• Tidak ada hasil yang ditemukan

kota-kota besar yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi, sehingga susu yang dihasilkan dapat segera sampai ke konsumen akhir, mmengingat su

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "kota-kota besar yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi, sehingga susu yang dihasilkan dapat segera sampai ke konsumen akhir, mmengingat su"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI PERAH

DI JAWA TENGAH

(The Direction of Developing Dairy Cow Industry in Central Java)

TEGUH PRASETYO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

ABSTRACT

The dairy cow industrial area in Central Java is generally located on surrounding cities which have an adequate transportation networking. The centre of dairy cow industry is exist in the Regency of Boyolali, Semarang, Klaten, Magelang, Banyumas, and Salatiga City, Semarang City, Surakarta City, Pekalongan, and Tegal. Dairy cow industrial business in Central Java is dominated by people's dairy cow with 2-5 cows in average per one breeder household . There are 8.219 households running this business . In the view of ownership, the cows releasing milk are about 50 - 60% of total amount of breeder, with about 10 - 40 years experiences. Breeder in Regency of Boyolali, Klaten, Salatiga, and Semarang are more experienced because those regencies are developing area for dairy cow breeding for long time . For latest five years, the dairy cow population in Central Java was decreased . In Central Java, target of milk production in 2012 is about 89,253,763 liters, while target of milk production improvement is 0 .73% per year. Thus, it is needed to increase the cow releasing milk for amount of 6,806, parallel with Rp. 61,254,000,000,- . In order to be able to reach the wanted target, there are, at least, four directions of developing dairy cow industry to do : 1) Business development; 2) Population improvement ; 3) Productivity improvement ; and 4) Increasing business scale. Keywords : Dairy cattle, Central Java, productivity improvement

ABSTRAK

Kawasan industri sapi perah di Jawa Tengah pada umumnya ada di sekitar kota yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi . Pusat industri sapi perah adalah di Kabupaten Boyolali, Semarang, Klaten, Magelang, Banyumas, Kota Salatiga, Semarang . Usaha industri sapi perah di Jawa Tengah didominasi oleh sapi perah rakyat, dengan pemilikan 2 - 5 ekor per rumah tangga petani . Sapi perah diusahakan oleh 38.219 rumah tangga. Dalam hal pemilikan, sapi yang laktasi berkisar 50 % - 60 % dari total pemilikan . Pengalaman peternak sudah cukup lama berkisar 10 - 40 tahun . Petemak di Kabupaten Boyolali, Klaten, Salatiga dan Semarang lebih berpengalaman karena di daerah ini sejak lama telah dijadikan sebagai daerah pengembangan, bahkan di Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga pengembangan sapi perah sudah sejak jaman sebelum kemerdekaan . Populasi sapi perah di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir mengalami

penurunan . Pada 2002 populasi sapi perah sebanyak 119.026 ekor, sedangkan pada 2006 adalah 115 .158 ekor. Penurunan populasi juga diikuti penurunan produksi susu . Produksi susu pada 2002 sebanyak 80 .129.318 liter, sedangkan 2006,menurun menjadi 71 .375 .710 liter. Di Jawa Tengah target produksi susu pada 2012 adalah sekitar 89 .253 .763 liter dengan sasaran rata - rata peningkatan produksi susu sebanyak 0,73 % /tahun. Untuk itu dibutuhkan sapi laktasi sebanyak 38 .806 ekor, apabila saat ini jumlah sapi yang laktasi sebanyak 32.000 ekor, maka perlu penambahan sapi laktasi sebanyak 6 .806 ekor setara dengan nilai Rp 61 .254 .000.000. Agar sasaran yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan, maka arah pengembangan industri sapi perah yang dapat dilakukan paling tidak ada empat cara yaitu (1) pengembangan usaha, (2) peningkatan populasi, (3) peningkatan produktivitas dan (4) penambahan skala usaha .

Kata kunci : Sapi perah, Jawa Tengah, peningkatan produktivitas

PENDAHULUAN disebut peranakan FH. Tujuan utama

pemeliharaan sapi perah saat ini adalah Sebagian besar sapi perah yang dipelihara memperoleh produksi susu, pedet (anak sapi) peternak di Indonesia adalah jenis Friesian dan pupuk kandang . Kawasan usaha sapi perah Holstein (FH) dan hasil silangan lokal yang di Jawa Tengah pada umumnya ada di sekitar

(2)

kota-kota besar yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi, sehingga susu yang dihasilkan dapat segera sampai ke konsumen akhir, mmengingat susu merupakan

bahan pangan yang mudah rusak

(SUDARWANTO dan WIRAWAN, 1994) . Sampai saat ini sebagian besar usaha sapi perah masih dilakukan secara terpadu atau sebagai cabang usaha dari tanaman pangan terutama sayuran dan palawija seperti jagung dan ketela pohon, walaupun ada sebagian kecil diusahakan sebagai penghasilan pokok (PRASETYO et al.,

2004). Hal ini disebabkan karena peternak sapi perah berupaya mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki terutama lahan, alokasi tenaga kerja, ketrampilan serta pertimbangan budaya atau kebiasaan yang sudah lama dilakukan.

Pennasalahan utama dalam mengembang-kan industri sapi perah di Jawa Tengah saat ini adalah keterbatasan sumberdaya dan lemahnya manajemen usaha (produksi, reproduksi dan pasca panen), penerapan teknologi yang belum memadahi, kurang seimbangnya ongkos produksi dengan nilai susu yang dihasilkan, serta birokrasi penjualan susu yang kurang efisien (UTOMO et al., 2006 ; TALIB et al., 2007). Dampak yang lebih luas adalah

produktivitas menurun, kualitas susu rendah, peternak enggan mengawinkan ternaknya dengan pejantan jenis FH, sehingga populasi

ternak perah dan produksi susu ada

kecenderungan menurun . Masalah permodalan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengembangan sapi perah (TARYOTO dan

GUNAWAN, 1995) . Kebutuhan investasi untuk pengembangan sapi perah relatif besar, di lain

pihak sumber modal yang ada belum

sepenuhnya bermitra dengan para peternak sapi perah .

Dari hasil identifikasi , tampak bahwa

permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan agribisnis sapi perah cukup kompleks mulai dari aspek sumber daya, kelembagaan, ekonomi, dan teknologi . Atas dasar hal-hal yang telah diuraiakan di atas telah dilakukan pengkajian yang terkait dengan perkembangan industri sapi perah di Jawa Tengah dengan tujuan untuk memberikan informasi atau gambaran tentang arah pengembangan industri sapi perah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan .

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

METODE PENGKAJIAN

Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah survey dengan pendekatan Rapid Rural Appraissal (RRA), forum group diskusi (FGD) secara partisipatif, dan studi pustaka . Lokasi pengkajian untuk RRA dan FGD adalah di sentra produksi susu yaitu di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Kota Salatiga .

Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan meliputi populasi sapi perah, produksi susu, kebutuhan susu, kondisi sistem agribisnis sapi perah yang berkembang saat ini . Sumber data utama adalah Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah 2006-2009, Statistik Peternakan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah 2006, wawancara dengan petugas dinas, pengurus koperasi, industri pengolahan susu dan peternak .

Data yang dikumpulkan kemudian

ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif, hasil analisis dirangkum untuk mendiskripsikan kondisi sapi perah saat ini, kemudian dianalisis guna menentukan arah pengembangan .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi dan produksi susu

Selama lima tahun terakhir populasi sapi perah di Jawa Tengah mengalami penurunan

(DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH, 2007) . Pada2006populasi sapi perah sebanyak

115 .169 ekor atau turun sebanyak 3,24% bila

dibandingkan 2002, kecuali Kota Salatiga . Penurunan tertinggi terjadi dari 2002 ke2004

yaitu sebanyak 7,10%, seperti yang terlihat pada Tabel 1 . Berdasarkan hasil wawancara dengan para peternak dan petugas dinas dapat diketahui bahwa penyebab utama turunnya populasi sapi perah adalah (1) peternak beralih ke usaha sapi potong, (2) difungsikan sebagai sapi potong, artinya bahwa sapi perah yang kurang produktif dipotong (3) induk

dikawinkan dengan sapi potong, sehingga tidak menghasilkan pellet sapi perah .

Seluruh kabupaten dan kota yang ada di Jawa Tengah terdapat sapi perah, namun sentra sapi perah yang terbanyak adalah di Kabupaten

(3)

Boyolali dan Semarang, masing-masing Banyumas, Magelang, Klaten, Kota Salatiga sebanyak 51,18 dan 28,26% dari total populasi dan Semarang berturut-turut adalah 1,42 ; 1,40 ; sapi perah di Jawa Tengah . Daerah lain yang 4,97 ; 6,91 dan 1,93%, sedangkan kabupaten/ relatif tinggi populasinya adalah Kabupaten kota lainnya kurang dari 1000 ekor.

Tabel 1 . S entra populasi sapi perah di Jawa Tengah 2002-2006 (ekor)

Jumlah 119.026 111 .336 110 .691 114 .116 115.169

Sumber: DINAS PETERNAKAN PR0vINSI JAWA TENGAH (2007), diolah.

Menurunnya populasi sapi perah

mengakibatkan produksi susu di Jawa Tengah pada periode yang sama juga mengalami penurunan yaitu sebanyak 10,92% . Di tingkat provinsi, produksi susu pada 2002 sebanyak 80.129 .318 liter, sedangkan 2006 menurun menjadi 71 .375 .710 liter, namun di Kota Salatiga, mengalami peningkatan . Peningkatan produksi susu di Kota Salatiga disebabkan adanya peningkatan populasi sapi perah sebanyak 17,61%.

Kontribusi produksi susu di Jawa Tengah yang terbanyak adalah Kabupaten Boyolali dan

Tabel 2 .Sentra produksisusu diJawa Tengah 2002-2006 (liter)

Sumber: DINAS PETERNAKAN PRGvINSI JAWA TENGAH (2007), diolah .

Semiloka Nasional Prospek Industri Sap! Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Semarang masing - masing sebanyak 41,27 dan 25,49% dari total produksi susu di Jawa Tengah, sedangkan daerah lainnya hanya mempunyai kontribusi antara 1,55 sampai 4,99% . Di Jawa Tengah target produksi susu pada 2012 adalah sekitar 89 .253 .763 liter dengan sasaran rata-rata peningkatan produksi susu sebanyak 0,73 %/tahun. Untuk itu dibutuhkan sapi laktasi sebanyak 38.806 ekor, apabila saat ini jumlah sapi yang laktasi sebanyak 32 .000 ekor, maka perlu penambahan sapi laktasi sebanyak 6 .806 ekor setara dengan nilai Rp . 61 .254 .000 .000 . No Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 I Kabupaten Banyumas 1 .934 1 .814 1 .920 2.023 1 .637 2 Kabupaten Magelang 1 .785 2 .004 1 .946 1 .845 1 .618 3 Kabupaten Boyolali 63 .848 56.193 57.948 58.792 59 .689 4 Kabupaten Klaten 7 .899 7 .899 5 .809 5 .859 5 .727 5 Kabupaten Semarang 27.692 28 .241 30 .625 31 .888 32 .546 6 Kota Salatiga 6 .769 7.681 7.721 7 .721 7.961 7 Kota Semarang 2 .962 3 .715 1 .409 2.409 2 .227 Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005 2006 Kabupaten Banyumas 2 .163 .408 2 .147.304 1 .871 .769 3 .427.109 3 .291 .844 Kabupaten Magelang 2.454 .966 1 .912.754 1 .462 .628 871 .901 1 .109.340 Kabupaten Boyolali 0.771.829 31 .177.928 30.564.850 27.295 .835 29 .461 .368 Kabupaten Klaten 7.578 .504 7 .740.252 3 .566.552 3 .887 .126 4.047.353 Kabupaten Semarang 4.855 .528 26.455 .613 24.351 .667 21 .365 .294 18.199 .944 Kota Salatiga 4.341 .610 4 .270 .971 5 .545 .620 5 .384 .528 6.324.975 Kota Semarang 2.177 .752 1 .898 .875 5 .361 .667 3 .129 .000 3 .206.880 Jumlah 0.129 .318 82 .941 .722 78 .231 .136 70.693 .094 71 .375 .710

(4)

Kondisi sistem agribisnis sapi perah di Jawa Tengah

Dalam mengimplementasikan sistem agribisnis sapi perah, peranan kelembagaan sangat penting, karena konteks kelembagaan akan menyangkut organisasi dan aturan-aturan

main yang harus disepakati bahkan

menyangkut etika masing-masing pelaku . Dalam pengembangan sistem agribisnis sapi perah, setiap simpul yang meliputi sarana dan prasarana produksi, usaha budidaya ( on farm), pascapanen dan pengolahan hasil, dan pemasaran perlu dilihat secara menyeluruh dan seimbang. Demikian juga sistem pendukung seperti tranportasi, informasi, sumber modal, forum komunikasi dan lain-lain perlu berintegrasi secara fungsional (SoEKARTAWI,

1993 ; DOWNEY dan ERICKSON, 1989) . Dalam

konteks ini tampak bahwa inovasi

kelembagaan sangatlah strategis dalam pengembangan agribisnis sapi perah .

Walaupun konsep agribisnis telah dipahami dan dilaksanakan oleh berbagai stakeholders namun kegiatannya masih secara parsial dan secara agregat belum sepenuhnya ada senergisme antar kegiatan yang dapat membentuk sistem agribisnis secara utuh . Antar pelaku belum terpadu, bahkan kadang-kadang saling mengeksploitasi . (PRASETYO et

al., 2002) . Dampak yang ditimbulkan adalah

adanya ketidakadilan di antara pelaku, karena ada salah satu atau beberapa pihak yang merasa tertindas terutama yang bergerak di sektor budidaya yaitu peternak .

Usaha budidaya

Usaha budidaya sapi perah di Jawa Tengah didominasi oleh sapi perah Mkyat, dengan pemilikan 2-5 ekor per rumah tangga petani. Sapi perah diusahakan oleh 38 .219 rumah tangga. Dalam hal pemilikan, sapi yang laktasi berkisar 50-60% dari total pemilikan. Menurut

MAHAPUTRA (1994) bahwa perbandingan sapi laktasi yang efisien adalah 4 : 3 artinya bahwa apabila jumlah sapi yang dipelihara 7 ekor, maka 4 ekor sapi laktasi, 1 ekor kering dan 2 ekor pedet.

Pada umumnya pemilikan sapi perah di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Kota Salatiga berasal dari kredit Bank Koperasi Indonesia melalui kelembagaan Koperasi Unit

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Desa. Saat ini pemilikan sapi perah sebagian sudah milik sendiri atau menggaduh dari tetangga, sebagian kecil berasal dari bantuan pemerintah melalui bantuan pinjaman langsung

masyarakat (BPLM). Pemerahan susu

umumnya dilakukan pada pagi dan sore hari dengan produksi susu rata-rata 5-7 lt/harilekor . Sub sistem agribisnis hulu

Usahatani sapi perah pada dasarnya membutuhkan masukan sarana dan prasarana produksi yang memadahi . Sarana dan prasarana produksi untuk usahatani sapi perah atau dalam istilah sistem agribisnis sering disebut sabagai sub sistem agribisnis hulu atau sub sistem pra produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas sapi perah. Sarana produksi yang dominan mempengaruhi usahatani sapi perah antara lain adalah penyediaan pakan (hijauan, jerami dan konsentrat), suplemen dan obat-obatan ternak untuk kesehatan, peralatan pegumpul susu (milk can), air, penyediaan lahan untuk kandang dan penanaman rumput, penyediaan bibit serta usaha inseminasi buatan (IB) .

Sapi perah terutama pada induk laktasi memerlukan hijauan pakan dengan kualitas dan jumlah yang kontinyu. Sebagian besar peternak sapi perah di Jawa Tengah menggunakan rumput lapangan dan unggul serta jerami yang ditambah konsentrat yang pada umumnya belum memadahi, terutama kontinyuitasnya . Pemberian pakan yang berupa hijauan saat ini dapat dikatagorikan kedalam tiga golongan yaitu (1) rumput unggul dengan kualitas baik, (2) rumput lapangan dan tanaman kacang-kacangan seperti daun kaliandra, turi dengan kualitas sedang sampai baik, (3) jerami padi, jagung, kacang tanah, daun tebu dan lain-lain dengan kualitas rendah-sedang . Pakan lain yang diberikan adalah konsentrat yang sudah banyak diproduksi oleh KUD dan ramuan sendiri oleh para peternak

Sebagai gambaran dalam penyediaan pakan, peternak di Kabupaten Semarang dan Boyolali telah menanam sendiri rumput di ladang . Pada musim hujan (Nopember-April) sapi yang laktasi diberi pakan hijauan rata-rata per hari 20-25 kg/ekor, kadang-kadang dedak diberikan 1 kg/ekor/hari dan konsentrat 2 kg/ekor/hari (juga tidak tetap) . Namun pada musim kemarau ternak hanya diberi pakan

(5)

dengan komposisi rumput unggul 30%, rumput lapangan 40% dan jerami jagung/padi 30%, kemudian diberi ketela pohon yang ditanam ditegalan rata-rata 2 kg/ekor/hari, kadang diberi dedak dan pakan konsentrat yang jumlahnya tidak tetap .

Saat puncak musim kemarau (Agustus-Oktober), dimana ketersediaan rumput unggul tidak mencukupi, sumber pakan berserat mengandalkan rumput lapang dan jerami padi atau jagung . Pada saat tersebut, pencarian rumput lapang hingga sejauh + 20 km, dan setiap kali mencari untuk keperluan 3-4 hari . Jerami padi atau jagung diberikan dengan jumlah sekitar 6-8 kg/hari . Untuk temak yang berproduksi, jerami diberikan dalam bentuk segar, sedangkan untuk ternak yang tidak berproduksi dan jantan, diberikan jerami kering. Ketidak stabilan pemberian pakan mengakibatkan produksi susu rendah .

Di Kabupaten Semarang peternak juga mengandalkan hijauan pakan rumput unggul yang ditanam di sekitar lahan sawah dan tegalan, dengan jumlah pemberian sekitar 30 kg/hari. Pakan penguat yang diberikan untuk sapi laktasi umumnya adalah konsentrat pabrik, ampas tahu, kulit kedele dan singkong, dengan jumlah pemberian masing-masing sektar 1-3 kg, I masakan (+ 20 kg), dan 3 kg/ekor/hari . Pada sapi dalam masa pengeringan dan sapi dewasa yang belum berproduksi, pakan penguat yang diberikan lebih sedikit, yakni masing-masing 2 kg, 1 masakan (+ 20 kg), 1 kg/ekor/hari. Pada anak lepas sapih pakan yang diberikan adalah konsentrat dan singkong masing-masing sebanyak 1 kg .

Sub sistem agribisnis hilir

Susu yang dikonsumsi harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan media yang baik bagi mikroba, sehingga masa simpanya relatif singkat . Beberapa informasi menyebutkan bahwa susu segar yang disimpan pada temperatur ruang akan mulai mengalami penurunan kualitas dalam waktu 4 jam setelah pemerahan . Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan terutama kebersihan kandang dan kondisi sapi sebagian tampak kotor . Susu yang diperah dengan sanitasi yang tidak baik akan

terkontaminasi oleh bakteri coliform . Kegiatan penanganan yang baik dapat menyelamatkan hasil sehingga mengurangi kerugian dan mencegah penurunan kualitas .

Penanganan pasca panen susu merupakan salah satu rantai sistem agribisnis sapi perah yang perlu mendapatkan perhatian, mengingat sifat susu yang mudah rusak . Penanganan susu selepas dari petemak sebagian besar dilakukan oleh loper atau pengurus KUD untuk kemudian ditampung sementara yang selanjutnya dikirim ke Milk Treatment Centre (MTC) di GKSI dan susu tersebut kemudian diangkut melalui tangki menuju ke IPS . Peralatan untuk mengangkut susu hampir seluruh KUD telah menggunakan milk can dengan bahan stainles steel. IPS yang selama ini bekerja dengan KUD yang ada di Jawa Tengah antara lain adalah PT Sari Husada di Yogyakarta, PT Friesen Flag dan PT Indo Milk di Jawa Barat . Saat ini PT Indo Milk telah bersama-sama dengan GKSI Jawa Tengah mengolah susu segar menjadi produk olahan di Boyolali. Produk final yang diproses di IPS antara lain adalah susu kental manis dan susu bubuk,skim milk, bahan untuk ramuan makanan bayi dan lain-lain.

Sebagian kecil (< 10 %) susu dipasarkan dalam bentuk segar dan didistribusikan ke warung-warung, kemudian dimasak dan disajikan dalam bentuk segar . Akhir-akhir ini mulai berkembang usaha pengolahan susu dengan cara pasteurisasi dalam skala industri kecil . Tampaknya teknologi pengolahan susu pasteurisasi dapat menjadi salah satu alternatif usaha deversifikasi yang dapat dilakukan dalam skala usaha kelompok atau koperasi .

Pada 2002 produksi susu yang dipasarkan peternak sebanyak 80 .129.318 liter, sedangkan 2006 menurun menjadi 71 .375 .710 liter dengan nilai Rp . 105 .374 .365 .000,00. Pemasaran susu saat ini sebagian besar didominasi oleh satu lembaga sehingga harga yang diterima petani sangat tergantung dari keputusan satu lembaga. Kondisi ini tampaknya mengarah pada pasar monopsonic, sehingga posisi tawar petemak lemah

Sebagian besar susu diambil pengumpul atau loper yang selanjutnya ditampung di KUD . Penjualan susu yang tidak melalui KUD (langsung ke konsumen) di kota kota Semarang, Surakarta, Pekalongan Tegal . Dari sisi kelembagaan pemasaran hasil dapat

(6)

dikatakan belum melembaga secara baik, sebagian besar (90%) pemasaran susu terkait Iangsung dengan KUD . Koperasi dan IPS merupakan dua pelaku utama yang memegang jalur pemasaran susu. Ditinjau dari rantai pemasaran, KUD memegang pasar tunggal bagi susu segar, sedangkan IPS merupakan

konsumen terbesar (SuDIYONO 2004 ;

KARIYASAdanKASRYNO, 2004) .

Harga susu segar di Jawa Tengah pada Juni 2004 pernah mengalami penurunan yaitu dari Rp. 1 .200/liter, menjadi Rp . 1 .100/liter dan barn meningkat ke harga semula pada Desember 2004 . Pada 2004 mulai dirintis oleh beberapa kelompok yaitu di Kabupaten Semarang mencoba merubah jalur pemasaran susu yaitu dari kelompok langsung disalurkan ke industri pengolahan susu . Tampaknya model ini mulai berkembang sehingga 2007 harga susu telah mengalami peningkatan . Walaupun masih bervariasi namun harga jual susu yang diterima antara Rp. 2 .000,00 - Rp . 2 .700,00 per liter.

ARAH PENGEMBANGAN

Arah pengembangan agribisnis sapi perah dapat dilakukan paling tidak ada empat cara yaitu (1) pengembangan usaha, (2) peningkatan populasi, (3) peningkatan produktivitas dan (4) penambahan skala usaha.

Pengembangan usaha

Agribisnis sapi perah mulai dari hulu sampai hilir saat ini dapat dikatakan sudah berkembang. Paling tidak ada empat sektor yang dapat dikembangkan dalam agribisnis sapi perah yaitu subsistem sarana dan parasarana, usaha budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil serta usaha pemasaran basil . Usaha yang berpeluang dikembangkan pada sub sistem agribisnis hulu antara lain adalah pengadaan pakan ternak yang berasal dari hijauan dan konsentrat, obat-obatan hewan, peralatan pemerahan sususeperti milk can, usaha pembibitan dan jasa inseminasi buatan . Pada sub sistem usahatani yaitu kegiatan usaha budidaya yang menghasilkan susu, pedet, dan faceslurine banyak dilakukan oleh petani . Usaha untuk mengembangkan ternak melalui peningkatan skala usaha dan produktivitas masih berpeluang .

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Pengembangan usaha sapi perah di hilir seperti pengolahan susu menjadi yogurt, pasteurisasi, tahu, permen saat ini belum berkembang, selain itu budaya minum susu segar juga masih terbatas . Oleh karena itu perlu didorong sebagai industri rumahtangga di pedesaan . Demikian juga untuk industri kulit dan tulang tampaknya perlu terus ditingkatkan . Kegiatan agribisnis berbasis pada sapi perah berdasarkan pohon industri terlihat pada Gambar 1 .

Peningkatan populasi

Untuk meningkatkan produksi susu salah satu upaya yang perlu ditempuh adalah peningkatan populasi . Peningkatan populasi sapi perah dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah (1) mempercepat umur kawin pertama sehingga sapi perah akan lebih cepat mempunyai anak . Diharapkan umur kawin pertama sekitar 2,5 tahun, (2) memper-pendek jarak beranak, hal ini dapat dilakukan apabila sapi induk tidak terlalu lama dibiarkan kering atau terlalu lama laktasi . Diupayakan laktasi hanya 7-8 bulan, (3) Impor induk siap laktasi atau bahkan yang sudah laktasi.

Peningkatan produktivitas

Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara intensivikasi dan secara bertahap dilakukan rehabilitasi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat . Peningkatan produktivitas ini diarahkan pada hasil pemerahan susu per hari serta kualitas susu yang dinyatakan dalam total solid. Untuk itu diperlukan perbaikan manajemen pemeliharaan yang meliputi perbaikan kualitas pakan, seleksi sapi laktasi yang berproduksi tinggi, pelayanan IB dengan semen beku yang berkualitas serta pelayanan kesehatan .

Rintisan pembuatan pakan konsentrat di pedesaan untuk penyediaan pakan konsentrat yang murah berbasis sumberdaya lokal . Peningkatan produksi pakan hijauan melalui penyediaan dan pemanfaatan lahan untuk pastura (rumput unggul dan leguminosa) terutama pada lahan tidur, terlantar, teras (guludan), bawah naungan perkebunan dan perhutani serta pendayagunaan jerami dan limbah agroindustri untuk diproses menjadi pakan yang berkualitas.

(7)

Sapi perah

Skala usaha

Pemilikan sapi perah biasanya terdiri dari sapi laktasi, kering, muda dan anak atau pedet . Rata-rata pemeliharaan sapi perah di Jawa Tengah berkisar antara 2-5 ekor atau rata-rata hanya 2, 6 ekor artinya 2 ekor sapi dewasa dan 1 ekor pedet, apabila sapi yang lakstasi hanya I ekor berarti sapi tersebut dibebani oleh 1 ekor sapi kering dan 1 ekor pedet . Berdasarkan hasil penelitian bahwa sesuai dengan kemampuan tenaga kerja dan aset yang dimilik oleh sebagian besar petemak sapi perah di Jawa Tengah, sebaiknya petemak memiliki sapi laktasi 3 ekor, dan sapi yang tidak laktasi 0,5-1 Unit Ternak (UT) . Sebagai catatan bahwa seekor sapi laktasi/bunting/kering setara dengan IUT, sapi perah dara/jantan dewasa setara dengan 0,8 UT, dan 1 ekor pedet setara 0,5 UT . Susu segar Daging Kulit Hasil samping

--r

Susu bubuk, pasteurisasi kental manis, yogurt,permen, tahu, keju

Table drink (susu segar)

Table food (steak, sate, masakan RT )

Dendeng, abon, daging kaleng

Kotoran/Urine

Jeroan

tulang

Gambar 1 . Pohon industri sapi perah

11. Produk fashion

Kerajinan

Pupuk organik

Table food (masakan RT)

Tepung tulang

Perekat (lem)

Dalam hal pemilikan sapi laktasi, diperkirakan setiap peternak memiliki sapi sebanyak 1-3 ekor atau rata-rata 1,98 UT. Besarnya skala usaha dari tahun ke tahun tampaknya stagnasi. Untuk meningkatkan skala pemilikan saat ini para peternak melalui koperasi sedang merintis pengadaan sapi perah melalui sumber modal dari lembaga perbankkan .

Penguatan kelembagaan dan sumber modal

Kelembagan yang selama ini berkembang adalah koperasi . Hal yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan infrastruktur pemasaran dan kelembagaan informasi pasar untuk meningkatkan efisiensi pemasaran yang pada akhirnya meningkatkan bagian harga yang diterima peternak . Dalam penguatan kelembagaan yang penting adalah adalah adanya organisasi bersifat koordinatif dan

(8)

merupakan suatu kuasi organisasi yang terpadu dengan persyaratan utama sebagai berikut :

1 . Seluruh komponen atau anggota yang tergabung dalam organisasi perlu melaksanakan fungsi sesuai dengan aktivitas pokok dan dalam satu kesatuar. fungsi agribisnis sapi perah

2. Mempunyai ikatan secara langsung dalam satu kesatuan lembaga, yang berarti mempunyai hubungan dan terjalin secara langsung .

3 . Diantara komponen harus saling percaya atau perlu dibangun kepercayaan, karena pada prinsipnya usaha sapi perah adalah bisnis yang dilandasi saling percaya

4 . Perlu dibangun saling tergantung satu sama lain diantara para pelaku agribisnis

sapi perah .

5 . Para pihak perlu saling membantu demi untuk kepentingan bersama

Usaha sapi perah pada era 1980 telah mendapat perhatian dari pemerintah. Pada saat itu, peternak mendapat bantuan kredit dari pemerintah melalui koperasi yang didukung program pengembangan usaha sapi perah (PUSP). Peningkatan penyediaan dan aksessibilitas kredit perbankan dan kredit program bagi petemak dengan tingkat bunga maksimum 6 persen/tahun perlu dikembang-kan . Skim kredit investasi bagi peternak tetap perlu difasilitasi dengan pendampingan teknologi, manajemen usaha, dan pembinaan kemandirian kelompok petemak .

DAFFAR PUSTAKA

DINAS PETERNAKAN PRoviNsi JAWA TENGAH . 2006 . Rencana strategis Dinas Petemakan 2006-2009 Provinsi Jawa Tengah . Ungaran .

DIVAs PETERNAKAN PRoviNsi JAWA TENGAH . 2007 . Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah . Ungaran.

DowNEY D. dan S .P. ERICKSON, 1989 . Manajemen agribisnis. Penerbit Erlangga, Anggota IKAPI.

KARIYASA dan KASRYNO . 2004 . Dinamika pemasaran dan prospek pengembangan ternak sapi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

MAHAPuTRA, L . 1994 . Upaya perbaikan kinerja reproduksi sapi perah untuk meningkatkan produktivitas petemakan rakyat . Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah, Sub Balai Penelitian Ternak Grati, Grati .

PRASETYO, T ., D. PRAMONO, dan C . SETIANI. 2004. Pengembangan sistem usahatani tanaman-temak berbasis sumberdaya pertanian . Makalah disampaikan pada Seminar Nasional "Posisi strategis UKM Bidang Peternakan Dalarn Pengembangan Ekonomi Rakyat". 9 Desember 2004 di Semarang .

PRASETYO, T ., C . SETIANL, WILOETO, D . dan EKANINGTYAS. 2002 . Studi karakterisasi sistem usahatani lahan kering di DAS Bagian Hulu. Laporan Hasil Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran.

SuDARWANTO, M . dan H . WIRAwAN. 1994 . Pengaruh perubahan interval pemerahan terhadap komposisi susu (Suatu studi kasus) . Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah, Sub Balai Penelitian Ternak Grati, Grati .

SuDIYONO, A. 2004 . Pemasaran pertanian . Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

SoEKARTAWI . 1993 . Prinsip dasar ekonomi pertanian teori dan aplikasi . Edisi Revisi . PT. Raja Grafika Persada, Jakarta.

TARYOTO A . dan B . GUNAwAN. 1995. Analisis perkembangan usaha persusuan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Prosiding Pengembangan Hasil Penelitian. Profil Kelembagaan Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian, dan Prospek Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Bogor .

TALIB C ., I . INouNu, dan A . BAMuAt n . 2007 . Restrukturisasi peternakan di Indonesia. analisis kebijakan pertanian, Vol 5 Nomor 1 . Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian . Bogor.

UTOMO, B ., SARJONO, D . MiANTI, R . CATUR dan TEGUH PRASETYO. 2006 . Laporan studi pemahaman desa secara partisipatif di lahan kering Kabupaten Boyolali . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran .

Referensi

Dokumen terkait

Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga, memborong pekerjaan, atau mengajukan harga, memborong pekerjaan, atau menyediak menyediakan an barang yang diberikan oleh syarikat

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan yang berkaitan dengan struktur kepribadian tokoh Keke, Ayah, dan Andi berdasarkan tinjauan psikologi

Berikut adalah contoh manfaat ilmu Fisika tentang materi dan perubahannya, cahaya, magnet, dan udara dalam kehidupan sehari-hari

Mengingat pentingnya kegiatan seminar internasional di perguruan tinggi dan juga merupakan salah satu point penunjang dalam akreditasi, oleh karna itu kami

Data curah hujan yang dipakai untuk perhitungan dalam debit banjir adalah hujan yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) pada waktu yang sama (Sosrodarsono, 1989).. Data

Microstress level was estimated in iron-based alloys with precipitates of coherent intermetallides Ni3Ti (type 16Cr-15Ni-3Mo-Ti and 36Ni-3Ti steels) and coherent carbides

P= pesanannya ya fettuccine carbonara satu, paket satu satu, chicken mozzarellanya satu, nasi dori satu, fried friezenya satu, minumnya es teh tawarnya tiga,