• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI DAN EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI DAN EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI DAN EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Mata Kuliah: dr. Fauziah Elytha, MSc

Oleh : Kelompok 5

Irham Makhfudz 1311212047

Rini Nurvia Agustin 1311211098

Dona Safrianti 1311211111

(2)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai tugas pada mata kuliah Epidemiologi Kesehata Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen pengajar dan teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini serta semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.

Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan segenap kemampuan dan pikiran, namun penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Januari 2016

(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB 1 : PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Perumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...2 BAB 2 : PEMBAHASAN...3

2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi...3

2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi...3

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan reproduksi...4

2.1.3 Hak – hak Reproduksi...5

2.2 Manfaat Data Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi...5

2.3 Indikator Kesehatan Reproduksi...6

2.3.1 Pengertian Indikator Kesehatan Reproduksi...6

2.3.2 Indikator Kesehatan reproduksi...7

2.3.2.1 Mortalitas...7

2.3.2.2 Morbiditas...12

2.4 Angka morbiditas dan mortalitas untuk masalah kesehatan reproduksi...15

2.4.1 Angka morbiditas...15 2.4.2 Angka mortalitas...16 BAB 3 : PENUTUP...18 3.1 Kesimpulan...18 3.2 Saran...18 DAFTAR PUSTAKA...19

(5)

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global. kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan adanya definisi tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif mendorong pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi.

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (Budi Utomo, 1985). Untuk itu perlu dipahami konsep kesehatan reproduksi dan epidemiologi kesehatan reproduksi dan indikator kesehatan dalam kesehatan reproduksi.

(6)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu : 1. Bagaimana konsepkesehatan reproduksi?

2. Bagaimana indikator kesehatan reproduksi berupa angka morbiditas?

3. Bagaimana angka morbiditas dan mortalitas yang sesuai untuk masalah kesehatan reproduksi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. 2. Untuk menjelaskan konsep kesehatan reproduksi

3. Untuk menjelaskan indikator kesehatan reproduksi berupa angka morbiditas 4. Untuk menjelaskan morbiditas dan mortalitas yang sesuai untuk analisis

masalah kespro

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.(UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 ).

(7)

Reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya “kembali” dan kata produksi yang artinya “membuat atau menghasilkan”. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.

Kesehatan reproduksi adalah suatu kesehatan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kesehatan spiritual dan material yang layak, bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antar keluarga dan masyarakat dan ligkungan (BKKBN, 1996 ).

Beberapa pengertian kesehatan reproduksi yaitu :

1. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

2. Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..

3. Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi.

4. MenurutDrs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan.

(8)

Kesehatan reproduksi manusia dimulai dari pertumbuhan dan perkembangan seksual yang terwujud dalam masa pubertas, dan akan berlangsung terus sepanjang hidupnya pada laki-laki dan pada perempuan akan berakhir pada masa menopause. Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh fertilitas dan pengambilan keputusan tentang aktivitas seksual, kehamilan dan pemakaian kontrasepsi.

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan.Oleh karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai aspek kesehatan reproduksi.Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan.

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi,frekuensi dan determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada populasi atau kelompok.Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang berkaitan denganmasalah kesehatan reproduksi,epidemiologi menggambarkan kejadian menurut orang,tempat dan waktu.

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan reproduksi

Ada beberapa ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan, yaitu : a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (PMS , HIV/AIDS)

c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi d. Kesehatan reproduksi remaja

e. Pencegahan dan penanganan infertilitas f.Kanker pada usia lanjut

g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi 2.1.3 Hak – hak Reproduksi

Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan disepakati hal-hal reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkann kesehatan bagi individu secara utuh , baik kesehatan rohani dan jasmani yang meliputi :

a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi c. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi d. Hak dilindungi dari kematian karena kehamilan

e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan

f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksi

(9)

g. Hak untu bebas dari penganiayaan dan perlakuanburuk termasuk perlindngan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual.

h. Hak mandapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kespro

i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya j. Hak untu membangun dan merencanakan keluarga

k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi

l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kespro

2.2 Manfaat Data Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi

Epidemiologi memiliki manfaat yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan reproduksi

b. Menggambarkan masalah kesehatan reproduksi secara komprehensif dan dinamis

c. Dapat menyebutkan indikator kesehatan reproduksi berupa angka

d. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana dan bagaimana

e. Sebagai metode atau pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi

f. Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan morbiditas g. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok

kejadian (misalnya : flu burung, SARS). 2.3 Indikator Kesehatan Reproduksi

2.3.1 Pengertian Indikator Kesehatan Reproduksi

Indikator kesehatan adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung , indikator memiliki beberapa karakteristis, diantaranya:

a. Valid

Indkator benar – benar dapat dipakai sebagai pengukur atas sesuatu yang akan diukur.

b. Reliable

Indikator mampu menunjukkan hasil yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda, dan dihitung oleh orang yang berbeda pula.

(10)

c. Sensitive

Indikator cukup peka dan tepat sebagai pengukusehingga jumlahnya tidak perlu banyak

d. Spesific

Indikator mampu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas e. Relevant

Indikator seuai dengn aspek egiatan yang diukur

Kelima hal tersebut adalah hal yang harus dimiliki oleh sebuah indikator. Beberapa indikator kesehatan reproduksi , adalah :

1. Angka kematian ibu (AKI) , makin tinggi AKI makin rendah derajat kesehatan reproduksi

2. Angka kematian bayi (AKB) , makin tinggi AKB makin rendah derajat kesehatan reproduksi

3. Angka cakupan pelayanan keluarga berencana dan parisipasi laki – laki dalam keluarga berencana , makin rendah cakupan pelayanan KB makin rendah der Jat kesehatan reproduksi

4. Jumlah ibu hamil dengan 4 Terlalu , makin tinggi jumlah ibu hamil dengan 4 terlalu makin rendah derajat kesehatan.

5. Jumlah perempuan dan/atau ibu hamil dengan masalah kesehatan terutama anemia dan kurang energi kronis, makin tinggi jumlah anemia makin rendah derajat kesehatan reproduksi

6. Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit menular seksual , makin rendah perlindungan bagi perempuan makin rendah derajat kesehatan reproduksi

7. Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan penularan PMS pada laki-laki

2.3.2 Indikator Kesehatan reproduksi 2.3.2.1 Mortalitas

Mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen proses demografi, selain fertilitasdan migrasi. Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada anggota penduduk. Secara etimologi, kematian ( death ) berasal dari kata deeth atau dethyang berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitif, kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara permanen. Dari hal tersebut, maka sudut pandang tentang definisi kematian meliputi tiga hal pokok, antara lain adalah : (a) kematian jaringan, kematian otak ( b)

(11)

kerusakan otak yang tidak dapat pulih (d) kematian klinik yakni kematian orang tersebut.

Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang umum dipakai adalah:

1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR) a) Konsep Dasar

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

b) Kegunaan

Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. c) Definisi Angka Kematian Kasar

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

Rumus:

CDR = Jumlah kematian yang dilaporkan selama 1 tahun x 1000 Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun

d) Manfaat CDR Manfaat CDR

1. Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat

2. Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat 3. Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi

4. Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis 5. Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

(12)

e) Kelemahan CDR

1. Tidak memperhitungakan pengaruh struktur umur penduduk.

2. Struktur umur penduduk yang berbeda akan menghasilkan kematian yang berbeda pula.

3. NSB dengan struktur umur penduduk muda memiliki CDR yang lebih rendah daripada negara maju.

2. Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR) a) Konsep Dasar

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

b) Kegunaan

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,

(13)

program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

c) Definisi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus = Jumlah bayi mati umur di bawah 1 tahun x 1000 Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

d) Pengelompokan AKB 1. Angka Kematian NeoNatal

Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus = Jumlah bayi mati umur di bawah 1 bulan x 1000 Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

2. Angka kematian Post Neo-natal

Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus = Jumlah anak mati umur 1 bulan- 1 tahun x 1000 Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

3. Angka Kematian Anak a) Konsep

Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari. Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang

(14)

langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).

b) Definisi

Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

Rumus = Jumlah anak mati umur 1- 4 tahun x 1000 Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

4. Angka Kematian Balita / Under Five Mortality Rate (UFMR) a) Konsep

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

b) Definisi

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).

Rumus =Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun x1000 Penduduk balita pada tahun yang sama

5. Angka Kematian Ibu (AKI) a) Konsep

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya

(15)

kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

(MMR) merupakan ukuran kematian yang disebabkan oleh karena kematian pada prose smelahirkan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama satutahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada: a) Sosial ekonomi, b) Kesehatan ibu sebelum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas, c) Pelayanan terhadap ibu hamil, d) Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

b) Kegunaan

Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

c) Definisi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Rumus = Jumlah kematian ibu karena kehamilan kelahiran x 1000 Jumlah lahir hidup dan lahir mati

d) Keterbatasan AKI

AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program.

(16)

Adalah perbandingan antara jumlah kematian yang diacatat selama 1 tahun pada penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan tahun

Rumus = Jumlah kematian pada kelompok umur tertentu x 1000 Jumlah populasi pada kelompok umur tertentu

Manfaat dari ASDR adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur

b. Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakatdi berbagai wilayah 2.3.2.2 Morbiditas

Morbiditas berasal dari bahasa latin yang berarti sakit atau tidak sehat. Morbiditas dapat merujuk kepada pernyataan terkena penyakit, derajat kerasnya penyakit, meratanya penyakit atau jumlah kasus pada populasi, insiden penyakit yaitu jumlah kasus baru pada populasi dan cacat.

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka Insidensi &Prevalensi dan berbagai Ukuran Turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi.

1. Insiden

Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :

 ™Data tentang jumlah penderita baru.

 ™Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru( Population at Risk)

Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Incidence Rate

(17)

™Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yangditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Rumus yang dipergunakan :

Insiden rate =

jumlahpenderitabaru

jumlahpendudukyangmungkinterkenapenyakitpadapertengahantahun x k b. Attack Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.

Rumus yang digunakan :

Attack Rate = Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat

jumlahpendudukygmgknterkenapenyakittsbpadasaatyangsama x k c. Secondary Attack Rate

Adalah Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama.

Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).

Rumus yang digunakan :

SAR = jml h pddkyngtrkenaseranganpertamajml . penderitabarupdserangankedua x k

2. Prevalensi

Adalah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk).

(18)

Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkinterkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.

Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Period Prevalen Rate

Yaitu : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.

Rumus yang digunakan :

Periode Prevalen Rate= jmlpenderitalamadanbarujmlpendudukpertenga h an x k

b. Point Prevalen Rate ™

Adalah : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. ™

Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Rumus :

Point Prevalen Rate = jmlpenderitalamadanbarusaatitujumlpemduduksaatitu x k

3. Hubungan antara Prevalensi dan Insiden

Angka Prevalensi dipengaruhi oleh Tingginya Insidensi dan Lamanya Sakit/Durasi Penyakit. Lamanya Sakit/Durasi Penyakit adalah Periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu : sembuh, mati ataupun kronis.

Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan rumus P = I x D

P = Prevalensi I = Insidensi

(19)

D = Lamanya Sakit

Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu :

a) .Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak menunjukkan perubahan yang mencolok.

b) .Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

2.4 Angka morbiditas dan mortalitas untuk masalah kesehatan reproduksi 2.4.1 Angka morbiditas

a. Angka kesakitan bayi

Adalah perbandingan antara jumlah jumlah penyakit tertentu yang ditemukan di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu satu tahun dengan jumlah kasus penyakit bayi tertentu yang ditemukan disuatu wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%

b. Angka kesakitan balita

Angka kesakitan balita berkaitan dengn kesakitan karena adanya penyakit akut, penyakit kronik, atau kecacatan pada masa balita. Angka kesakitan balita yaitu perbandingan antara jumlah kasus penyakit balita tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dengan jumlah kasus penyakit tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100 %

c. Angka kesakitan anak-anak

Morbiditas anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu (Pless dan Pless,1997).

2.4.2 Angka mortalitas

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka kematian bayi yang tercatat di Kabupaten Jombang pada tahun 2007 ini mengalami peningkatan dibandingkan angka kematian bayi yang tercatat pada tahun 2006. AKB

(20)

2006 adalah sebesar 10.15 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB pada tahun 2007 adalah sebesar 13.7 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau factor aksesbilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir ini memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Pada tahun 2007, angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Jombang adalah sebesar 94.5 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian ibu ini 50% diantaranya akibat penyakit yang memperburuk kehamilannya (penyakit jantung, paru, ginjal, dan hepatitis). Angka kematian ibu ini kembali meningkat dibandingkan dengan angka kematian ibu pada tahun 2006 yang sebesar 70.32 per 100.000 kelahiran hidup.

3. Perinatal Mortality Rate (PMR)

Periode yang paling besar resikokematiannya bagi umat manusia adalahperiode perinatal dan periode setelah usia 60 tahun.Yaitu jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

PMR = (P+M/R)k

P = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu M=ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari R = 1000 kelahiran kelahiran hidup pada tahun yang sama.

(21)

Yaitu jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama

Rumus:

NMR = (di/ B)k

Di=Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari

B=Kelahiran hidup pada tahun yang sama

k = konstanta

5. Under Five Mortality Rate (UFMR) / Balita

Yaitu gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama

Rumus:

UFMR = (M/R)k

M=Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun

R=Penduduk balita pada tahun yang sama

k = Konstanta

6. Infant Mortality Rate (IMR)

Yaitu perbandingan jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun yang dicacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

IMR = (d0 /B)k

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun B = Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama k = Konstant

BAB 3 : PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan.Oleh karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai aspek kesehatan reproduksi.Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan.

(22)

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi,frekuensi dan determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada populasi atau kelompok.Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah memahami kejadian yang berkaitan denganmasalah kesehatan reproduksi,epidemiologi menggambarkan kejadian menurut orang,tempat dan waktu.

Perlunya mempelajari angka morbiditas dan mortalitas agar kita sebagai calon tenaga kesehatan mendapat gambaran mengenai permaslahan kesehatan reproduksi di Indonesia sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan atau mengurangi risiko-risiko yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

3.2 Saran

Hendaknya dengan materi ini menambah wawasan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi serta indikator apa saja yang menyertainya agar ke depannya menjadi tenaga kesehatan terlatih yang dapat menangani masalah kesehatan di masyarakat khususnya masalah kesehatan reproduksi.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2006. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Rajab,Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:EGC

https://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf (Diakses pada tanggal 26 Januari 2016,pukul 15:00 WIB)

https://bidansmart.files.wordpress.com/2010/03/1-pengantar-epid-kespro-6-ptm-1.pdf (Diakses pada tanggal 26 Januari 2016,pukul 12:00 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Monitoring Proxy yaitu untuk memonitoring Proxy server sudah berjalan atau tidak dapat dilakukan langkah sebagai berikut: dengan membuka menu IP— klik web proxy—pilih

Dewan Pengawas dapat memberhentikan sementara waktu seorang atau lebih anggota Direksi, apabila yang bersangkutan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang pribadi dan realisasi surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Bitung,

Tujuan praktikum tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum proses ekstraksi rimpang kencur dengan pengaruh variasi jumlah pelarut, suhu ekstraksi, refluk ratio,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tidur Larut Malam

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan studi agar dapat menjawab pertanyaan penelitian mengenai penerimaan masyarakat terhadap program relokasi permukiman kumuh serta

Dalam Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Keagamaan Hindu dilaksanakan selama satu tahun, dalam setiap perjalanan dilakukan selama 3 (tiga) hari dan satu hari pada kabupaten/