• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan (assurance) yang memadai bahwa informasi/laporan yang disampaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. keyakinan (assurance) yang memadai bahwa informasi/laporan yang disampaikan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Audit merupakan sebuah fungsi pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan (assurance) yang memadai bahwa informasi/laporan yang disampaikan oleh pihak agent (pengelola/pemerintah) mengenai pengelolaan keuangan dan aset-aset Negara kepada principal (pemilik/masyarakat) telah melalui serangkaian pengevaluasian sehingga dapat diuji keandalan dan kelayakannya.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Prinsip Tata Kelola Keuangan Negara diatur dalam UU No. 17 tahun 2003 dan UU No. 1 tahun 2004 menyatakan bahwa Prinsip Tata Kelola Keuangan Negara berdasarkan pada tertib, taat peraturan, transparan, akuntabel ekonomi, efisien, efektif, memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan. Selain itu, di dalam UU No. 15/2004 dan UU No. 15/2006 menyatakan bahwa pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara diperiksa oleh BPK.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bertugas melakukan pemeriksaan atas keuangan negara dan keuangan daerah melalui fungsi audit. Fungsi audit ini diharapkan menjadi sarana masyarakat untuk menilai setiap laporan yang disampaikan oleh pihak pengelola (pemerintah).

(2)

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 pasal 6 ayat (1) tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyebutkan bahwa BPK RI bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia (BI), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara

Dr. Rizal Djalil dalam bukunya yang berjudul Pertimbangan kualitatif : Pendekatan Baru dalam Audit (2014) menjelaskan bahwa opini yang diberikan oleh BPK RI terhadap laporan keuangan pemerintah pusat/daerah menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam beberapa tahun belakangan ini. Kritik terhadap opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan oleh BPK RI tidak mencerminkan kondisi riil suatu entitas pemerintah yang masih tersangkut kasus korupsi. Contohnya yaitu pemberian opini WTP terhadap Kementrian Agama padahal terdapat kasus korupsi pengadaan Al-Quran, kasus Hambalang, serta SKK Migas. Menurut Rizal kasus tersebut menjadi sebuah kesenjangan antara harapan publik dengan ketepatan pemberian opini oleh BPK RI.

Sunyoto (2014:289) menjelaskan bahwa laporan audit adalah satu-satunya hal yang ingin dilihat oleh sebagian besar pengguna dalam proses audit, dan konsekuensi dari menerbitkan laporan audit yang tidak benar dapat sangat berat, maka penting untuk menerbitkan laporan yang benar. Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh auditor adalah melakukan audit terhadap

(3)

laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) atau belum.

Berdasarkan Statements on Auditing Standart (SAS) menyatakan, dalam melaksanakan tugasnya auditor bertujuan untuk menyatakan opini atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bagian SAS tersebut dengan tepat menekankan perlunya penerbitan opini atas laporan keuangan. Satu-satunya alasan mengapa auditor mengumpulkan berbagai bukti adalah untuk memungkinkan mereka mencapai kesimpulan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan laporan audit yang tepat atau berdasarkan bukti-bukti audit yang cukup memadai, sehingga seorang auditor dapat menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak mungkin akan menyesatkan pengguna laporan keuangan.

Hery (2013:40) dalam Rengganis (2015) menyatakan bahwa audit bertujuan sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis transaksi yang diaudit. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER-211/K/JF/2010 dijelaskan bahwa kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek pengetahuan.

(4)

Seorang auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan laporan keuangan khususnya dalam mempertimbangkan suatu tingkat materialitas. Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing (Agoes Sukrisno, 2012:32).

Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu ketidak cermatan laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang pembelian lahan RS Sumber Waras oleh Pemprov DKI Jakarta yang menyatakan adanya kerugian negara dan dijadikan dasar laporan ke KPK untuk diselidiki. Pangkal persoalannya adalah ada perbedaan mendasar terkait lokasi lahan yang dipersoalkan. BPK melihat secara fisik lahan yang dibeli Pemprov berlokasi di Jalan Tomang Utara, Jakarta Barat. Sedangkan, Pemprov DKI Jakarta menyatakan lahan dimaksud berlokasi di Jalan Kyai Tapa Jakarta Barat, dengan mendasarkan pada dokumen sertifikat tanah dan dokumen perpajakan. Perbedaan itulah yang membuat terjadi selisih harga yang sangat besar, karena pembelian didasarkan pada nilai jual objek pajak. Akibatnya, keluarlah hasil audit yang menyatakan ada kerugian negara sebesar Rp 191 miliar.

Namun dalam perkembangannya, KPK menegaskan tidak menemukan unsur pelanggaran pidana dari laporan audit BPK tersebut. Artinya, KPK melihat

(5)

langkah Pemprov DKI Jakarta membeli lahan RS Sumber Waras tidak menimbulkan kerugian negara yang merupakan elemen pokok dalam kasus korupsi. Kenyataan itu membuat publik mempertanyakan akuntabilitas hasil audit BPK, dan juga kompetensi para auditor BPK yang dituntut tidak hanya menguasai prinsip dasar akuntansi dan administrasi negara dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga wajib menguasai semua aturan hukum yang melandasi penggunaan anggaran oleh pemerintah (www.beritasatu.com, 2016).

Selain kompetensi yang dimiliki seorang auditor, untuk dapat memberikan hasil opini yang tepat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya salah satunya metode audit yang di pakai. Dalam laman webnya www.bpk.go.id Hadi Poernomo, menjelaskan bahwa pemberian opini WTP kepada pemerintah daerah tidak menjamin suatu daerah bebas dari korupsi karena pemeriksaan BPK dilakukan dengan metode sampling oleh karena itu sejak tahun 2010, BPK telah menetapkan suatu pembaharuan dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa kinerja lembaga negara baik pusat maupun daerah. Pembaharuan tersebut memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mengaudit laporan keuangan pemerintah dengan suatu sistem baru yang diberi nama electronik audit yang selanjutnya disebut e-audit, dimana dengan e-audit ini pemeriksaan akan dilakukan dengan metode populasi sehingga data yang digunakan tepat, menurut

(6)

Hadi, dengan menggunakan metode ini hasil audit BPK akan semakin valid, sehinngga opini yang diberikan bias lebih tepat (viva.co.id)

Kompetensi pemeriksa dalam penerapan sistem e-audit harus dipersiapkan secara matang, agar dapat menghasilkan laporan hasil

pemeriksaan keuangan yang andal, berkualitas, obyektif dan dapat

diperbandingkan. Elektronik audit (e-audit) adalah upaya yang telah disiapkan BPK dalam memberikan hasil pemeriksaan laporan keuangan atau opini audit yang tepat dengan menggunakan teknik audit populasi. (Warta BPK, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa untuk dapat memberikan opini yang tepat seorang auditor dipengaruhi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sehubungan dengan hal tersebut penulis beermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Auditor dan Implementasi E-audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini (Penelitian

Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan

(7)

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka secara lebih spesifik rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Apakah kompetensi auditor secara parsial berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

2. Apakah implementasi elektronik audit (e-audit) secara parsial berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

3. Apakah kompetensi auditor dan implementasi elektronik audit (e-audit) secara simultan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari sampai sejauh mana pengaruh kompetensi auditor dan implementasi elektronik audit (e-audit) berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi auditor terhadap ketepatan pemberian opini.

2. Untuk menganalisis pengaruh implementasi elektronik audit (e-audit) terhadap ketepatan pemberian opini

3. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi auditor dan implementasi elektronik audit (e-audit) terhadap ketepatan pemberian opini.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang ditinjau dari sudut pandang teoritis, praktik, dan akademisi yang diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baru, baik bagi peneliti maupun pembaca khususnya di bidang Auditing.

2. Manfaat Praktik

Memberikan kontribusi untuk BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa

Barat agar opini audit yang diberikan semakin tepat. 3. Manfaat Akademisi

Bagi kalangan akademisi dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam pengambilan judul serta dapat dijadikan bahan referensi penyusunan skripsi pada penelitian selanjutnya.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Jalan Moch. Toha No. 164, Pelindung Hewan, Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat 40252, dalam rangka memperoleh data melalui penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada para auditor sebagai pemeriksa laporan keuangan, dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya bela negara tidak hanya dalam bentuk psikis (mental), tetapi juga bentuk fisik (perlawanan bersenjata) sebagai kemampuan awal bela negara. Upaya bela negara sudah dilakukan

Parfum Laundry Cilodong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Kimia Untuk kebutuhan Laundry

Dari sini penulis melihat bahwa gereja Bethany melayani para Warga Binaan yang mendapat penilaian dari masyarakat sebagai “manusia hina dan lemah” (dalam artian

Kelurahan Kebonsari memiliki topografi yang menarik karena dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Mergan dan Sungai Sukun yang letaknya berada di kawasan timur Kebonsari.Akan

diberikan pada pelanggaran dimana KEIKOKU sebelumnya telah diberikan pada pertandingan tersebut ataupun dapat dikenakan langsung untuk pelanggaran yang serius,

Promosi kesehatan untuk Penanggulangan TB dilakukan disemua tingkatan administrasi baik pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Promosi TB

Hasil analisis bedasarkan uraian data tersebut disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan oleh Porter (2008) diperoleh hasil bahwa daya saing terkait persaingan

Pertanggungjawaban komando (command responsibility) adalah bentuk pertanggungjawaban pidana terhadap komandan militer, atasan polisi maupun atasan sipil lainnya atas