• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memijahkan Induk Ikan Secara Buatan Menggunakan Larutan Kelenjar Hypofisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memijahkan Induk Ikan Secara Buatan Menggunakan Larutan Kelenjar Hypofisa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PEMBELAJARAN 5

MEMIJAHKAN INDUK IKAN SECARA BUATAN MENGGUNAKAN

LARUTAN KELENJAR HYPOFISA

Tujuan Akhir pembelajaran / Terminal Performance Objective (TPO) setelah mempelajari kompetensi ini peserta diklat mampu memijahkan induk ikan secara buatan menggunakan hormon hypofisa sesuai persyaratan bila disediakan induk ikan, ikan donor, alat bedah, peralatan pemijahan ikan secara semi buatan, dan kolam pemijahan.

A. Tujuan Antara / Enabling Objective (EO)

Peserta mampu memijahkan ikan secara buatan menggunakan hormon hypofisa

B. Materi Pemijahan ikan secara semi buatan menggunakan hormon hypofisa

Pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan hormon larutan hypofisa telah lama dilakukan baik untuk komersial maupun untuk ilmiah. Pemijahan ikan menggunakan kelenjar hypofisa pertama sekali berhasil dilakukan di negara Argentina. Penggunaan hormon hipofisa relatif lebih aman karena bersifat alami dibandingkan hormon yang terbuat dari bahan kimia. Pemijahan ikan secara buatan dilakukan khususnya untuk jenis ikan yang sulit di pijahkan secara alami. Pemijahan secara buatan memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan.

Penggunaan hormon hipofisa yang akan disuntikkan pada induk ikan memiliki beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut meliputi ikan donor harus segar, bukan ikan yang baru dipijahkan dan ikan donor dan resepien memiliki kekerabatan dekat. Selain itu dosis penyuntikan ikan donor berbeda-beda sesuai dengan jenis dan ukuran ikan.

Terdapat beberapa keuntungan pada pemijahan ikan secara buatan menggunakan hormon hypofisa adalah ikan donor terdapat di semua daerah,

Sub. Kompetensi Pemijahan ikan secara buatan menggunakan hormon hypofisa

(3)

telur yang terdapat pada ovarium induk ikan dapat ovulasi secara optimal, pembuahan telur lebih terkontrol, produksi benih ikan dapat direncanakan dan sebagainya. Sedangkan keterbatasan pembenihan ikan secara buatan adalah membutuhkan extra cost karena diperlukan alat dan bahan serta harus memiliki keterampilan yang baik.

Modul pemijahan ikan secara buatan akan berisi tentang penyiapan alat dan bahan, pemilihan induk, penyiapan hormon, menyuntik induk, melakukan pembuahan dan membuat laporan

1. Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat dan bahan pada pemijahan ikan secara buatan menggunakan hormon kelenjar hypofisa sangat penting untuk diperhatikan. Persiapan alat dan bahan sangat menentukan keberhasilan pemijahan karena berhubungan dengan sterilisisasi alat, jumlah alat dan bahan serta umur sperma dan telur. Pembuatan larutan hypofisa dan pembuahan telur ikan membutuhkan waktu yang relati cepat sehingga membutuhkan peralatan yang lengkap.

Pemijahan induk ikan secara buatan merupakan pemijahan induk ikan yang terkontrol dimana kegiatan merangsang induk, ovulasi dan pembuahan telur melibatkan bantuan manusia. Campur tangan manusia tersebut tentu saja bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemijahan ikan tersebut, sehingga pada akhirnya akan banyak mendatangkan manfaat dan kesejahteraan yang optimal bagi manusia.

Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya adalah :

Spuit pH meter Larutan disiologis

Timbangan Aerator Seser

Disecting set Kain lap Substrat/kakaban

Termometer Golok Sikat

Do meter Bulu ayam Desinfektan

Larutan suntik Aquabidest Ikan donor Induk ikan (resipien) Bak, akuarium, fiberglas Mangkok

(4)

Induk ikan yang akan dipijahkan secara buatan adalah induk yang telah matang gonad. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyuntikan hormone hypofisa dalam tubuh induk perlu dilakukan seleksi induk.

2.1. Induk Jantan Dan Betina Matang Gonad

Tingkat kematangan gonad ikan sangat mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan. Walaupun saat ini telah banyak diketemukan hormon–hormon perangsang pertumbuhan dan pematangan gonad, namun tetap membutuhkan waktu dalam proses pertumbuhan dan pematangannya. Untuk mendeteksi tingkat kematangan gonad ikan bisa dilihat dari tanda-tanda morfologi dan fisiologi sel telur atau sel sperma.

Ciri-ciri morfologis ikan matang gonad untuk ikan betina adalah : gerakannya lamban, perut gembung, perut bila diraba terasa lunak, kulit kadang kelihatan memerah, beberapa jenis ikan jika bagian perut ditekan telur akan keluar pada lubang genital, lubang genital memerah. Ciri-ciri sel telur matang secara fisiologis adalah: Polar Body I telah keluar, Germinal Visicle (Inti sel) telah menepi berada di depan micropile, warna telur telah transparan, ukuran telur mendekati 1 mm. Ciri-ciri induk ikan jantan matang gonad secara morfologis adalah : Ikan lebih langsing dibanding ikan betina, gerakannya lincah, bila diurut kearah lubang genital cairan seperti susu akan keluar. Ciri-ciri sel sperma matang adalah : warna kental seperti susu/santan, organ sperma telah lengkap, motilitas tinggi, kenormalan lebih dari 90% .

Gambar 1. Induk Jantan dan Betina Ikan Lele Matang Gonad

Perkembangan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari ikan (lingkungan dan pakan). Pengaruh faktor lingkungan terhadap gametogenesis dibantu oleh

(5)

hubungan antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad melalaui proses stimulisasi atau rangsangan. Hormon-hormon yang ikut dalam proses ini adalah GnRH dan Steroid. Keadaan ini memungkinkan untuk perlakuan pemberian hormone baik melaui penyuntikan, implantasi dan pakan.

Hormon sangat penting dalam pengaturan reproduksi dan sistem endocrine yang ada dalam tubuh, yang reaksinya lambat untuk menyesuaikan dengan keadaan luar. Hasil kegiatan sistem endocrine adalah terjadinya keselarasan yang baik antara kematangan gonad dengan kondisi di luar, yang cocok untuk mengadakan perkawinan. Aktivitas gonadotropin terhadap perkembangan gonad tidak langsung tetapi melalui biosintesis hormon steroid gonad pada media stadia gametogenesis, termasuk perkembangan oosit (vitelogenesis), pematangan oosit, spermatogenesis dan spermiasi.

Hormon gonadotropin dengan glicoprotein rendah dapat mengontrol

vitelogenesis, sedangkan yang tinggi mengakibatkan aksi ovulasi. Hormon tiroid akan aktif bersinergi dengan gonadotropin untuk mempengaruhi perkembangan ovari dan kemungkinan lain juga untuk meningkatkan sensitivitas pengaruh

gonadotropin. Sel target hormon gonadotropin adalah sel teka yang merupakan bagian luar dari lapisan folikel. Pada ikan goldfish dan rainbowtrout dihasilkan

17α -hidrokxy-20β -dihidroxyprogresterone (17 α , 20β -Pg) oleh lapisan folikel sebagai respon terhadap aktifitas gonadotropin untuk merangsang kematangan telur. Teori yang lain control endokrin terhadap kematangan oosit dan ovulasi pada teleostei adalah GTH merangsang (a) sintesa steroid pematangan pada dinding folikel (ovari) dan (b) skresi mediator ovulasi.

Teori lain untuk pematangan sel telur adalah adanya hubungan erat antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad. Hipotalamus akan melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya GtH (Gondotropin) yang berada pada Hipofisa. Jika GtH keluar maka hormon

Testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron

akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17β yang berada pada sel granulose. Hormon Estradiol-17β ini akan menggertak kerja liver untuk

(6)

memproses precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur sebagai kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi.

Sebagai pematang sel telur diperlukan media MIH (Maturtaion Inducing Hormon) dan MPF (Maturation Promoting Factor) untuk hormon 17α ,20β -dyhidroxy-4-pregnen-3-one yang bersumber dari sel granulose.

3. Membuat Ekstrak Hormon Hipofisa

Hormon yang akan digunakan sebagai donor pada pemijahan ikan secara buatan menggunakan kelenjar hypofisa dapat berasal dari ikan mas (Cyprinus carpio), lele dumbo dan lele lokal (Clarias batrachus) ikan patin (Pangasius sp)dan sebagainya. Sebaiknya ikan donor berasal dari ikan yang memiliki kekerabatan terdekat (family, genus, spesies) atau ikan mas. Ikan mas memiliki kelenjar hypofisa yang bersiat universal yaitu dapat digunakan untuk jenis ikan air tawar.

Kelenjar hipofisa pada ikan terletak dibagian bawah otak kecil ikan, begitu juga pada makhluk hidup bertulang belakang mempunyai kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa ini ukurannya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil.

3.1. Penentuan dosis hipofisa

Pengertian dosis hipofisa pada proses kawin suntik sebenarnya merupakan perbandingan antara ikan yang akan disuntik (resipien) dan ikan yang diambil hormon hipofisanya (donor). Perhitungan dosis didasarkan pada perbandingan berat ikan donor terhadap ikan resipien tetapi bukan perbandingan jumlah ekor ikan. Dosis yang digunakan untuk setiap pemijahan ikan secara buatan berbeda menurut jenis ikan. Dosis penyuntikan induk ikan patin menggunakan kelenjar hypofisa sebanyak 4 : 1 sedangkan penyuntikan induk ikan lele sebabanyak 3:1.Pengertian dosis 4:1 adalah ikan donor sebanyak 4 kg disuntikkan ke ikan resepien seberat 1 kg. Sebagai contoh, berat ikan resipien 0,5 kg disuntikkan hormon hypofisa ikan donor sebanyak 2 kg .

Dalam aplikasi dan kenyataan dilapangan bahwa umumnya ikan donor banyak dipilih dari ikan mas. Hal ini karena ikan mas mudah pengadaannya dan bersifat

(7)

universal sehingga dapat dipakai untuk donor segala macam ikan konsumsi. Efektifitas ikan donor berjenis kelamin jantan maupun betina sebenarnya sama. Namun sebaiknya pilihlah ikan yang sudah berumur dewasa karena mempengaruhi kadar hormon didalam hipofisanya.

Penimbangan ikan donor dapat digunakan timbangan gantung atau timbangan duduk. Agar ikan tidak berontak dan mempermudah penimbangan dapat dibantu dengan tempayan atau kantong plastik dengan syarat berat total ikan hasil timbangan akan dikurangi berat tempayan.

3.2. Pengambilan hipofisa

Sebelum dilaksanakan pengambilan kelenjar hipofisa terlebih dahulu telah disiapkan peralatan pengambilan dan pembuatan ekstrak hipofisa. Peralatan tersebut yakni pisau yang tajam, talenan, pinset, tissue/kapas, cawan, tabung pengerus lengkap dengan alu kacanya, spuit dan sentrifuse. Juga disiapkan aquabidest atau larutan fisiologi NaCl 0,7 – 0,9% untuk membersihkan dan mengencerkan hormon.

Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perekembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang pematangan gonad.

Teknik pengambilan hipofisa dari ikan donor sebagai berikut :

1. Ikan donor diletakkan diatas talenan dengan posisi bagian badan diatas talenan dan bila kulit ikan terasa licin dapat bungkus dengan kain lap. Selanjutnya kepala ikan donor dipotong secara vertikal dengan titik pemotongan dibagian belakang tutup insangnya hingga kepala ikan putus atau terpisah dari badannya.

2. Kepala ikan yang terpotong dihadapkan keatas dan disayat dari pangkal hidung ke bawah bagian potongan pertama hingga tulang tengkorak ikan terbuka dan otak kelihatan jelas.

3. Kemudian kelenjar otak disingkap/diangkat dan akan tampak kelenjar hipofisa dibawah kelenjar otak. Untuk mempermudah pengambilan

(8)

kelenjar terlebih dulu titik pengambilan dibersihkan dengan menggunakan tissue/kapas dari kotoran, lemak dan darah ikan. Pengambilan kelenjar ini tentu harus teliti dan hati-hati karena ukurannya yang sangat kecil.

4. Dengan menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diambil dan diletakkan di dalam cawan dan dibersihkan dengan aquadest hingga kotoran dan darah yang melekat hilang. Pembersihan kelenjar juga dapat menggunakan kertas saring hinhha benar-benar bersih.

3.3. Pembuatan larutan kelenjar hipofisa

Pembuatan larutan kelenjar hipofisa merupakan langkah terakhir dalam teknik ini. Adapun pembuatan larutan tersebut sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan pinset, kelenjar hipofisa dipindahkan dari cawan dan dimasukkan ke dalam tabung pengerus. Lalu kelenjar hipofisa tersebut digerus menggunakan alu kaca hingga hancur.

2. Kelenjar hipofisa yang telah hancur kemudian ditambahkan aquadest/larutan fisiologi sebanyak 1 cc, lalu diaduk hingga merata

3. Kemudian larutan hipofisa diambil menggunakan alat suntik/spuit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi/tabung sentrifuse untuk selanjutnya dilaksanakan sentrifus selama 2 menit.

4. Setelah disentrifus dan didiamkan ± 1 menit akan terbentuk dua larutan yakni larutan jernih di bagian atas dan larutan keruh yang berisi endapan dibagian bawah. Larutan jernih inilah yang diambil dan siap untuk dimasukkan ke dalam tubuh ikan melalui teknik penyuntikan.

(9)

Gambar 2 Alur Pembuatan Larutan Hypofisa

4. Penyuntikan Induk Ikan

Kelenjar hipofisa yang telah dibuat jadi larutan hypofisa segera disuntikkan ke tubuh induk ikan. Dosis hormon hypofisa yang akan disuntik ke induk ikan disesuaikan dengan jenis ikan. Beberapa jenis ikan seperti ikan patin penyuntikan hormon dilakukan sebanyak dua kali. Dimana penyuntikan pertama dilakukan sebanyak 25-30% dan penyuntikan ke dua dilakukan sebanyak 70-75 %. Sedangkan jenis ikan lainnya penyuntikan induk dilakukan sebanyak satu kali.

Penyuntikan induk ikan sebanyak satu kali dilakukan sejumlah dosis yang telah ditetapkan. Terdapat tiga cara atau tiga tempat penyuntikan ikan yaitu pada otot kepala, otot perut dan otot punggung. Jika disuntik pada Otot kepala dimana otot kepala dekat dengan otak dimana otak akan cepat memberikan sinyal dan perintah kepada organ target, jika pada otot perut dimana otot perut dekat dengan gonad. Pada otot kepala dan otot perut reaksi hormon sangat cepat tetapi resikonya sangat tinggi. Penyuntikan pada otot punggung lebih sering dilakukan hal ini karena di tempat tersebut aman dari organ lain dan reaksi hormon relatif tidak lama.

Penyuntikan pada bagian punggung induk ikan dilakukan dibawah sirip pinggung. Posisi jarum suntik pada saat penyuntikan dengan kemiringan 45o .

(10)

Sedangkan kedalam jarum suntik yang masuk kedalam tubuh induk adalah 1-2 cm. Pengeluaran hormon dari jarum suntik dilakukan perlahan-lahan agar hormon tidak keluar kembali.

Proses perkembangan dan pertumbuhan, pematangan gonad membutuhkan 9-11 jam setelah disuntik pertama. Perilaku induk setelah disuntik ekstrak kelenjar hipofisa akan nampak setelah tiga jam. Perilaku tersebut dinampakkan adanya gejala kegelisahan, meningkatnya kelembekan perut. Hal ini akibat adanya perubahan metabolisme, mekanisme hormonal didalam tubuh induk ikan tersebut. Perubahan metabolisme, mekanisme hormonal tersebut menyangkaut proses perkembangan dan pematangan gonad.

Bagaimana hormon yang disuntikan itu mencapai sel target. Hormon tersebut mencapai sel target melalui komunikasi antar sel. Ada tiga cara sel-sel itu berkomunikasi yaitu :

1. Sel menskresikan senyawa kimia (chemical signaling) kepada sel lain ditempat yang berjauhan.

2. Sel mengekspresikan molekul permukaan yang mempengaruhi sel lainnya yang berkontak fisik dengan sel tersebut.

3. Sel membentuk ’gap juction’ yang menghubungkan masing-masing sitoplasma sehingga dapat terjadi pertukaran molekul-molekul kecil.

Sedangkan komunikasi antar sel dengan cara skresi kimia dapat dibagi berdasarkan jauhnya jarak yang dirempuh senyawa kimia tersebut yaitu:

1. Sinyal indokrin (Endocrine signaling), dimana sel kelenjar endokrin akan menskresikan hormon yang akan dibawa aliran darah ke sel target yang terdistribusi di bagian lain dari tubuh.

2. Sinyal parakrin (Paracrine signaling), dimana sel menskresikan senyawa kimia (local chemical mediator) yang mempunyai efek terhadap sel yang berdada disekelilingnya. Senyawa kimia yang diskresikan ini akan diserap dan diserap dengan cepat.

3. Sinyal sinaptik (Sinaptic signaling), merupakan suatu urneotransmitter

dan bekerja khusus untuk sel syaraf pada suatu daerah khusus yang disebut chemical synapses.

(11)

Sel sel target akan memberikan respon terhadap sinyal yang datang melalui protein khusus yang disebut receptor.

5. Pengeluaran Telur (Stripping ) Dan Pengenceran Sperma

Kematangan telur dan sperma ikan dipastikan diperiksa dibawah mikroskop, jika telah memenuhi tanda-tanda tersebut di atas maka segera dilakukan stripping. Pengurutan dilakukan dengan menangkap induk betina. Induk betina tersebut dilap menggunakan kain atau tissue. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan air yang terdapat pada tubuh induk. Setelah tubuh induk ikan kering, dilakukan pengurutan. Pengurutan dilakukan dengan menekan secara perlahan-lahan bagian perut paling depan ke arah lubang genital. Telur yang keluar ditampung dalam mangkok yang telah disiapkan sebelumnya. Stripping dilakukan berulang-ulang sampai telur habis. Segera setelah selesai mengeluarkan telur induk jantan ditangkap dan bagian tubuh induk jantan dilap dengan menggunakan kain atau tissue. Setelah tubuh induk jantan kering dilakukan stripping. Pengurutan diawali dengan menekan bagian perut ikan bagian depan ke arah lubang papila. Sperma yang keluar ditampung pada mangkok lain, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan larutan NaCl. Berikut ini cara melakukan stripping induk ikan pada pemijahan ikan secara buatan :

 Menyiapkan alat dan bahan

 Membuat larutan pembuahan (larutkan urea 3 gram, 4 gram NaCl kedalam 1 liter Aquadest)

 Melakukan stripping induk ikan untuk mendapatkan telur matang

 Menuangkan sperma ke dalam mangkok berisi telur

 Menuangkan larutan pembuahann secukupnya

 Mengaduk sperma dengan telur menggunakan bulu ayam hingga merata

 Menuangkan telur yang telah bercampur dengan sperma ke dalam wadah penetasan.

(12)

Gambar 3. Striping telur

Sperma pada mangkok yang telah diencerkan, dituangkan ke mangkok berisi telur lalu diaduk sampai merata. Telur yang sudah dibuahi oleh sperma dibersihkan dari sisa-sisa sperma dengan cara mencucinya menggunakan air bersih berulang-ulang. Setelah itu telur siap untuk ditebar merata ke wadah penetasan telur.

Pada pemijahan ikan lele secara buatan, kantong sperma diambil dari tubuh induk dengan membedah bagian perut induk jantan. Sel sperma ikan lele diencerkan dengan cara menggunting kantung sperma menjadi beberapa bagian pada mangkok yang berisi larutan fisiologis. Sperma yang telah diencerkan dimasukkan kedalam mangkok yang telah berisi telur ikan.

Telur yang telah dicampur dengan sperma diaduk secara hati-hati menggunakan bulu ayam. Selanjutnya telur tersebut dapat ditebar ke wadah penetasan telur. Penebaran telur ikan dilakukan dengan hati-hati dan merata didasar wadah penetasan yang telah disiapkan sebelumnya. Air wadah penetasan telur harus bersih dan dilengkapi dengan aerasi

Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis. Campuran antara seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen. Dalam setiap testis semen terdapat jutaan spermatozoa.

Sperma ikan yang sudah matang terdiri dari kepala, leher dan ekor. Ada sperma yang mempunyai “middel Piece” sebagai penghubung antara leher dan ekor. Di dalam middle piece ini berisi mitokondria yang akan berfungsi untuk metabolisme sperma.

(13)

Kepala sperma, kepala sperma terisi materi inti, chromosom terdiri dari DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetika yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan dan disimpan di dalam nolekul DNA. Sperma yang didalamnya terkandung chromosom-X akan menghasilkan embrio betina sedangkan sperma mengandung chromosom-Y akan menghasilkan embrio jantan.

Ekor sperma, ekor sperma berfungsi memberi gerak maju seperti gerak cambuk. Selubung mitokondria berasal dari pangkal kepala membentuk dua struktur spiral kearah berlawanan dengan arah jarum jam. Bagian tengah ekor merupakan gudang energi untuk kehidupan dan pergerakan spermatozoa oleh proses-proses metabolik yang berlangsung di dalam helix mitokondria. Mitokondria mengandung enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme spermatozoa. Bagian ini banyak mengandung fosfolipid, lecithin dan plasmalogen. Plasmalogen mengandung satu aldehid lemak dan satu asam lemak yang berhubungan dengan glicerol maupun cholin. Asam lemak dapat dioksidasi dan sebagai sumber energi untuk aktifitas sperma.

Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma) diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik Protein (Ginzburg, 1972). Sedangkan seminal plasma mengandung protein, potassium, sodium, calsium, magnesium, posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol.

Sperma tidak bergerak dalam semen/air mani, tetapi akan segera bergerak ketika bersentuhan dengan air. Fruktosa dan galaktosa merupakan sumber energi utama bagi sperma ikan mas. Gardiner dalam Norman (1995) menyatakan semen yang encer banyak mengandung glukosa sehingga memberikan motilitas yang lebih baik. Sedangkan semen yang kental banyak mengandung potassium sehingga akan menghambat motilitas sperma. Motilitas sperma banyak dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa, NaCl, KCl, serta Osmolitas media.

(14)

Daya tahan hidup sperma dipengaruhi oleh pH, tekanan osmotik , elektrolit, non elektrolit, suhu dan cahaya. Pada umumnya sperma than hidup dan aktif pada pH 7.

Larutan elektrolit sperti kalium, magnesium, dapat dipergunakan sebagai pengencer sperma tetapi Calsium, pospor dan kalium yang tinggi dapat menghambat motilitas sperma. Sedangkan cuprum dan besi merupakan racun bagi sperma. Larutan non elektrolit dalam bentuk gula, sperti fruktosa, glukosa dapat dipergunakan sebagai pengencer sperma.

Prinsip dasar untuk mempertahankan agar sperma tetap hidup adalah dengan menambahkan sesuatu kedalam semen yang berintikan mempertahankan pH, tekanan osmotik serta menekan pertumbuhan kuman. Untuk keperluan yang sesuai bagi kebutuhan sperma dipergunakan bahan glukosa, kuning telur, air susu yang mengandung lippoprotein dan lecithin. Sedangkan untuk mempertahankan pH semen dipergunakan sitrat, fosfat dan tris. Untuk menghambat pertumbuhan kuman dipergunakan penicilin, streptomicin, sedangkan untuk pembekuan diperlukan glicerol.

Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage), stadia morula, stadia blastula, stadia gastrula dan stadia organogenesis. Pembelahan zygote adalah rangkaian mitosis yang berlangsung berturut-turut segera setelah terjadi pembuahan yang menghasilkan morula dan blastomer.

Stadia morula dimulai saat pembelahan mencapai 32 sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadia morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.

Stadia blastula dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar membentuk blastocoel dan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdefferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf, epiderm, ektoderm, mesoderm dan endoderm.

(15)

Stadia gastrula merupakan proses pembentukan ketiga daun kecambah yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gatrula ini terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm dan notochord menuju tempat yang definitif. Pada periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan susunan syaraf.

Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel. Dan beberapa jaringan mesoderm yang berada disepanjang kedua sisi notochord disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio.

Stadia berikutnya adalah stadia organogenesis stadia tersebut merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang. Dalam proses organogenesis terbentuk bertururt-turut bakal organ ( syaraf, notochorda, mata, somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord, linea lateralis, jantung, aorta, insang, infundibullum dan lipatan-lipatan sirip. Jika proses organogenesis ini telah sempurna maka akan dialnjutkan dengan proses penetasan telur.

Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal ini penting dalam perubahan-perubahan morfologi hewan. Penetasan merupakann saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.

Penetasan terjadi karena 1) kerja mekanik, oleh karena embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam cangkangnya, atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungan dalam cangkangnya (Lagler et al. 1962). Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian telur lembek dan tipis akan pecah sehingga embrio akan keluar dari cangkangnya. 2) Kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah pharink embrio. Enzim ini disebut chorionase yang kerjanya bersifat mereduksi chorion yang terdiri dari pseudokeratine menjadi lembek. Sehingga pada bagian cangkang yang tipis dan terkena chorionase akan pecah dan ekor embrio keluar dari cangkang kemudian diikuti tubuh dan kepalanya.

(16)

Semakin aktif embrio bergerak akan semakin cepat penetasan terjadi. Aktifitas embrio dan pembentukan chorionase dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam antara lain hormon dan volume kuning telur. Hormon tersebut adalah hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisa dan tyroid sebagai hormon metamorfosa, sedang volume kuning telur berhubungan dengan energi perkembangan embrio. Sedangkan faktor luar yang berpengaruh adalah suhu, oksigen, pH salinitas dan intensitas cahaya.

C. Tugas-Tugas

1). Penguasaan Konsep

• Anda akan melakukan pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan kelenjar hypofisa. Anda akan melakukan seleksi induk, pembuatan hormone kelenjar hypofisa, pengeluaran telur dan persiapan wadah penetasan telur apa tidak, jelaskan alasannnya

• Apakah yang akan anda lakukan bila dalam pemijahan, telur ikan tidak ovulasi ?

• Prosedur apa yang yang harus diikuti dalam melaksanakan pemijahan ikan secara buatan

• Apakah yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan ikan donor, jelaskan

• Wadah jenis apakah yang baik digunakan dalam pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan hormone hypofisa , jelaskan.

• Bahan apa yang akan anda pilih sebagai substrate penempelan telur ikan, jelaskan alasannya.

2). Mengenal Fakta

• Melakukan observasi, peserta melakukan observasi dikoordinir oleh guru kegiatan observasi ke masyarakat ( pengusaha perikanan / industri perikanan) dalam pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan hormone hypofisa

(17)

• Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat melakukan pemijahan induk ikan secara semi buatan menggunakan hormone hypofisa. Dari hasil observasi ini selanjutnya merumuskan kegiatan apa yang dilakukan masyarakat dan mampu memberi kontribusi secara positif tapi belum ada pada konsep dasar, mengidentiikasi apa yang ada pada konsep dasar tapi belum dilakukan oleh masyarakat, dan bila dilakukan akan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi dan produktifitas pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan hormone hypofisa. Saran apa yang bisa diberikan untuk memperbaiki kegiatan pemijahan induk ikan secara buatan

• Kegiatan mengenal fakta ini dapat dilakukan sekaligus untuk sub kompetensi/kompetensi pemijahan ikan secara buatan menggunakan hormon ertificial, penetasan telur, pemeliharaan larva di kolam/bak/fiberglas, pemberian pakan larva, panen dan pasca panen benih ikan

3. Mereleksikan, setelah peserta diklat melakukan penguasaan konsep dan mengenal fakta, selanjutnya peserta diklat melakukan refleksi bagaimana anda akan melakukan pemijahan induk ikan secara buatan menggunakan hormone hypofisa berdasarkan konsep dasar dan hasil observasi buatan menggunakan hormone hypofisa di masyarakat.

4. Melakuka analisis dan sintesis

• Analisis daya dukung peserta diklat melakukan kegiatan analisis terhadap daya dukung yang tersedia di tempat praktik untuk mengetahui tingkat kesesuaian dalam kegiatan buatan menggunakan hormone hypofisa di masyarakat (lahan, iklim mikro, alat dan bahan). Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

• Sintesis, peserta diklat melakukan kegiatan sintesis terhadap hasil releksi pemijahan ikan secara alami dan hasil analisis terhadap tingkat kesesuaian daya dukung, peserta diklat melakukan rekonstruksi/modifikasi terhadap hasil refleksi dalam kegiatan pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa di masyarakat. Kegiatan rekonstruksi ini

(18)

tetap memperhatikan parameter buatan menggunakan hormone hypofisa di masyarakat pemijahan ikan secara alami.

5. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja

• Peserta diklat secara berkelompok menyusun / membuat alternatif rencana pemijahan ikan secara buatan, rencana kerja / proposal memuat metode semi buatan menggunakan hormone hypofisa yang akan dilaksanakan, waktu pencapaian dan jadwal kegiatan serta pembagian tugas kelompok

• Pengambilan keputusan / menetapkan rencana kerja

Secara berkelompok peserta diklat mengambil keputusan/menetapkan alternatif rencana buatan menggunakan hormone hypofisa yang akan dilaksanakan, dengan memperhatikan daya dukung dan persyaratan teknis dalam pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa. Apabila ada kesulitan peserta dapat mendiskusikan dengan fasilitator.

• Penetapan peran masing-masing individu dalam kelompok

Kelompok menyusun pembagian tugas dan menentukan peran setiap anggota kelompok

• Melaksanakan rencana kerja, peserta diklat melakukan kegiatan persiapan wadah, mengacu pada rencana kerja pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa yang telah disepakati

• Proses pengamatan dan pencatatan, peserta diklat melakukan pengamatan dan pencatatan data kegiatan persiapan wadah yang dilaksanakan. Lembar pengamatan disiapkan peserta diklat setelah mendapat persetujuan fasilitator

• Evaluasi dan diskusi terhadap hasil kegiatan

Peserta diklat melaksnakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaian standar kerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan

• Peserta dilat melakukan diskusi terhadap hasil kegiatan dan hasilnya dibandingkan dengan rancangan kerja dan konsep-konsep yang telah dirumuskan sebelumnya

(19)

Peserta secara berkelompok menyusun umpan balik / rekomendasi terhadap metode persiapan wadah untuk mendapatkan hasil yang optimal. Perumusan umpan balik ini juga harus mempertimbangkan dasar teori, fakta dan kondisi hasil kerja.

D. Tes

E. Daftar evidence of learning yang harus dikumpulkan

• Hasil perumusan penguasaan konsep dan tugas-tugas diskusi, presentasi dan hasil perumusan tentang ikan donor, ovulasi telur ikan, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan.

• Hasil observasi mengenal fakta di masyarakat perikanan tentang persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil refleksi tentang persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil analisis tentang persiapan persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil sintesis tentang persiapan persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang

(20)

gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil penyusunan rencana kegiatan (berupa rencana / proposal implementasi) tentang persiapan persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil pengamatan/recording kegiatan tentang persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, pembuatan kelenjar hypofisa, ovulasi telur ikan, pembauahan telur, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk pemijahan secara buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil evaluasi ketercapaian tentang persiapan persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, pembuatan kelenjar hypofisa, ovulasi telur, pembuahan telur ikan, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk semi buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Hasil evaluasi ketercapaian tentang persiapan persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, pembuatan kelenjar hypofisa, ovulasi telur, pembuahan telur ikan, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas & kuantitas air untuk semi buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

• Kesimpulan dan rekomendasi / umpan balik tentang persiapan ikan donor, pembuatan kelenjar hypofisa persiapan kolam pemijahan, seleksi induk ikan matang gonad, pembuatan kelenjar hypofisa, ovulasi telur, pembuahan telur ikan, penggunaan dan pemasangan substrate, pengelolaan kualitas &

(21)

kuantitas air untuk semi buatan menggunakan hormone hypofisa serta perlakuan terhadap telur ikan

Gambar

Gambar 1. Induk Jantan dan Betina Ikan Lele Matang Gonad
Gambar 2 Alur Pembuatan Larutan Hypofisa 4. Penyuntikan Induk Ikan
Gambar 3. Striping telur

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa tekanan eksternal tidak mempengaruhi keputusan auditor internal dalam mengadopsi software audit, sedangkan faktor

+ )a*l (or#in -*l  /,0, artinya  gram (or#in -*l memberikan tekanan osmosa yang + )a*l (or#in -*l  /,0, artinya  gram (or#in -*l memberikan tekanan osmosa yang sama

Hasil pengamatan umur mulai berbunga tanaman semangka menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada pemberian pupuk hijau orok-orok dan pupuk kompos guano. Hal ini diduga

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan langkah dan prosedur dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Sumbersari I dengan

SYAIKHUNA Volume 8 Nomor 2 Oktober 2017 183 Sebenarnya jika diperhatikan dengan seksama uraian-uraiannya, maka akan terlihat bahwa dasar penafsiran al-Razi pada ayat ini

Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui sebagian dari karakteristik tanah habitat rayap tanah M gilvus yang meliputi tekstur, bobot isi, porositas, kadar air,

Aplikasi menampilkan alert dialog yang menunjukkan data daerah yang dipilih berhasil dihapus dan halaman Kelola Data Daerah seperti pada Gambar 5.6 Halaman Kelola