• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Bagian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Bagian pertama akan dibahas mengenai perilaku aborsi yang mencakup pengertian aborsi, macam-macam aborsi, faktor-faktor penyebab aborsi, resiko aborsi, metode-metode aborsi/serta gambaran dan proses aborsi. Dan pada bagian kedua adalah pembahasan mengenai pengertian dewasa awal, kognitif dewasa awal, dan perkembangan moral wanita dewasa.

2.1 ABORSI

2.1.1 Pengertian Aborsi

Aborsi adalah menggugurkan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”.Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh.

a. Berdasarkan asal kata

Gugur kandungan atau aborsi berasal dari bahasa latin yaitu abortus. Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.

b. Berdasarkan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)pengertian aborsi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Aborsi adalah Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).

2. Aborsi adalah Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi medikolegal maka istilah abortus, keguguran, dan kelahiran premature

(2)

mempunyai arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.

Menurut Gulardi HW dalam (Maria Ulfah,2006) Aborsi ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan sebelum 20 minggu (dihitung haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram atau panjang janin kurang 25cm. Menurut Al-Ghazali aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada didalam janin, atau merusak sesuatu yang sudah terkonsepsi (Maria Ulfah, 2006).

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, dalam (Maria Ulfah,2006) aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Dari berbagai definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin sepenuhnya berkembang dan dapat hidup di luar tubuh ibu.

2.1.2 Macam- Macam Aborsi

Macam-macam aborsi menurut Maria Ulfah (2006), yaitu :

1. Spontaneus Abortion (aborsi spontan/ alamiah)

Terjadi secara tidak sengaja.Umumnya disebut keguguran. Bisa terjadi pada perempuan dengan trauma kehamilan, bekerja terlalu berat atau keadaan patologis lain. Aborsi spontan dapat terjadi akibat kondisi janin atau rahim yang tidak normal, penyakit atau kecelakaan fisik yang dialami ibu, maupun pengaruh obat-obatan.

(3)

Abortus spontan dibagi lagi menjadi:

a. Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan.

b. Abortus Incipens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

c. Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

d. Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.

e. Missed Abortion, Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.

2. Induced / provocatus abortion (aborsi secara sengaja/ buatan)

Yaitu penghentian kehamilan secara sengaja dengan prosedur yang sah dan aman (safe abortion), biasanya dilakukan ditempat praktek dokter, klinik atau rumah sakit. Jenis aborsi ini dibedakan dalam dua macam, yaitu :

a. Abortus Artificialis therapicus yaitu pengguguran yang dilakukan oleh dokter berdasarkan indikasi medis, sebagai bentuk penyelamatan atas jiwa ibu yang terancam bila kehamilannya dipertahankan.

(4)

b. Abortus Provocatus Criminalis yaitu pengguguran yang dilakukan dengan sengaja tanpa dasar indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Aborsi

Menurut Maria Ulfah (2002) pada dasarnya aborsi dilaksanakan karena ada beberapa faktor yang mendorongnya antara lain:

a. Indikasi medis, jika kehamilan diteruskan dapat membahayakan ibu seperti adanya penyakit jantung, paru-paru, ginjal, dan sebagainya.

b. Indikasi psychitris, jika kehamilan diteruskan akan memberatkan penyakit jiwa yang dibawa ibu.

c. Indikasi eugenetik, jika khawatir akan adanya penyakit bawaan pada keturunan seperti sipilis, virus, dan sebagainya.

d. Indikasi sosial ekonomi, yaitu dilakukannya pengguguran kandungan sebab didorong oleh faktor kesulitan finansial.

Alasan dilakukannya Abortus ProvokatusKriminalis:

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkannya:

1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi. 3. Kehamilan di luar nikah.

4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. 5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

(5)

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.( http://www.bkkbn.go.id)

Perempuan manapun yang meminta aborsi pada hakikatnya berada dalam keadaan terpaksa.Tidak ada satupun perempuan yang menginginkan aborsi. Tetapi dipihak lain ia takut pada dampaknya jika tidak diaborsi (Sarwono,2007). Adapun faktor-faktor yang membuat perempuan tidak ingin diaborsi adalah:

1. Takut sakit. Praktek aborsi pada umumnya lebih banyak dilakukan oleh dukun beranak karena para ahli medis memang sudah terikat kode etik untuk tidak sembarangan melakukan tindakan aborsi kecuali dengan alasan medis. Sebagaimana layaknya para dukun, peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan janin dalam rahim seorang perempuan merupakan peralatan yang masih tradisional, seperti sebatang lidi,sebatang pohon, atau apapun yang sekiranya dapat mengorek rahim. Peralatan tersebut pastilah menyebabkan rasa sakit yang diderita ketika proses aborsi berlangsung lebih parah dibandingkan dengan melahirkan. Karena itu, biasanya perempuan yang ingin diaborsi takut merasakan sakit tersebut.

2. Takut resikonya (mungkin : kematian). Tidak sedikit perempuan yang aborsi berakhir dengan pendarahan yang tiada henti bahkan sampai mengakibatkan kematian. Bagaimana tidak, dipaksanya rahim untuk mengeluarkan benih yang ada didalamnya dengan cara yang tidak normal tentunya membuat rahim tersebut bekerja dengan tidak wajar pula, sehingga bukan hanya janin yang keluar melainkan darah akibat rusaknya rahim. Terjadinya pendarahan jika tidak segera dihentikan dapat berakibat pada kematian si pelaku aborsi.

(6)

3. Biayanya mahal. Praktek aborsi yang dianggap illegal dalam negara Indonesia umumnya memakan biaya yang tidak sedikit apalagi bila dilakukan oleh para ahli medis yang bersedia melanggar kode etik profesinya. Apalagi nantinya terjadi pendarahan atau apapun yang menyebabkan campur tangan lebih banyak untuk membunuh janin yang tidak berdosa tersebut.

4. Perasaan berdosa. Sebagai muslim, menggugurkan kandungan yang dapat diibaratkan dengan pembunuhan akan menimbulkan perasaan berdosa bagi pelakunya. Pertimbangan akan mendapat dosa inilah yang terasa berat bagi pelaku aborsi. Yang terpenting adalah naluri ke-ibu-annya menolak aborsi. Secara alamiah, setiap perempuan pasti memiliki naluri seorang ibu yang tidak akan hilang sampai kapan pun. Ketika perempuan yang sedang hamil ingin melakukan aborsi, secara alamiah pun nalurinya tersebut akan berusaha menolaknya. Sedalam apapun rasa bencinya terhadap janin dalam rahimnya, pasti ada rasa sayang pada janin yang tidak bersalah itu.

2.1.4 Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang ibu. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”..ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada dua macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

(7)

Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Ph.D. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi diantaranya:

• Kematian mendadak karena pendarahan hebat • Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

• Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan • Rahim yang sobek

• Kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

• Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita)

• Kanker indung telur (Ovarian Cancer) • Kanker leher rahim (Cervical Cancer) • Kanker hati

• Kelainan pada ari-ari(Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat anak pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya • Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi

• Infeksi rongga panggul serta infeksi pada lapisan rahim

Resiko gangguan psikologis, pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut:

• Perasaan bersalah • Bersedih terus-menerus • Depresi/menangis

• Ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri • Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

(8)

• Ingin melakukan bunuh diri

• Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol • Mudah marah

• Masalah seksual(sulit untuk bisa menikmati hubungan seksual kembali) • Rasa rendah diri

• Anorexia atau gangguan makan lainnya

2.1.5 Gambaran dan Proses Aborsi

Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu proses proses aborsi seperti apa yang dikemukakan oleh Jalu.S (www.newsgroups.com):

a. Pada kehamilan muda (dibawah 1 bulan)

Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap (sunction). Sang anak yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan.Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.

b. Pada kehamilan lebih lanjut (1-3 bulan)

Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu, bagian-bagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam abortus). Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa, tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher.Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya.Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi

(9)

bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan dalam klinik aborsi, bisa dilihat potongan-potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.

c. Aborsi pada kehamilan lanjutan (3-6 bulan)

Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat jelas.Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam.Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan baik.Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan.Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal. Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya berdetak keras.

d. Aborsi pada kehamilan besar (6-9 bulan)

Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk.Wajahnya sudah kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir, dan telinganya yang mungil.Jari-jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh. Cara membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ketempat sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga pecah.Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai.

(10)

2.1.5 Aborsi Dalam Tinjauan Islam

Aborsi (Al-Ijhadl) dalam bahasa Arab mengandung arti pengguguran janin dari rahim. Untuk membahas boleh tidaknya aborsi dilakukan, ada baiknya menyimak hadist Bukhari dari Ibnu Mas’ud tentang perkembangan janin, berikut ini : “Sesungguhnya kamu dikumpulkan selama 40 hari sebagai nuthfah (sperma) pada masa yang sama, lalu menjadi mudhgah pada masa yang sama pula. Lalu Allah SWT mengutus seorang malaikat diperintahkan untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, kebahagiaan, dan kesengsaraannya, kemudian meniupkan roh kedalam tubuhnya’’. (HR. Bukhari).

Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap penciptaan fisik atau jasad manusia dan tahap nonfisik berupa peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan dalil yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Dalil-dalil inilah yang kemudian menjadi bahan acuan dan rujukan para ulama dalam member pengertian tentang proses kejadian manusia dimulai, yang juga akan menjadi dasar dala menjawab masalah aborsi. (Maria Ulfah, 2006).

Janin adalah makhluk yang telah memiliki kehidupan yang harus dihormati, menggugurkannya berarti menghentikan (menghilangkan) kehidupan yang telah ada, dan ini hukumnya haram. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Islam melarang tindakan aborsi, kecuali dengan sesuatu (sebab) yang dibenarkan yang tertulis seperti dalam surat Al-Isra’:33 :

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar’’.

Tindakan aborsi yang dilakukan dari pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter pelaku aborsi dengan alasan apapun merupakan suatu bentuk penganiayaan terhadap

(11)

janin. Pengguguran yang dialkukan sama halnya dengan tindakan pembunuhan yang sangat tidak dibenarkan dalam islam.

Menurut Maria Ulfah (2002), pada dasarnya hukum aborsi adalah haram. Dalam Fatwa MUI dijelaskan bahwa secara umum aborsi hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungannya itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Kondisi seperti ini dibolehkan dengan tujuan mengupayakan penyelematan kehidupan jiwa ibu.

2.2 Dewasa Awal

2.2.1 Pengertian Dewasa Awal

Rentang usia dewasa awal adalah usia 18-25 tahun (Santrock, 2009). Dimulainya masa dewasa awal adalah suatu masa ketika seseorang tidak lagi remaja, tapi belum sepenuhnya dewasa (Arnett,2000; 2004; Furstenberg et al., 2005 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009 ). Santrock (2009) menyatakan bahwa individu dewasa awal telah memiliki kebebasan secara finansial dan kebebasan dalam pengambilan keputusan.Masa ini merupakan waktu pembentukan kemandirian ekonomi dan pribadi, dimana perkembangan karir dan intimasi menjadi lebih penting. Erikson (dalam Santrock,2009) menyatakan individu dewasa awal menghadapi tugas perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.

2.2.2. Kognitif Dewasa Awal

Piaget (Santrock, 2009) perkembangan kognitif pada usia dewasa awal adalah formal operasional. Menurut Turner dan Helms (Santrock,2009) dewasa awal bukan hanya mencapai tahap operasi formal, melainkan telah memasuki penalaran post-formal. Kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari

(12)

ide-ide, gagasan, teori, pendapat dan pemikiran yang saling bertentangan (kontradiktif) sehingga individu menyintesiskan dalam pemikiran baru dan kreatif.

2.2.3. Perkembangan Moral Wanita

Gilligan (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2001) menyatakan bahwa pada diri wanita memiliki tahap perkembangan moral tersendiri. Gilligan membagi perkembangan moral wanita menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap 1: Orientasi untuk Mempertahankan Hidup Pribadi Wanita berupaya bagaimana memikirkan dan mengusahakan hal-hal yang terbaik untuk dirinya sendiri. Yang penting adalah agar dirinya bisa bertahan dalam kehidupannya secara praktis.

Transisi 1: dari diri sendiri menuju rasa tanggung jawab (Form selfishness to responbility). Wanita menyadari bahwa dirinya mempunyai relasi dengan orang lain dalam lingkungan sosial. Bagaimanapun juga, yang dilakukannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada orang lain.

b. Tahap 2: Kebaikan sebagai Pengorbanan Diri

Kebijaksanaan konvensional feminin ini mendikte untuk mengorbankan harapan seorang perempuan demi apa yang orang lain inginkan darinya-dan pikirkan tentang dirinya. Ia menganggap dirinya bertanggung jawab atas tindakan orang lain, sementara menuntut orang lain bertanggung jawab terhadap pilihannya. Ia berada dalam posisi bergantung pada orang lain, posisi dimana usaha tidak langsungnya untuk mengusahakan kendali sering kali malah menjadi manipulasi, kadang dengan menggunakan rasa bersalah.

(13)

Perempuan menilai keputusan-keputusannya tidak berdasarkan pada bagaimana orang lain akan bereaksi tapi berdasarkan intensinya dan konsekuensi dari tindakannya. Ia mengembangkan penilaian baru yang mempertimbangkan kebutuhannya sendiri, sambil juga kebutuhan orang lain. Ia ingin menjadi ‘baik’ dengan bertanggungjawab terhadap orang lain, tapi juga ingin menjadi ‘jujur’ dengan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Kelangsungan hidup kembali menjadi kekuatan utama.

c. Tahap 3: Moralitas NonKekerasan

Dengan mengangkat aturan untuk tidak menyakiti orang lain (termasuk dirinya sendiri) menjadi prinsip yang melandasi seluruh penilaian dan tindakan moral, perempuan membangun “kesetaraan moral” antara dirinya dan orang lain dan kemudian mampu menanggung beban tanggung jawab atas dilema moral.

Gilligan, konsepsi wanita tentang kepedulian dan afiliasi melekat di dalam situasi-situasi hidup yang nyata, (wawancara terhadap wanita yang memutuskan untuk aborsi yang menghadapi krisis pribadi).Gilligan menunjukkan bahwa wanita bergerak dari mode berpikir konvensional menujupasca konvensional. Artinya, mereka tidak lagi mengambil tanggung jawab menurut yang diharapkan secara konvensional dari mereka, melainkan bertindak menurut pemikiran sendiri terhadap etika perawatan dan tanggung jawab. Bagi wanita, menurut Gilligan, moralitas tidak berpusat kepada hak-hak dan aturan-aturan,melainkan hubungan-hubungan antar-pribadi dan etika kasih sayang dan kepedulian. Yang ideal bukan keadilan yang impersonal, melainkan jalan kehidupan yang lebih afiliatif. Moralitas wanita lebih

(14)

kontekstual; dia terikat pada hubungan-hubungannya yang sedang berlangsung di hadapannya, lebih daripada solusi-solusi abstrak bagi dilema-dilema hipotesis. 2.3 Kerangka Pemikiran   Gambaran dan  Proses Aborsi  Dewasa Awal Pengertian Dewasa Awal Kognitif Dewasa Awal Perkembangan Moral Wanita Seks Pranikah Kehamilan Aborsi  Pengertian  Aborsi  Macam  Aborsi  Faktor  Penyebab  Aborsi Resiko Aborsi  1. Gangguan dan Keselamatan Fisik 2. Gangguan Psikologis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan hasil analisa yang telah dilakukan selama pengembangan Aplikasi Deteksi Kemiripan Source Code Pada Bahasa Pemrograman Java Menggunakan Metode

Menurt Solomon dan Rothblum (Rachmahana, 2001, h.135) individu yang kurang asertif tidak mau mencari bantuan ( seeking for help) kepada orang lain untuk membantu

Pada umumnya orang-orang Jakarta yang datang ke Bandung tidak hanya berbelanja pakaian, tetapi juga ingin menikmati suasana lain dibandingkan dengan Kota Jakarta yang

a) Manajemen keuangan pribadi (personal finance) merupakan proses perencanaan dan pengendalian keuangan dari unit individu atau keluarga.. b) Bentuk simpanan di Bank yang dapat

PLTM (Pembangkit Mini Hidro) termasuk ke dalam jenis pembangkit run off river karena memanfaatkan aliran Sungai Damar untuk membangkitkan tenaga listrik dan

Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi akibat kedua-duanya yang dapat

Maka model regresi dapat dikatakan bahwa variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, reputasi KAP, dan opini audit, secara

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas