• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Bentuk Tudung Kepala Payungo Dan Paluwala

Berdasarkan hasil penelitian maka, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk dasar dari masing-masing tudung payungo dan paluwala dan juga dari segi fungsi dan maknanya.

4.1.1 Bentuk Tudung Kepala Payungo

“Payungo adalah tudung kepala pria yang dipakai pada prosesi akad nikah.

Kata payungo merupakan bahasa daerah Gorontalo dan bahasa Indonesia adalah destar kepala. Destar kepala adalah kain yang diikat pada kepala” (wawancara

bersama Suleman Hunowu 6 september 2013, Kelurahan Huangobotu). Sementara berdasarkan (wawancara bersama D.K Usman 10 september 2013, Kelurahan Pulubala) ”Payungo adalah sebutan tunggal dan payunga tilabatayila adalah

sebutan nama tudung yang telah digabung, karena tilabatayila merupakan kombinasi empat warna sebagai warna adat Gorontalo yang ada pada payungo. Empat warna tersebut adalah warna merah, kuning, hijau, dan ungu”.

Berdasarkan dua pendapat informan di atas, bahwa nama tudung untuk pengantin pria yang dipakai pada prosesi akad nikah adalah payungo. Kata payungo merupakan kata tunggal yang memiliki tilabatayila yaitu empat warna adat sehingga untuk menyebutnya lebih lengkap menjadi payunga tilabatayila.

Menurut Dangkua (2000: 162) “Tutup kepala yang disebut payunga

(2)

pada bagian atas telah tertutup. Sementara menurut Daulima (2006:185) “tilabatayila terdiri dari:1. warna merah (merah jambu, merah muda, merah darah babi, oranye), 2. Warna hijau (hijau muda, hijau tua,…), 3. Warna kuning (kuning

emas, kuning telur, kuning muda,…), 4. warna ungu (ungu tua, ungu muda,…)”.

Keempat warna tilabatayila di atas merupakan warna adat masyarakat Gorontalo yang dipakai pada payungo. Berdasarkan pengamatan terhadap penggunaan keempat warna tilabatayila tersebut terdapat banyak variasi penggunaan warna pada tudung payungo, yaitu ada yang lebih menonjolkan warna merah muda, merah jambu, dan begitupun dengan warna-warna lainnya seperti warna hijau yang terdiri dari hijau muda dan hijau tua. Begitu pula dengan warna kuning yaitu terdapat warna kuning emas, kuning telur, dan kuning muda. Demikian pula dengan warna ungu.

Bentuk payungo terdiri dari bentuk tampak depan, tampak belakang, tampak atas, tampak bawah, dan tampak samping kiri dan kanan. Pada bagian depan terdapat bentuk segi tiga yaitu jika dilihat secara menyeluruh tapi dalam pembentukan tampak depan payungo, segitiga tersebut merupakan bentuk dasarnya. Sedangkan bentuk payungo dari tampak atas, bawah, kiri, dan kanan terbentuk lingkaran yang disesuaikan dengan ukuran kepala pria. Jadi, ukuran tudung payungo mengikuti bentuk kepala.

Menurut Sanyoto (2005:83-84) ”raut bidang geometri atau bidang yang dibuat secara matematika meliputi segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi delapan, lingkaran dan sebagainya”.

(3)

Dari uraian bentuk payungo di atas, dapat digambarkan bahwa bentuk payungo dasarnya dibangun dari bentuk segi empat menjadi bentuk segi tiga sebagai tampak depan. Pada bagian bentuk lainnya membentuk lingkaran kepala tudung payungo.

Selain bentuk dasar yang telah diuraikan di atas terdapat juga bentuk-bentuk berupa akesoris hiasan yang biasa disebut tambi’o.Tambi’o adalah bahasa daerah Gorntalo yang artinya noda. Tambi’o yang dimaksud pada tudung kepala pria yaitu noda berupa motif kembang yang menghiasi tudung” (Wawancara Abdul Wahab Lihu tanggal 3 November 2013, di rumah). Menurut Tri Edy Margono (2010:71-72) ” motif bidang bisa berupa bidang geometrik, bidang organik, atau gabungan antara

keduanya. Motif flora, fauna, dan manusia umumnya ditampilkan dalam bentuk stilasi dan dekoratif”.

Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tambi’o yang dijadikan hiasan pada tudung kepala payungo merupakan motif dasar flora yaitu berupa buah bitila dan padi. Sedangkan rantai dengan bentuk lonjong dan bulat dengan dasar bentuk geometris. Pada bagian-bagian sisi tertentu payungo maka hiasan tambi’o dikreasikan agar terlihat unik. Untuk bentuk buah padi kini ada yang masih menggunakannya di tudung payungo dan ada pula yang tidak menggunakan buah padi, begitu juga bentuk buah bitila.

(4)

Gambar 1 : Bentuk dasar segi empat menjadi segi tiga (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Bentuk yang ada pada gambar di atas merupakan bentuk dasar tudung kepala payungo. Bentuk tersebut merupakan bentuk yang belum jadi tudung kepala, karena bentuk tersebut dibuat dengan ukuran dasar segi empat yang dibagi dua (lihat tahap 1) menjadi bentuk segi tiga (lihat tahap 2). Menurut Masrihani (2006: 115)

”Bangun-bangun segi empat memiliki empat sisi”. Bentuk segi empat dengan garis putus-putus pada tahap 1 untuk dibagi dua menjadi bentuk segi tiga. “Segi tiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga sisi dan memiliki tiga sudut”(Masrihani, 2006: 119).

Tahap 1 Tahap 2

(5)

Pada bentuk segi tiga (lihat tahap 3) juga disiapkan bahan koran untuk bagian dalamannya sebagai penguat dan kaku. Pada awal bentuk segi empat kain untuk tudung kepala payungo dijahit dengan kain mengandung empat warna adat yaitu tilabatayila. Kemudian kain tersebut dijahit dan ketika dijahit di dalam kain ada koran sebagai pembatas antara bentuk segi tiga dan lingkaran kepala. Sehingga ketika kain dan koran sudah terbentuk segi tiga maka pada pembatas bentuk segi tiga bangun datar dilipat ke atas dengan adanya koran yang sedikit kaku pada bagian dalam kain. Lipatan itu kemudian dijahit agar tidak lepas dari koran yang ada di dalam kain. Setelah dijahit, kain yang sudah terbentuk segi tiga dengan adanya kombinasi warna tilabatayila ini akan dibentuk lagi menjadi tudung kepala dengan cara meletakkan bagian tengah kain bentuk segi tiga tadi pada lutut yang ditekuk dan cara ini merupakan teknik pembentukan tudung tersebut. Kemudian kain pada bagian ujung-ujung bangun datar segi tiga dilipat ke dalam tudung. Namun, untuk lebih keras dan tidak mudah lepas maka kain pada tudung tersebut dijahit pada bagian depan atau belakang tudung bagian lingkaran kepala.

Menurut Djakaria, (2002: 17) ”payunga tilabatayila (kain penutup kepala

atau destar berwarna warni) terbuat dari 4 (empat) warna yakni : hijau, merah, ungu, dan kuning. Bentuknya segi empat terbagi atas empat bahagian, sesuai warna tersebut di atas, bersusun sebagai berikut :

- Warna hijau dan merah - Warna ungu dan kuning

(6)

Ungu Kuning

Ujung payungo menjulang ke atas berbentuk huruf Alif…”.

Maksud dari ujung payungo yang menjulang ke atas adalah bentuk segi tiga bagian depannya. Lihat gambar tahap 3 yang merupakan hasil dari bentuk dasar segi empat yang dibagi dua. Hasil bentuk tahap 3 yang yang dimaksudkan nanti untuk bagian depan tudung payungo.

A=Empat warna adat B=Bentuk warna dominan

Gambar 2 : Empat Warna Adat Gorontalo Pada Tudung Payungo (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Gambar A di atas menunjukkan susunan empat warna adat yang disebut tilabatayila yaitu 1)warna hijau, 2)warna merah, 3)warna ungu, 4) warna kuningdan gambar B menunjukan bentuk tudung dengan warna dominan. Gambar B merupakan bentuk segi tiga bagian belakang bentuk tudung payungo dan bentuk lingkaran bagian atas tudung payungo merupakan bentuk tudung yang didominasi oleh empat

1 2

4 3

(7)

warna adat Gorontalo (lihat gambar 1, 2, 3, dan 4) yang terdiri dari warna hijau, merah, ungu, dan kuning.

Gambar 3 : Bentuk dasar bagian depan tudung payungo (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Bentuk dasar segi tiga yang terlihat pada gambar tudung kepala payungo di atas, merupakan hasil lilitan dari bentuk kain segi tiga. Bentuk depannya masih berbentuk segi tiga berdasarkan bentuk dasar awalnya dengan pembagian tiga warna yaitu hijau pada bagian pinggir dan merah bagian tengah. Pada bentuk segi tiga ini masih dalam bentuk polos tanpa hiasan atau tambi’o yang nantinya akan ditempelkan pada bagian depan tudung payungo. Posisi warna kain pada payungo bisa dikreasikan atau dikombinasikan warnanya. Namun, tidak lepas dari empat warna adat Gorontalo yang sudah ditentukan yaitu warna merah, kuning, hijau, dan ungu”

(Wawancara bersama Martha Yusuf tanggal 24 november 2013, di Desa Tilote). 1

(8)

Gambar 4 : Bentuk dasar tampak samping kiri atas dan kanan atas tudung payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Bentuk yang terlihat pada tampak samping kiri atas dan samping kanan atas tudung kepala payungo yang ada pada gambar di atas bentuknya tidak terlihat sama yaitu berbentuk setengah lingkaran. Untuk bentuk yang samping kiri, bentuk kain warna ungu sejajar mengikuti arah ke samping kiri pada lingkaran kepala yang berwarna hijau dan bentuknya tidak beraturan. Sedangkan untuk bentuk tampak samping kanan atas, bentuk kain yang berwarna ungu tidak sejajar pada pinggiran

(9)

lingkaran tudung kepala. Namun, arah kainnya berbentuk ke dalam pada arah yang terlihat seperti berlubang ke dalam tudung payungo bagian atasnya.

Gambar 5 : Bentuk dasar tampak atas dan tampak bawah tudung payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Bentuk yang terlihat pada tampak atas dan bawah tudung kepala payungo memiliki bentuk dasar yang sama yaitu berbentuk lingkaran dan terlihat bentuk segi tiga pada bagian atas lingkaran kepala tudung. Menurut Masrihani, (2006: 121) ”Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu

(10)

titik tertentu,O, yang disebut titik pusat”. Namun, tudung payungo yang terlihat pada gambar di atas berbentuk non geometris atau bentuk tak beraturan karena adanya peran kain dalam pembentukan tudung itu.

Pada tampak bawah tudung (lihat gambar 5) terdapat sisa kain yang keluar dari dalam tudung. Warna kain sisa yang keluar dari dalam tudung payungo adalah warna kuning, merah muda, dan hijau. Warna-warna kain tersebut telah di posisikan untuk warna kain yang akan menjadi warna tampak depan, tampak atas dan pada begian lingkaran tudung kepala.

Gambar 6 : Bentuk buah bitila sebagai tambi’o pada tudung payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)

Pada gambar di atas terdapat bentuk buah bitila sebagai bahan tambi’o atau aksesoris khusus untuk hiasan tudung kepala payungo. Bentuk buah bitila (no 2) ini

1

2

(11)

dihiasi pada bagian depan bentuk segi tiga tudung payungo dan pada sekeliling lingkaran kepala dari tampak depan yang tepatnya pada persegi panjang lingkaran depan kepala, samping kiri dan kanan hingga ke belakang lingkaran tudung payungo. Pada gambar di atas (no 2) juga terlihat bentuk motif daun bitila dengan 7 helai daun (no 3) yang berbentuk melengkung kecil. Ukuran bentuk daun bitila disesuaikan dengan ukuran tambi’o buah bitila.

Gambar 7 : Bentuk rantai pada tudung kepala payungo (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 Oktober 2013 Gorontalo)

Dapat diuraikan bahwa rantai pada gambar di atas merupakan salah satu tambi’o untuk tudung kepala payungo. Rantai pada tudung ini berada pada pinggiran

bentuk segi tiga bagian depan dan pada pinggiran atas lingkaran kepala berbentuk persegi panjang ke lingkaran belakang kepala. Rantai ini terdiri dari bentuk bentuk bentuk bulat bermotif bunga dengan enam lengkungan ke dalam (no 1), bentuk kawat penyambung (no 2), satu bentuk bulat di tengah (no 3), dan bentuk lonjong (no 4) yang menggantung dengan menggunakan kawat.

1

2

4 3

(12)

Gambar 8 : Bentuk buah padi pada bagian depan tudung payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Nampaknya bentuk padi pada gambar 1 di atas merupakan salah satu tambi’o atau aksesoris utama yang menghiasi bagian depan tudung payungo. Pada bentuk dasar buah padi gambar 2 ini terlihat garis lengkung yang saling berhadapan yang diisi dengan motif buah padi. “Bentuk buah padi ini merupakan tambi’o utama

bagian depan tudung payungo sejak zaman kerajaan Gorontalo” (wawancara bersama Suleman Hunowu 29 November 2013, Kelurahan Huangobotu).

(13)

Gambar 9 : Bentuk bulan bintang pada bagian depan tudung payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Dari gambar di atas terlihat gambar bentuk bulan bintang pada tudung payungo dan gambar desain bentuk bulan bintang. Bentuk bulan bintang sebagai hiasan tepatnya di bagian tengah bentuk padi. Bentuk bulan yang dijadikan tambi’o terlihat bentuk-bentuk berupa bentuk segi tiga (1), bentuk titik (2), bentuk bulan sabit (3), dan bentuk lonjong (4). Bentuk bintang tidak menyerupai bentuk bintang yang sebenarnya. Namun. Bentuknya sudah divariasikan berdasarkan kreasi dari pembuat tambi’o yang sekaligus pembuat tudung kepala payungo.

4.1.2 Bentuk Tudung Kepala Paluwala

“Paluwala adalah salah satu tudung kepala pria yang dipakai pada saat repsi

pernikahan. Kata paluwala merupakan bahasa daerah Gorontalo dan makuta merupakan setengah bahasa Indonesia yang artinya mahkota” (wawancara Suleman

bintang pada tudung payungo. 1 3 4 2 Desain Bentuk bulan bintang.

(14)

Hunowu 6 september 2013, di rumah). “Paluwala juga hanya bisa dipakai oleh

olongia (raja) pada masa kerajaan dan nama paluwala hanya berlaku pada masa pemerintahan kerajaan sebelum pemerintah Belanda masuk ke Gorontalo”

(wawancara bersamaD.K Usman tanggal 10 September di Kelurahan Pulubala, Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November di Limboto, Yusuf Panigoro tanggal 20 September di Kelurahan Limba B).

Menurut (Wawancara bersama D.K Usman tanggal 10 september 2013, di Kelurahan Pulubala). “paluwala sudah merupakan nama asli dari tudung kepala pria

yang dipakai pada resepsi pernikahan sedangkan makuta merupakan nama tudungnya juga tetapi nama tersebut sudah menjadi istilah tudung kepala pria yang dipakai saat resepsi karena sudah ada pengaruh dari penjajahan Belanda”.

Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa nama tudung kepala pria yang dipakai saat resepsi pernikahan disebut paluwala. Kata paluwala merupakan nama asal dari bahasa daerah Gorontalo sedangkan makuta adalah serapan dari bahasa Indonesia mahkota yang dilatari oleh pengaruh penjajahan Belanda sehingga paluwala disebut juga makuta.

Pada paluwala terdapat beberapa bentuk dan hiasan aksesoris yang membentuk paluwala yaitu bentuk segi tiga sama kaki, bentuk lengkung, bentuk lingkaran, bentuk tumbuhan yaitu daun bitila yang menempel pada bagian depan tudung kepala paluwala atau lebih jelasnya dilekatkan pada bagian depan bentuk segi tiga sama kaki yang menjulang ke belakang, bentuk hewan yaitu ular naga berada pada tampak samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala, dan bentuk

(15)

hiasan/tambi’o berupa kembang bunga rose, bunga melati, cempaka, delapan bintang kecil, dan rantai. Namun, untuk bentuk bunga melati, cempaka, dan hiasan delapan bintang kecil kini sudah tidak ditemukan pada tudung kepala paluwala karena bentuk kembang yang dipakai pada tudung paluwala adalah bentuk bunga rose.

“Bahan-bahan asli yang membentuk paluwala maupun tambi’onya adalah dari

bahan suasa ( campuran perak dan emas) dan nggoba ( tembaga, perak, dan emas). Akan tetapi kini tukang rias sudah tidak menggunakan bahan-bahan asli tersebut karena prosesnya dianggap sulit. Oleh karena itu, bahan yang digunakan kini ada yang berupa aluminium, kuningan, kain, dan bahan plastik. Hal ini dikarenakan proses pembuatan bahan aslinya sudah tidak ada karena proses pembuatan bahannya menggunakan potas dan air keras emas. Sehingga kini, untuk bentuk bitila dannaga menggunakan lembaran kuningan, bahkan plastik dan kain juga dapat dikreasikan untuk membentuk bitila dan hiasan ular naga. Hiasan plastik bisa dibeli di pertokoan dan dari daerah lain karena hal tersebut memudahkan para tukang untuk memperoleh bahannya” (wawancara bersama Martha Yusuf 23 November 2013, di Desa Tilote), (wawancara bersama Suwarni Po’iyo tanggal 10 November 2013, di Kelurahan

Buladu).

Dalam kajian bentuk dasar tudung kepala paluwala ini bahwa peneliti dapat mendeskripsikan beberapa pola dasar pembentuk tudung kepala paluwala yang dipakai oleh pria pada resepsi pernikahan. Diantaranya ada bentuk segi tiga sama kaki untuk pembentuk paluwala tampak depan, bentuk lengkung dengan bidang datar menyerupai bentuk setengah lingkaran yang akan membentuk sayap kiri dan kanan pada paluwala. Padabentuk tampak samping kiri dan kanan inilah yang akan

(16)

di hiasi dengan bentuk ular naga dan juga bentuk lingkaran sesuai dengan ukuran kepala pria.

Gambar 10 : Bentuk dasar tudung paluwala bagian depan dengan bentuk dasar segitiga sama kaki.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 13 November 2013 Gorontalo)

Gambar di atas merupakan bentuk tampak depan tudung kepala paluwala dengan bentuk dasar segi tiga sama kaki. “Segi tiga sama kaki adalah segi tiga yang memiliki dua sisi sama panjang” (Masrihani, dkk, 2006: 119) dan Hendra, bahwa:” ∆ sama kaki adalah segitiga dua kakinya sama panjang …”. Untuk bentuknya

tersebut sudah dibentuk agak melengkung pada bagian bawah yang melebar sedangkan pada bagian atasnya tetap meruncing seperti ujung segi tiga sama kaki yang terlihat pada bentuk dasarnya. Bentuk pada gambar di atas untuk bentuk tampak depan paluwala terlihat sudah dibungkus dengan memakai kain beludru warna hitam.

Bentuk dasar segitiga sama kaki.

Bentuk bagian depan paluwala.

(17)

Sedangkan untuk gambar bentuk segi tiga sama kaki di atas merupakan pola dasar pembentuk bahan kain dan bahan pokok saat membuat bentuk tampak depan paluwala yaitu dari bahan kardus dan menggunakan kawat, karena kawat berguna untuk membuat ujung runcing tampak depan agar bisa dibuat menjulang ke belakang. Kawat tersebut dikait pada pinggiran bentuk dasar tampak depan tudung kepala paluwala dan juga pada pinggiran tampak samping kiri dan kanannya. Meskipun bentuknya tidak menyerupai bentuk dasar segi tiga sama kaki yang memiliki tiga sudut, tapi untuk bentuk tampak depan paluwala pada bagian bawah dibuat melengkung tidak bersudut karena untuk mempermudah pembentukan paluwala dengan bentuk yang lainnya.

Gambar 11 : Bentuk dasar bulan sabit pada bagian samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 13 November 2013 Gorontalo)

Pada bagian gambar 11 di atas menjelaskan tentang bentuk yang menjadi dasar bentuk tudung paluwala bagian samping kiri dan kanan yaitu dengan bentuk dasar “Bulan sabit (bahasa Arab…) adalah bentuk bulan yang melengkung seperti

Bentuk bulan sabit.

(18)

sabit. Berbentuk seperti sebuah lingakaran besar yang dikosongkan oleh sebuah lingkaran kecil yang berporos di satu sisi” (http://id.wikipedia / Bulan sabit).

Berdasarkan uraian di atas bahwa bentuk yang ada pada gambar di atas adalah bentuk bulan sabit yang sudah dibungkus dengan kain beludru warna hitam sesuai dengan kain yang digunakan pada bentuk tampak depan tudung kepala paluwala. Bentuk ini akan digunakan sebagai pembentuk tudung kepala paluwala pada sayap kiri dan kanan.

Berdasarkan gambar tampak depan tudung kepala paluwala, bahwa bentuk pada gambar bulan sabit tampak samping kiri dan kanan ini juga dibuatkan pola terlebih dahulu sesuai ukuran yang biasa digunakan oleh beberapa tukang yang memang sudah memiliki keahlian dalam pembuatan tudung kepala paluwala beserta tambi’onya.

Gambar 12 : Bentuk dasar bagian atas dan bawah tudung Paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 13 November 2013 Gorontalo)

Pada gambar bentuk tampak atas nampaknya terdiri dari bentuk lingkaran dan persegi panjang dan pada bentuk bagian bawah tudung paluwala secara global

Tampak atas

(19)

berbentuk persegi juga kecuali bentuk lingkaran. Pebentukan bentuk dasar tudung paluwala yaitu menggunakan kardus. Dalam hal ini kardus digunting dulu sesuai panjang dan selingkaran kepala. Setelah pola dari kardus sudah siap, maka bentuk selingkaran kepala atau kupia dibungkus dengan kain tetoron hitam sebagai alas dan kain beludru hitam sebagai lapisannya.

Gambar 13 : Bentuk Dasar Tudung Kepala Paluwala Yang Telah Dijahit Dengan Kain Tetoron dan Beludru Hitam.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 13 November 13 Gorontalo)

Bentuk yang ada pada gambar di atas merupakan bantuk tampak samping kiri dan kanan juga bentuk tampak depan yang masih dilakukan proses jahitan dengan kain tetoron pada dos yang sudah dibentuk. Jahitannya dilakukan secara manual yaitu pake jarum dan benang tanpa mesin, setelah kain tetoron dijahit maka kain beludru hitam adalah kain utama untuk dipakai pada tudung kepala paluwala.

Para tukang dalam membuat tudung kepala paluwala termasuk membuat tambi’o dalam membuat bentuk-bentuk atau pola yang membentuk paluwala sudah

terbiasa dengan ukuran-ukuran bentuk yang ingin mereka buat tanpa harus memperhatikan ukuran yang seharusnya dibuat karena pola untuk pembuatan tudung kepala paluwala sudah disiapkan untuk pembuatan yang baru.

(20)

Hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh para tukang pembuat tudung kepala paluwala dan tambi’o adalah bentuk-bentuk dasar yang yang dibuat memang sudah menjadi bentuk secara turun temurun pada zaman terdahulu tanpa harus menyimpang dari bentuk atau nama aslinya. Meskipun demikian peneliti tidak menendapatkan bentuk-bentuk asli yang bisa didokumentasikan, yang ada hanyalah argumentasi tentang bentuk tambi’o sebagian yang memang masih mulolo karena proses pembuatannya sulit dan butuh waktu yang lama.

Gambar 14 : Bentuk sayap kiri dan kanan pada tudung kepala paluwala yang sudah jadi.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Berdasarkan gambar di atas yaitu bentuk sayap kiri dan kanan pada tudung kepala paluwala bahwa ketika bentuknya sudah melekat pada samping kiri dan kanan tudung paluwala, bentuknya diarahkan saling berhadapan dan terbuka ke atas tanpa hiasan karena tambi’o akan dihiaskan berada pada bagian luarnya.

Pada bagian tengah bentuk sayap kiri dan kanan tudung kepala paluwala di batasi dengan bentuk lingkaran sesuai ukuran kepala. Kedua sayap kiri dan kanan

Sayap kanan paluwala

Sayap kanan paluwala

(21)

tersebut tidak saling bertemu pada ujung tampak depan paluwala, akan tetapi di batasi pada bagian ujung kiri dan kanannya.

Ketika bentuk sayap kiri dan kanan tudung kepala paluwala belum terpasang pada tudung kepala, bentuknya masih datar tapi ketika kedua bentuk tersebut dipasang pada tudung kepala akan terlihat melengkung terbuka karena sudah dilakukan proses pembengkokan lengkungan dengan adanya kawat pada pinggiran bentuk tudung kepala dan juga dilakukan berdasarkan teknik yang dimiliki oleh tukang pembuat tudung kepala paluwala.

Gambar 15 : Bentuk bagian kepala Paluwala

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 agustus 2013 Gorontalo)

Menurut Margono dan Aziz (2010: 73) ”Membuat pola dengan bantuan garis

adalah membuat pola dengan terlebih dahulu membuat garis-garis horizontal maupun vertikal menyesuaikan motif pola yang kita buat”. Berdasarkan teori tersebut bentuk

dasar bagian kepala untuk tudung kepala paluwala terdiri dari 1) bentuk lingkaran, 2) bentuk persegi panjang, 3) dan bentuk tabung.

1

2

3 Bagian kepala

paluwala.

Bentuk dasar bagian kepala paluwala.

(22)

Bentuk dasar yang ada pada gambar di atas terdiri dari lingkaran, persegi panjang, dan bentuk tabung digunakan untuk membentuk bagian lingkaran kepala pada tudung paluwala. “Persegi panjang adalah bangun datar yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan empat sudut yang sama besar, yaitu 90 derajat” (Masrihani,

dkk, 2006: 116).

Pada bagian atas penutup kepala akan menggunakan pola yang berbentuk lingkaran, dan bentuk persegi panjang digunakan sebagai pinggiran bagian kepala dengan menyambungkan bagian ujung dari persegi panjang tersebut. Setalah bagian persegi panjang sudah disambung maka bagian bentuk lingkaran ditutupi pada bagian atas kepala, maka terbentuklah bagian peutup kepala.

Gambar 16 : Bentuk Bitila Dan Bunga Rose Pada Tampak Depan Tudung Kepala Paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Bentuk daun bitila pada gambar di atas hanya terletak pada tampak depan tudung kepala paluwala dan pada area lainnya selain bitila yang menjadi hiasan utama pada tampak depan tudung kepala paluwala juga dihiasi dengan hiasan tambi’o bunga rose yang ukurannya kecil-kecil.

Bentuk Daun Bitila

Bentuk hiasan tambi’o bunga rose.

(23)

Daun bitila kini sudah bervariasi bentuk karena para tukang atau pembuat tambi’o/hiasan untuk paluwala dibuat berdasarkan saingan nilai jual dan kreasi

indah untuk tudung paluwala (wawancara bersama Suwarrni Po’iyo 1 september 2013, Kelurahan Buladu).

Gambar 17 : Bentuk dasar Daun Bitila

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 September 2013 Gorontalo)

Daun bitila pada gambar di atas memiliki bentuk dasar segi tiga sama kaki dan bentuk 5 helai daun. Bitila merupakan tanaman tahunan dan memiliki lima helai daun dan ada pula daun bitila dengan tujuh helai daun. Namun, jumlah helai daun bitila pada bagian depan tudung paluwala jumlahnya 5 (wawancara bersama Suleman Hunowu di Kelurahan Huangobotu, D.K Usman di Kelurahan Pulubala, dan Abdul Wahab Lihu tanggal 6 september 2013, Kelurahan Pulubala).

Bentuk dasar daun bitila.

5 helai daun bitila.

Bentuk daun bitila.

Bentuk dasar segi tiga sama kaki.

(24)

Gambar 18 : Contoh Bentuk Daun Bitila

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 12 September 2013 Gorontalo)

Pada gambar di atas menunjukkan bentuk daun bitila yang digunakan pada tampak depan paluwala yang memiiki beberapa helai daun berujung runcing. Jumlah helai daun pada gambar di atas ada 8. Namun, jumlahnya tidak menetap karena ada yang jumlah helainya 5, 6, ataupun 7 dan jumlah daun bitila yang digunakan pada paluwala disederhanakan sesuai ketentuan adat ada 5 helai daun” (wawancara bersama Hj Abdul Wahab Lihu tanggal 3 November 2013, di Limboto).

(25)

Gambar 19 : Bentuk Naga Pada Tampak Samping Kiri Dan Kanan Tudung Kepala Paluwala.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Kota Gorontalo)

Bentuk naga pada gambar di atas menjadi bentuk hewan yang dihias pada bagian sayap atau tampak samping tudung kepala paluwala tepatnya pada bagian kiri dan kanan paluwala. Bentuk naga yang digunakan pada sayap kiri dan kanan tudung kepala paluwala tidak menyerupai bentuk naga yang sebenarnya karena untuk bentuk naga ini sudah berbentuk sebagai hiasan pada samping sayap kiri dan kanan paluwala dibuat bermotif. Pada bagian ujung ekor naga dibuat berbentuk motif daun dan pada bagian lainnya dibuat tekstur menyerupai kulit naga tapi tidak menyerupai bentuk kulit naga yang sebenarnya dan untuk mata naga dibuat berbentuk satu titik.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan bahwa bentuk naga yang ada pada setiap tudung kepala paluwala berbeda karena yang membedakannya adalah pembuat tambi’o paluwala itu sendiri di setiap tempat yang ada tudung kepala paluwala. Bentuk ular naga. Samping Kiri Motif ular naga.

(26)

Gambar 20 : Tampak Samping Kiri Dan Kanan Tudung Kepala Paluwala (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Mei 2013 Gorontalo)

Bentuk tampak samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala pada gambar di atas pada umumnya memiliki bentuk yang sama dan juga menunjukan garis lengkung samping kiri dan kanan untuk bentuk bagian depan. Sedangkan pada bagian bentuk bulan sabit samping kiri dan kanan memiliki bentuk dan komposisi tambi’o yang sama dan bentuk ular naga. Bentuk ular naga pada samping kiri dan

kanan tudung kepala ini merupakan hiasan utamanya yang juga dihiasi dengan tambi’o bintang-bintang kecil yang sekarang sudah menjadi bunga rose dan juga

digantungkan hiasan bulan bintang. Bentuk bagian sayap kiri dan kanan tudung kepala paluwala dapat dilihat secara obyektif berbentuk melengkung dan tampak depannya terlihat menjulang ke atas hingga terkulai ke belakang.

Samping Kanan Samping kiri

(27)

Gambar 21 : Tampak belakang Tudung Kepala Paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Pada tampak belakang tudung kepala paluwala yang ada pada gambar di atas, terlihat jelas bentuk dasar segi tiga sama kaki dari bagian belakang tampak depan paluwala. Pada bagian samping kiri dan kanan terdapat bentuk sayap tudung kepala paluwala yang melengkung miring.

Untuk bagian tengahnya terlihat bentuk untuk lingkaran kepala yaitu kupia yang dibuat sebagai tempat untuk memasukkan kepala pria ketika dipakai pada resepsi pernikahan. Bentuk segi tiga sama kaki yang dijadikan dasar untuk membuat tampak depan tudung kepala paluwala, ketika belum dibentuk menjadi tudung kepala paluwala masih berbentuk datar dan ketika dipasang membentuk tudung kepala tampak depan paluwala bentuknya dibuat menjulang ke atas (liat gambar 1 dan 2)

1

4 3

(28)

hingga terkulai ke belakang, pembentukan yang menjulang tersebut dibantu dengan adanya bahan kawat pada pinggiran bentuk segi tiga sama kaki untuk tampak depan tudung kepala paluwala.

Gambar yang di tunjukkan pada no 3 dan 4 terkulai ke belakang merupakan bentuk tampak depan paluwala yang berbentuk dasar segi tiga sama kaki, ketika sudah dijadikan paluwala bentuknya dibuat terkulai kebelakang. Tampak depannya dihiasi pula dengan tambi’o bunga rose (mawar) sebagai kembang yang berwarna keemasan tapi bahan dasarnya bukan dari emas seperti warnanya karena bentuk yang digunakan kini hanyalah berbahan plastik.

Gambar 22 : Bentuk Rantai Pada Pinggiran Tudung Paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Gambar 22 di atas menunjukkan bentuk rantai yang ada pada sekeliling pinggiran tudung kepala paluwala di samping kiri dan kanan yang melengkung dan juga pada pinggiran tampak depan. Bentuk rantai terdiri dari bentuk segi empat (1), bentuk kawat (2), dan bentuk lonjong (3) merupakan salah satu tambi’o/aksesoris

3 2 1

(29)

untuk tudung paluwala. Untuk panjang rantai yang digunakan pada paluwala disesuaikan dengan ukuran panjang pada pinggiran garis tudung kepala yaitu pada pinggiran bentuk segi tiga sama kaki dan pada pinggiran bentuk garis lengkung pada samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala.

Gambar 23 : Bentuk Bulan Bintang pada samping kiri dan kanan tudung paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Bentuk bulan bintang adalah bentuk salah satu tambi’o yang dihiaskan pada tampak samping kiri dan kanan tudung paluwala yang di tempelkan pada area bentuk ular naga yang memang sudah ditempelkan sebelumnya. Jumlah bentuk bulan bintang ada tiga yang di pakai pada tampak samping kiri dan kanan tudung paluwala.

4.2 Deskripsi Fungsi Tudung Kepala Payungo Dan Paluwala

Tudung kepala payungo dan paluwala difungsikan secara umum yaitu sebagai tudung kepala yang dipakai oleh pria pada prosesi akad nikah dan pada resepsi pernikahan. Selain fungsi secara umum Bentuk-bentuk dan hiasan tambi’o yang ada pada kedua tudung tersebut dapat difungsikan juga sebagai berikut:

(30)

4.2.1 Fungsi Seni

Menurut Ensiklopedia Indonesia, bahwa:“ pengertian seni adalah penciptaan

segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya”(dalam Margono dan Aziz, 2010:3).

Berdasarkan hal tersebut tudung kepala payungo dan paluwala berfungsi sebagai benda atau karya seni yang telah diciptakan oleh masyarakat Gorontalo yang memiliki keindahan bentuk tersendiri atau keindahan seni. Menurut Margono dan Aziz (2010:3) mengemukakan bahwa:” Keindahan seni adalah keindahan yang

diciptakan manusia. Keindahan di luar ciptaan manusia tidak termasuk keindahan yang bernilai seni, misalnya keindahan pantai di Bali, keindahan gunung Bromo, dan keindahan burung merak. Jadi seni merupakan ciptaan manusia yang memiliki keindahan”.

4.2.2 Fungsi Aksesoris

Pada kedua tudung kepala pria yaitu payungo dan paluwala terdapat bentuk-bentuk sebagai aksesoris yang memiliki makna yang berbeda dari perbedaan bentuk-bentuk aksesorisnya pula. “Aksesoris adalah pelengkap busana yang berfungsi menambah keserasian berbusana” (Riyanto, 2003:205).

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tudung kepala payungo dan paluwala merupakan pelengkap dari busana adat perkawinan masyarakat Gorontalo. Sedangkan bentuk-bentuk berupa hiasan tambi’o buah bitila, buah padi, bulan bintang, dan rantai merupakan aksesorisnya. Sama halnya dengan bentuk-bentuk yang ada pada tudung kepala paluwala terdapat bentuk aksesoris berupa bentuk dungo bitila, ular naga, bunga rose, dan bulan bintang.

(31)

4.2.3 Fungsi Estetika

Tudung kepala payungo dan tudung kepala paluwala salah satu benda hasil buatan atau karya cipta manusia pada masyarakat Gorontalo yang memiliki keindahan atau nilai estetika. Menurut Kartika, (2004:10):

”keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari sesorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedangkan keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata (wadhag)”.

Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam pembuatan tudung kepala tersebut serta bentuk-bentuk aksesorisnya sudah merupakan pengalaman estetis bagi seseorang yang membuatnya dan keindahan yang terdapat pada bentuk tudung kepala payungo dan paluwala ada pada aksesoris hiasan tambi’o dan pada warna kain yang digunakan.

Pendapat lain mengatakan menurut Kant, bahwa:”ada dua macam nilai estetis… salah satunya nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena nilainya murni,

maka bila ada keindahan dikatakan murni. Nilai estetis yang murni ini terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa” (dalam Kartika, 2007: 6).

Pada bentuk-bentuk yang ada pada tudung kepala tersebut memiliki nilai estetis murni pada garis-garis yang ada seperti pada garis bentuk segi tiga, persegi panjang, lengkung pada bidang datar dan juga pada komposisi hiasan tambi’o sebagai aksesoris tudung kepala payungo dan tudung kepala paluwala.

(32)

Pada bentuk tudung kepala payungo dan paluwala terdapat makna dari masing-masing bentuk berupa makna bentuk, makna tambi’o/aksesoris, dan juga makna warna yang ada dari masing-masing kain tudung payungo dan tudung paluwala.

4.3.1 Makna Tudung Kepala Payungo

Djakaria (2002:18) mengemukakan bahwa:”ujung payungo menjulang ke

atas berbentuk huruf Alif (khusus Raja dan Hu Hu Hu)…”. Bentuk tersebut bermakna ke Esaan Tuhan (Wawancara bersama Suwarni Po’iyo 13 Agustus 2013,

Gorontalo), (wawancara bersama D.K Usman tanggal 25 September di Kelurahan Pulubala) (wawacara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November di Limboto).

Dari kajian bentuk tudung kepala pria payungo di atas bahwa bentuk segi tiga tampak depan tudung payungo melambangkan huruf Alif pada bentuk yang menjulang ke atas yang bermakna ke Esaan Tuhan. Selain itu ditemukan juga beberapa bentuk dan bahan yang dipakai pada payungo yang memiliki makna diantaranya: bentuk padi, buah bitila, rantai dan empat warna sebagai warna adat Gorontalo yaitu merah, kuning, hijau, dan ungu pada kain yang dipakai pada tudung kepala payungo.

(33)

Gambar 24 : Makna Padi Pada tudung kepala payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 13 September 2013, Gorontalo)

Dapat dilhat pada gambar di atas bahwa padi melambangkan kesatuan dengan makna untuk menyatukan keluarga dari pihak pengantin pria dan keluarga dari pihak istri. Tuwoto umotolongala’a dengan artian pengantin pria akan membangun rumah menjadi satu sekeluarga dengan istrinya (wawancara bersama Noge Idrus, 10 Juni 2013, di Kelurahan Leato Utara), (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November, di Limboto dan D.K Usman tanggal 10 November 20013, Kelurahan Pulubala)..

Berdasarkan pendapat informan di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa padi yang melambangkan kesatuan karena dilihat dari sekumpulan buah padi yang menyatu pada satu batang padi. Dengan demikian batang padi digambarkan sebagai pengantin laki-laki dan perempuan. Sedangkan biji-bji padi yang menyatu pada bagian batang padi digambarkan sebagi keluarga dari pihak laki-laki dan perempuan. Sehingga kedua keluarga yang berbeda menjadi satu keluarga yang diikat dengan adanya pernikahan dari akad nikah.

Buah bitila

(34)

Gambar 25 : Makna Bentuk Buah Bitila Pada Tudung Kepala Payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo)

Gambar di atas menunjukkan bahwa di dalam bentuk buah bitila terdapat bentuk daun juga yaitu daun bitila dengan tujuh helai daunnya. Dari ketujuh helai daun ini memberikan makna sebagai adanya tujuh golongan kerajaan. Di antara “tujuh golongan kerajaan yaitu Olongia, Huhuhu, Moputi, Kadhi, Wuleya lo lipu,

Apitalau, dan Mbui biluwato. Olongia setingkat dengan Gubernur, Wali Kota, Bupati, Camat, Kepala Desa, Kepala Dusun, dan Kepala Lingkungan. Huhuhu setingkat dengan Wakil Bupati, moputih adalah raja dari golongan sar’i dan pimpinan para imam, kadhi adalah dewan penasehat agama, wuleya lo lipu adalah camat, apitalau adalah kepala keamanan, dan mbu’i biluwato adalah istri bupati atau sejenisnya. (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu dan D.K Usman tanggal 10 November 20013, di Limboto dan Kelurahan Pulubala).

Rantai .

(35)

Gambar 26 : Makna rantai Pada Tudung Kepala Payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo)

Rantai pengikat pada gambar di atas yang berada pada pinggiran tampak depan bentuk segi tiga tudung kepala “payungo sebagai lambang kesatuan kerajaan yang di istilahkan dengan kerajaan adalah serikat” (Wawancara Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di Limboto). “Rantai pengikat juga bermakna dalam

ikatan keseluruhan yang ada pada tudung yang dipakai oleh seorang raja atau pengantin pria” (wawancara bersama D.K Usman tanggal 7 November 2013, di

Kelurahan Pulubala). Rantai bermakna kesatuan dalam ikatan pengantin pria dan pengantin wanita (wawancara bersama Suleman Hunowu tanggal 10 November 2013, di Kelurahan Huangobotu).

Dari hasil wawancara informan di atas, maka dapat dijelaskan oleh peneliti makna rantai pengikat yang telah di uraikan di atas adalah kesatuan dalam kerajaan. Kesatuan dalam kerajaan yang dimaksud adalah kesatuan antara raja, golongan raja, serta rakyatnya. Demikian halnya untuk makna rantai (lihat gambar 26) pada tudung payungo bahwa golongan pengantin pria dan pengantin wanita termasuk juga orang tua dari kedua pengantin serta keluarga lainnya yang ikut tergolong menjadi satu kesatuan keluarga.

Bentuk Bulan Bintang

(36)

Gambar 27 : Makna Bentuk Bulan Bintang Pada Tampak Depan Tudung Kepala Payungo. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo)

Dari gambar bentuk bulan bintang yang ada di bagian tengah tampak depan tudung payungo mengandung makna satu keluarga. Nampaknya, bentuk bulan bintang pada tampak depan tudung payungo yang letaknya tepat pada bagian tengah buah padi sebagai tambi’o yang jumlahnya hanya satu karena menandakan pengantin pria dan wanita sudah menjadi satu keluarga. Selain itu makna bulan bintang melibatkan hubungan manusia dan alam yang tak dapat dipisahkan (wawancara bersama D.K Usman tanggal 7 November 2013, di Kelurahan Pulubala).

Selain makna bentuk-bentuk pada tudung kepala payungo yang telah diuraikan di atas, maka empat warna adat yang ada pada tudung kepala tersebut didasari dengan ketentuan wilayah adanya empat kerajaan kecil Gorontalo yang terdiri dari 4 linula yaitu: 1. Bilinggata (Kota) ungu, 2. Hunginaa (Telaga) hijau, 3. Wuwabu (Tapa), kuning, dan Lupoyo (Kabila), merah. Tilabataila atauempat warna yang lebih dominan pada bagian atas kepala yang terdapat pada payungo disesuaikan dengan tempat atau kerajaan kecil yang ada di Gorontalo tersebut (wawancara bersama D.K Usman, 10 November 2013, di Kelurahan Pulubala) yaitu:

Kabila Tapa

Telaga Kota

Kuning

Ungu Merah

(37)

Gambar 28 : Warna Pada Tudung Kepala Payungo Berdasarkan Kerajaan Kecil Di Gorontalo.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 20 Agustus 2013 Gorontalo)

Empat warna di atas adalah warna yang menonjol pada tampak atas tudung kepala payungo (lihat gambar 2) atau bagian belakang pada bentuk segi tiga dari bagian depan yang membentuk tudung payungo yang bermakna adanya empat kerajaan kecil yang ada di Gorontalo yang terdiri dari empat linula.

Menurut Dangkua (2000: 162) “Tilabatayila mempunyai arti kombinasi, karena

tutup kepala ini terdiri dari kombinasi empat warna adat yang masing-masing mempunyai arti yaitu: hijau (suci), merah (berani), ungu (setia), dan kuning (luhur)”. Selain makna empat kombinasi warna adat tersebut, arti warna inipun memiliki arti lain yaitu: “empat kimalaha sebagai tokoh-tokoh wakil rakyat atau sebagai sesepuh

yang harus selalu didengarkan raja pertimbangannya, karena letaknya di kepala. Mereka ini sebagai pembantu bate dalam melaksanakan upacara dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Warna Kimalaha Kimalaha Tugasnya Gorontalo Limboto

(1). Hijau Tapa Hungayo Perencana

(2). Merah Huangobotu Dunito Pengambil Putusan (3). Ungu Padengo Botu Pelaksana

(4). Kuning Biawa’o Ipilo Menguatkan / mempertegas Hijau

(38)

Walaupun kimalaha ini hanya ada di kerajaan Limboto dan Gorontalo namun, kelima kerajaan yang ada di Gorontalo mempunyai tutup kepala yang sama” Dangkua (2000: 163).

Berdasarkan uraian Dangkua di atas bahwa tudung payunga tilabatayila memiliki dua arti yaitu arti warna pada warna merah, kuning, hijau dan ungu. Arti lain ada pada empat warna kimalaha sebagai tokoh-tokoh wakil rakyat dengan tugasnya masing-masing.

Kini letak warna adat istiadat yang terdapat pada payungo sudah tidak berdasarkan ketentuan adat Gorontalo karena sudah di variasikan berdasarkan persaingan dalam dunia bisnis. Tukang rias berlomba-lomba mengikuti perkembangan zaman (wawancara bersama Suleman Hunowu, 6 Agustus 2013, di Kelurahan Huangobotu dan Informan D.K Usman).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa posisi-posisi warna yang di variasikan pada payungo sudah dibuat berdasarkan kehendak masing-masing pembuat. Dalam hal ini para pembuat payungo bersaing dan berlomba-lomba untuk bisa mengembangkan dunia bisnis.

(39)

Gambar 29 : Makna Warna hijau pada payungo

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

“Warna hijau yang ditunjukkan pada gambar di atas pada tudung payungo memiliki makna kerukunan” (Wawancara bersama Suwarni Po’iyo, 24 Agustus

2013, di Kelurahan Buladu), di dukung oleh informan lain yaitu Abdul Wahab Lihu, D.K Usman, dan Suleman Hunowu. Makna warna hijau ini juga dinyatakan menurut Darmaprawira (2002: 77) “hijau melambangkan kesuburan, kedamaian, kerukunan dan kesejukan”. Pendapat lain mengatakan bahwa:”warna hijau melambangkan kesucian agama” Djakaria, (2002: 17).

Berdasarkan beberapa makna warna hijau di atas, maka dapat digambarkan bahwa arti kerukunan warna hijau yang ada pada payungo adalah pengantin pria diharapkan untuk bisa membina keluarganya dan dirinya sendiri untuk selalu rukun, damai, sejuk, subur dan suci dalam agama selama menjalani rumah tangga hingga akhir zaman. Rumah tangga yang dibangun dalam satu keluarga oleh seorang pemimpin rumah tangga akan rukun ketika kepala rumah tangga mampu menjaga kerukunan kehidupan keluarganya.

Gambar 30 : Makna Warna Kuning pada Payungo Warna Kuning

(40)

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Warna kuning yang ditunjukkan pada gambar di atas yang ada pada tudung kepala pria yang di pakai pada saat akad nikah yaitu payungo memiliki makna kemuliaan (Wawancara bersama Suwarni Po’iyo, 24 Agustus 2013, di Kelurahan

Buladu), di dukung oleh informan lain yaitu Abdul Wahab Lihu, D.K Usman, dan Suleman Hunowu. Menurut Darmaprawira, bahwa:”kuning adalah warna yang

terang selain putih, tetapi tidak semurni putih. Kuning memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam dalam hubungan antar manusia….” (2002: 47). Pendapat lain mengatakan bahwa:”warna kuning melambangkan keluhuran budi”

Djakaria, (2002: 17).

Dari uraian di atas peneliti dapat menganilisis bahwa kemuliaan dan keluhuran budi yang menjadi makna dari warna kuning pada tudung payungo merupakan kewajiban suami istri untuk saling memuliakan satu sama lain dan saling menghargai dengan penuh kelembutan serta sang pengantin diharapkan untuk bisa menanamkan jiwa keluhuran budi dalam dirinya. Dengan demikian tatanan kehidupan rumah tangga suami istri akan terus terjaga dan patut diteladani oleh orang yang ingin berumah tangga.

(41)

Gambar 31 : Makna Warna Merah pada Payungo (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 6 September 2013 Gorontalo)

Warna merah yang ditunjukkan pada gambar di atas yang ada pada tudung kepala pria yang di pakai pada saat akad nikah yaitu payunga tilabatayila memiliki makna keberanian (Wawancara bersama Suwarni Po’iyo, 24 September 2013, di

Kelurahan Buladu ), di dukung oleh informan lain yaitu Abdul Wahab Lihu, D.K Usman, dan Suleman Hunowu bahwa warna merah bermakna keberanian yang menjadi karakter seorang raja dalam memimpin dan membangun kerajaan. “Warna merah melambangkan keberanian” Djakaria, (2002: 17).

Warna merah pada tudung kepala payungo yang melambangkan keberanian yang mengandung makna bahwa seorang raja atau pengantin pria yang akan menjadi kepala rumah tangga memiliki keberanian dalam menghadapi setiap cobaan yang datang dalam kerajaan maupun pada keluarganya. Dengan bekal keberanian juga seorang pemimpin atau raja maka rakyat dan keluarga akan terjaga dari hal-hal yang tidak diingkan.

(42)

Gambar 32 : Makna Warna ungu pada Payungo (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 6 September 2013 Gorontalo)

Warna ungu yang ditunjukkan pada gambar di atas pada tudung payungo memiliki makna keanggunan (Wawancara bersama Suwarni Po’iyo, 24 September 2013, di Kelurahan Buladu), Menurut Djakaria (2002: 17) ”warna ungu melambangkan kesetiaan”. Hal ini juga di ungkap oleh informan lain yaitu

(Wawancara bersama Abdul Wahab Lihu, tanggal 5 November 2013 di Limboto) bahwa “warna ungu bermakna keanggunan”. (Wawancara bersama D.K Usman,

tanggal 7 November 2013 di Kelurahan Pulubala) menyatakan ungu bermakna keanggunan”.

Makna warna ungu yang di uraikan di atas sebagai keanggunan dan kesetiaan pada pengantin pria dalam menjaga keharmonisan rumah tangganya. Selain itu diharapkan agar seorang raja bisa memiliki sifat dan karakter yang bisa membangun kerajaan dan membina rumah tangga dengan istrinya. Sifat keanggunan yang dimaksud untuk pengantin pria atau seorang raja dalam kerajaan maupun untuk rumah tangganya diharapkan agar memiliki kepribadian anggun dan setia.

4.3.2 Makna Tudung Kepala Paluwala

Dalam kajian makna tudung paluwala ini, peneliti perlu menjelaskan asal kata paluwala yang memliki makna. Menurut Djakaria (2002: 5) ”Paluwala asal katanya adalah piloluwala yang artinya sumber yakni sumber dari pada kekuasaan”.

(43)

Sementara menurut Dangkua (2000: 87) “ paluwala yang berasal dari kata

piloluwala atau mempunyai arti tempat keluar. Kata tersebut mempunyai makna bahwa seorang raja adalah tempat keluarnya segala sesuatu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan rakyatnya”. “Paluwala berasal dari kata piloluwala yang berarti

sumber” (wawancara bersama D.K Usman tanggal 7 November 2013 di Kelurahan Pulubala).

Sumber kekuasaan yang dimaksud pada uraian di atas dapat ditegaskan sebagai makna dari seorang raja yang memiliki kekuasaan dan dari kekuasaan itulah diharapkan sumber kehidupan untuk kedamaian rakyatnya. Demikian halnya dengan pengantin pria yang menjadi sumber kekuasaan bagi keluarga yang baru dibangun.

Gambar 33 : Bentuk DasarTampak Depan Tudung Paluwala (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 6 September 2013 Gorontalo)

Berdasarkan gambar di atas, menurut (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di Limboto). “Bentuk tudung paluwala bagian depan dengan dasar bentuk segi tiga sama kaki yang melebar dari bagian bawah atau alas segi tiga sama kaki dilambangkan sebagai rakyat dan bentuk pada ujungnya dilambangkan sebagai raja dan penghadapan setelah raja tidak ada lagi kecuali Tuhan Yang Maha Esa”. Sementara menurut Djakaria (2002 :5) ”…tudung paluwala

(44)

letaknya menjulang ke atas dan terkulai ke belakang berbentuk bulu unggas yang disebut Layi…melambangkan huruf Alif yang mengandung makna ke Esaan Tuhan”.

Dari hasil wawancara informan di atas, makna yang dimaksud pada letak tudung paluwala bagian depan adalah seorang pemimpin kerajaan ataupun rumah tangga yang selalu diperhadapkan dengan rakyat dan keluarganya. Namun, lepas dari penghadapan pada seorang raja tidak ada lagi kecuali penghadapan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 34 : Makna daun Bitila pada Tampak Depan Tudung Paluwala (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 6 September 2013 Gorontalo)

“Bitila yang menempel pada bagian depan tudung kepala paluwala merupakan tanaman tahunan yang tumbuh dan subur”.(wawancara bersama Suleman Hunowu, 6

September 2013, di Kelurahan Huangobotu). “Tumbuh dan suburnya bitila melalui tunas akar yang tumbuh menjadi pohon bitila yang baru lagi dan begitu seterusnya sampai menjadi hutan” (wawancara Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di

Limboto). Dari hasil wawancara informan tersebut, maka karakteristik dari bitila dapat dianalisis untuk memaknai bitila pada pengantin pria agar saat menjadi

Makna Dungo Bitila Pada Tudung Kepala Paluwala

(45)

seorang pemimpin rumah tangga diharapkan untuk memiliki karakter yang lurus dalam artian tidak menyimpang dalam kekerasan rumah tangga dan bisa menjadikan hubungan suami istri tumbuh berkembang dalam kehidupan yang harmonis.

Berdasarkan (wawancara bersama D.K Usman, tanggal 2 Oktober 2013, di Kelurahan Pulubala), (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di Limboto), ”pada bentuk dungo bitila yang ada di depan bagian depan tudung kepala paluwala adalah melambangkan lima jari tangan sebagai tanda untuk lima kerajaan besar yang ada di Gorontalo yaitu:

1. Kerajaan Tuwawa (Suwawa) 2. Kerajaan Hulontalo (Gorontalo) 3. Kerajaan Limutu (Limboto) 4. Kerajaan Bulango (Tapa) 5. Kerajaan Atingola (Atinggola)

Sementara menurut Daulima dan Hariana (2009 :52),

”jumlah lima buah daun, bermakna lima tahap kehidupan adat istiadat yang harus diamalkan oleh masyarakat adat yakni: (1) Wu’udu artinya pelaksanaan adat istiadat; (2) Adati artinya tata krama; (3) Tinepo artinya penghargaan sesama umat, penghalusan hukum atau aturan; (4) Tombula’o artinya membalas penghormatan orang lain dalam ketegasan hukum; (5) Buto’o artinya hukum yang berlaku.

Berdasarkan uraian makna bentuk daun bitila tentang lima kerajaan besar Gorontalo dan lima tahap kehidupan adat istiadat merupakan sebuah makna yang artinya berlaku untuk pengantin pria maupun masyarakat yang ada pada lima

(46)

kerajaan besar Gorontalo agar tetap menyadari bahwa adanya adat istiadat yang harus diamalkan dalam bermasyarakat pada tahap-tahap kehidupan yang dijalani.

Gambar 35 : Makna Naga pada samping kanan dan kiri tudung kepala paluwala (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 19 Agustus 2013 Gorontalo)

Berdasarkan (wawancara bersama Suleman Hunowu, 6 September 2013, di Kelurahan Huangobotu) “Bentuk ular naga yang menempel pada bagian sayap kiri

dan kanan tudung paluwala mengandung makna keberanian dan raja atau pengantin pria yang perkasa”. Sementara “naga memberikan makna sebagai pemegang hukum yang adil dan merata karena naga tersebut berasal dari ular yang berkepala dua”

(Wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di Limboto) dan (wawancara bersama D.K Usman tanggal 10 November di Kelurahan Pulubala).

Uraian tentang makna ular naga di atas pada bagian samping kiri dan kanan tudung paluwala dapat diartikan bahwa ular naga dengan dua kepala yang diletakkan pada bagian kiri dan kanan tudung paluwala menggambarkan keberanian dan seorang raja yang perkasa dalam membangun, memimpin dan dalam memegang teguh hukum secara adil dan merata untuk siapapun yang tergolong dalam sebuah kerajaan juga kehidupan dalam bermasyarakat dan berkeluarga.

(47)

Menurut Djakaria, ”Kain yang berwarna hitam pada tudung kepala pria yang

dipakai pada resepsi pernikahan yaitu paluwala adalah kain beludru hitam yang melambangkan kesaktian/kharisma” (2002:17). “Kain beludru hitam (blue black) ini

memiliki makna yaitu meninggalkan yang mazmuma (terlarang) masuk ke mahmuda (kepujian)”, (wawancara bersama Suleman Hunowu, 6 September 2013, di

Kelurahan Huangobotu). Sementara (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013, di Limboto). “warna hitam melambangkan keabadian”

Pemaknaan warna hitam pada tudung paluwala untuk pengantin pria adalah agar seorang raja atau pengantin pria diharapkan memiliki kesaktian/kharisma, sehingga kesaktian yang dimiliki seorang raja bisa menjadi pegangan untuk melindungi kerajaan ataupun keluarganya.

.

Gambar 36 : Makna rantai pada Tudung kepala Paluwala. (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo)

Rant ai.

(48)

Menurut (Wawancara bersama D.K Usman ,tanggal2 Oktober 2013, di Kelurahan Pulubala) “makna rantai yang menggantung pada tudung paluwala sama

maknanya dengan rantai pada tudung payungo yaitu pengikatkeseluruhan yang ada pada masing-masing tudung”. Pendapat lain mengemukakan bahwa:”pada sekelilig sayap tudung paluwala melilit rantai yang memberikan makna sebagai rakyat dan segala harapannya….”(Djakaria, 2002: 8). Sementara menurut Dangkua (2000: 170) “…rantai dilambangkan sebagai rakyat kecil yang menggantungkan harapannya pada sang raja”.

Dengan demikian peneliti dapat menggambarkan makna rantai di atas, yaitu seorang raja ataupun pengantin pria yang mengikat segala hal dalam kerajaan untuk kepemimpinannya dalam pemerintahan, sama halnya pada pengantin pria untuk keluarganya. Juga dilambangkan sebagai rakyat yang menggantungkan segala harapannya pada sang raja, dalam kesejahteraan rakyatnya. Begitupun pihak keluarga yang menggantungkan hidupnya pada pemimpin rumah tangga.

Gambar 37: Makna Bulan Bintang Pada ampak Samping Kiri Dan Kanan Tudung kepala Paluwala.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo) Tiga Rangkai Tambi’o Bulan Bintang.

(49)

Berdasarkan gambar di atas dengan 3 rangkai tambi’o bentuk bulan bintang yang yang ada pada tampak samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala memberikan makna bahwa “seorang raja di angkat oleh tiga serangkai adat yaitu

bubato,buatulo sara’a, dan buatulo bala” (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu

(50)

Menurut (wawancara bersama Karmin Delatu 10 November 2013, di Bulango Selatan) “bubato, sara’a, dan baala adalah rangkaian dari buatula touolongo atau

tiga utas tali atau tiga serangkai adat yaitu masing-masing bubato terdiri dari olongia, huhuhu, baate, wu’u. Sara’a terdiri dari moputih, kadhi, imamda’a,imampantongo.

Baala terdiri dari apitalau, mayulu da’a”. Sementara menurut Dangkua (2000: 91) “…Pemangku adat terdiri dari buatulo tou longo (tiga utas) dalam arti tiga unsur

yaitu: buatulo bubato (unsur pemerintah), buatulo syara’a (unsur keagamaan), dan buatulo bala (unsur keamanan)”. “Buatulo bubato terdiri dari olongia, huhuhu, wali-wali, bate/wu’u, dan kimalaha” Dangkua (2000: 92). “Buatulo syara’a terdiri dari kadhi, hakimu, imamu,sara’a da’a, dan bilale” Dangkua (2000: 102).Buatulo bala terdiri dari apitalau/talenga, mayulu da’a, mayulu, pahalawani, paha, dan hantalo” Dangkua (2000: 109).

Tiga serangkai adat yang dimakud pada uraian di atas merupakan pemaknaan terhadap tiga bentuk bulan bintang yang ada pada bagian kiri dan kanan tudung paluwala bahwa seorang raja diangkat oleh tiga serangkai adat Gorontalo yang juga berlaku dalam lingkup kehidupan bermasyarakat.

(51)

Gambar 38: Makna Bentuk Segi Tiga Sama Kaki Dan Bulan Sabit Pada Bagian Depan Dan Tampak Samping Kiri Dan Kanan Tudung kepala Paluwala.

(Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 29 November 2013 Gorontalo)

Berdasarkan gambar 38 bahwa bentuk segi tiga sama kaki (1) pembentuk bagian depan tudung paluwala dengan bentuk bulan sabit (2 dan 3 ) pembentuk bagian samping kiri dan kanan tudung paluwala memiliki “makna secara menyeluruh yaitu adanya tiga serangkai adat yang mengangkat seorang raja” (wawancara bersama Abdul Wahab Lihu tanggal 5 November 2013 di Limboto), sama halnya dengan makna yang terkandung pada bentuk aksesoris bulan bintang pada gambar 37 bahwa tiga serangkai adat itu adalah 1) buatulo bubato (unsur pemerintah), 2) buatulo sara’a (unsur keagamaan), 3) buatulo bala (unsur keamanan).

1

2

(52)

4.4 Ringkasan Pembahasan Bentuk, Fungsi, Dan Makna Tudung Kepala

Payungo Dan Tudung Paluwala

Dari hasil deskripsi bentuk tudung payungo dan tudung paluwala yang telah diuraikan pada bagian sub bab 4.1, 4.2, dan 4.3 maka dapat diringkas dalam table analisis seperti tampak pada table berikut :

(53)

Tabel 2 Ringkasan Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Tudung Kepala Pria Payungo.

NO OBJEK PENEITIAN BENTUK FUNGSI MAKNA

1.

2.

Bagian Depan tudung payungo

-Dasar segi empat dengan empat warna adat atau tilabatayila (merah, kuning, hijau, ungu) menjadi bentuk segi tiga. - Tampak depan dengan bentuk segi tiga yang menjulang ke atas. - Untuk membentuk tudung kepala tampak depan payungo. - Sebagai pembentuk tudung payungo pada tampak depan.

- Tilabatayila

dilambangkan dengan empat kerajaan kecil Gorontalo yang terdiri dari empat linula yaitu: Bilinggata/Kota(Ungu), Hunginaa/Telaga(Hijau ,

Wuwabu/Tapa(Kuning), Lupoyo/Kabila(Merah).

- Bentuk segi tiga yang menjulang ke atas melambangkan huruf Alif dengan makna ke Esaan Tuhan.

(54)

3.

4.

Tampak samping kiri atas dan kanan atas tudung payungo.

Tampak atas dan bawah tudunng payungo.

- Bentuknya setengah lingkaran. - Bentuk lingkaran. - Sebagai pembentuk tudung payungo. - Bentuk lingkaran sebagai pembentuk tudung payungo pada lingakaran kepala dan bentuk tak beraturan pada tampak atas sebagai penutup kepala karena adanya kain pembentuk tudung.

- Tidak ada

(55)

5. 6. Buah Bitila Rantai. -Bentuk buah bitila pada tampak depan tudung kepala payungo dan bentuknya terdapat bintik-bintik pada pinggiran motif dan pada tengahnya terdapat bentuk daun bitila dengan tujuh helai daun. - Bentuknya bulat berbintik dan bentuk lonjong. - Sebagai aksesoris tambi’o pada depan bentuk segi tiga tudung payungo.

- Sebagai aksesoris pada sekeliling atas lingkaran kepala pada tudung payungo dan pada sekeliling segi tiga tampak depannya.

- Tujuh helai daun di dalam buah bitila bermakna adanya tujuh golongan kerajaan yaitu: Olongia, Huhuhu, Moputi, Kadhi, Wulea Lo Lipu, Apitalau, dan Mbu’i biluwato.

- Bermakna mengikat dan menggantung harapan rakyat pada sang raja.

(56)

7.

8.

- Bentuk buah padi pada tampak depan tudung payungo yang terdapat garis-garis lengkung membentuk motif buah padi. - Bentuk bulan bintang pada tampak tudung payungo hanya ada satu. - Sebagai aksesoris utama pada tampak depan tudung payungo.

- Tambi’o tambahan pada pertengan buah padi tampak depan tudung payungo.

- Bermakna kesatuan sang pengantin pria dengan pengantin wanita. Selain itu keluarga dari pihak keduanyapun ikut menjadi satu keluarga.

- Satu Bentuk bulan bintang bermakna satu keluarga yang baru menyatu dalam sebuah pernikahan dan bermakna hubungan manusia dan alam yang tak dapat dipisahkan. Padi

Satu Bentuk bulan bintang.

(57)

9.

10.

Warna hijau pada tudung kepala payungo.

- Bentuk tudung yang dominan kain warna ungu.

- Bentuk tudung yang dominan kain warna hijau.

- Salah satu warna tilabatayila pada tudung payungo.

- Salah satu warna tilabatayila pada tudung payungo. - Melambangkan Kerajaan kecil Gorontalo yaitu Bilinggata (Kota). Warna ungu ini

bermakna keanggunan dan kesetiaan pada sang raja. - Melambangkan Kerajaan kecil Giorontalo yaitu Hunginaa (Telaga). Warna hijau memberikan makna kesuburan, kedamaian, kerukunan, kesejukan dan kesucian agama.

(58)

11. 12. - Bentuk tudung yang dominan kain warna kuning. - Bentuk tudung yang dominan kain warna merah.

- Salah satu warna tilabatayila pada tudung payungo.

- Salah satu warna tilabatayila pada tudung payungo - Melambangkan kerajaan kecil Gorontalo yaitu Wuwabu (Tapa). Warna kuning ini bermakna kemuliaan dan keluhuran budi.

- Melambangkan kerajaan kecil

Gorontalo yaitu Lupoyo (Kabila). Warna ini bermakna keberanian.

(59)

Tabel 3 Ringkasan Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna Tudung Kepala Pria Paluwala

NO OBJEK PENELITIAN BENTUK FUNGSI MAKNA

1.

2.

3.

Bentuk tampak depan tudung kepala paluwala.

Bentuk dasar sayap kiri dan kanan tudung Paluwala atau tampak samping kiri dan kanannya.

- Bentuk dasarnya adalah segi tiga sama kaki. Namun, pada bagian samping kiri dan kanan alasnya dilengkungkan.

-Berbentuk bulan sabit setengah lingkan.

-Bentuk kupia tudung

- Untuk dihiasi aksesoris bunga rose dan daun bitila.

- Untuk membentuk tampak samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala dan juga untuk dihiasi aksesoris bunga rose dan ular naga.

- Untuk bagian

- Bentuk dasar segi tiga sama kaki memiliki makna secara umum dengan makna bentuk dasar bulan sabit (lihat no 2) yaitu bermakna bahwa seorang raja diangkat oleh tiga serangkai adat yaitu buatulo bubato, buatulo sara’a, dan buatulo bala.

- Bentuk dasarnya belum memiliki makna.

(60)

4.

5.

Tampak atas dan dalam kupia tudung kepala paluwala.

Tambi’o bunga rose pada tampak depan dan samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala.

kepala paluwala pada tampak atas berbentuk lingkaran dan juga menggunakan bentuk dasar persegi panjang untuk membentuk lingkaran kepala.

- Bentuknya bulat yang dikomposisikan dengan betuk bintik-bintik tebal.

- Bentuknya ada motif

kepala pria ketika sudah menjadi tudung paluwala.

- Sebagai aksesoris pada tampak depan dan samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala. - Aksesoris utama belum memiliki makna. - Maknanya pada tudung paluwala dapat member nilai estetika.

(61)

6.

Naga pada sayap samping kiri dan kanan paluwala.

Daun Bitila Daun Amo

daun yang bergaris saling berlawananan sebagai ekornya, bentuk bulat dan lengkung mendekati kepala ular yang terdapat titik-titik kasar mengikuti garis pada bentuk tubuh ular naga.

- Berbentuk lima helai daun amo dan juga terdapat bentuk dasar segi tiga sama kaki.

pada tampak samping kiri dan kanan tudung kepala paluwala. - Aksesoris utama pada tampak depan tudung kepala paluwala. kewaspadaan, keberanian, keperkasaan seorang raja dan adanya hukum yang adil dan merata dalam

kerajaan maupun kehidupan bermasyarakat.

- Lima helai daun bitila memberi makna adanya lima kesatuan kerajaan besar Gorontalo yaitu: 1.Kerajaan Tuwawa (Suwawa), 2.Kerajaan Hulontalo (Gorontalo), 3.Kerajaan Limutu (Limboto), 4.Kerajaan Bulango (Tapa), 5.Kerajaan Atingola

(62)

(Atinggola). Sehelai daun bitila atau kerajaan

memberikan makna pengayoman sang Raja terhadap rakyatnya.

Selain itu 5 helai daun bitila yang memberikan pengertian 5 tema dalam kehidupan adat istiadat daerah Gorontalo yakni:

1) Wu’udu (adat istiadat) 2) Bubalata, adat istiadat yang bersangsi 3) Tinepo (penghargaan sesama umat, penghalusan hukum) 4) Tombula’o (membalas penghormatan orang lain, ketegasan hukum) 5) Buto’o (hukum).

Gambar

Gambar  3 : Bentuk dasar  bagian depan tudung payungo   (Sumber: Dok. Penulis, Tanggal 24 November 2013 Gorontalo)
Gambar  4 : Bentuk dasar  tampak samping kiri atas dan kanan atas tudung payungo.
Gambar  5 : Bentuk dasar tampak atas dan tampak bawah tudung payungo.
Gambar  6 : Bentuk  buah bitila sebagai tambi’o pada tudung payungo.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian dari 5 variabel yang diteliti memiliki hubungan antara usia, pendidikan, paritas, penyakit keturunan, pekerjaan dengan kejadian pre eklamsi

dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1 1. Apendisitis akut menjadi salah satu pertimbangan pada pasien yang mengeluh nyeri perut atau menjadi salah

Pengelolaan ”Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor” yang menjadi salah satu syarat bagi

Kasus : Bank Omega–Jakarta telah menyetujui pemberian kredit investasi kepada PT Pizzaria sebesar Rp 250.000.000 untuk rencana expansi usaha dengan suku bunga

PENGARUH IMAGERY TRAINING TERHADAP HASIL PUKULAN PARKING DAN GATE-IN WOODBALL DI UKM WOODBALL UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kewenangan petugas satpam sebagai tenaga keamanan terbatas dalam melaksanakan tugas- nya sebagai peran pembantu Polri menurut penu lis sudah mempunyai cakupan yang lebih

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, kegiatan

Sedangakan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, intensitas persediaan, margin laba kotor, variabilitas laba akuntansi, variabilitas harga pokok penjualan,