• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Andi Rustandi1, Nanang Rusliana1, Epi Dani Harison1, Apriliani Dewi Wulan Ayu2 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ABSTRACT

This study aims to determine the effect the effect of economic growth, human development index and the unemployment rate partially and together against poverty in Indonesia Period 2004-2013. The data used in this study is the annual data are secondary. Data obtained from the Central Statistics Agency ( BPS ) various publications and Pusdalisbang Bappeda. The method used is multiple regression model and analysis of ICOR. The test results hipotetsis together and partially Economic Growth, Human Development Index and Unemployment rate has no effect unindirectional relationship and strong against Poverty Level in Indonesia.

Keywords : Unemployment, HDI, Poverty

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia dan tingkat pengangguran secara parsial dan bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan yang bersifat sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) berbagai terbitan dan Pusdalisbang Bappeda. Metode penelitian yang digunakan adalah model regresi berganda dan analisis ICOR. Hasil pengujian hipotetsis secara bersama-sama dan parsial Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia.

Kata Kunci : Pengangguran, IPM, Kemiskinan

1

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 2

(2)
(3)

orang tidakmampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut World Bank (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Disamping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran,

pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelakusecara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi (www.bappenas.go.id).

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.

Menurut BPS (2007), seseorang masuk dalamkriteria miskin jika pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan.Dapat dilihat Tingkat Kemiskinan Indonesia di gambar sebagai berikut:

(4)

542

Gambar 1. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2004-2008

Sumber: BPS Nasional dalam Angka

Tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2004 hingga tahun 2008 mengalami kecenderungan yang menurun, seperti terlihat pada Gambar 1.1. Pada periode tahun 2004 sampai 2005 tingkat kemiskinan turun dari sebesar 16,66 persen pada tahun 2004 menjadi 15,97 pada tahun 2005. Namun di tahun 2006 kenaikan tingkat kemiskinan relatif tinggi menjadi 17,75 persen terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen, akibatnya penduduk yangtergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinanbanyak yang bergeser posisinya menjadi miskin. Terjadi penurunan tingkatkemiskinan yang cukup signifikan pada periode tahun 2006 hingga 2008, dari 17,75 persen di tahun 2006 menjadi 15,42 persen di tahun 2008, bahkan penurunan ini melebihi penurunan di

tahun 2005 yang mencapai 15,97 persen(BPS, 2009).

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai keterkaitan yang erat,Pertumbuhan ekonomi sering kali dijadikan tolak ukur kinerja perekonomian suatu wilayah, akan tetapi belum pasti tingginya pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya juga tingkat kesejahteraan rakyatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Menurut Siregar dan Wahyuniarti (2008), pertumbuhan ekonomi memang merupakan syarat keharusan (necessarycondition) untuk mengurangi kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan.

Jika dilihat akan perkembangan Tingkat Kemiskinan yang terjadi di Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2008 sesuai

(5)

543 sumber data Badan Pusat Statistik

Nasional dapat dijelaskan Tingkat Kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004 sampai 2005 Tingkat Kemiskinan mengalami penurunan dari angka 16,66 persen menjadi 15,97 persen, kemudian terjadi

peningkatan pada tahun 2006 yaitu menjadi 17,75 persen. Hal ini berbeda dengan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Laju Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2004-2008

Sumber: BPS Nasional dalam Angka

Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dilihat dari PDB, Laju Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2004 sebesar 5,03 persen, tahun 2005 sebesar 5,69 persen dan tahun 2006 sebesar 5,5 persen yang menunjukkan kenaikan dari tahun 2004 ke tahun 2005 dan menurun ketika tahun 2006 , namun penurunan Laju Pertumbuhan Ekonomi dari tahun 2005 ke 2006 tidak diikuti dengan kenaikan tingkat kemiskinan. Kemudian laju pertumubuhan ekonomi di Indonesia pada tahun selanjutnya 2007 meningkat menjadi 6,35 persen tetapi peningkatan ini tidak diikuti di tahun

2008 yang bahkan terjadi penurunan menjadi 6,01 persen. Berbeda dengan teori yang di kemukakan oleh (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti,2007) bahwa Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan.

Lanjouw dan kawan-kawan (dalam Yani Mulyaningsih, 2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak

(6)

544

miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan

produktivitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2004-2008

Sumber: BPS Nasional dalam Angka

Melihat dari perkembangan data IPM di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 68,7 persen di tahun 2004, 69,57 persen tahun 2005, pada tahun 2006 70,1 persen, tahun 2007 sebesar 70,59 persen dan tahun 2008 sebesar 71,17 persen. Pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berbeda dengan perkembangan tingkat kemiskinan yang mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahunnya. tentunya hal ini membantah pemaparan yang dikemukakan oleh Yani Mulyaningsih (2008) yang mengatakan bahwa IPM akan berpengaruh mengurangi kemiskinan.

Selain Indeks Pembangunan Manusia yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan, pengangguran pun dapat mengurangi jumlah kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih tidak merata diakibatkan pengangguran yang masih belum bisa diatasi. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.(Carda

(7)

545 Andika Hutabarat;2012). Akibatnya

dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan.

Upaya menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Jika masyarakat tidak menganggur dan memiliki penghasilan, penghasilan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi biaya kebutuhan mereka untuk hidup. Jika kebutuhan hidupnya telah terpenuhi,sehingga tidak akan miskin, dan diharapkan tingkat pengangguran

menjadi rendah(kesempatan kerja tinggi) maka tingkat kemiskinan pun akan semakin rendah. Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang begitu nyata dan dekat. Bahkan, masalah ketenagakerjaan dapat menimbulkan masalah-masalah baru di bidang ekonomi maupun non ekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan rendahnya pendapatan yang selanjutnya memicu munculnya kemiskinan. Menurut Sumarsono (2009). Tingkat Pengangguran dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 4. Tingkat Penganguran di Indonesia Tahun 2004-2008

Sumber: BPS Nasional dalam Angka

Masalah pengangguran di Indonesia pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang tinggi sampai tahun 2005 dari 9,9 persen di tahun 2004, tahun 2005 sebesar 11,2persen, dan tahun 2006 sampai 2008 tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan yang signifakan menjadi 10,3 persen tahun

2006 9,1 persen pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 sebesar 8,4 persen. Hal ini akan sama dengan perkembangan tingkat kemiskinan yang mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun2006 hingga 2008, dari 17,75 persen di tahun 2006 menjadi 15,42 persen di tahun 2008.

(8)

546

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia dan tingkat pengangguran secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia dan tingkat pengangguran secara bersama-sama (simultan) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Hasil pertumbuhan ekonomi harus menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin. (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2007).Penelitian yang dilakukan Wongdesimiwati (2009), menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat

kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerjakan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena

(9)

547 tenaga kerja yang terampil mampu

bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar M, 2004).

Lanjouw dan kawan-kawan (dalam Yani Mulyaningsih, 2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

Menurut Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya

kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Menurut Lincolin Arsyad (1997) yang menyatakan bahwa salah jika beranggapan setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadang kala ada pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka.

Untuk mempermudah penulis dalam penelitian, dimunculkan kerangka berpikir untuk menjelaskan Pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan

(10)

548

Manusia dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan. Berikut

ini gambar kerangka Pemikiran yang skematis:

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa faktor laju Pertumbuhan Ekonomi, indeks pembangunan manusia dan tingkat pengangguran berpengaruh secara tidak langsung. Hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi Tingkat kemiskinan apabila pembangunan manusia di Indonesia memenuhi standar dan masyarakat daerah memiliki pekerjaan maka pengangguran akan semakin menurun. Faktor-faktor inilah yang mendukung untuk terciptanya pengentasan kemiskinan, jika suatu bangsa pertumbuhan ekonomi stabil dan pesat maka bangsa tersebut kesejahteraan nya akan naik. jika satu bangsa pertumbuhan ekonomi stabil atau meningkat maka akan mengurangi jumlah penduduk miskin. dengan sedikitnya pengangguran atau masyarakat yang bekerja tentunya akan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan dianalisis meliputi laju pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia,tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan di Indonesia periode 2004-2013.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana metode deskriptif adalah pengumpulan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series), yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh intansi tertentu. Dalam penelitian data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Laju Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi

Indeks Pembangunan Manusia

Tingkat Pengangguran

(11)

549 Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini akan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan operasional variabel dan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya maka penulis mendefinisikan permasalahan yang diteliti kedalam sebuah model sebagai berikut:

TK= f (LPE, IPM, TP) TK= + X1+ X2+ X3+ e

Dimana:

TK = Presentase penduduk miskin (persen)

LPE = Laju Pertumbuhan

Ekonomi(persen)

IPM = Indeks Pembangunan Manusia (persen)

TP = Pengangguran (persen) β0 : Intercept

β1, β2, β3: kostanta e = error term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Tingkat Pengangguran secara Parsial terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013

Dari Hasil Pengolahan Data didapat persamaan regresi sebagai berikut : TK = 59.81167 + 0.198863 LPE - 0.714366 IPM + 0.552968 TP t-statistik (0.2385) (0.7483) (0.2702) (0.3418) R-Squared (0.877586) F Statistik (14.33800) Berdasarkan persamaan di atas, diketahui bahwa koefisien tiap variabel bebas adalah 0.198863 untuk variabel jumlah laju pertumbuhan ekonomi, 0.714366 untuk indeks pembangunan manusia, 0.552968 untuk variable tingkat kemiskinan, 59.81167 untuk variable tingkat kemiskinan. Yang dimaksud koefisien dalam penelitian ini adalah besarnya pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel tetap yaitu 59.81167 variabel tingkat kemiskinan, maka penulis menganalisisnya melalui beberapa parameter dan pengujian sebagai berikut:

Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa hasil regresi dengan variabel bebas LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi), IPM (Indeks Pmbangunan Manusia) dan TP (Tingkat Pengangguran) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap variabel terikat TK (Tingkat Kemiskinan). Laju pertumbuhan ekonomi dan indekas pembangunan berpengaruh positif.

Hasil regresi pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat

(12)

550

Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia periode 2004-2013 adalah sebagai berikut:

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) terhadap Tingkat Kemiskinan (TK)

Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari pertumbuhan ekonomi (LPE) sebesar 0,198863 memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap tingkat kemiskinan artinya bahwa adanya kenaikan 1 persen petumbuhan ekonomi akan menaikan 0,198863 persen TK (Tingkat Kemiskinan). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prastyo (2010), tentang faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2003-2007) menggunakan alat analisis regresi berganda. Hasil penelitianya menunjukan variabel pertumbuhan ekonomi.

Dari hasil penelitian, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia terjadi paradoks pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan

tetapi penelitian yang dilakukan di Indonesia periode 2004-2013 Ekonomi yang tumbuh memberi ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Paradoks pertumbuhan adalah merupakan suatu paradoks ekonomi, ketika Indonesia yang merupakan negara kelautan dan pertanian justru Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nya adalah yang paling terkecil, malah yang tertinggi adalah industri pengolahan dan jarak kesenjangan antara sektor pertanian dan kelautan adalah sangat besar dengan sektor industri pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada efek pengganda (multifflier effect) antara industri dan pertanian dan kelautan, dan ada kesan masing-masing sektor berjalan sendiri-sendiri. Dalam teorinya pertumbuhan ekonomi yang tumbuh memberi ruang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dilihat dari pendapatan per kapita, itu mungkin terjadi, tetapi kesenjangan juga semakin lebar. Indeks Gini (indeks Gini adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang mengukur tingkat distribusi pendapatan cenderung meningkat, sementara indeks pembangunan manusia tidak

(13)

551 menunjukkan perbaikan berarti

(peringkat ke-108 pada 2010).

Maka, pertumbuhan ekonomi di satu sisi menimbulkan kesenjangan di sisi lain. Secara sektoral, telekomunikasi, jasa, perdagangan, dan keuangan tumbuh pesat, tetapi manufaktur, pertambangan, dan pertanian justru semakin menyusut dan ini justru melahirkan persoalan baru yang menyangkut masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan. Sampai saat ini di Indonesia, tidak ada jaminan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi mampu memberi efek positif pada kesejahteraan baik. Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori dasar ekonomi. sebagai contoh, melihat perkembangan tingkat kemiskinan Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2013 cenderung mengalami penurunan, sedangkang jika dibandingkan dengan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia cenderung tidak stabil, yaitu mengalami kenaikan dan penurunan pertumbuhan ekonomi. bisa dilihat di tahun 2008 sampai 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pernurunan yang dari angka 6,01persen ke angka 4,63 persen. turunnya pertumbuhan yang

terjadi pada tahun tersebut malah menurunkan tingkat kemiskinan yang pada tahun 2008 tingkat kemiskinan sebesar 15,42 pesen turun pada tahun 2009 menjadi 14,15 persen. jika melihat dari teori akan naiknya pertumbuhan ekonomi yang memberi ruang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka kejadian turunnya pertumbuhan ekonomi yang di barengi oleh turunya tingkat kemiskinan, maka teori ini merupakan paradok ekonomi atau bisa juga disebabkan faktor lain yang lebih besar pengaruhnya yang bisa menurunkan tingkat kemiskinanan di luar faktor pertumbuhan ekonomi. begitu pula dengan hasil penelitian yang menunjukan naiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Kemiskinan (TK)

Dari hasil regresi, bahwa IPM (Indeks Pembangunan Manusia) memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap kemiskinan, yaitu sebesar 0.714366 persen memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap TK

(14)

552

(Tingkat Kemiskinan) yang artinya jika IPM meningkat 1 persen maka menurunkan TK (Tingkat Kemiskinan) sebesar 0.71%.

Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan hasil positif dan hasil Penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh penelitian Adhi (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tidak signifikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan

dan keahlian tenaga kerjaakan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga kerja yang terampi lmampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar M, 2004). Dengan hasil ini bisa dikatakan bahwa dengan naiknya indeks pembangunan manusia maka akan mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Melihat perkembangan IPM dri tahun 2004 yang mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2013 dan jika dibandingkan dengan perkembangan tingkat kemiskinan terlihat pada tahun 2006 sampai tahun 2013 mengalami penurunan kemiskinan.

Tingkat Pengangguran (TP) terhadap Tingkat Kemiskinan (TK)

Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa tingkat pengangguran memiliki hubugan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap tingkat kemiskinan dengan tingkat keyakinan 95%. Hasil ini

(15)

553 sejalan dengan hipotesis yang dibuat

oleh peneliti. Kenaikan koefisien Tingakat Pengangguran 1 persen akan meningkatkan Tingkat Kemiskinan sebesar 0.552968 persen. Hasil ini sesuai dengan pendapat Sadono Sukirno (2004), yang menyatakan bahwa dampak buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Dan sesuai juga dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dian Octaviani (2001). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila kemiskinan di Indonesia sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat

dikarenakan dalam hasil penilitian ini pengangguran di Indonesia masih belum bisa di minimalisirkan maka akan meningktakan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan dan pengangguranpun semakin meningkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Pengangguran secara simultan terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013

Dari hasil regresi, dapat dilihat pengaruh laju pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran secara simultan dapat dilihat dari hasil uji F yaitu signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran diperoleh

adalah 14,33800 dengan pada taraf nyata 5% adalah 2,87. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa > atau 6,489075 > 2,87 artinya bahwa pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi, indeks

(16)

554

pembangunan manusia dan tingkat pengangguran secara bersama sama adalah signifikan (nyata) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Periode 2004-2013. Artinya, jika laju pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia meningkat maka tingkat kemiskinan menurun.

Dimana Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini menjadi paradox ekonomi di Indonesia. Pemerintah belum maksimal memberikan kebijakan dalam penuntasan perkembangan ekonomi di setiap sektor-sektor, memberikan kebijakan dalam penanggulangan dalam bidang pendidikan, kesehatan pada masyarakat Indonesia. Sedangkan tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sesuai teori membahas bahwa pengangguran menurun maka kemiskinan akan menurun. Pemerintah Indonesia telah berhasil menurunkan atau meminimalisirkan pengangguran di Indonesia.

KESIMPULAN

Tujuan utama dari penelitian ini untuk menganalisis sehingga dapat diketahui pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat

Pengangguran (TP) terhadap Tingkat Kemiskinan (TK) di Indonesia tahun 2004-2013. Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotetsis secara bersama-sama (simultan) Variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Ini mencerminkan bahwa peningkatan LPE, IPM, dan TP masih belum mempengaruhi TK. Jadi yang dipikirkan saat ini Pemerintah Indonesia harus tetap fokus memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

2. Pengujian hipotesis secara parsial pada variabel LPE memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap Tingkat Kemiskinan. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi masih belum merata dan masih belum memenuhi standard sehingga akan mempengaruhi peningkatan TK di Indonesia. Pengujian hipotesis secara parsial

(17)

555 pada variabel IPM memiliki

hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap TK. Dengan hasil tersebut yang mencerminkan adanya kenaikan IPM dapat menurunkan Tingkat Kemiskinan. Tetapi hasil tidak signifikan mencerminkan adanya faktor lain yang lebih penting dalam hal menurunkan Tingkat kemiskinan. Pengujian hipotesis secara parsial pada variabel Tingkat Pengangguran memiliki hubungan searah dan tidak berpengaruh kuat terhadap Tingkat Kemiskinan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengangguran berpengaruh dalam kenaikan Tingkat Kemiskinan namun dengan kenaikan tingkat kemiskinan yang disebabkan oleh naiknya tingkat pengangguran belum tentu berpengaruh besar atas terjadinya kenaikan tingkat kemiskinan. Terdapatnya faktor lain yang dapat menaikan tingkat kemiskinan salahsatunya faktor salahsatunya tingginya inflasi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Widarjono, 2007 Ekonometrika Teori dan Aplikasi

untuk Ekonomi dan Bisnisa. Edisi Kedua, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin, 1997, Ekonomi

Mikro, BPFE,

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Arsyad Lincolin (2004), Ekonomi

Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE – YKPN, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Survey

Angkatan Kerja Nasional. Jakarta : BPS Badan Pusat Statistik, Data Dan Informasi Kemiskinan Tahun 2003, Buku : 2, Jakarta ; CV. Nasional. Chambers, Robert, Pembangunan

Desa, Mulai Dari Belakang, (Jakarta; LP3ES,1987)

Damodar Gujarati. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga. Dian, Octaviani. (2001). Inflasi,

Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke, Media Ekonomi, Hal. 100-118, Vol. 7, No. 8

Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Proram SPSS, Cetakan Pertama, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.

Harahap, Sofyan, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(18)

556

Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2008, Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin, http://pse.litbang.depta n.go.id/ind/pdffiles/PRO S_2008MAK3.pdf Nurkse, Ragnar. Problems of Capital

Formation in

Underdeveloped

Countries. New York: Oxford University Press 1953.Suryawati, C (2005). Memahami kemiskinan secara multidimensional. JMPK Vol. 08/No.03/September/2 005.

Paul Spicker. 2002, Poverty and the Welfare State : Dispelling the Myths, A Catalyst Working Paper, London: Catalyst

Prastyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Rasidin k. Sitepu dan Bonar M.Sinaga, 2004, Dampak Investasi Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia : Pendekatan Model Computable General Equilibrium

Gambar

Gambar 1. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2004-2008  Sumber: BPS Nasional dalam Angka
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2004-2008  Sumber: BPS Nasional dalam Angka
Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2004-2008  Sumber: BPS Nasional dalam Angka
Gambar 4. Tingkat Penganguran di Indonesia Tahun 2004-2008  Sumber: BPS Nasional dalam Angka

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi, terhadap Tingkat Kemiskinan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015. Yogyakarta:

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek Penilaian Skor Nilai 0 1 2 3 4 Mengidentifi- kasi unsur- unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang

Perkembangan Processor yang sangat pesat merupakan salah satu faktor utama mengapa kita bisa hidup di jaman yang penuh dengan teknologi canggih ini karena, teknologi apapun

Adapun pihak yang pertama kali mengenalkan industri asuransi syariah khususnya asuransi syariah di PT. Takaful Keluarga RO Az-Zahra cabang Banjarmasin kepada nasabah

As receitas (impostos, doações e outras formas de receitas não recíprocas) são reconhecidas no período em que são depositadas na conta bancária relevante, mas as despesas

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehingga dapat mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran, terhadap

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa seberapa besar pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 08/TAP/DPU/BM-04/POKJA/2014 tanggal 09 Mei 2014 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan (Hotmix)