• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN. administrare yang berarti membantu, melayani/memenuhi. Penggunaan kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN UMUM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN. administrare yang berarti membantu, melayani/memenuhi. Penggunaan kata"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN UMUM ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN

A. Pengertian Administrasi

Kata administrasi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu administrare yang berarti membantu, melayani/memenuhi. Penggunaan kata administrasi di Indonesia diartikan sebagai proses kegiatan penataan usaha kerja sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan suatu organisasi dan untuk merumuskan kebijakan umum.3

Administrasi merupakan suatu hal yang tidak pernah dapat dipisahkan dari setiap aktivitas kehidupan manusia. Administrasi yaitu keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.4

Administrasi sebagai suatu fenomena sosial, suatu perwujudan tertentu didalam masyarakat modern. Eksistensi dari administrasi ini berkaitan dengan organisasi, artinya administrasi itu terdapat di dalam suatu organisasi. Jadi barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dulu suatu organisasi yang masih hidup, disitu terdapat administrasi.5

3

Tedi Sudrajat; Hukum Kepegawaian Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal : 83

4

Sondang P. Siagian; Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 2

5

Prajudi Admosudirjo; Administrasi dan Management Umum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, Hal : 4

(2)

Administrasi adalah kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.6

Administrasi meliputi penjelasan dan penafsiran mengenai otoritas, konsultasi, partisipasi, gaya kepemimpinan dan lainnya.7

Administrasi sebagai segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.8

Administrasi merupakan suatu proses yang biasanya terdapat pada semua usaha kelompok baik usaha pemerintah atau swasta, sipil atau militer baik secara besar-besaran ataupun secara kecil-kecilan.9

B. Unsur-unsur Administrasi

Dari kegiatan administrasi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu proses kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu lingkup organisasi yang sifatnya rasionalitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama sebelumnya.

Proses administrasi dapat berlangsung dengan baik haruslah mempunyai unsur-unsur yaitu : dua orang atau lebih, tujuan yang hendak dicapai, tugas yang hendak dilaksanakan, peralatan dan perlengkapan.

Unsur-unsur administrasi yang satu sama lain harus diatur tata hubungan dan ikatan didalam rangka membangun suatu administrasi yaitu :10

6

Hadari Nawawi, Administrasi Personel, Gunung Agung, Jakarta, 1990, Hal : 30

7

Thoha Miftah, Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 17

8

The Liang Gire, Administrasi Kepegawaian Moder, Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal : 78

9

(3)

1. Dua orang manusia atau lebih

Mengenai unsur manusia, diperlukan lebih dari satu orang karena seseorang tidak dapat bekerja sama dengan dirinya sendiri. Karena itu harus ada orang lain yang secara sukarela atau dengan cara lain diajak turut serta dalam proses kerja sama itu.

2. Tujuan

Terlalu sering orang beranggapan bahwa tujuan proses administrasi harus selalu ditentukan oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dalam proses itu. Hal ini menurut dia tidak benar. Tujuan yang hendak dicapai ditentukan oleh semua orang yang langsung terlibat dalam proses administrasi itu.

3. Tugas yang hendak dilaksanakan

Berbicara mengenai tugas yang hendak dilaksanakan, orang terlalu sering beranggapan bahwa proses administrasi baru timbul apabila ada kerja sama. Tidak demikian halnya jika diterima pendapat bahwa unsur merupakan bagian yang mutlak dari sesuatu, akan segera terlihat bahwa kerjasama bukan merupakan unsur administrasi, melainkan suatu kondisi yang ideal.

4. Sarana dan Prasarana tertentu

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu proses administrasi tergantung dari berbagai faktor seperti, jumlah orang yang terlibat dalam proses itu, sifat tujuan yang hendak dicapai, ruang lingkup serta aneka ragamnya tugas yang hendak dijalankan, sifat kerjasama yang dapat diciptakan dan dikembangkan.

10

(4)

Apabila Administrasi itu diteliti, selain bermacam-macam pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing orang untuk mencapai tujuan, maka terlibat pula unsur-unsur administrasi umum.

Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam administrasi yaitu :11 1. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Management

Management dapat didefenisikan dari dua sudut pandang yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rungka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduk i jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

3. Tata Hubungan

Tata hubungan merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis dalam suatu lingkup organisasi. Tata hubungan terdiri dari tujuh tata hubungan kerja yaitu, hubungan kerja hirarkis, hubungan kerja direktif, hubungan kerja koordinatif, hubungan kerja fungsional, hubungan kerja ketatausahaan, hubungan kerja pengawasan, hubungan kerja konsultatif.

11

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi Aksara, 2003, Hal : 15

(5)

4. Kepegawaian

Kepegawaian merupakan suatu aturan tentang cara mengorganisasikan dan memperlakukan orang-orang yang bekerja, sedemikian rupa, sehingga mereka masing-masing akan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari kemampuannya; jadi memperoleh efesiensi yang maksimum untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya, dan disamping juga untuk organisasi, dimana mereka merupakan bagian dalam menentukan kemajuan dan hasil-hasil yang optimal. 5. Keuangan

Kegiatan pengelolaan keuangan atau disebut juga administrasi keuangan, perincian kegiatannya meliputi mulai menentukan perkiraan sumber biaya, penggunaannya dan pertanggungjawaban secara sah dalam rangka pencapaian tujuan dari organisasi.

6. Perbekalan

Kegiatannya meliputi pengurusan barang-barang perbekalan suatu organisasi yang terdiri atas, penentuan perkiraan barang perbekalan yang diperlukan, pengadaan barang perbekalan, pemakaian barang perbekalan, pertanggungjawaban, penghapusan barang yang tidak diperlukan lagi.

7. Tata Usaha

Kegiatan ini menyangkut informasi dan pengurusan surat menyurat untuk suatu organisasi yang meliputi korespondensi kearsipan, sistem informasi manajemen, protokoler atau humas, unsur-unsur administrasi terdiri dari: 12

12

A. W. Widjaja, Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1999, Hal : 38

(6)

1). Organisasi 2). Manajemen 3). Kepegawaian 4). Keuangan 5). Perlengkapan

6). Pekerjaan kantor (tata usaha) 7). Tata hubungan, dan

8). Perwakilan.

Sedangkan unsur-unsur administrasi dalam melaksanakan kebijaksanaan administrasi manajemen PNS yaitu :13

1) Penetapan norma standar 2) Formasi

3) Pengangkatan

4) Pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil 5) Pemindahan

6) Gaji 7) Tunjangan 8) Kesejahteraan 9) Pemberhentian 10)Hak dan kewajiban 11)Kedudukan hukum

13

(7)

Unsur-unsur administrasi yang satu sama lain harus diatur tata hubungan dan ikatan di dalam rangka membangun suatu administrasi, adapun unsur-unsur dari administrasi yaitu : 14

C. Fungsi Pokok Administrasi

1). Tujuan (unsur operasional) 2). Management (unsur pimpinan) 3). Pekerja (unsur kekuatan kerja) 4). Modal (unsur kekuatan membeli) 5). Gedung dan Tanah (unsur tempat) 6). Equipment (unsur peralatan dan mesin) 7). Kantor (brain and memori power) 8). Lokasi (unsur lingkungan dan wilayah).

Semua unsur-unsur tersebut diatas saling bertautan dengan erat sekali sehingga merupakan kesatuan yang menunjang seluruh kegiatan pokok (proses pekerjaan) dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan apapun.

Administrasi adalah sebagai suatu proses dari kegiatan-kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Untuk tercapainya tujuan tadi maka, dalam proses penyelenggaraan kegiatan bersama itu digolongkan menurut fungsinya, sehingga administrasi benar-benar dapat dikendalikan pada pelaksana ke arah tujuan.

14

Prajudi Admosudirjo, Administrasi dan Management Umum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 78

(8)

Mengingat bahwa masalah administrasi di dalam suatu perusahaan sangat penting dan merupakan suatu pola kegiatan kerja sama yang dilaksanakan secara rasional, sadar, terencana dengan organisasi yang teratur serta tujuannya yang jelas. Maka menurut beberapa ahli fungsi administrasi itu sama pengertiannya dengan fungsi manajemen yaitu,

Fungsi-fungsi administrasi merupakan kerangka dasar dari peran kegiatan manajerial secara universal yang dikategorikan sebagai berikut :15

1) Perencanaan (planning) 2) Pengorganisasian (organizing) 3) Pemberian motivasi (motivation)

a. Pengisian staf (staffing) b. Mengarahkan (directing) 4) Pengawasan (controling) 5) Penilaian (evaluation)

Fungsi-fungsi administrasi dan manajemen itu ialah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), commanding (pemberian komando), coordinating (pengkoordinasian), controling (pengawasan).16

Fungsi administrasi adalah merencanakan, mengorganisasikan, melengkapi organisasi dengan orang, menjuruskan, mengkoordinasikan dan mengawasi.

17

15

Muchsam, Hukum Kepegawaian, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, Hal : 107

16

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 6

17

Moekijat, Management Kepegawaian, Cetakan Kelima Alumni, Bandung, 1995, Hal : 105

(9)

Berdasarkan dari kutipan defenisi tersebut diatas maka jelaslah bahwa administrasi yang menjalankan setiap tugas-tugas dan administrasi harus melakukun fungsi-fungsi administrasi.

1. Planning (Perencanaan)

Mengandung arti memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

3. Actuating (Pengarahan)

Mengandung arti sebagai suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berkenan berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

4. Controling (Pengawasan)

Merupakan proses penentuan yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar (ukuran).

(10)

D. Pengertian Kepegawaian

Pada umumnya administrasi kepegawaian merupakan segala hal yang menyangkut tentang kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai.

Pegawai merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah, yang senantiasa dibutuhkan dan karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam badan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lingkup organisasi.

Kata pegawai lebih banyak digunakan dilingkungan pemerintahan, dalam instansi-instansi, dinas-dinas ataupun jawaban-jawaban pemerintahan, senantiasa digunakan kata pegawai dan tidak pernah dipergunakan kata buruh ataupun pekerja. Misalnya pegawai kabupaten atau kotamadya, pegawai perusahaan daerah atau pegawai pemerintah daerah dan lain-lain.

Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya), sedangkan Pegawai Negeri Sipil orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.18

18

Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, Jakarta, Hal. 185.

Istilah buruh dan pekerja lebih banyak dipergunakan dikalangan swasta, seperti pabrik-pabrik tekstil dan sebagainya. Namun dikalangan swasta kadang dipergunakan juga istilah pegawai, misalnya dikalangan Bank, tidak disebutkan buruh/pekerja Bank, tetapi pegawai Bank.

(11)

Istilah “pegawai” mengandung pengertian sebagai berikut : 19

Sedangkan istilah pegawai yang digunakan dalam pemerintahan disebut Pegawai Negeri Sipil yang artinya setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1). Menjadi anggota suatu usaha kerja sama (organisasi) dengan maksud memperoleh balas jasa/imbalan kompensasi atau jasa yang telah diberikan,

2). Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih,

3). Berkedudukan sebagai ‘penerima kerja’ dan berhadapan dengan fihak “pemberi kerja” (majikan),

4). Kedudukan sebagai “penerima kerja” itu diperoleh setelah melalui proses penerimaan,

5). Dan akan menghadapi saat pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara “pemberi kerja” dengan “penerima kerja”).

20

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pegawai merupakan tenaga kerja/orang-orang yang bekerja, sedemikian rupa untuk mencapai dan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari kemampuannya, dan juga memperoleh efesiensi yang maksimum untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya serta untuk organisasi yang merupakan bagian dalam menentukan kemajuan dan hasil-hasil yang optimal.

19

A.W. Widjaja; Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1995, Hal : 15

20

(12)

E. Pengertian Administrasi Kepegawaian

Administrasi kepegawaian dalam lingkup instansi pemerintah tidak dapat dilepaskan dari kegiatan administrasi secara keseluruhan. Bahkan administrasi kepegawaian ini merupakan salah satu unsur dari administrasi tersebut. Sebagai salah satu unsur sifat administrasi kepegawaian masih tetap administrasi hanya sasaran dan kegiatannya ialah tenaga kerja manusia.

Administrasi kepegawaian adalah segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan masalah penggunaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan tertentu, masalah pokoknya adalah terutama berkisar pada penerimaan, pengembangan dan pemberian balas jasa dan pemberhentian.21

Pengertian administrasi kepegawaian secara luas, dimana ia mendefenisikan administrasi kepegawaian sebagai : 22

21

The Liang Gie; Administrasi Kepegawaian Daerah, Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal : 167

22

A.W. Widjaja; Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1995, Hal : 16

a). “Ilmu” yaitu mempelajari segenap proses penggunaan tenaga manusia sejak penerimaan hingga pemberhentiannya,

b). “Proses” yaitu penyelenggaraan politik kepegawaian atau program kerja serta tujuan yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia yang digunakan dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu,

c). “Fungsi” yaitu mengatur dan mengurus penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

(13)

d). “Seni” yaitu seni memilih pegawai baru serta menggunakan pegawai lama dengan cara sedemikian rupa, sehingga dari segenap tenaga kerja manusia itu diperoleh hasil jasa yang maksimal baik mengenai jumlah dan mutunya.

Administrasi kepegawaian sebagai suatu aturan tentang cara mengorganisasikan dan memperlakukan orang-orang yang bekerja, sedemikian

rupa, sehingga mereka masing-masing akan memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari kemampuannya; jadi memperoleh efisiensi yang maksimum

untuk dirinya sendiri dan kelompoknya, dan disamping juga untuk organisasi, dimana mereka merupakan bagian dalam menentukan kemajuan dan hasil-hasil yang optimal.23

Administrasi kepegawaian adalah merupakan suatu hal yang tidak terlepas dari kegiatan administrasi secara keseluruhan bahkan merupakan salah satu unsur dari administrasi tersebut, dimana sasaran kegiatannya adalah tenaga kerja manusia yang meliputi penerimaan, penempatan, pengembangan dan pemberhentian tenaga kerja.

24

Administrasi kepegawaian adalah kegiatan perencanaan, pengorganisaian dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan organisasi dan masyarakat.

25

Dari beberapa defenisi administrasi kepegawaian yang dikemukakan diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa administrasi

23

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 65

24

Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 17

25

(14)

kepegawaian merupakan suatu hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi, penggunaan tenaga manusia sejak penerimaannya hingga pemberhentiannya, penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

F. Tujuan Administrasi Kepegawaian

Sampai saat sekarang masih diakui faktor manusia ini merupakan faktor yang pokok dalam setiap organisasi. Walaupun kenyataannya perkembangan teknologi sekarang bertambah pesat yang mampu memproduksi alat-alat teknologi yang serba bisa mengganti kedudukan manusia. Tetapi faktor manusia masih tetap memegang peranan yang penting di dalamnya. Sebagaimana diketahui bentuk kerjasama apa saja, senantiasa harus dikerjakan oleh manusia. Oleh karena itu, jika pengurusan dan penataan manusia atau tepatnya pengurusan kepegawaian tidak diperhatikan sebaik-baiknya, ada kemungkinan tujuan organisasi yang pokok akan terpengaruh.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa sasaran administrasi kepegawaian ialah masalah penggunaan tenaga kerja. Administrasi kepegawaian dikembangkan dengan tujuan 26

2). Tercipta, terpelihara serta terkembangkan hubungan kerja yang memberikan suasana kerja yang menyenangkan antar individu yang bekerja sama.

:

1). Penggunaan secara efektif tenaga kerja manusia.

26

A.W. Widjaja; Administrasi Kepegawaian Sebagai Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta, 1995, Hal : 16

(15)

3). Tercapainya perkembangan yang maksimal bagi masing-masing individu yang bekerja sama tersebut.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengurusan kepegawaian yaitu : 27

27

Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 20

1). Penggunaan sumber tenaga kerja yang ada secara efektif,

2). Terciptanya hubungan pengembangan individu-individu sebagai pegawai dalam organisasi tersebut dapat dijalankan secara maksimal. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari administrasi kepegawaian adalah pengefektifan tenaga kerja manusia dalam penggunaannya dan menciptakan hubungan kerja yang menarik diantara anggota organisasi serta mengusahakan agar pengembangan individu-individu sebagai pegawai dalam organisasi tersebut dapat dijalankan secara maksimal.

(16)

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PERSOALAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN SERTA PERAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN DALAM

MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI

D. Pokok-pokok Persoalan Administrasi Kepegawaian Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Pokok-pokok persoalan administrasi kepegawaian adalah menyangkut tentang sarana atau peralatan kerja (instrumen) bagi pimpinan kepegawaian untuk mencapai tujuan administrasi kepegawaian.

Jika dirinci maka “Administrasi Kepegawaian” mencakup pokok-pokok persoalan yang umum dilakukan yaitu : 28

28

Thoha Miftah; Administrasi Kepegawaian Daerah, Galia Indonesia, Jakarta, 1990, Hal : 18

1). Suatu dasar hukum kepegawaian negeri dan administrasi kepegawaian.

2). Adanya satu badan yang menyelenggarakan administrasi kepegawaian, dan langsung bertanggung jawab kepada pimpinan pemerintah serta mempunyai hubungan yang jelas dengan kementrian-kementrian serta unit-unit pengurusan kepegawaiannya.

3). Perumusan yang jelas terhadap klasifikasi serta jabatan kepegawaian. 4). Pengadaan (recruitment) dan penempatan atau penunjukkan

(placement and appointment) berdasarkan suatu sistem yang tidak memihak dan standar-standar tertentu sesuai dengan keperluan pekerjaan/jabatan.

(17)

5). Sistem promosi dan evaluasi terhadap prestasi kerja pegawai, disiplin, pemindahan atau pergantian jabatan serta pemberhentian

6). Sistem gaji berdasarkan standar-standar tertentu yang objektif sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan dan dapat diubah jika diperlukan. Hal ini dikaitkan dengan pension.

7). Adanya program pendidikan dan latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan kerja pegawai negeri.

8). Hubungan dengan organisasi-organisasi kepegawaian dan serikat-serikat sekerja.

9). Tata usaha kepegawaian dalam arti data kepegawaian individual, absensi, cuti, kenaikan gaji dan lain sebagainya.

Pokok-pokok persoalan administrasi kepegawaian yang mencakup : 29

29

CST Kansil, Op.cit, Hal : 18

1). Sistem kepegawaian.

2). Sistem pengadaan/penerima pegawai (pemilihan-penyajian-pengangkatan-penempatan).

3). Analisa tugas jabatan.

4). Sistem penggolongan jabatan dan kepangkatan. 5). Sistem penggajian.

6). Sistem penilaian kecakapan pegawai.

7). Sistem kenaikan pangkat dan pemindahan jabatan. 8). Disiplin dan hukuman jabatan.

9). Sistem pemberhentian pegawai.

(18)

Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagui pokok-pokok persoalan administrasi kepegawaian ini adalah merupakan hal-hal yang menjadi sarana atau peralatan kerja (instrumen) bagi pimpinan kepegawaian untuk mencapai tujuan administrasi kepegawaian.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai 1. Pengertian Kinerja

Pegawai melakukan kerja sebagai sumbangan terhadap perusahaan tentu memiliki hasil yang dicapai dari pelaksanaan kerja tersebut, yang dinamakan dengan kinerja atau prestasi kerja. Untuk menghilangkan keragu-raguan pengertian dari kinerja dapat dilihat pada pernyataan berikut ini :

Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.30

Kinerja adalah sejauhmana seseorang telah memainkan bagiannya dalam melaksanakan strategi organisasi baik dalam merencanakan sasaran yang

Pernyalaan diatas dengan jelas memperlihatkan bahwa istilah kinerja dengan prestasi kerja yakni hasil kerja yang dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas oleh seorang pegawai. Untuk selanjutnya penulis akan menggunakan kinerja sama dengn prestasi kerja.

30

Mangkunegara; Management Sumber Daya Manusia Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hal : 67

(19)

berhubungan dengan peranan seseorang dan data memperlihatkan kompetensi yang relevan bagi organisasi, apakah dalam suatu peranan tertentu.31

Kinerja dengan sejumlah rangkaian aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.32

Kinerja secara umum dipahami sebagai suatu catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan kerja atau seluruh aktifitas kerjanya dalam periode waktu tertentu.33

Penilaian kinerja adalah suatu proses evaluasi baik pegawai mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut.

Jadi dalam hal ini kinerja dapat diartikan sebagai suatu kegiatan perseorangan dalam peranannya di suatu organisasi sejak dari perencanaan hingga hasil akhir yang dapat menunjukkan kompetensi secara keseluruhan guna mencapai sasaran dan tujuan organisasi tersebut.

2. Penilaian Kinerja

34

Penilaian kinerja merupakan proses dimana organisasi berupaya memperoleh informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya. Penilaian kinerja harus dilakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi

31

Gibson; Management, Erlangga, Jakarta, 1997, Hal : 103

32

Sarwoto; Dasar-Dasar Organisasi dan Management, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991, Hal : 57

33

Savitri; Management Kinerja, MMR UGM, Yogyakarta, 1998, Hal : 22

34

Mathis dan Jackson; Management Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta, 2002, Hal : 81

(20)

organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para karyawan yang bersangkutan. 35

Penilaian kerja mengacu kepada suatu sistem formal dan struktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang pegawai dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih pada masa yang akan datang sehingga pegawai dan masyarakat semuanya memperoleh manfaatnya.36

ii. Prilaku

Jadi penilaian kerja menurut pendapat diatas adalah, menilai : i. Pekerjaan

iii. Hasil

iv. Tingkat ketidakhadiran

Penilaian kinerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja/prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka.37

Penilaian kinerja adalah merupakan kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku dan prestasi kerja pegawai serta menerapkan kebijaksanaan selanjutnya.

38

35

Sondang P. Siagian; Filsafat Administrasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, Hal : 52

36

Schuler dan Jackson; Ilmu Administrai Publik, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, Hal : 45

37

T. Hani Handoko, Management, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990, Hal : 150

38

Malayu Hasibuan, Management Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hal : 86

(21)

Pada dasarnya terdapat tiga alasan mengapa penentuan tujuan dapat mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain : 39

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

1). Bahwa penentuan tujuan mempunyai dampak mengarahkan, yaitu memfokuskan aktifitas dalam arah tertentu ketimbang pada arah yang lain.

2). Orang-orang cenderung untuk menggunakan upaya secara proporsional terhadap kesulitan tujuan disebabkan oleh tujuan-tujuan yang telah diterima.

3). Tujuan-tujuan yang sulit akan menghasilkan ketekunan dibandingkan tujuan-tujuan yang mudah.

40

Dengan adanya pengertian kinerja, maka tujuannya tidak lain adalah guna meningkatkan usaha-usaha organisasi. Dengan adanya program ini maka akan didapat produksi yang meningkat, biaya menjadi rendah, kualitas menjadi tinggi, Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realiti (knowledge and skill).

Faktor motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

39

Malayu Hasibuan, Management Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hal : 75

40

Mangkunegara, Management Sumber Daya Manusia, Cetakan I, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hal : 67

(22)

waktu proses menjadi pendek dan pengaruhnya pada tingkat kebutuhan masyarakat luas yang akan mengalami perubahan.

C. Peranan Administrasi Kepegawaian dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai

Administrasi kepegawaian dalam instansi pemerintah tidak dapat dilepaskan dari kegiatan administrasi secara keseluruhan. Bahkan administrasi kepegawaian ini merupakan salah satu unsur sifat administrasi tersebut. Sebagai salah satu unsur sifat administrasi kepegawaian masih tetap administrasi hanya saja sasaran kegiatannya ialah tenaga kerja manusia. Lingkup kegiatan dari administrasi kepegawaian ini antara lain penempatan, pengembangan dan pemberhentian tenaga kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian sasaran dan lingkup kegiatan administrasi kepegawaian adalah pegawai itu sendiri dengan dimulai dari saat penerimaan sampai dengan pemberhentiannya.

Sedangkan kinerja adalah merupakan suatu ukuran yang menggambarkan apakah pegawai tersebut telah melaksanakan syarat dan tata tertib (peraturan) yang telah ditetapkan oleh kantor tempat ia bekerja. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Jadi, administrasi kepegawaian sungat besar peranannya dalam meningkatkan kinerja dalam suatu lingkup organisasi. Karena itu dapat dikatakan

(23)

bahwa administrasi kepegawaian sangat erat sekali kaitannya dalam mendapatkan pegawai yang mempunyai/memiliki kinerja yang baik.

Hal tersebut diatas dapat dilihat, dari tujuan administrasi kepegawaian itu sendiri, dimana salah satu tujuan dari administrasi kepegawaian adalah menggunakan sumber tenaga kerja yang ada secara efektif dan mengusahakan agar pengembangan individu-individu sebagai pegawai dalam organisasi dapat dijalankan dengan maksimal. Sehingga dengan adanya penerapan administrasi kepegawaian yang baik maka diharapakan kinerja pegawai dalam suatu organisasi dan dapat dimaksimalkan.

D. Analisis Hasil Penelitian a. Penyajian Data

Untuk memperoleh gambaran tentang responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, terlebih dahulu penulis akan menyajikan identitas pegawai di Kantor Kecamatan Lotu. Hal ini diperlukan untuk membantu penulis dalam memahami variabel-variabel yang akan diteliti, yang khususnya dalam pembahasan dan penarikan kesimpulan dalam penelitian.

Dengan jumlah responden 31 orang dan dari data yang telah diisi oleh responden dan keseluruhannya kembali semua. Data-data yang dikumpulkan dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut :

(24)

1. Menurut Jenis Kelamin

Tabel 1.1.

DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 21 67,74%

Perempuan 10 32,26%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu pegawai yang berjenis kelamin laki-laki yang terbanyak (dominan) yaitu berjumlah 21 orang (67,74%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (32,26%), diharapkan dengan perbedaan jumlah pegawai, dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari jenis kelamin perempuan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan dapat bekerja dengan baik.

2. Berdasarkan Umur

Tabel 1.2.

DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT UMUR

Umur Frekuensi Persentase

< 20 Tahun 0 0% 21-30 Tahun 7 22,58% 31-40 Tahun 12 38,71% 41-50 Tahun 9 29,03% > 50 Tahun 3 9,68% Jumlah 31 100,00%

Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu pegawai yang berumur 31-40 Tahun merupakan yang terbanyak (dominan) yaitu

(25)

berjumlah 12 orang (38,71%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa dikantor Kecamatan Lotu mempunyai rata-rata masih dalam usia produktif, sehingga baik segi fisik maupun mental dan pikiran dapat meningkatkan pekerjaan.

3. Berdasarkan Golongan

Tabel 1.3.

DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT PANGKAT/GOLONGAN

Pangkat/Golongan Frekuensi Persentase

Ia-Id 0 0%

IIa-IId 22 70,97%

IIIa-IIId 9 29,03%

IVa-IVd 0 0%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di kantor Kecamatan Lotu, pegawai yang golongan (IIa-IId) merupakan yang terbanyak (dominan) yaitu berjumlah 22 orang (70,97%).

4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 1.4.

DISTRIBUSI DATA RESPONDEN MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

SLTP/Sederajat 0 0%

SLTA/Sederajat 20 64,52%

Diploma (D1,D2,D3) 2 6,45%

Sarjana (S1,S2,S3) 9 29,03%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Data Jawaban Angket Penelitian 2009

Berdasarkan tabel, memperlihatkan sebagian besar responden masih berpendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 20 orang (6,52%), tingkat pendidikan

(26)

sangat mendukung dalam melaksanakan tugas mulai dari perencanaan kerja hingga tercapainya hasil kerja yang maksimal bagi pegawai kantor Kecamatan Lotu, khususnya dibidang administrasi kepegawaian.

b. Pembahasan Analisis Data

Dalam pembahasan analisa data hasil penelitian yang berjudul Peranan Administrasi Kepegawaian Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara, akan disajikan data dalam bentuk tabel tabulasi data kuantitatif serta dalam bentuk persentase dan untuk menguji nilai kebenaran hipotesis yang diajukan peneliti dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Melalui penyebaran angket untuk variabel bebas (X) Administrasi Kepegawaian berjumlah 20 pertanyaan dan untuk variabel terikat (Y) Kinerja Pegawai sebanyak 20 pertanyaan sesuai dengan data yang terkumpul yang akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X) Administrasi Kepegawaian a. Penerimaan Pegawai

TABEL 1.5

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DI LINGKUNGAN TEMPAT BAPAK/IBU BEKERJA, APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI

SESUAI DENGAN KEBUTUHAN ATAU BERDASARKAN PADA KEMAMPUAN/KEAHLIAN SESEORANG DIBIDANG TERTENTU

Jawaban Frekuensi Persentase

Sesuai 14 45,16%

Kadang-kadang 16 51,61%

Tidak ada 1 3,23%

Jumlah 31 100,00%

(27)

Dari tabel jawaban di atas dapat diketahui bahwa dari 31 responden yang menjawab sesuai sebanyak 14 orang (45,16%), yang menjawab kadang-kadang sebanyak 16 orang (51,61%), dan yang menjawab tidak sesuai sebanyak 1 orang (3,23%).

Hal ini menunjukkan bahwa pegawai dikantor Kecamatan Lotu belum sepenuhnya melaksanakan penerimaan pegawai sesuai dengan kebutuhan atau berdasarkan kemampuan/keahlian seseorang dibidang tertentu.

TABEL 1.6

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI SEBAIKNYA DILAKSANAKAN BERDASARKAN PADA KEKURANGAN JUMLAH PEGAWAI

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 28 90,32%

Kadang-kadang 3 9,68%

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 2

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu pegawai lebih dominan menjawab (ya) sebanyak 28 orang (90,32%). Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pegawai sebaiknya dilaksanakan berdasarkan pada jumlah kekurangan pegawai.

(28)

TABEL 1.7

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEGAWAI YANG DITERIMA BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA

BAPAK/IBU LANGSUNG MENGERJAKAN PEKERJAANNYA TERLEBIH DAHULU TANPA PERLU ADANYA PELATIHAN KERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 15 48,31%

Kadang-kadang 13 41,93%

Tidak 3 9,68%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 3

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) sebanyak 15 orang (48,31%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pegawai yang diterima langsung mengerjakan pekerjaannya lebih dahulu tanpa ada pelatihan kerja.

TABEL 1.8

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PENERIMAAN PEGAWAI SELAMA INI TELAH MEMENUHI KEKURANGAN JUMLAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN KERJA

BAPAK/IBU

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah memenuhi 3 9,68%

Kurang memenuhi 20 64,51%

Tidak memenuhi 8 25,81%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 4

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang memenuhi) sebanyak 20 orang (64,51%). Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan pegawai yang telah dilaksanakan belum sepenuhnya memenuhi kekurangan jumlah pegawai.

(29)

TABEL 1.9

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI SETIAP PELAKSANAAN PENERIMAAN PEGAWAI, APAKAH LINGKUNGAN

KERJA BAPAK/IBU JUGA IKUT MENERIMA/MEMBUTUHKAN PEGAWAI DIBIDANG TERTENTU

Jawaban Frekuensi Persentase

Ikut menerima 14 45,16%

Kadang-kadang 11 35,48%

Tidak 6 19,35%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 5

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ikut menerima) yaitu sebanyak 14 orang (45,16%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan penerimaan pegawai Kantor Kecamatan Lotu ikut menerima/membutuhkan pegawai dibidang tertentu.

TABEL 1.10

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI DILINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU DIRASAKAN PERLU DALAM MENINGKATKAN

PELAKSANAAN PEKERJAAN KANTOR

Jawaban Frekuensi Persentase

Perlu 16 51,61%

Kurang perlu 12 38,71%

Tidak perlu 3 9,68%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 6

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) sebanyak 16 orang (51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu adanya

(30)

pelaksanaan pengembangan pegawai dalam meningkatkan pelaksanaan pekerjaan/tugasnya.

TABEL 1.11

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH MENURUT BAPAK/IBU, PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI TELAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

KERJA ATAUPUN ATURAN KERJA YANG ADA

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah dilaksanakan 11 35,49%

Kadang-kadang 20 64,51%

Belum dilaksanakan - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 7

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 20 orang (64,51%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa belum sepenuhnya dilaksanakan upaya pengembangan pegawai sesuai dengan kebutuhan kerja ataupun aturan kerja yang ada.

TABEL 1.12

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DENGAN ADANYA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI,

BAPAK/IBU MENYELESAIKAN PEKERJAAN SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 17 54,84%

Kadang-kadang 12 38,71%

Tidak 2 6,45%

Jumlah 31 100,00%

(31)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 17 orang (54,84%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu adanya pelaksanaan pengembangan pegawai untuk menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang ada.

TABEL 1.13

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI SEBAIKNYA DILAKSANAKAN KEPADA SETIAP PEGAWAI YANG BARU

DITERIMA BEKERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 16 51,61%

Kadang-kadang 9 29,04%

Tidak 6 19,35%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 9

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 16 orang (51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu pelaksanaan pengembangan pegawai dilaksanakan kepada setiap pegawai yang diterima bekerja untuk meningkatkan kinerja pegawai.

TABEL 1.14

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PEGAWAI TELAH DILAKSANAKAN SECARA MERATA TERHADAP SETIAP

PEGAWAI DILINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah terlaksana 4 12,90%

Masih belum terlaksana 18 58,06%

Belum terlaksana 9 29,04%

Jumlah 31 100,00%

(32)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (masih belum terlaksana) sebanyak 18 orang (58,06%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa belum sepenuhnya dilaksanakan pengembangan pegawai secara merata terhadap setiap pegawai.

b. Pemberian Balas Jasa

TABEL 1.15

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH BALAS JASA BERDASARKAN PADA JENIS PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN SERTA TANGGUNG JAWAB YANG DIEMBAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Perlu 21 67,74%

Kadang-kadang 8 25,81%

Tidak 2 6,45%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 11

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu adanya pemberian balas jasa berdasarkan jenis pekerjaan yang dilaksanakan serta tanggung jawab yang diemban.

TABEL 1.16

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN BALAS JASA DITEMPAT BAPAK/IBU BEKERJA TELAH

SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA/BERLAKU

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah sesuai 14 45,16%

Kurang sesuai 12 38,71%

Tidak sesuai 5 16,13%

Jumlah 31 100,00%

(33)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (telah sesuai) yaitu sebanyak 14 orang (45,16%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu pemberian balas jasa di lingkungan kerjanya telah sesuai dengan ketentuan yang ada/berlaku.

TABEL 1.17

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DENGAN ADANYA PEMBERIAN BALAS JASA YANG MEMADAI, BAPAK/IBU AKAN

LEBIH GIAT DALAM MELAKSANAKAN SETIAP TUGAS DAN PEKERJAAN KANTOR

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 31 100%

Kadang-kadang - -

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 13

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 31 orang (100,00%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa bahwa dengan adanya pemberian balas jasa yang memadai akan memberikan semangat kerja yang lebih giat dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan kantor.

TABEL 1.18

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SELAMA INI PEMBERIAN BALAS JASA YANG BAPAK/IBU TERIMA

TELAH SESUAI DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN DAN DAPAT MENCUKUPI KEBUTUHAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah sesuai 5 16,13%

Kurang sesuai 16 51,61%

Tidak sesuai 10 32,26%

Jumlah 31 100,00%

(34)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang sesuai) yaitu sebanyak 16 orang (51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu pemberian balas jasa sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dan kurang dalam memenuhi kebutuhan hidup.

TABEL 1.19

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN BALAS JASA YANG DIBERIKAN PADA BAPAK/IBU

SETIAP TAHUNNYA MENGALAMI PENINGKATAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 9 29,04%

Kadang-kadang 16 51,61%

Tidak meningkat 6 9,35%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 15

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 16 orang (51,61%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu rata-rata tidak sepenuhnya mengalami peningkatan pemberian balas jasa dalam setiap tahunnya.

(35)

c. Pemberhentian Pegawai

TABEL 1.20

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH BAPAK/IBU MERASA DENGAN ADANYA PEMBERIAN PERINGATAN

PEMBERHENTIAN KERJA KEPADA SETIAP PEGAWAI YANG MELANGGAR ATURAN KERJA DAPAT MENINGKATKAN KINERJA

SETIAP PEGAWAI

Jawaban Frekuensi Persentase

Perlu 9 29,04%

Kadang-kadang 18 58,06%

Tidak 4 12,90%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 16

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 18 orang (58,06%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa tidak sepenuhnya yakin dengan adanya pemberian surat peringatan pemberhentian kerja kepada setiap pegawai yang melanggar aturan kerja dapat meningkatkan kinerja setiap pegawai.

TABEL 1.21

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEGAWAI YANG TIDAK MELAKSANAKAN TUGAS DAN PEKERJAANNYA DENGAN BAIK PERLU DIBERIKAN PERINGATAN

PEMBERHENTIAN KERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Perlu 23 74,19%

Kurang perlu 6 19,36%

Tidak perlu 2 6,45%

Jumlah 31 100,00%

(36)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (perlu) yaitu sebanyak 23 orang (74,19%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu diberikannya peringatan pemberhentian kerja kepada setiap pegawai yang tidak melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.

TABEL 1.22

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA SEBAIKNYA

DILAKSANAKAN SECARA LANGSUNG TANPA ADANYA PENDEKATAN SECARA LISAN TERLEBIH DAHULU

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 10 32,26%

Kadang-kadang 16 51,61%

Tidak 5 16,13%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 18

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 16 orang (51,61%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa kurang setuju apabila pemberian peringatan pemberhentian kerja dilaksanakan secara langsung tanpa adanya pendekatan secara lisan terlebih dahulu.

(37)

TABEL 1.23

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SELAMA INI PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA

PERNAH DILAKSANAKAN DI LINGKUNGAN KERJA BAPAK/IBU

Jawaban Frekuensi Persentase

Pernah 2 6,45%

Kadang-kadang 21 67,74%

Tidak pernah 8 25,81%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 19

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu belum sepenuhnya dilaksanakan pemberian peringatan pemberhentian kerja.

(38)

TABEL 1.24

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEMBERIAN PERINGATAN PEMBERHENTIAN KERJA DAPAT

MEMBERIKAN DAMPAK ATAUPUN EFEK JERA TERHADAP SETIAP PEGAWAI YANG MELANGGAR ATURAN KERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 10 32,26%

Kadang-kadang 21 67,74%

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 20

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21 orang (67,71%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu tidak sepenuhnya merasa yakin dengan adanya peringatan pemberhentian kerja dapat memberikan dampak ataupun efek jera terhadap setiap pegawai yang melanggar aturan kerja.

2. Variabel Terikat (Y) Kinerja Pegawai a. Perencanaan Kerja

TABEL 1.25

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PERENCANAAN KERJA YANG DILAKSANAKAN SELAMA INI TELAH SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG ADA DAN TEPAT

PADA SASARAN YANG DIKEHENDAKI

Jawaban Frekuensi Persentase

Telah sesuai 11 35,48%

Kurang sesuai 19 61,29%

Tidak sesuai 1 3,23%

Jumlah 31 100,00%

(39)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang sesuai) yaitu sebanyak 19 orang (61,29%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa belum sepenuhnya perencanaan kerja selama ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada dan tepat pada sasaran yang dikehendaki.

TABEL 1.26

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DALAM MENCAPAI SASARAN ATAU TUJUAN KERJA MEMERLUKAN ADANYA SUATU PERENCANAAN KERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 11 35,48%

Kadang-kadang 15 48,39%

Tidak 5 16,13%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 22

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 15 orang (48,39%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa tidak sepenuhnya perencanaan kerja diperlukan dalam mencapai sasaran ataupun tujuan kerja.

TABEL 1.27

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DALAM SETIAP PEKERJAAN YANG BAPAK/IBU LAKSANAKAN, APAKAH MEMERLUKAN ADANYA SUATU PERENCANAAN KERJA

YANG JELAS DAN AKURAT

Jawaban Frekuensi Persentase

Perlu 9 29,03%

Kurang perlu 14 45,16%

Tidak perlu 8 25,81%

Jumlah 31 100,00%

(40)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kurang perlu) yaitu sebanyak 14 orang (45,16%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa tidak sepenuhnya setiap pekerjaan yang dilaksanakan memerlukan adanya suatu perencanaan kerja yang jelas dan akurat.

TABEL 1.28

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI MENURUT BAPAK/IBU, DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN KERJA SEBAIKNYA MELIBATKAN ATASAN DENGAN BAWAHAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 21 67,74%

Kadang-kadang 8 25,81%

Tidak 2 6,45%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 24

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dalam setiap perencanaan kerja perlu melibatkan atasan dengan bawahan.

TABEL 1.29

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PERENCANAAN KERJA MEMERLUKAN DATA DAN INFORMASI

YANG MEMADAI

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 26 83,87%

Kadang-kadang 5 16,13%

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

(41)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 26 orang (83,87%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu lebih dominan menjawab perlu adanya data dan informasi yang memadai dalam penyusunan suatu perencanaan.

b. Hasil Kerja

TABEL 1.30

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH SETIAP PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DAPAT MENCAPAI

HASIL KERJA SESUAI DENGAN YANG DIINGINKAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 7 22,58%

Kadang-kadang 21 67,74%

Tidak 3 9,68%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 26

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa tidak sepenuhnya setiap pekerjaan yang dilaksanakan dapat mencapai hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan.

TABEL 1.31

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH HASIL KERJA MERUPAKAN PATOKAN ATAU SASARAN KERJA YANG HARUS DICAPAI DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN KANTOR

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 9 29,03%

Kadang-kadang 21 67,74%

Tidak 1 3,23%

Jumlah 31 100,00%

(42)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 21 orang (67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa tidak sepenuhnya hasil kerja merupakan patokan atau sasaran kerja yang harus dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan kantor.

TABEL 1.32

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PEKERJAAN YANG BAPAK/IBU LAKUKAN DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN AKAN MEMPUNYAI HASIL KERJA YANG MAKSIMAL

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 5 16,13%

Kadang-kadang 18 58,06%

Tidak 8 25,81%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 28

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 18 orang (58,06%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu tidak sepenuhnya mempunyai hasil kerja yang maksimal untuk menyelesaikan setiap pekerjaan dengan waktu yang ditentukan.

(43)

TABEL 1.33

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DENGAN TERSEDIANYA SARANA DAN PRASARANA YANG LEBIH BAIK,

APAKAH AKAN MEMPENGARUHI BAPAK/IBU DALAM PENCAPAIAN HASIL KERJA YANG DIINGINKAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 31 100,00%

Kadang-kadang - -

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 29

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 31 orang (100,00%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lebih baik akan mempengaruhi dalam pencapaian hasil kerja yang diinginkan.

TABEL 1.34

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI DALAM PENCAPAIAN HASIL KERJA YANG MEMADAI, APAKAH BAPAK/IBU

MEMERLUKAN WAKTU YANG LAMA DALAM MENYELESAIKAN SETIAP PEKERJAAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 19 61,29%

Kadang-kadang 12 38,71%

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 30

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 19 orang (61,29%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dalam

(44)

pencapaian hasil yang memadai memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya.

c. Kuantitas Kerja

TABEL 1.35

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DIDALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN, BAPAK/IBU SELALU BERPEDOMAN DENGAN ATURAN DAN KETENTUAN

YANG BERLAKU DALAM PENCAPAIAN KUALITAS DAN KUANTITAS KERJA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 18 58,06%

Kadang-kadang 12 38,71%

Tidak 1 3,23%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 31

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 18 orang (58,06%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dalam pelaksanaan pekerjaan selalu berpedoman dengan aturan dan ketentuan yang berlaku dalam pencapaian kualitas dan kuantitas kerja.

TABEL 1.36

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI UNTUK MENCAPAI/MENGHASILKAN KUALITAS DAN KUANTITAS KERJA

YANG MEMADAI, APAKAH BAPAK/IBU SELALU MEMBUTUHKAN INFORMASI YANG LENGKAP DAN MEMADAI

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 23 74,19%

Kadang-kadang 4 12,90%

Tidak 4 12,90%

Jumlah 31 100,00%

(45)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 23 orang (74,19%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dalam mencapai/menghasilkan kualitas dan kuantitas kerja yang memadai membutuhkan informasi yang lengkap dan memadai.

TABEL 1.37

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PENCAPAIAN KUALITAS DAN KUANTITAS KERJA SELALU DIPENGARUHI OLEH KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA

YANG TERSEDIA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 31 100,00%

Kadang-kadang - -

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 33

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 31 orang (100,00%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa pencapaian kualitas dan kuantitas kerja selalu dipengaruhi oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.

TABEL 1.38

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH KUALITAS DAN KUANTITAS KERJA MERUPAKAN SALAH SATU

FAKTOR PENTING DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 9 29,03%

Kadang-kadang 15 48,39

Tidak 7 22,58

Jumlah 31 100,00%

(46)

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 15 orang (48,39%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu tidak sepenuhnya kualitas dan kuantitas kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan pekerjaan.

TABEL 1.39

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH KUALITAS DAN KUANTITAS KERJA YANG BAIK

MERUPAKAN TUJUAN KERJA DARI BAPAK/IBU DALAM MELAKSANAKAN PEKERJAAN

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 12 38,71%

Kadang-kadang 13 41,94%

Tidak 6 19,35%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 35

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (kadang-kadang) yaitu sebanyak 13 orang (41,94%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu tidak sepenuhnya kualitas dan kuantitas kerja merupakan tujuan kerja yang dicapai dalam pelaksanaan setiap pekerjaan.

(47)

d. Tanggung Jawab

TABEL 1.40

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH PELAKSANAAN PEKERJAAN BAPAK/IBU, SELALU MENGACU

PADA TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 23 74,19%

Kadang-kadang 7 22,58

Tidak 1 3,23

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 36

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (selalu) yaitu sebanyak 23 orang (74,19%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa pelaksanaan kerja selalu mengacu kepada tanggung jawab dan wewenang.

TABEL 1.41

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI AGAR TERCIPTA SUATU TANGGUNG JAWAB YANG JELAS DAN BAIK, APAKAH

BAPAK/IBU MELAKSANAKAN PEKERJAAN BERDASARKAN PADA PEMBAGIAN KERJA YANG ADA

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 28 90,32%

Kadang-kadang 3 9,68

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 37

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 28 orang (90,32%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa perlu

(48)

adanya pembagian kerja agar tercipta suatu tanggung jawab yang jelas dan baik dalam pelaksanaan setiap pekerjaan.

TABEL 1.42

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DENGAN ADANYA TANGGUNG JAWAB YANG BAPAK/IBU PEROLEH, DAPAT

MENCIPTAKAN SUATU KINERJA YANG LEBIH MEMADAI

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 2 6,45%

Kadang-kadang 7 22,58%

Tidak 22 70,97%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 38

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (tidak) yaitu sebanyak 22 orang (70,97%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dengan adanya tanggung jawab tidak dapat menciptakan suatu kinerja yang lebih memadai.

TABEL 1.43

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI MENURUT BAPAK/IBU SETIAP PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN

MEMBUTUHKAN TANGGUNG JAWAB YANG JELAS

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya - -

Kadang-kadang 10 32,26%

Tidak 21 67,74%

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 39

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (tidak) yaitu sebanyak 21 orang

(49)

(67,74%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa setiap pekerjaan yang dilaksanakan tidak membutuhkan tanggung jawab yang jelas.

TABEL 1.44

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN MENGENAI APAKAH DENGAN ADANYA TANGGUNG JAWAB YANG BAIK DAN JELAS,

PEKERJAAN/TUGAS YANG BAPAK/IBU KERJAKAN DAPAT DIKATAKAN BERHASIL

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 23 74,19%

Kadang-kadang 8 25,81%

Tidak - -

Jumlah 31 100,00%

Sumber : Angket Penelitian 2009 Pertanyaan No. 40

Dari tabel jawaban diatas dapat diketahui bahwa di Kantor Kecamatan Lotu, pegawai lebih dominan menjawab (ya) yaitu sebanyak 23 orang (74,19%), hal ini menunjukkan bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Lotu merasa dengan adanya tanggung jawab yang baik dan jelas maka setiap pekerjaan/tugas dapat dikatakan berhasil.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini, diawali dengan memberikan penilaian terhadap jawaban responden sesuai dengan pertanyaan yang diberikan penulis.

Jadi dari penilaian yang diberikan atas jawaban responden akan menghasilkan data dalam bentuk kuantitatif dari setiap variabelnya.

(50)

Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai tertinggi jawaban responden terhadap variabel X (administrasi kepegawaian) adalah 53, nilai terendah adalah 39, dengan demikian dapat ditentukan nilai R (jarak Pengukuran), dengan rumus sebagai berikut :

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah R = 53 - 39

R = 14

Kemudian ditentukan pula lebar intervalnya (1) dengan rumus sebagai berikut : I = R : Jarak Interval

I = 14 : 3

I = 4,7 dibulatkan menjadi 5

Setelah interval diketahui maka dapat dipergunakan untuk membatasi kategori jawaban dengan kategori Tinggi, Sedang dan Rendah sebagai berikut :

Kategori Tinggi : 49 - 53 Kategori Sedang : 44 - 48 Kategori Rendah : 39 - 43

Sedangkan tabel frekwensi perolehan nilai setiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

(51)

TABEL 1.46

DISTRIBUSI FREKWENSI JUMLAH NILAI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL BEBAS – X (ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN)

KATEGORI FREKWENSI JUMLAH PERSENTASE

TINGGI 49 – 53 7 22,58%

SEDANG 44 – 48 16 51,61%

RENDAH 39 – 43 8 25,81%

J U M L A H 31 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 31 orang pegawai (responden) yang berkategori tinggi sebanyak 7 orang (22,58%), berkategori sedang sebanyak 16 orang (51,61%), dan yang berkategori rendah sebanyak 8 orang (25,81%). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat administrasi kepegawaian di kantor Kecamatan Lotu termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 51,61%.

Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai tertinggi jawaban responden terhadap variabel Y (kinerja kepegawaian) adalah 54, nilai terendah adalah 39, dengan demikian dapat ditentukan nilai R (jarak Pengukuran), dengan rumus sebagai berikut :

R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah R = 54 - 59

R = 15

Kemudian ditentukan pula lebar intervalnya (1) dengan rumus sebagai berikut : I = R : Jarak Interval

I = 15 : 3 I = 5

(52)

Setelah interval diketahui maka dapat dipergunakan untuk membatasi kategori jawaban dengan kategori Tinggi, Sedang dan Rendah sebagai berikut :

Kategori Tinggi : 49 - 54 Kategori Sedang : 44 - 48 Kategori Rendah : 39 - 43

Sedangkan tabel frekwensi perolehan nilai setiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 1.48

DISTRIBUSI FREKWENSI JUMLAH NILAI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL BEBAS – Y (KINERJA PEGAWAI)

KATEGORI FREKWENSI JUMLAH PERSENTASE

TINGGI 49 – 54 12 38,71%

SEDANG 44 – 48 10 32,26%

RENDAH 39 – 43 9 29,03%

J U M L A H 31 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 31 orang pegawai (responden) yang berkategori tinggi sebanyak 12 orang (38,71%), berkategori sedang sebanyak 10 orang (32,26%), dan yang berkategori rendah sebanyak 9 orang (29,03%). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kinerja pegawai di kantor Kecamatan Lotu termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 38,71%.

Kemudian untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh Pengawasan Atasan Langsung Terhadap Efisiensi Kerja Pegawai di Kantor Badan Pusat Statistik Nias adalah dengan menggunakan rumus determinasi sebagai berikut :

(53)

D = rxy2 x 100% D = (0,387)2 x 100% D = 14,977%

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai determinasinya (D) = 29,16% dengan demikian dapat diketahui bahwa peranan Administrasi Kepegawaian dalam meningkatkan Kinerja Pegawai sebesar 14,977% sedangkan sisanya 85,023% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis dapat menarik suatu kesimpulan atas apa yang telah penulis uraikan mengenai Administrasi Kepegawaian di Kantor Camat Lotu Kabupaten Nias Utara ditinjau dari segi hukum administrasi negara dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok Kegawaian yaitu :

1. Sistem yang telah dibentuk di Kantor Camat Lotu Kabupaten Nias Utara masih belum memenuhi kriteria yaitu tentang formasi penerimaan pegawai, kurangnya informasi dan sarana serta prasarana yang belum memadai.

2. Tidak sepenuhnya pegawai melakukan kinerjanya sesuai dengan prosedur yang disebabkan karena kurangnya evaluasi kerja yang mencakup pembinaan tanggung jawab dan sanksi serta kesadaran.

3. Tingkat peranan dan fungsi administrasi kepegawaian terhadap kinerja pegawai pada Kantor Camat Lotu mempunyai hubungan yang signifikan dalam pencapaian hasil yang maksimal dan efisien.

B. Saran

Dari hasil analisa yang telah dikemukakan, disini penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

a. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Kantor Camat Lotu Kabupaten Nias Utara, masalah Administrasi Kepegawaian menunjukkan

(55)

taraf hubungan yang sedang, untuk senantiasa mempertahankan yang sudah ada. Tetapi akan lebih baik lagi jika ditingkatkan karena komitmen kearah ini harus senantiasa memperoleh prioritas utama dalam memobilisasi dan mengendalikan pegawai.

b. Mengenai Kinerja Pegawai di Kantor Camat Lotu Kabupaten Nias Utara, sudah baik namun kedepan harus lebih ditingkatkan lagi dan juga senantiasa mengantisipasi faktor-faktor yang dapat mengancam efisiensi kerja.

c. Untuk terlaksananya tujuan yang hendak dicapai terutama yang harus dilakukan adalah pembinaan dalam hal pengetahuan, pendidikan dan latihan, pengalaman serta keterampilan dan pelaksanaan peraturan yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

3. Mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat. Peta Konsep Pengukuran Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya Menggunakan alat ukur

Mollusca merupakan filum yang terbesar kedua dari kerajaan hewan (Animalia) setelah filum Arthropoda dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Salah satu habitat

Peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang simbol non verbal pada poin ini. Simbol non verbal terbagi menjadi 3 bagian, yakni : pesan kinesik, proksemik

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di BAB IV mengenai Persepsi Pengelola dan Masyarakat mengenai Pengembangan Program Pelibatan Masyarakat dalam

Oleh sebab itu, sebagai seorang guru hendaknya dapat memberikan motivasi pada anak-anak yang belum berhasil dalam mencapai prestasi mereka agar anak tidak memiliki sifat

Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker. Ketika

Secara sosial budaya tradisi ajhemo berada dalam domain masyarakat tradisional, yang dalam istilah Kontowijoyo (1998:42) identik dengan budaya petani. Meskipun di kalangan

terhadap praktik manajemen laba,akan tetapi sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan hasil menunjukan bahwa