker. (2008),. kenakalan. remaja. (juvenile. delinquency) merupakan tindakan yang mencakup perilaku kriminal dan melanggar norma yang dilakukan oleh remaja di bawah 18 tahun (Shoemaker 2008) atau 21 tahun (Unayah & Sabarisman, 2016). Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2016) mengatakan bahwa kenakalan remaja di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian yaitu: kenakalan dasar (bentuk kenakalan yang wajar dilakukan oleh remaja, seperti: bolos sekolah dan berkelahi); kenakalan menengah (kenakalan yang menjurus pada pelanggaran hukum ringan, seperti: berkendara tanpa SIM); dan. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. kenakalan khusus (kenakalan yang melanggar hukum berat dan butuh penanganan khusus, seperti: penggunaan narkotika dan pembunuhan). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2016) mencatat sebanyak 1768 kasus kenakalan remaja yang terjadi sepanjang tahun 2011 hingga 2015. Pada tahun 2011 terjadi 235 kasus kenakalan remaja. Selanjutnya terjadi kasus kenakalan remaja sebanyak 320 kasus pada tahun 2012. Kasus kenakalan remaja mengalami peningkatan setiap tahunnya secara berturut-turut pada tahun 2013, 2014 dan 2015 adalah sebanyak, 328, 371 dan 514 kasus. Berdasarkan kasus tersebut, modus yang paling banyak dilakukan oleh para remaja adalah tawuran pelajar sebanyak. 389. kasus,. melakukan kekerasan. fisik. (menganiaya,. mengeroyok, berkelahi, dsb.) sebanyak 361 kasus, kepemilikan media pornografi (HP/Video, dsb) sebanyak 332 kasus, melakukan pencurian sebanyak 285 kasus, penggunaan NAPZA (narkotika, rokok, minuman keras, dsb) sebanyak 240 kasus, dan pelaku kepemilikan senjata tajam sebanyak 161 kasus (KPAI, 2016). Soeprapto (2001) menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus kenakalan remaja bergerak lurus dengan kualitasnya. Kenakalan remaja awalnya hanya berupa tawuran atau perkelahian antar pelajar. Namun, saat ini semakin mengarah pada tindakan-tindakan yang tergolong sebagai tindak kriminalitas seperti pencurian, kepemilikan senjata tajam, hingga penggunaan narkoba (Suhaimi dalam Badan Pusat Statistik, 2010). KOMNAS PA juga mencatat bahwa sepanjang tahun 2012 terjadi tawuran.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. yang mengakibatkan pelajar tewas sebanyak 82 orang (Kompas.com, 2012). Kasus kenakalan remaja di Yogyakarta juga menunjukkan aksi yang mengarah pada tindakan kriminal. Dikutip dari salah satu berita online, pada akhir tahun 2016 setidaknya terjadi enam kasus pembacokan di Yogyakarta (tirto.id, 2016). Aksi kenakalan remaja juga terjadi di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tribun Yogya (2016) menyebutkan bahwa terjadi aksi penyerangan dan perusakan di warung makan daerah Pakem, Sleman. Pihak kepolisian berhasil mengamankan enam orang pelajar yang rata-rata berusia 17 tahun. Selain itu, pihak kepolisian juga mengamankan barang bukti penyerangan berupa puluhan senjata tajam dan satu bom molotov yang digunakan dalam penyerangan. Dalam aksi penyerangan tersebut, polisi memperkirakan ada sekitar 30-40 pelajar yang melakukan penyerangan. Berdasarkan kasus tersebut, kenakalan remaja dapat memberikan dampak buruk pada masyarakat, keluarga dan remaja itu sendiri. Mardite (2003) menegaskan bahwa kenakalan remaja dapat memberi perasaan takut pada masyarakat. Kenakalan remaja juga memberi dampak terganggunya pelayanan sosial dan rusaknya fasilitas-fasilitas umum (Mercy, Butchart, Farrington & Cerda, 2002). Wilson (2000) mengatakan bahwa anggota keluarga kemungkinan mengalami stres apabila salah satu anaknya melakukan tindak kenakalan remaja. Selain itu, keluarga juga harus menanggung beban etis atas perilaku kenakalan anaknya (Barker,.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. n.d.). Barker (n.d.) juga menambakan bahwa pelaku kenakalan remaja kemungkinan akan mengalami kesulitan di masa depannya ketika berhadapan pada perkuliahan dan pilihan karir. Melihat kasus, dampak dan definisi kenakalan remaja, remaja tidak dapat disalahkan begitu saja dengan sendirinya. Banyak hal yang perlu dilihat seperti lingkungan sekolah, teman sebaya, dan keluarga yang turut berkontribusi terhadap tindakan menyimpang remaja (Rebellow, 2015).. Lingkungan sekolah yang positif merupakan hal yang dapat. mencegah terjadinya kenakalan remaja (López, Pérez, Ochoa, dan Ruiz, 2008). Ketika sistem pendidikan di sekolah menekan remaja dengan pekerjaan yang berat tanpa ada saluran rekreasi, kemungkinan remaja tersebut akan melakukan sikap dan perilaku yang menyimpang (Rebellow, 2015). Remaja yang memiliki perasaan positif kepada sekolah cenderung kurang memiliki perilaku yang menyimpang (Dornbusch, Erickson, Laird, dan Wong, 2001). Lebih lanjut, performansi akademis yang buruk pada remaja dan kurangnya pendidikan sikap di sekolah merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja (Shader, 2001). Ketika masa remaja, remaja cenderung lebih meluangkan waktunya dengan teman sebaya dibandingkan dengan orangtua dan keluarga mereka (Fuligni & Eccles, 1993; Larson dalam Smetana, Campione-Barr, & Metzger, 2006; Nisar, Ullah, Ali, & Alam, 2015). Teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku sebagian besar remaja (Rebellow, 2015). Remaja yang menghabiskan waktu lebih banyak.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. dengan kelompok teman sebaya yang nakal akan menghasilkan kepribadian yang tidak sehat dan berujung pada perilaku menyimpang (Nisar, Ullah, Ali, dan Alam, 2015). Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Menning (2006) menjelaskan bahwa remaja yang memiliki teman dekat yang merokok cenderung memiliki kemungkinan untuk memulai merokok. Remaja yang memiliki interaksi baik dengan ayah mereka memiliki kecenderung yang tinggi untuk tidak merokok (Menning, 2006). Selain itu, ayah yang terlibat dan mengawasi pergaulan anaknya dapat membuat perilaku remaja semakin terarah dan terhindar dari kenakalan remaja (Steinberg, 2000). Lamb (2010) mengatakan bahwa ayah yang aktif berpartisipasi pada kehidupan remaja dapat mencegah anak laki-lakinya terlibat dengan tindakan kenakalan remaja. Berdasarkan kasus tersebut, ayah memiliki peran yang penting dalam mencegah remaja terlibat dengan teman sebaya yang nakal maupun tindakan atau perilaku kenakalan remaja. Meskipun begitu, ayah kemungkinan mengalami kesulitan dalam mengawasi anaknya ketika anak memasuki masa remaja. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak-anak menuju dewasa (Steinberg dalam Poduthase, 2012). Smetana, Campione-Barr, dan Metzger (2006) menjelaskan bahwa masa remaja dibagi ke dalam tiga periode prekembangan yaitu remaja awal (biasanya berusia 10-13 tahun), remaja pertengahan (usia 14-17 tahun), dan remaja akhir (18 tahun – awal 20 tahunan). Ketika seseorang memasuki masa remaja, terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat dan penuh.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. dengan dinamika, salah satunya ada keinginan bagi remaja untuk tidak bergantung pada orangtuanya (Adiyanti dan Wahyuni, 2010). Poduthase (2012) menjelaskan bahwa interaksi antara remaja dengan orangtua cenderung mengalami perubahan pada masa remaja. Seseorang yang memasuki masa remaja meluangkan waktu lebih sedikit dengan orangtua dan keluarga (Larson dalam Smetana, Campione-Barr, dan Metzger, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Luo (2010) menunjukkan bahwa interaksi anak dengan orangtua mereka cenderung mengalami penurunan ketika anak memasuki masa remaja. Ketika remaja memasuki sekolah menengah pertama, remaja cenderung banyak berinteraksi dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya. Hal ini kemungkinan akan berlangsung ketika anak memasuki sekolah menengah atas. Selain itu, frekuensi interaksi anak dengan ayah mereka jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan ibu mereka yang dilihat dalam rentang waktu satu minggu. Steinberg (dalam Poduthase, 2012) juga menjelaskan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan konflik di dalam keluarga. Tingginya tingkatan konflik antara remaja dengan orangtua dapat memprediksi tingginya masalah psikososial pada anak selama masa remaja, termasuk penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, kenakalan, dan melakukan hubungan seks pranikah (Smetana, Abernethy, dan Harris, 2000). Dari pemaparan kasus tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kenakalan remaja dapat.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. disebabkan oleh beberapa faktor yaitu lingkungan sekolah, teman sebaya, dan orangtua. Ketika remaja terlibat dalam tindakan kriminal dan kenakalan, pola yang paling sering muncul adalah adanya masalah pada relasi orangtua dengan remaja (Hawari dalam Hariz, 2011; Heath, 2017; Semtana, dkk, 2000). Moore, Kinghorn dan Bandy (2011) menjelaskan bahwa interaksi antara orangtua dan anak merupakan akar dari permasalahan yang dihadapi remaja. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kualitas interaksi orangtua-remaja secara konsisten memiliki hubungan terhadap masalah eksternalisasi remaja (contohnya: kenakalan remaja), kompetensi sosial anak, keterlibatan anak di sekolah, dan masalah internalisasi remaja (contohnya: depresi, stres, dll.). Kedua orangtua, baik ayah maupun ibu sama-sama mempengaruhi perkembangan dan kesehatan mental anak maupun remaja (Pyun, 2014). Namun di sisi lain, beberapa penelitian menyatakan bahwa ayah merupakan sosok yang lebih berpengaruh pada kesehatan mental anak dan remaja dibandingkan dengan ibu (Pyun, 2014). Johnson (dalam Pyun, 2014) menyatakan bahwa hubungan ayah dengan anak lebih kuat untuk memprediksi kenakalan remaja dibandingkan dengan hubungan ibu dengan anak. Penelitan lain juga menegaskan bahwa kenakalan remaja dapat diprediksi melalui kualitas hubungan remaja dengan ayahnya (Carter, 2009)..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Ayah merupakan sosok yang penting dalam perkembangan sosial, emosional dan kognitif remaja (Bronte-Tinkew, Moore, dan Carrano, 2006; Paquette, 2004). Chen, Liu, dan Li (dalam Lamb, 2005) mengatakan bahwa ayah secara signifikan memberi pengaruh positif terhadap prestasi akademis anak. Jodl, Michael, Malanchuk, Eccles, dan Sameroff (dalam Lamb, 2005) mengatakan bahwa ayah juga memberikan dampak positif pada pencapaian prestasi non-akademis anak. Di sisi lain, ayah juga dapat memberi dampak negatif kepada anaknya. Terkait dengan kenakalan remaja, masalah eksternalisasi dan internalisasi yang dialami remaja diakibatkan oleh rendahnya relasi dengan ayah mereka (Hawkin, Amato, & King 2007). Ayah memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah masalah eksternalisasi atau kenakalan yang dilakukan oleh remaja (Erawati, 2009; Mullens, 2004). Lebih lanjut, Mullens (2004) mengatakan bahwa peran ayah di rumah dapat mempengaruhi tingkat atau jenis kenakalan remaja seperti pelanggaran peraturan sekolah, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, dan aktifitas seksual. Berdasarkan. penelitian. tersebut,. ayah. secara. konsisten. berpengaruh terhadap perkembangan dan masalah yang dihadapi oleh remaja. Ayah juga memiliki peran yang penting dalam mencegah kenakalan yang dilakukan oleh remaja, namun interaksi antara ayah dengan anaknya secara konsisten merupakan hal yang sangat berpengaruh (Carlson, 2006; Carter, 2009; Yoder, Brison, & Lopez, 2016). Carlson (2006) menegaskan bahwa remaja dengan tingkatan interaksi yang tinggi.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. bersama ayah memiliki masalah eksternalisasi dan internalisasi yang rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkatan interaksi yang rendah bersama ayah. Carter (2009) menjelaskan bahwa tingginya tingkatan kenakalan remaja berhubungan dengan interaksi yang rendah antara ayah dengan anak. Interaksi merupakan hal yang utama dalam setiap hubungan interpersonal (Thibaut & Kelley, 1959). Interaksi merupakan dimensi dari relasi atau hubungan yang dapat diukur melalui frekuensi, tingkatan, dan struktur interaksi (Lamb, 2010). Menurut Hinde dan Stevenson-Hinde (dalam Collins & Russel, 1991) sebuah hubungan berlangsung jika dua individu saling berinteraksi secara terus-menerus (yang di dalamnya ada persepsi, rasa takut, harapan, dll.) pada suatu periode waktu. Fontana (dalam Ali & Asrori, 2016) mengatakan bahwa interaksi remaja dengan orangtua adalah persepsi subjektif remaja mengenai sikap orangtua terhadap dirinya ketika berinteraksi. Pengertian interaksi tersebut menekankan pada persepsi remaja karena menurut Davern, Staiger dan Luk (dalam Marici, 2015) persepsi remaja merupakan prediktor yang signifikan dalam melihat masalah yang dihadapi oleh remaja. Mardiah (1999) mengatakan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja adalah rendahnya interaksi antara remaja dengan orangtuanya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi di antara orangtua dengan remaja menurunkan risiko munculnya perilaku kenakalan pada remaja tersebut. Orangtua dan remaja yang memiliki.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. kedekatan juga mampu menurunkan terjadinya perilaku kenakalan remaja. Masngudin (2004) mengatakan bahwa peran orangtua dan keluarga tidak dapat dipisahkan dari tindakan kenakalan yang dilakukan oleh anak mereka. Lebih lanjut, kenakalan yang dilakukan remaja disebabkan oleh rendahnya interaksi antara orangtua dengan anak (Masngudin, 2004). Menurut Masngudin (2004) interaksi yang rendah antara orangtua dengan anak tersebut dapat memicu terjadinya kenakalan khusus pada remaja seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain. Carter (2009) menjelaskan bahwa interaksi antara orangtua dengan anak memiliki hubungan yang signifikan. Penelitan tersebut menjelaskan bahwa riwayat orangtua (terutama ayah) yang pernah terlibat dengan perkara hukum (atau pernah mendapat hukuman penjara) dapat mempengaruhi perilaku anak menjadi nakal. Hal ini juga dapat menjadi penyebab bahwa anak tersebut akan memiliki atau memilih teman yang nakal. Hirschi (dalam Carter, 2009) menjelaskan bahwa anak mengikuti perilaku ayahnya yang terlibat dengan perkara hukum, dan kemungkinan anak tersebut akan menjadi nakal. Penelitian tentang interaksi antara orangtua dengan anak dan kenakalan remaja sudah banyak dilakukan. Namun peneliti menemukan beberapa keterbatasan dari penelitian tersebut. Sebagai contoh, beberapa penelitian terhadap kenakalan remaja kebanyakan menggunakan metode.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. pengumpulan subjek penelitian dengan perspektif labeling (Mardiah, 1999; Masngudin, 2014; Nisar, Ullah, Ali, & Alam, 2015). Perspektif labeling merupakan pandangan terhadap suatu penyimpangan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang di daerah tertentu dan memberi label menyimpang pada daerah tersebut (Paternoster & Iovanni, 1989). Metode ini hanya fokus terhadap suatu daerah yang sudah dilabel memiliki kenakalan remaja. Kemungkinan hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan pada populasi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya literasi penelitianpenelitian sebelumnya mengenai relasi antara remaja dan ayah dengan kenakalan remaja. Meskipun banyak penelitian telah menghubungkan variabel relasi anak dan ayah dengan kenakalan remaja (Carlson 2006; Carter, 2009; Yoder, Brison & Lopez, 2016), peneliti belum menemukan secara spesifik penelitian yang mengkaitkan interaksi dyadic di antara remaja dan ayah. Melihat definisi interaksi (Fontana, Ali & Asrori, 2016), peneliti mengangap persepsi remaja mengenai interaksi dengan ayahnya itu penting dibandingkan dengan relasi. Hal ini juga berkaitan dengan persepsi remaja merupakan sesuatu yang penting dalam melihat masalah yang dihadapi oleh remaja (Davern, dkk dalam Marici, 2015). Penelitian ini secara spesifik ingin melihat hubungan dan menggunakan dua kerangka teoretis – teori interaksi dan ayah (Fontana dalam Ali & Asrori, 2009) dan teori kenakalan remaja (Sunarwiyati dalam Unayah & Sabarisman, 2015)..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja”.. C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja.. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis Hasil. penelitian. mengembangkan. ini. ilmu. diharapkan. dapat. pengetahuan. di. memberikan bidang. dan. psikologi. perkembangan, terutama dalam memberikan informasi mengenai pentingnya interaksi antara ayah-remaja dan pengetahuan tentang kenakalan remaja. 2. Manfaat Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan bagi: a. Orangtua Orangtua merupakan figur yang paling dekat dengan remaja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua khususnya ayah dalam menemani.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. dan memantau anak mereka dalam menghadapi masalah-masalah perkembangan di masa remaja. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana interaksi remaja dengan ayah penting terhadap pembentukan kepribadian anak pada masa remaja. b. Remaja Penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja dalam memahami pentingnya menjaga interaksi dengan ayah agar mampu meningkatkan kesadaran akan bahaya kenakalan remaja..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. KENAKALAN REMAJA 1. Pengertian kenakalan remaja Kenakalan remaja atau juvenile delinquency terdiri dari dua kata yaitu “juvenile” dan “delinquency” memiliki arti anak-anak, anak muda, dan ciri karakteristik dan sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan delinquency memiliki arti terabaikan, mengabaikan; yang memperoleh perluasan makna menjadi jahat, asosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, dan lain-lain (Kartono, 2008). Sebagai tambahan Kartono (2008) menyebutkan bahwa kenakalan remaja merupakan gejala sakit patologis yang menimbulkan perilaku kenakalan/kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Menurut Shoemaker (2008) kenakalan remaja merupakan suatu tindakan kriminal dan/atau melanggar norma yang dilakukan oleh remaja. Shoemaker (2008) menjelaskan bahwa kenakalan terdiri dari dua jenis yaitu perilaku kriminal yang melanggar hukum dan perilaku melanggar norma seperti melarikan diri dari rumah, bolos dari sekolah, dan tidak mematuhi peraturan orangtua. Menurut Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2016) kenakalan remaja merupakan penyimpangan perilaku dalam bentuk pelanggaran norma dan hukum. 14.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. yang berlaku di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Bentuk perilaku kenakalan tersebut juga memiliki tingkatan yang jelas seperti kenakalan dasar, menengah dan khusus. Berdasarkan pemaparan definisi tentang kenakalan remaja, peneliti menggunakan definisi kenakalan remaja menurut Sunarwiyati (dalam Unayah dan Sabarisman, 2015) karena menunjukkan batasan kenakalan remaja yang jelas. Definisi tersebut juga menunjukkan beberapa perilaku konkret kenakalan remaja yang sesuai dengan kebutuhan penyusunan alat ukur. Selain itu, peneliti menganggap bahwa definisi tersebut juga bersifat operasional yang memudahkan peneliti dalam membuat alat ukur. 2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja Kartono (2006) juga memaparkan beberapa wujud perilaku kenakalan remaja, antara lain: a. Melakukan tindakan ugal-ugalan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa sendiri maupun orang lain. b. Melakukan perkelahian antar gang, kelompok, sekolah atau antar suku (tawuran) yang menimbulkan korban jiwa. c. Bolos dan berkeluyuran selama jam sekolah atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan tindakan asusila..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. d. Mengancam, mengintimidasi, memeras, menyerang, merampok, melakukan pembunuhan, melakukan tindakan kekerasan dan pelanggaran lainnya. e. Melakukan agresifitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual. f. Menggunakan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). g. Melakukan perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan uang atau barang. Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2016) membagi perilaku kenakalan remaja ke dalam tiga bentuk, yaitu: a. Kenakalan dasar merupakan bentuk dari kenakalan yang dianggap wajar apabila dilakukan oleh remaja. Adapun bentuk perilakunya adalah sebagai berikut: berkelahi, keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit. b. Kenakalan menengah merupakan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran hukum dan kejahatan seperti mengendarai tanpa SIM, mengambil barang orang tua atau orang lain tanpa ijin. c. Kenakalan khusus merupakan bentuk dari kenakalan yang sudah melanggar hukum secara berat. Adapun bentuk pelanggarannya adalah sebagai berikut: penyalahgunaan narkotika, pemerkosaan, pembunuhan dan perampokan..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. Berdasarkan dari pemaparan bentuk-bentuk kenakalan remaja tersebut, peneliti menggunakan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang disusun oleh Kartono (2006) dan Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2015). Bentuk-bentuk dari dua teori tersebut memiliki sifat yang operasional dan representatif sehingga memudahkan peneliti untuk mengelompokkan perilaku kenakalan remaja. Adapun bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dapat disimpulkan, antara lain: a. Kenakalan dasar seperti, pergi dari rumah tanpa pamit, membolos dan keluyuran pada jam sekolah, melakukan kekerasan fisik (berkelahi, menganiaya, mengeroyok, dan memeras), melakukan kekerasan. psikis. (mengancam. dan. mengintimidasi),. dan. vandalisme. b. Kenakalan menengah, kenakalan yang mengarah pada tindakan pelanggaran hukum dan kejahatan seperti, mencuri, mengendarai kendaraan tanpa SIM, ugal-ugalan di jalanan, mengambil barang orangtua atau orang lain tanpa ijin, dan berjudi dengan taruhan uang, barang, maupun jasa. c. Kenakalan khusus seperti, penyalahangunaan narkotika dan melakukan hubungan seks bebas. 3. Batasan kenakalan remaja Kenakalan remaja dalam penelitian ini mencakup seluruh perilaku atau tindakan menyimpang yang melanggar moralitas, norma sosial, dan hukum di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat yang.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. dilakukan oleh remaja (laki-laki maupun perempuan) yang memiliki rentang usia dari 13 hingga 21 tahun (Sunarwiyati dalam Unayah & Sabarisman, 2015). Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2015) membagi kenakalan remaja menjadi tiga, yaitu: kenakalan dasar (kenakalan yang wajar dilakukan oleh remaja); kenakalan menengah (kenakalan yang melanggar hukum dan kejahatan); dan kenakalan khusus (kenakalan yang melanggar hukum secara berat dan membutuhkan penanganan khusus). Shoemaker (2013) mengataka bahwa bentuk perilaku kenakalan khusus tidak diperkenankan untuk dimasukkan dalam penyusunan skala dengan bentuk self-report. Maka dari itu, penelitan ini hanya mengukur kenakalan remaja dasar dan menengah. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja Menurut Shader (2001) dan Rebellow (2016) kenakalan remaja dipengaruhi oleh tiga wilayah besar yaitu lingkungan sekolah, teman sebaya, dan keluarga. Berikut penjelasan mengenai tiga faktor tersebut. a. Lingkungan sekolah yang kurang baik Lingkungan sekolah memiliki peran yang penting terhadap kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sistem pendidikan yang terlalu menekan murid dengan tugas-tugas dan pelajaran tanpa adanya saluran rekreasi, kemungkinan menyebabkan murid melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Apabila konselor yang.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. berada di lingkungan sekolah gagal untuk memahami kebutuhan masing-masing siswanya dapat berdampak rendahnya performansi akademis dan kompetensi siswa (Rebellow, 2016). b. Teman sebaya yang kurang baik Kebanyakan sikap dan perilaku remaja dipengaruhi oleh teman sebaya (Rebellow, 2016). Shader (2001) mengatakan bahwa keterlibatan remaja dengan teman sebaya yang nakal akan membentuk remaja tersebut untuk terlibat dalam perilaku nakal. Rebellow (2016) menambahkan bahwa remaja yang berteman dengan teman sebaya yang nakal cenderung melakukan tindakan kenakalan agar dapat diterima di dalam kelompok tersebut. Steinberg (dalam Shader, 2001) menjelaska bahwa teman sebaya yang nakal sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan tindakan kenakalan, khususnya bagi remaja yang memiliki interaksi yang kurang dengan orangtua mereka. c. Orangtua Lingkungan keluarga memainkan peran yang penting dalam perkembangan kepribadian remaja. Orangtua yang gagal dalam. mendisiplinkan. anak. dapat. meyebabkan. perilaku. menyimpang pada remaja (Rebellow, 2016). Sebaliknya, orangtua yang mampu menciptakan lingkungan keluarga yang positif dapat mencegah anak remaja untuk berperilaku nakal (Lopez, Perez, Ochoa, & Moreno, 2007). Remaja yang terlibat dalam tindak.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. kriminal dan kenakalan merupakan kejadian yang jelas bahwa adanya masalah pada hubungan orangtua dengan anak remaja mereka, berikut beberapa pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja (Heath, 2018). 1) Gaya pengasuhan orangtua Hoeve, dkk (2009) menjelaskan bahwa perilaku orangtua dalam mengasuh dapat mempengaruhi kenakalan pada anak remaja mereka. Penelitian tersebut menemukan bahwa orangtua dengan gaya pengasuhan yang mengabaikan (neglected. parenting. style). secara. langsung. dapat. mengakibatkan anak tersebut berperilaku nakal. Sebaliknya, gaya pengasuhan yang paling efektif dalam mencegah perilaku kenakalan pada remaja adalah gaya pengasuhan otoritatif. Gaya pengasuhan tersebut memiliki dua karakteristik yaitu ditandai dengan tingginya dukungan dan kontrol orangtua. Gaya pengasuhan ini juga memiliki dampak yang paling positif dalam mencegah terbentuknya remaja yang berprilaku nakal dibandingkan dengan gaya pengasuhan lainnya (Hoeve, dkk 2009). 2) Komunikasi, kedekatan, dan konflik dengan orangtua Konflik yang terjadi antara orangtua dengan anak merupakan hal yang normal ketika anak mereka memasuki usia remaja (Heath, 2018). Van Doorn, dkk (2008) mengatakan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. bahwa. orangtua. yang. tidak. memiliki. kemampuan. menyelesaikan konflik dengan anak remaja mereka, maka kemungkinan besar anak mereka akan melakukan tindakan kenakalan remaja. Mmari, Blum, dan Teufel-Shone (2010) mengatakan bahwa kedekatan orangtua dengan anak remaja mereka merupakan keadaan yang dapat mencegah perilaku kenakalan pada remaja. Sebagai tambahan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kehadiran orangtua dalam membahas masalah yang dihadapi oleh anak remaja mereka dapat menurunkan risiko dan meningkatkan pencegahan terjadinya perilaku nakal pada remaja. Wang, dkk (2013) komunikasi yang kurang efektif antara orangtua dengan anak remaja mereka juga berkaitan dengan risiko terjadinya kenakalan remaja (dalam Heath, 2018). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpukan bahwa lingkungan sekolah yang buruk, teman sebaya yang kurang baik, orangtua yang memiliki gaya pengasuhan mengabaikan di dalam keluarga, dan konflik antara remaja dengan orangtua dapat mempengaruhi remaja untuk berperilaku nakal..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. B. INTERAKSI REMAJA DAN AYAH 1. Pengertian interaksi remaja dan ayah Maccoby dan Martin (dalam Collins & Russell, 1991) mengatakan bahwa hubungan antara orangtua dengan anak merupakan derajat interaksi yang memunculkan hubungan resiprokal dan saling menguntungkan. Hal ini ditandai dengan kedua belah pihak (antara orangtua dengan anak) saling terbuka untuk bertanya, menerima sudut pandang masing-masing, dan saling memfasilitasi satu sama lain. Collins dan Russell (dalam Lamb, 2010) mengatakan bahwa hubungan antara orangtua dan anak dibagi ke dalam tiga dimensi yaitu interaksi, afek, dan kognisi. Menurut Collins dan Russell (dalam Lamb, 2010) interaksi merupakan aktifitas yang dibagi dan terjadi antara orangtua dan anak yang dapat dilihat melalui frekuensi, isi, dan struktur dari hubungan tersebut. Fontana (dalam Ali & Asrori, 2016) mengatakan bahwa interaksi remaja dengan orangtua adalah persepsi subjektif remaja mengenai sikap orangtua terhadap dirinya ketika berelasi. Hal ini melibatkan persepsi subjektif remaja mengenai keterlibatan orangtua terhadap dirinya, keterbukaan sikap orangtua, dan persepsi remaja mengenai seberapa jauh dirinya merasa kebebasan yang diberikan orangtua ketika berhadapan dengan lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja dengan orangtua merupakan persepsi subjektif remaja.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. mengenai aktifitas yang dibagi dan terjadi antara remaja dengan orangtua serta pandangan subjektif remaja mengenai sikap orangtua. Frekuensi interaksi dapat dilihat melalui seberapa lama (dalam satuan jam) remaja berinteraksi dengan orangtua dalam satu minggu. Sedangkan persepsi subjektif remaja mengenai sikap orangtua dapat dilihat melalui persepsi remaja mengenai keterlibatan orangtua terhadap dirinya, keterbukaan sikap orangtua, dan persepsi subjektif remaja tentang kebebasan yang diberikan orangtua untuk dirinya dalam bereksplorasi dengan lingkungan di sekitarnya. Fokus penelitian ini terletak pada strukur interaksi dyadic (Nichols dalam Ali & Asrori, 2016) dimana peneliti hanya menggunakan interaksi yang terjadi di antara dua orang yang terlibat, yaitu remaja dengan ayahnya. Berdasarkan pemaparan definisi, interaksi yang dimaksudkan tersebut melibatkan kedua orangtua (ayah dan ibu) dengan remaja. Sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka fokus penelitian ini hanya melihat interaksi remaja dengan ayahnya saja. 2. Aspek-aspek interaksi remaja dan ayah Menurut Collins and Russell (1991) interaksi remaja-ayah dibagi ke dalam tiga aspek yaitu frekensi, isi, dan struktur, yaitu: a. Frekuensi (Frequency) Frekeunsi interaksi merupakan jumlah jam relatif yang dihabiskan antara orangtua dan anak yang terjadi selama berinteraksi selama satu minggu..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. b. Isi (Content) Isi atau konten dalam interaksi antara orangtua (ibu dan ayah) dengan anak berbeda satu sama lain. Pada interaksi anak dengan ibu biasanya dapat dilihat melalui kegiatan di rumah seperti membersihkan rumah, memasak, dan lain-lain. Interaksi antara anak dengan ayah cenderung membahas hal-hal yang terkait dengan tujuan hidup anak (seperti kegiatan dan pencapaian olahraga di sekolah, rencana masa depan) atau hal-hal terkait masalah sosial (seperti pandangan politik, dll.). c. Struktur (Structure) Struktur interaksi merupakan banyaknya individu yang terlibat dalam proses interaksi (Nichols dalam Ali & Asrori, 2016). Interaksi yang terjadi dan melibatkan dua individu (misalnya interaksi antara ayah dengan anak atau interaksi ibu dengan anak) disebut dengan dyadic interaction. Sedangkan triadic interaction merupakan interaksi yang yang terjadi dan melibatkan lebih dari dua individu (misalnya interaksi antara ibu, ayah, dan anak). Fontana (dalam Ali & Asrori, 2016) mengemukakan konsep mengenai interaksi remaja-orangtua. Berikut aspek-aspek interaksi remaja-orangtua yang telah diidentifikasi menjadi interaksi remajaayah..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. a. Persepsi subjektif remaja mengenai partisipasi ayah dan keterlibatan diri remaja dalam hubungan mereka. Aspek ini mengandung indikator sebagai berikut: 1) Persepsi remaja mengenai sikap saling menghargai antara anak dan ayah. 2) Persepsi. remaja. mengenai. keterlibatannya. dalam. membicarakan dan memecahkan masalah yang dihadapi antara ayah dengan anak. b. Persepsi subjektif remaja mengenai keterbukaan sikap ayah. Hal ini dapat diukur melalui indikator sebagai berikut: 1) Persepsi subjektif remaja mengenai toleransi ayah ketika terjadi perbedaan pendapat. 2) Persepsi subjektif remaja mengenai kemampuan ayah dalam memberi penjelasan yang rasional terhadap tindakan atau keputusan yang diambil. 3) Persepsi subjektif remaja mengenai keterbukaan ayah terhadap minatnya. 4) Persepsi subjektif remaja mengenai cara ayah untuk mengembangkan komitmen terhadap suatu tugas. 5) Persepsi subjektif remaja mengenai kehadiran dan keakraban ayah kepada dirinya..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. c. Persepsi subjektif remaja mengenai kebebasan yang diberikan ayah untuk dirinya dalam bereksplorasi dengan lingkungan di sekitarnya. Berikut indikator-indikator dari aspek ini: 1) Persepsi subjektif remaja mengenai dorongan ayah untuk meningkatkan rasa ingin tahu. 2) Persepsi subjektif remaja mengenai sikap ayah yang memberikan rasa aman dan bebas untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya. 3) Persepsi subjektif remaja mengenai aturan yang harus ditaati dan cenderung tidak mengancam. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menggunakan aspek yang dibangun oleh Fontana (dalam Ali & Asrori, 2016) untuk mengukur interaksi remaja dengan ayah. Berhubung aspek tersebut mengukur kedua orangtua (ayah dan ibu), maka peneliti hanya mengukur interaksi dyadic remaja-ayah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Sebagai tambahan, peneliti menggunakan aspek frekuensi dari interaksi remaja-ayah yang dibangun oleh Collins dan Russell (1991) untuk mengetahui data demografis subjek terkait dengan tingkatan interaksi antara anak dengan ayah. 3. Dampak interaksi remaja dan ayah Interaksi yang baik maupun buruk antara remaja dan ayah dapat memberikan dampak bagi perkembangan remaja (Lamb, 2010). Interaksi antara remaja dan ayah berdampak pada harga diri anak.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. ketika memasuki usia dewasa. Interaksi anak-ayah yang buruk ditandai dengan anak merasa tidak dimengerti, tersakiti secara fisik dan emosional oleh ayahnya, dapat membuat anak kesulitan membangun harga diri ketika mereka memasuki usia dewasa. Selain itu, ketika anak merasa tidak dihargai oleh ayahnya akan mengalami masalah internal seperti ketidakmampuan dalam menerima diri dan mudah merasa terluka secara psikologis (Dick & Bronson, 2015). Interaksi antara ayah dan anak dapat memberi dampak pada kesejahteraan mental remaja. Interaksi yang buruk antara ayah dengan remaja dapat memberi dampak pada masalah internal remaja seperti gejala depresi. Ketika remaja yang mengalami konflik dan mendapatkan dukungan yang rendah dari ayahnya, mereka cenderung untuk menunjukkan gejala depresi (Sheeber, dkk, 2007). Interaksi yang buruk antara ayah dengan anak dapat memunculkan masalah perilaku dan emosional pada remaja. Anak yang merasa kurang dalam berkomunikasi, terlibat, dan kurang mendapat dukungan dari ayahnya dapat membuat anak depresi dan mengalami kecemasan (Pyun, 2014). Menurut Singh dan Kiran (2012) kesejahteraan mental anak sangat dipengaruhi oleh keberadaan ayah di rumah. Ketika anak jarang berinteraksi dengan ayahnya dapat memberi dampak meningkatnya depresi, kenakalan, dan bunuh diri pada remaja. Sebagai tambahan, kenakalan remaja dapat dicegah ketika ayah mengawasi anak..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Heath (2017) menunjukan bahwa kualitas interaksi yang terjalin baik antara orangtua dan anak dapat mencegah perilaku nakal pada remaja. Hawkins, Amato, dan King (2007) mengatakan bahwa ketika ayah aktif berinteraksi dengan anaknya dapat memberi dampak positif pada remaja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika remaja merasa dekat, sering berkomunikasi, dan melakukan aktifitas dengan ayahnya dapat mencegah masalah eksternal dan internal pada mereka. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar remaja dan ayah memiliki dampak positif dan negatif. Interaksi yang buruk antara remaja dan ayah memberi dampak rendahnya harga diri; memunculkan masalah internal dan eksternal; serta masalah perilaku dan emosional. Sedangkan interaksi yang baik antara remaja dengan ayah memberi dampak yang baik dalam mencegah kenakalan remaja.. C. REMAJA 1. Pengertian remaja Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dalam tahap perkembangan manusia. Masa remaja ini biasanya berada pada rentang usia 12 hingga 18 tahun (OpenStax College, 2013). WHO (dalam Astuti & Puspitarani, 2013; Sacks, 2003) menetapkan batas usia remaja berada pada rentang usia 10 hingga 20 tahun. Astuti dan Puspitarani (2013) menjelaskan bahwa usia remaja di Indonesia.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. berada pada rentang 14 hingga 24 tahun. Masa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu: remaja awal yang dimulai pada usia 10-13 tahun; remaja pertengahan yang dimulai antara 14-17 tahun; dan remaja akhir yang berada pada rentang 18 hingga awal 20an (Smetana, CampioneBarr, & Metzger, 2006). Berdasarkan. beberapa. definisi. mengenai. remaja,. dapat. disimpulkan bahwa remaja merupakan masa peralihan anak-anak menuju dewasa. Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa batas usia remaja sulit untuk ditentukan, maka dari itu peneliti menentukan batasan usia remaja berdasarkan pada definisi kenakalan remaja yang dikatakan oleh Sunarwiyati (dalam Unayah dan Sabarisman, 2015) sebagai subjek penelitian. Usia tersebut berada pada rentang 13 hingga 21 tahun. 2. Ciri-ciri remaja nakal Kartono (2005) menyebutkan bahwa remaja nakal dapat dilihat melalui beberapa ciri-ciri yaitu: a. Remaja nakal memiliki orientasi pada “masa saat ini” tanpa berpikir panjang mengenai tindakan yang diambilnya. Mereka cepat puas akan hari ini dan menolak untuk melakukan perencanaan untuk masa depan. b. Kebanyakan remaja nakal mengalami gangguan emosional. c. Remaja nakal tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan di masarakat, dan tidak peduli terhadap tanggung jawab sosial..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. d. Remaja nakal senang dalam melakukan suatu aktivitas tanpa berpikir panjang akan bahaya dan risiko dari tindakan tersebut. e. Remaja nakal umumnya menyukai aktivitas yang berbahaya. f. Remaja nakal tidak atau kurang memiliki hati nurani.. D. DINAMIKA INTERAKSI REMAJA DAN AYAH DENGAN KENAKALAN REMAJA Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini berlangsung sejak dimulainya pubertas hingga awal usia 20tahunan. Seseorang yang berada di masa ini mengalami banyak perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial (OpenStax College, 2013). Perubahan biologis pada remaja atau pubertas secara langsung dapat menimbulkan jarak antara orangtua dan anak. Perubahan ini ditandai dengan adanya kemandirian pada remaja, jarak dan konflik antara orangtua dan anak. Ketika orangtua berhadapan dengan anak mereka yang mengalami pubertas, maka hubungan mereka cenderung mengalami konflik (Collins; Hill & Holmbeck; Steinberg dalam Lamb, 2010). Konflik yang terjadi antara remaja dan orangtua juga dikarenakan munculnya hasrat mereka untuk melakukan eksplorasi dalam menemukan jati dirinya (Berk, 2012). Konflik yang dialami remaja dengan orangtuanya tentunya dapat menghambat proses interaksi di antara mereka. Meskipun dalam proses mencari jati diri remaja menjadi lebih independen (Heath, 2017) dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. teman sebaya (Luo, 2010), interaksi antara remaja dan orangtua perlu dijaga agar remaja tidak mengalami masalah-masalah yang terjadi selama proses menuju kedewasaan. Dalam relasi dyadic antara remaja dan ayahnya, dibutuhkan interaksi yang terjalin baik di antara mereka. Interaksi remaja-ayah merupakan persepsi subjektif remaja mengenai keterlibatan dan keterbukaan ayah terhadap dirinya, serta seberapa jauh dirinya merasakan kebebasan yang diberikan oleh ayahnya (Fontana dalam Ali & Asrori, 2016). Selain itu, interaksi antara remaja dan ayah juga dapat dilihat melalui hal-hal yang dibahas dengan ayahnya dan jumlah jam dalam satu minggu ketika mereka berinteraksi (Collins & Russell, 1991). Interaksi antara remaja dan ayah dapat memberikan dampak baik ataupun buruk pada perkembangan remaja. Hawkins, Amato, dan King (2007) mengatakan bahwa remaja yang terlibat aktif berinteraksi dengan ayahnya dapat mempengaruhi kesejahteraan mental remaja. Remaja yang memperoleh kehangatan dan dukungan dari ayah mampu memberikan rasa aman dan kondisi emosional yang stabil pada remaja, sehingga mereka dapat membangun jati diri ke arah yang positif. Selain itu, komunikasi dan keterlibatan antara remaja dan ayah juga memegang peran yang penting selama proses interaksi di antara mereka (Pyun, 2014). Komunikasi dan keterlibatan ayah dengan remaja yang rendah ketika berinteraksi dapat memunculkan masalah perilaku dan emosional pada remaja (Pyun, 2014). Komunkasi antara remaja dengan ayahnya.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. biasanya terkait tentang kegiatan dan pencapaian di sekolah, pandangan politik, dan rencana masa depan (Collins & Russell 1991). Komuikasi dan keterlibatan ayah juga membantu remaja untuk mengenal norma, aturan, dan hukum yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan remaja memiliki kemampuan untuk peduli terhadap lingkungan sosialnya. Tanpa adanya peran ayah dalam memberikan alasan yang masuk akal pada suatu tindakan atau keputusan yang diambil oleh anak, hal tersebut menjadikan remaja kurang mampu untuk berpikir panjang dan menimbang konskuensi ke depan terhadap apa yang sedang dilakukan oleh remaja itu sendiri. Selain itu, remaja cenderung merasa sungkan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang sedang dihadapi kepada ayahnya. Remaja cenderung merasa mampu untuk menghadapi masalahnya sendiri karena dorongan untuk menjadi mandiri dan mencari jati diri. Hal tersebut dapat memicu kurangnya interaksi antara remaja dan ayah sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah pada remaja selama proses perkembangan. Masalah-masalah yang dihadapi remaja meliputi permasalahan pencapaian akademis (nilai mata pelajaran); internal (gejala depresi dan merasa rendah diri); dan eksternal (penggunaan obat-obatan terlarang dan kenakalan remaja) (Hawkins, dkk, 2007). Remaja juga cenderung melakukan aktivitas yang berbahaya tanpa memikirkan risiko yang akan terjadi di kemudian hari. Terkait dengan masalah-masalah tersebut,.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. rendahnya interaksi antara remaja sering dikaitkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu tindakan kriminal yang melanggar hukum dan/atau melanggar norma yang dilakukan seseorang pada usia remaja (Shoemaker, 2008). Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2015) menyebutkan beberapa jenis kenakalan remaja antara lain: kenakalan dasar (pergi dari rumah tanpa pamit, membolos, berkelahi, menganiaya, mengeroyok, memeras, dan vandalisme); kenakalan yang mengarah pada tindakan pelanggaran hukum dan kejahatan (mencuri, mengendarai kendaraan tanpa SIM, dan berjudi); dan kenakalan khusus (penyalahangunaan narkotika dan melakukan hubungan seks bebas). Dalam kasus kenakalan remaja yang terjadi, ditemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti lingkungan sekolah, teman sebaya, dan keluarga. Di dalam keluarga ada ayah yang memiliki peran penting pada kesejahteraan remaja khusunya mencegah terjadinya kenakalan remaja. Hal ini dapat dicegah ketika anak secara subjektif merasa dekat (Flouri & Buchanan dalam Lamb, 2010) dan terlibat (Fontana dalam Ali & Asrori, 2016) dengan ayahnya. Karena interaksi antara remaja dan ayah memiliki hubungan dengan kenakalan remaja, maka penting bagi remaja untuk merasa terlibat, terbuka, dan merasa kebebasan serta aktif melakukan interaksi dengan ayahnya untuk mengurangi risiko terjadinya kenakalan remaja..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. Menurut Carlson (2006), kenakalan remaja terjadi karena remaja tersebut memiliki interaksi yang buruk dengan ayahnya. Ia juga menegaskan bahwa remaja yang memiliki interaksi yang baik dengan ayahnya memiliki masalah eksternalisasi dan internalisasi yang rendah. Selain itu, Carter (2009) menjelaskan bahwa interaksi yang buruk antara remaja dan ayah berhubungan dengan tingginya tingkatan kenakalan remaja. Berdasarkan dari pemaparan hubungan antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja, dapat dilihat adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan yang negatif antara interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja. Dimana ketika interaksi antara remaja-ayah terjalin baik maka tingkat kenakalan remaja rendah..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. E. SKEMA PENELITIAN Interaksi Remaja dan Ayah. Interaksi Remaja dan Ayah rendah. Interaksi Remaja dan Ayah tinggi. Skema Dinamika Kedua Variabel Remaja memiliki persepsi adanya Kehangatan yang diberikan ayah Dukungan dari ayah Alasan ayah yang masuk akal terhadap suatu tindakan yang atau keputusan yang diambil Keterlibatan ayah terhadap dirinya Komunikasi yang terjalin dengan baik di antara mereka Kedekatan dengan ayahnya Kebebasan yang diberikan oleh ayah untuk bereksplorasi. Remaja memiliki persepsi adanya Konflik antara ayah dan anak Jarak di antara dirinya dan ayah Kurangnya komunikasi di anrara mereka Kekangan dari ayah. -. -. -. Remaja menunjukkan kondisi emosional yang stabil Remaja memiliki rasa aman Remaja mampu mengenal norma, aturan, dan hukum yang berlaku di masyarakat Remaja mampu berpikir panjang Cenderung tidak memiliki Remaja mampu membangun jati diri ke arah yang lebih positif Remaja peduli terhadap lingkungan sekitar. -. Remaja kurang mampu berpikir panjang Memunculkan masalah perilaku dan emosional pada remaja Remaja melakukan aktivitas yang berbahaya tanpa memikirkan risiko Mengalami gangguan emosional. Kenakalan remaja tinggi. Kenakalan remaja rendah. Kenakalan Remaja.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. F. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi negatif antara interaksi remaja-ayah dengan kenakalan remaja. Di mana semakin tinggi atau baik interaksi yang terjalin antara remaja dan ayahnya maka semakin rendah kenakalan remaja. Sebaliknya, semakin rendah atau buruk interaksi antara remaja dan ayah maka semakin tinggi kenakalan remaja..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sugiyono (2015) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dengan teknik pengambilan. sampel,. menggunakan. instrumen. penelitian. untuk. mengambil data, dan menganalisis data tersebut secara statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Berdasarkan hipotesis yang telah disusun, penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara dua variabel. Metode korelasi merupakan metode penelitian non-eksperimental dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menggambarkan dan mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. (Creswell dalam Creswell, 2016).. B. VARIABEL PENELITIAN Variabel dalalm penelitan ini terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel bebas. : interaksi remaja-ayah. 2. Variabel terikat. : kenakalan remaja. 37.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Interaksi Remaja-Ayah Interaksi remaja dan ayah merupakan persepsi subjektif remaja mengenai sikap-sikap ayah terhadap dirinya. Sikap ini meliputi keterlibatan dan keterbukaan ayah terhadap remaja serta sejauh mana remaja merasakan kebebasan yang diberikan oleh ayahnya. Variabel interaksi remaja dan ayah disusun dari tiga aspek, yaitu: persepsi subjektif remaja mengenai partisipasi ayah dan keterlibatan diri remaja dalam hubungan mereka; persepsi subjektif remaja mengenai keterbukaan sikap ayah; dan persepsi subjektif remaja mengenai kebebasan yang diberikan ayah untuk dirinya ketika bereksplorasi dengan lingkungan di sekitarnya. Tinggi rendahnya interaksi dan remaja ayah dapat dilihat melalui skor pada skala penelitian. Semakin tinggi skor skala interaksi remaja dan ayah yang diperoleh, maka menunjukkan adanya persepsi remaja yang baik mengenai interaksinya dengan ayah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor interaksi remaja-ayah yang diperoleh, maka menunjukkan adanya persepsi remaja yang buruk mengenai interaksi dengan ayahnya. 2. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja adalah tindakan atau perilaku menyimpang yang melanggar hukum, nilai-nilai moral dan norma sosial dalam masyarakat yang dilakukan oleh remaja yang berusia sekolah.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. menengah. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini memiliki rentang usia dari 13 hingga 21 tahun. Pengukuran kenakalan remaja menggunakan skala berdasarakan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang disusun oleh Kartono (2006) dan dikategorikan ke dalam tiga bagian oleh Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2015). Kategori kenakalan remaja dibagi menjadi tiga, yaitu: kenakalan yang wajar dilakukan oleh remaja (kenakalan dasar), kenakalan yang melanggar hukum dan kejahatan (kenakalan menengah), dan kenakalan yang melanggar hukum secara berat (kenakalan khusus). Shoemaker (2013) mengataka bahwa dalam penyusunan skala mengenai kenakalan remaja biasanya tidak diperkenankan untuk menyertakan bentuk kenakalan khusus dalam sebuah alat ukur selfreport. Maka dari itu, peneliti tidak menyertakan bentuk kenakalan khusus sebagai pernyataan dalam pembuatan skala. Alat ukur dalam penelitian ini didasarkan pada dua kategori kenakalan remaja yang dibentuk oleh Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisman, 2015) dengan tindakan kenakalan remaja yang dibentuk oleh Kartono (2006), yaitu: a. Kenakalan biasa adalah bentuk kenakalan yang dianggap wajar apabila dilakukan oleh remaja. Adapun bentuk perilakunya adalah sebagai berikut: berkelahi, bolos sekolah, keluyuran, pergi dari rumah tanpa pamit,. menganiaya,. mengeroyok,. mengancam, mengintimidasi, dan vandalisme.. memeras,.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. b. Kenakalan menengah adalah bentuk kenakalan yang mengarah pada tindakan melanggar hukum dan kejahatan. Adapun bentuk perilakunya adalah sebagai berikut: mencuri, mengendarai kendaraan tanpa SIM, ugal-ugalan di jalan, mengambil barang orangtua atau orang lain tanpa ijin, dan berjudi dengan taruhan uang, barang, maupun jasa. Tinggi rendahnya kenakalan remaja dapat dilihat melalaui skor pada skala penelitian. Semakin tinggi skor skala kenakalan remaja yang diperoleh, maka menunjukkan adanya kecendrungan kenakalan remaja yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor kenakalan remaja yang diperoleh, maka menunjukkan adanya kecenderungan kenakalan remaja yang rendah.. D. SUBJEK PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan definisi remaja dan kenakalan remaja. Terkait dengan definisi tersebut, peneliti menetapkan batasan usia subjek penelitian remaja dengan rentang usia 13 hingga 21 tahun. Penelitian ini mencakup seluruh populasi remaja dengan mengambil sampel remaja laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia yang telah ditetapkan..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala interaksi remaja dan ayah dengan kenakalan remaja. Azwar (2015) mengatakan bahwa skala merupakan alat ukur psikologis yang disusun dengan menyajikan kumpulan pernyataan yang mewakili gambaran mengenai aspek-aspek kepribadian individu. Kedua skala tersebut disajikan dengan bentuk skala Likert. Peneliti menggunakan skala Likert lima poin agar individu yang hendak menjawab pernyataan dapat memilih seberapa mereka setuju atau tidak setuju pada pernyataanpernyataan yang disajikan (McLeod, 2008). Peneliti menggunakan alat ukur penelitan berbentuk 5-point Likert scale untuk masing-masing variabel interaksi remaja-ayah dan kenakalan remaja. Skala Likert yang disajikan berbentuk survei dalam jaringan menggunakan. layanan. Google. Form.. Adapun. alasan. peneliti. menggunakan layan tersebut adalah sebagai berikut: a. Google Form merupakan program atau layanan dari Google untuk mengumpulkan data secara online. Melalui layanan ini, data dapat diperoleh secara cepat dan akurat (“Google Form,” n.d.). b. Penelitan ini ingin menjangkau remaja seluas-luasnya tanpa membatasi wilayah teritorial tertentu. Maka dari itu, dengan menggunakan skala online diharapkan dapat mengumpulkan data secara luas dengan waktu yang efisien..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. c. Layanan ini sangat mudah digunakan. Responden yang ingin mengisi skala online ini dapat menggunakan perangkat gawainya untuk berpartisipasi. Maka dari itu, subjek memiliki ruang privasi untuk lebih terbuka dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang bersifat sensitif atau pribadi. d. Layanan ini dapat mencegah terjadinya jawaban yang tidak terisi maupun jawaban ganda. Dengan demikian, semua respon dari subjek dapat memudahkan pengumpulan data dan pengujian secara statistik. 1. Skala Interaksi Remaja dan Ayah Penyusunan skala ini didasarkan pada aspek-aspek interaksi remaja dan ayah yang dicetuskan oleh Fontana (dalam Ali dan Asrori, 2016). Adapun aspek-aspek dari interaksi remaja dan ayah yaitu yaitu, partisipasi ayah dan keterlibatan diri remaja dalam hubungan mereka, keterbukaan sikap ayah dan kebebasan diri remaja untuk bereksplorasi. Peneliti menyusun skala interaksi remaja dan ayah untuk mengetahui tingkat interaksi remaja dengan ayahnya berdasarkan dengan apa yang dirasakan oleh remaja. Setiap pernyataan disusun menggunakan lima alternatif pilihan jawaban, yaitu: “Sangat Sesuai (SS)”, “Sesuai (S)”, “Ragu-ragu (RR)”, “Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Nilai skor memiliki nilai rentang angka dari 1 = “Sangat Tidak Sesuai” hingga 5 = “Sangat Sesuai” untuk aitem.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. favorable. Pada aitem unfavorable menggunakan penilaian terbalik yaitu skor memiliki nilai rentang angka dari 1 = “Sangat Sesuai” hingga 5 = “Sangat Tidak Sesuai”. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek maka semakin baik interaksi remaja dengan ayahnya, sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh subjek maka semakin buruk interaksi remaja dengan ayahnya. Tabel 1. Tabel penilaian skala interaksi remaja dan ayah Penilaian Alternatif Jawaban. Favorable. Unfavorable. Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Ragu-ragu (RR) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS). 5 4 3 2. 1 2 3 4. 1. 5. Peneliti membuat 54 aitem pada skala interaksi remaja dan ayah yang terdiri dari 12 aitem partisipasi ayah dan keterlibatan diri remaja dalam hubungan mereka, 24 aitem keterbukaan sikap ayah, dan 18 aitem kebebasan diri remaja untuk bereksplorasi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:.

Gambar

Gambar 1. Skema Dinamika Kedua Variabel .................................................

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa faktor situasional (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah asal, lingkungan sosial masyarakat), maupun faktor psikologis

Bagaimana profil sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit yang terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular

UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN POKJA PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAS KEGIATAN SKPD DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PENGELOLAAN SUMBER.. DAYA

Judul : Analisis Pembelajaran Pendidikan Jasmani Ditinjau Dari Jam Waktu Aktif Belajar Siswa kelas VIII Di Sekolah Islam Terpadu SMP Salman Al-Farisi Kota

Plug-in yang dihasilkan memiliki keterbatasan di mana plug-in ini dapat berjalan hanya pada sesama pengguna dengan aplikasi client resmi dari Yahoo Messenger

In this engineering report we describe how to administrate XACML v2.0, XACML v3.0 and GeoXACML v1.0.1 access control policies through a “Security Rules Service”.. Following the

Tarif parkir mobil kisaran 3.000 rupiah sedangkan tarif parkir motor hanya 1.000 rupiah saja.Setelah itu kita dapat berjalan dari arah utara hingga ke arah selatan, sepanjang jalan