• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI INDUSTRI KERAJINAN KAYU EVIA CRAFT BANTUL, YOGYAKARTA. Oleh : ABELINA BIANCO NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI INDUSTRI KERAJINAN KAYU EVIA CRAFT BANTUL, YOGYAKARTA. Oleh : ABELINA BIANCO NIM"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : ABELINA BIANCO

NIM. 130500034

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2016

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Lapang di industry Kerajinan Kayu Evia Craft Bantul, Yogyakarta

Nama : Abelina Bianco

Nim : 130500034

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian

Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan PoliteknikPertanianNegeriSamarinda

Hj. Eva Nurmarini S, Hut, Mp NIP. 197508081999032002

Lulus UjianPadaTanggal :

Penguji, Penguji I,

Ir.Abdul Kadir Yusran. NIP. 195407101987031003 Pembimbing,

Heriad Daud Salusu,S.Hut,MP NIP. 197008301997031001

Penguji II,

Ir.Andi Yusuf, MP NIP. 196210221998031001

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktik Kerja Lapang dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Penulis menyadari sepenuhnya dari segi teknis penulisan dan uji materi penulisan masih sangat jauh dari kesempurnaan dan penulis menyadari pula bahwa keterbatasan akan kemampuan yang dimiliki. Hal yang wajar jika dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapang masih banyak mengalami hambatan dan masalah. Namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat terselesaikan.

Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Semua Pihak Industry Evia Craft Bantul, Yogyakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dimana sudah banyak memberikan pengalaman serta wawasan baru terutama tentang cara berfikir kritis dan mampu memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi suatu perusahaan baik itu dilapangan maupun di industrinya sendiri.

2. Dosen pembimbing yaitu Bapak Hariad Daud Salusu,S,Hut MP yang telah membimbing dan memberikan saran, sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

3. Dosen Penguji I Bapak Ir.Abdul Kadir Yusran dan Dosen Penguji II Bapak Ir.Andi Yusuf MP. yang telah banyak memberikan saran untuk kesempurnaan laporan ini.

4. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Ibu Hj. Eva Nurmarini, 5. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Bapak Hamka, S. TP., MP.,M. Sc. 6. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Hasanudin,

MP.

7. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak disebutkan satu-persatu.

8. Para staf pengajar, administrasi dan PLP di Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu berbagai saran beserta kritik akan sangat membantu dalam menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan sedikit manfaat, umumnya bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan khususnya Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

Samarinda, 17 Mei 2016

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) ... 2

C. Hasil yang Diharapkan ... 2

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 3

A. TinjauanUmum Perusahaan ... 3

B. Manajemen Perusahaan ... 5

C. Lokasi Dan Waktu Kegiatan PKL ... 6

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ... 7

A. Persiapan Bahan Baku ... 7

1. Tujuan ... 7

2. Dasar Teori ... 7

3. Alat dan Bahan ... 7

4. Prosedur Kerja ... 8

5. Hasil yang Dicapai ... 14

6. Pembahasan ... 14

B. Produksi ... 15

1. Tujuan ... 15

2. Dasar Teori ... 15

3. Alat dan Bahan ... 16

4. Prosedur Kerja ... 17

5. Hasil yang Dicapai ... 32

6. Pembahasan ... 32

C. Finishing ... 33

1. Tujuan ... 33

2. Dasar Teori ... 33

3. Prosedur Kerja ... 35

4. Alat dan Bahan ... 41

5. Hasil yang Dicapai ... 42

6. Pembahasan ... 42

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

(5)

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

Gambar 1. Proses Pengadaan Bahan Baku Log... 8

Gambar 2. Tempat Penggergajian ... 9

Gambar 3. Pembelahan Sisi Log Sebagai Tumpuan ... 9

Gambar 4. Proses Peletakan Sisi Sebagai Tumpuan ... 10

Gambar 5. Proses Pembelahan Menjadi Papan ... 10

Gambar 6. Proses Pengisian Air Kedalam Bak ... 11

Gambar 7. Proses Pengadukan Di Dalam Bak ... 12

Gambar 8. Proses Perendaman Papan ... 12

Gambar 9. Proses Pemberian Pemberat Sebagai Penahan ... 13

Gambar 10. Proses Pemilihan Papan ... 17

Gambar 11. Proses Penghalusan Papan ... 18

Gambar 12. Proses Penggambaran... 18

Gambar 13. Proses Penggergajan Pola ... 19

Gambar 14. Proses Pengamplasan Sisi Produk ... 19

Gambar 15. Proses Pengamplasan Permukaan Produk ... 20

Gambar 16. Proses Penggergajian Papan ... 20

Gambar 17. Proses Pemotongan Papan ... 21

Gambar 18. Proses Pengamplasan sisi Produk ... 21

Gambar 19. Proses Pengamplasan Permukaan Produk ... 22

Gambar 20. Proses Pemasangan Paku ... 23

Gambar 21. Proses Pengeboran Produk ... 23

Gambar 22. Proses Perangkaian ... 24

(7)

Gambar 24. Proses Pemberian Lem ... 25

Gambar 25. Proses Pemesangan Mal Pada Badan Produk ... 25

Gambar 26. Produk Hasil Rangkaian ... 26

Gambar 27. Proses Menghaluskan Permukaan Papan ... 27

Gambar 28. Proses Meratakan sisi Papan ... 27

Gambar 29. Proses Penggergajian Papan ... 28

Gambar 30. Proses Pemotongan Papan ... 28

Gambar 31. Proses Pengamplasan Sisi Produk ... 29

Gambar 32. Proses Pengamplasan Permukaan Produk ... 29

Gambar 33. Proses Pemberian Lem ... 30

Gambar 34. Proses Pemberian Lubang Dengan Mesin Bor ... 31

Gambar 35. Cairan Filler ... 35

Gambar 36. Proses Pengolesan Filler ... 36

Gambar 37. Cacat Lubang Kecil ... 36

Gambar 38. Cacat Retak ... 37

Gambar 39. Proses Pemberian Lem Pada Cacat Retak ... 38

Gambar 40. Cacat Lubang Besar ... 38

Gambar 41. Proses Penabuaran Bubuk Dempul ... 39

Gambar 42. Proses Pengamplasan Dengan Mesin Sender ... 39

Lampiran Nomor Halaman Gambar 43. Tempat Penumpukan Log ... 47

Gambar 44. Mesin Chainsaw ... 47

Gambar 45. Mesin Bor Tangan ... 48

(8)

Gambar 47. Mesin Circularsaw ... 49

Gambar48. Mesin Amplas Tangan ... 49

Gambar 49. Mesin Amplas Duduk ... 50

Gambar 50. Mesin Pembubutan ... 50

Gambar 51. Mesin Circularsaw Besar ... 51

Gambar 52. Mesin Compresor ... 51

Gambar 53. Mesin Ketam Tangan ... 52

Gambar 54. Pembrian Obat Kayu ... 52

Gambar 55. Pemberian Filler ... 53

Gambar 56. Pemberian Dempul Pada Lubang Kecil ... 53

Gambar 57. Pemberian Perekat Pada Retak Kayu ... 54

Gambar 58. Pemberian Bubuk Kayu Pada Lubang Besar ... 54

Gambar 59. Tembak Produk ... 55

Gambar 60.Siapkan Alat Dan Bahan Untuk Filler ... 55

Gambar 61. Proses Pengamplasan ... 56

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki berbagai sebuah sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang termasuk terbesar yaitu sumber daya hutan, karena hutan di negara kita termasuk yang terbesar di dunia. Berbagai hasil yang dapat diperoleh dari hutan, misalnya rotan, damar dan terutama kayu. Seiring dengan berkembang teknologi dan pertambahan penduduk, penggunaan kayu juga semakin bertambah, sehingga turut memicu kelahiran dan perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia, salah satunya adalah industri kayu Mahoni dan sonokeling

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Hasil Hutan merupakan kurikulum yang sudah ditentukan. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari perkuliahan yang ditempuh selama dibangku kuliah, dan mempunyai acuan kepada mahasiswa yang bersangkutan, sehingga mempunyai koordinasi antara mahasiswa, Akademik dan perusahaan yang ditempati, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik.

Dalam rangka memantapkan materi perkuliahan yang didapatkan dibangku kuliah maka diadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih dua bulan untuk pengenalan dunia kerja, serta memberikan wawasan dan menanamkan jiwa kerja pada mahasiswa guna membangun generasi penerus bangsa yg berjiwa mandiri, jujur, dan bertanggung jawab.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Tujuan dari pelaksanaan ini adalah agar mahasiswa lebih memahami prinsip kerja kegiatan industri pengolahan kayu padat dan industri pengolahan

(10)

kayu Mahoni dan sonokeling, serta memiliki pengetahuan teknis dan keterampilan praktis tertentu, pengetahuan untuk menambah kepercayaan diri, melatih menggunakan daya nalar terhadap kegiatan di lapangan, disamping itu juga memahami penggunaan alat sarana yang lainnya dalam tahapan industri pengolahan kayu Mahono dan Sonokeling.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diharapakan setelah mahasiswa selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat menambah pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan, juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat melihat langsung kegiatan di lapangan, sehingga dapat membandingkan antara teori yang diterima dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan serta dapat memahaminya.

(11)

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Industri Kerajinan Kayu Evia Craft

Bapak suwardi merintis usaha Evia Craft sejak 1989 dan mulai mengembangkan ke pasar ekspor pada 2002. Usaha milik Suwardi ini mengolah kayu Sonokeling dan Mahoni menjadi berbagai macam kerajinan yang disukai konsumen lokal maupun luar negeri. Sampai saat ini, ratusan model telah diproduksi evia craft dengan memperhatikan selera dan perkembangan pasar. Evia craft mulai merambah pasar ekspor setelah bekerjasama dengan salah satu trading di Yogyakarta.

Produk evia craft telah mencapai puluhan jenis dengan berbagai macam model. Untuk lokal, evia craft memproduksi plakat piagam, dudukan piala, rekal, dan papan nama. Sedangkan untuk produk ekspor, evia craft memproduksi tempat lilin, kotak perhiasan, nampan, mangkok, piring, gelas, satu set teko, vas bunga dan tempat koran. Sono keling dan mahoni menjadi pilihan Suwardi karena serat dan warna kayu yang disukai konsumen luar negeri. Untuk memprrtahankan tampilan kayu, Suwardi menggunakan cat waterbase sehingga aman untuk produk peralatan makanan dan juga cat dengan campuran minyak.

2. Ketenagakerjaan

Proses produksi kerajinan ini melibatkan 17 tenaga kerja yang merupakan warga sekitar dan anggota keluarga dari pemilik indusrry yaitu bapak suwardi. Suwardi berharap usahanya ini menyerap lebih banyak tenaga kerja.

(12)

peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dapat menjamin bahwa setiap karyawan mampu melakukan tugas mereka dengan efisien dan selamat serta bertanggung jawab. Seluruh karyawan memiliki tanggung jawab pada tiap satu unit bagian dan menggunakan sistem 7 jam kerja per hari.

Kelanjutan dan keberhasilan pabrik tersebut akan tergantung kepada kemampuan dan semangat para pekerja yang terlibat didalam industri itu sendiri. Dalam hal ini manajemen Industri kerajinan kayu evia craft telah mempersiapkan sistem pelatihan yang menyeluruh, baik menagerial maupun keahlian untuk menunjang karyawan menjadi professional dalam bidang masing-masing.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Evia Craft Direktur Desain Pengawas Bengkel Kerja Quality Control Pengawas Lapangan Bahan Baku Tata Usaha pemasaran

(13)

B. Manajemen Perusahaan 1. Bahan Baku

Industry Evia Craft ini membeli bahan dari Wonosari, Piyungan dan Dlingo berupa potongan-potongan kecil. Potongan tersebut didapat dari limbah mebel atau pemotongan sehingga harganya relatif lebih murah. Bahan kayu tersebut oleh suwardi dikombinasi dengan bahan lain yaitu kertas, bambu, rotan, fiber, kaca dan lain-lain menjadi produk bernilai jual tinggi. Produk evia craft untuk lokal mulai harga Rp 35.000 hingga ratusan ribu sedangkan untuk produk ekspor mulai Rp 15.000 hingga Rp 250.000. Omset penjualan usaha ini perbulannya mencapai 35 juta dengan keuntung an 10%.

2. Produk yang Dihasilkan

Produk kayu yang di hasilkan berupa : a. Souvenir (produk kenang-kenangan)

- Toga wisuda b. Aksesoris hotel - Tempat lilin. - Tempat sabun - Tempat tisu - Nampan - Tempat sampah 3. Pemasaran

Pemasaran produk kayu ini untuk pasar lokal ke Jogja, Magelang, Semarang, Solo, Purwokerto, Bali, Jakarta dan Kalimantan. Suwardi juga memasarkan produknya bekerjasama dengan beberapa trading ke berbagai

(14)

negara. Inggris, Amerika, Jepang, Jerman, Australia dan negara-negara di Asean rutin menjadi pasar ekspor dari evia craft. Menurut Suwardi, produk utuk ekspor tiap negara mempunyai standar kualitas masing-masing dimana Inggris memiliki standar tertinggi.

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL 1. Lokasi

Pelaksanaan praktek kerja lapang dilaksanakan di Industry Evia Craft Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di industry Evia Craft ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2016 sampai dengan tanggal 03 Mei 2016 dengan waktu kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai jam 14.30 WIB dengan jumlah hari kerja 6 hari dalam 1 minggu.

(15)

BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Persiapan Bahan Baku 1. Tujuan

Tujuan persiapan bahan baku ini agar dalam proses penggergajian dapat berjalan lancar dan tidak ada suatu kendala apapun.

2. Dasar Teori

Berdasarkan pengertian secara umum, perbedaan arti kata antara bahan baku dan mentah dapat diartikan sebagai berikut. Pengertian secara umum dari istilah bahan mentah dapat mempunyai arti sebagai sebuah bahan dasar yang bisa berasal dari berbagai tempat, yang mana bahan tersebut dapat digunakan untuk diolah dengan suatu proses tertentu ke dalam bentuk lain yang berbeda wujud dari bentuk aslinya. Sedangkan pengertian secara umum mengenai bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud yang lain. 3. Alat dan Bahan

Alat

Alat dan peralatan yang digunakan dalam proses persiapan bahan baku antara lain :

a. Truk

b. Mesin Chain Saw. c. circular Saw 4. Prosedur Kerja

a. Kayu sonokeling (Dalbergia Latifolia) dan mahoni (Swietenia Mahagoni/Swietenia Macrophylla). yang dipasok atau dibeli dari daerah

(16)

Jawa tengah kemudian diangkut menggunakan truk ke industry kemudian diletakkan ditempat penumpukan bahan baku atau log yard seperti pada gambar berikut :

Gambar 1. Proses pengadaan bahan baku log

b. Log yang telah diletakkan di log Yard dengan ukuran panjang mencapai 2m-3m maka harus dipotong menjadi 2 atau 3 bagian menggunakan cahin saw agar log tidak terlalu panjang saat proses pengergajiannya sehingga tidak membahayakan pekerja dan pekerjaannyapun akan terasa mudah. c. Log yang telah dipotong menjadi beberapa bagian atau dipotong seukuran

1m kemudian diangkut dan disusun rapi di tempat penyimpanan log yang terletak dekat dengan mesin sirkular saw agar memudahkan saat proses penggergajiannya dimana log tidak terlalu jauh dan mudah pengambilannya seperti pada gambar berikut :

(17)

Gambar 2. Tempat penggergajian.

d. Belah log menggunakan mesin circular saw untuk menjadikan bahan baku berupa papan dengan cara pembelahan sebagai berikut :

1. Belah satu sisi pada bagian kulit kayu, belah pada bagian kulitnyasaja seperti pada gambar berikut :

(18)

2. letakkan satu sisi yang telah dibelah rata sebagai landasan seperti pada gambar berikut :

Gambar 4. Proses Peletakan Sisi Sebagai Tumpuan

3. Belah sisi log tipis-tipis agar membentuk lembaran papan dengan ukuran ketebalan yang diinginkan pemesan seperti pada gambar berikut :

(19)

e. Jika Lok telah menjadi lembaran papan maka papan harus diberi obat anti serangga dengan cara sebagai berikut :

1. Masukan air kedalam bak menggunakan ember sampai bak hampir terisi penuh atau sekitar 145 ember bermuatan 4 liter air setara dengan 580 liter air untuk ukuran bak 1mx4m seperti pada gambar berikut :

Gambar 6. Proses Pengisian Air kedalam Bak

2. Masukan obat anti rayap (Termikon) kedalam bak yang telah berisi air sebanyak 580 liter dengan obat anti rayap sebanyak 4 botol yaitu setara dengan 400 ml obat yang mana dalam satu botol berisi 100 ml cairan obat.

3. Air yang telah diberi obat anti rayap kemudian diaduk menggunakan skop sampai air dan obat tercampur rata dan air berubah warna menjadi putih, jika air belum berwarna putih hal itu menandakan bahwa obat yang diberikan kurang seperti pada gambar berikut

(20)

Gambar 7. Proses Pengadukan di dalam Bak.

4. kemudian ambil papan yang telah dibelah menjadi lembaran papan untuk kemudian direndam dalam bak besar dengan ukuran bak ± 1mx4m yang telah diisi air dan obat anti Rayap (Termikon) seperti pada gambar berikut :

Gambar 8. Proses Perendaman Papan

5. Rendam kayu-kayu gergajian tersebut selama kurang lebih 24 jam dengan diberi ganjal atau penahan berupa batu pada bagian atas

(21)

tumpukan papan agar kayu yang terendam tidak mengapung dan benar-benar terendam pada air obat seperti pada gambar berikut :

Gambar 9. Proses Pemberian Pemberat Sebagai Penahan

f. Angkat atau keluarkan kayu yang telah direndam selama 24 jam dalam bak tempat pengobatan kayu untuk kemudian dikeringkan dengan carai sebagai berikut :

1. Masukan dan susun kayu ke dalam oven serta diberi sekat atau pembatas antara kayu satu dan kayu yang lainnya agar panas saat kayu dioven bisa panas merata

2. Kemudian 0ven kayu dengan suhu 90-1000c selama 1 minggu.

3. Sedangkan untuk kayu yang tidak terlalu basah dapat langsung di keringkan dibawah sinar matahari langsung,tanpa harus di oven dengan cara disusun di tempat terbuka dan di beri sekat / pembatas antara kayu satu dan kayu lainnya agar kayu kering merata.

5. Hasil yang dicapai.

Dalam proses persiapan bahan baku ini menghasilkan lembaran lembaran papan dengan ukuran panjang 1m dengan ketebalan ½cm-18cm namun yang sering dilakukan pada tahapan penggergajian lembaran papan

(22)

biasanya menggunakan ketebalan 2cm-5cm karena ukuran inilah yang paling sering diminati pelanggan sebagai bahan baku produknya.

Mengolah log menjadi lembaran papan yang tidak hanya sesuai kebutuhan produksi saja namun menghasilkan lembaran papan yang awet dan tidak mudah terserang hama perusak kayu. Dalam 1 hari karyawan mampu membelah puluhan log dan menghasilkan ratusan lembaran papan yang dilakukan oleh 2 orang karyawan.

Persiapan bahan baku ini juga memperhatikan kekeringan dari bahan baku agar papan yang akan diolah menjadi produk telah memiliki kada r air yang rendah.

6. Pembahasan

Industry Evia Craft mengolah produknya mulai dari log sampai pada pembuatan produk, bahkan terkadang melakukan dari tahap penebangan pohon milik warga sekitar namun jika tidak terdapat pohong yang bisa ditebang maka persiapan bahan baku dimuali dengan membelian limbah log sisa meubel yang berdiameter kurang lebih 15cm.

Adapun ukuran-ukuran tebal papan yang biasa dilakukan sebagai bahan baku yaitu ½cm-3cm digunakan untuk produk souvenir atau art product sedangkan 4cm-18cm digunakan untuk mess product atau produk berjenis aksesoris hotel dan pembubutan. Adapun alat yang digunakan yaitu chain saw, circular saw sebagai alat penggergajian.

Kendala datang ketika musim ujan yang mengakibatkan log menjadi basah dan sulit untuk diolah.

(23)

B. Produksi. 1. Tujuan

Membuatan Karya seni barbahan dasar kayu yang berfariatif, unik dan menarik agar dapat menarik konsumen.

2. Dasar Teori

Produksi adalah rangkaian kegiatan membentuk, mengubah, dan menciptakan sesuatu untuk meningkatkan nilai suatu produk.

art

product mass product

(sebagian besar pengerjaan mesin dan seni). Ketiga jenis pokok produk tersebut bentuk dan jenisnya sangat variatif dengan jumlah yang relatif banyak.

Ada yang berbentuk binatang, bunga-bungaan, buah-buahan, ikan ikanan, perabot rumah tangga, aksesoris, mainan anak dan jenis lainnya. Dari sisi fungsinya, dibedakan menjadi barang seni (pajangan) dan barang seni sekaligus fungsional seperti untuk perabotan rumah tangga.

Desing produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang dinamis, karena dari waktu ke waktu desain produk sangat cepat berubah sesuai dengan selera pasar, khususnya dengan pasar orientasi ekspor. Desain dengan tujuan ekspor bisa berasal dari order importir atau atas kreatifitas seniman/pengrajin kayu lokal.

Proses pembuatan kerajinan kayu merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Ini merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni (art) dan fungsional. Dalam proses

(24)

pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : pemotongan kayu gelondongan, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran model produk, pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran (pembentukan produk jadi), pengamplasan, pewarnaan dan finishing.

3. Alat dan Bahan.

a. Kayu Gergajian Berupa Papan b. Gambar Desain

c. Mal

d. Circular saw e. Mesin Bor Tangan f. Mesin Bor Duduk g. Mesin Ketam Tangan h. Mesin Plenner i. Mesin Profile j. Mesin Bubut k. Mesin Scroll Saw l. Lem korea

m. Paku meubel n. Karet Ban Kecil o. Mesin Gerinda Duduk p. Mesin Gerinda Tangan q. Mesin Circular Saw Tangan r. Palu Kecil

s. Penggaris Besi t. Spidol

(25)

4. Prosedur Kerja 1. (Art Product)

a. Pilih jenis papan kemudian ukur ketebalan papan yang terletak ditempat penumpukan kayu gergajian sesuai dengan permintaan pelanggan menggunakan penggaris besi panjang seperti pada gambar berikut :

Gambar 10. Proses Pemilihan Papan.

b. Haluskan permukaan papan dengan mesin ketam tangan sampai permukaan papan rata dan halus seperti pada gambar berikut :

(26)

c. Setelah permukaan papan menjadi halus dan rata kemudian letakkan mall/cetakan produk diatas papan kemudian gambar sesuai cetakan produk menggunakan sepidol seperti pada gambar berikut :

Gambar 12. Proses Penggambaran Bentuk Pola.

d. Papan yang telah digambar bentuk sesuai pola produk dan dipotong-potong persegi kemudian dipotong sesuai bentuk pola produk yang akan diolah menggunakan mesin jik saw seperti pada gambar berikut:

(27)

e. Amplas bagian sisi produk menggunakan mesin amplas duduk.

Gambar 14. Proses Pengamplasan Sisi Produk

f. Pengamplasan kedua ini dilakukan dengan mesin amplas tangan atau slep. Mesin amplas ini dilakukan untuk mengamplas bagian permukaan produk seperti pada gambar berikut :

Gambar 15. Proses Pengamplasan Permukaan Produk

g. Kemudian buat kaki produck dengan menggergaji papan yang telah dipilaih sesuai ketebalan yang diinginkan menggunakan mesin

(28)

circular saw dengan mata pisau berukuran 2mm atau 3mm disesuaikan ketebalan papan seperti pada gambar berikut :

Gambar 16. Proses Penggergajian Papan.

h. Potong menjadi beberapa ukuran 5cm 10cm sesuai yang diinginkan pemesan menggunakan mesin circular saw tangan seperti pada gambar berikut :

Gambar 17. Proses Pemotongan Papan.

i. Amplas bagian sisi pada bagain produk menggunakan mesin amplas duduk.

(29)

Gambar 18. Proses Pengamplasan Sisi Produk

j. Pengamplasan kedua ini dilakukan dengan mesin amplas tangan atau slep. Mesin amplas ini dilakukan untuk mengamplas bagian permukaan produk seperti pada gambar berikut :

Gambar 19. Proses Pengamplasan Permukaan Produk

k. Satukan kaki dan badan produk dengan cara pastikan bagian sisi peroduk terlebihdahulupada titik tengah tempat diberikan paku dengan cara menempelkan bagian kaki yang telah diberi paku pada

(30)

sisi bagian badan produk yang ingin diberi paku dan tekan agar tertinggal bekas paku sebagai tanda agar memudahkan mengetahui bagian yang akan biberi paku seperti pada gambar berikut :

Gambar 20 Proses Pemasangan paku

l. Bagian yang akan biberi paku dibor terlebih dahulu agar memudahkan untuk proses pemakuannya dan tentunya tidak merusak produk seperti pada gambar beriut :

Gambar 21. Proses Pengeboran Produk.

m. satukan bagian kaki produk dan badan produk dengan menancapkan paku dibagian yang telah dibor seperti pada gambar berikut :

(31)

Gambar 22. Proses Perangkaian.

n. Pukul dengan palu agar bagian sambungan yang diberi paku dapat rapat sehingga bagian dapat menyatu seperti pada gambar berikut :

Gambar 23. Proses Perangkaian Paku.

o. Jika bagiat sambungan telah rapat maka beri lem korea agar bagian sambungan lebih kuat dan tidak mudah lepas seperti pada gambar berikut :

(32)

Gambar 24. Proses Pemberian Lem

p. Beri mal pada badan produk agar mudah menentukan tempat yang pas untuk meletakkan kepala pada produk sehingga penempatan kepala pada produk tidak ada yang berbeda (seragam) seperti pada gambar berikut :

Gambar 25. Proses Pemasangan Mal pada Body Produk

q. Tempelkan bagian kepala produk diatas bagian yang tidak terkena mal kemudian lepas mal dan beri lem pada bagian kepala produk

(33)

r. Koreksi bagian produk dan pastikan semua telah terpasang dengan sempurna seperti pada gambar berikut :

Gambar 26. Produk Hasil Perangkaian 2. Mass Product.

a. Pilih jenis papan kemudian ukur ketebalan papan yang terletak ditempat penumpukan kayu gergajian sesuai dengan permintaan pelanggan menggunakan penggaris.

b. Haluskan permukaan papan dengan mesin ketam tangan sampai permukaan papan rata dan halus. seperti pada gambar berikut :

(34)

c. Kemudian ketam kembali salah satu sisi papan dengan mesin ketam/mesin plener agar sisi papan rata dan lurus seperti pada gambar berikut :

Gambar 28. Proses Meratakan Sisi Papan.

d. Gergaji papan dengan mesin gergaji sirkular saw sesuai ukuran panjang yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah produk yang diperlukan seperti pada gambar berikut :

Gambar 29 Proses Penggergajian Papan.

e. kemudian potong dengan menggunakan mesin sirkular saw tangan, potong berbentuk segi empat atau segi panjang sesuai bentuk yang dipesan pelanggan seperti pada gambar berikut :

(35)

Gambar 30. Proses Pemotongan Papan

f. Amplas bagian sisi pada bagain produk menggunakan mesin amplas duduk. Seperti gambar berikut:

Gambar 31 Proses Pengamplasan Sisi Produk

g. Pengamplasan kedua ini dilakukan dengan mesin amplas tangan atau slep. Mesin amplas ini dilakukan untuk mengamplas bagian permukaan produk seperti pada gambar berikut :

(36)

Gambar 32. Pengamplasan pada Permukaan Produk

h. Kemudian rangkai setiap bagian dengan meletakkan dan susun setiap bagian-bagian produk yang akan dirangkai diatas mal yang telah disediakan untuk perangkaian figura kemudian rangkai berdasarkan bentuk persegia atau persegi panjang sesuai permintaan pelanggan . i. Ikat dengan karet ban pada tepi produk yang akan dirangkai agar

setiap bagian-bagian sambungan dapat rapat dan tidak terhambur saat proses pengelimannya.

j. Beri lem pada setiap bagian sambungan agar setiap bagian dapat menyatu dan menjadi sebuah karya seni berjenis figura seperti pada gambar berikut :

(37)

Gambar 33. Proses Pemberian lem.

k. Lepaskan karet ban yang mengikat rangkaian produk dan beri lubang pada bagian tengah sisi produk sebagai tempat menggantung seperti pada gambar berikut :

Gambar 34. Proses Pemberian lubang dengan mesin bor. 3. Pembubutan

a. Pilih dan ukur lebar,tebal dan panjang kayu sonokeling atau mahoni yang akan di bubut sesuai dengan ukuran yang diinginkan pemesan. b. Lalu gergaji bagian siku kayu sehingga membentuk persegi delapan

(38)

c. Tentukan garis/titik tenggah pada kayu menggunakan jangka, kemudian beri tanda dengan cara di lubangi dengan paku pada kedua ujung kayu yang akan di bubut

d. Pasang kayu pada mesin bubut dan pastikan kayu terpasang dengan pas dan kuat agar tidak terlepas saat mesin berputar.

e. Berikan oli pada salah satu ujung kayu agar perputaran kayu tidak tersendat.

f. Kemudian bubut kayu sampai bulat menggunakan pahan cekung dan ratakan bulatan menggunakan pahat perata, jika telah rata maka ukur diameter lingkarang menggunakan califer sesuai ukuran produk yang akan dibuat.

g. Lalu bubut kayu sesuai dengan pola dan model contoh produk yang akan di buat

h. Setelah selesai dibentuk kayu langsung diamplas dengan kertas amplas No p100 untuk menghilangkan bagian yang kasar dan serat yang menonjol pada kayu kemudian di amplas lagi menggunakan krtas amplas p 150 / 180 untuk menghaluskan kayu yang dibubut sehingga permukaan kayu menjadi halus.rata

5. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dari hasil praktek kerja lapangan pembuatan kerajinan kayu seperti produ-produk souvenir kenang-kenangan dan aksesoris hotel.

Untuk produk souvenir setiap harinya sanggup memproduksi 250 buah/hari dengan harga penjualan berkisar Rp 50 ribu Rp 100 ribu/buah sesuai jenis bahan baku dan ukuran produk.

(39)

6. Pembahasan

Dari hasil praktek kerja lapang pada industry Evia Craft Bantul Yogyakarta adalah membuat produk kerajinan kayu dengan berbagai jenis yaitu Art Product berupa Produk Souvenir, Mess Product berupa Produk Aksesoris hotel, figura atau bingkai cermin, Seni ukir dan bubut berupa produk-produk seperti Palu Hakim, Tempat lilin dan produk yang berdiameter. Industry kerajinan kayu Evia Craft ini menggunkan kayu sonokeling dan mahoni sebagai bahan baku produknya.

Sedangkan untuk pemasaran dari produk kerajinan ini dipasarkan di dalam negri : seperti Yogyakarta dan sekitarnya, Kalimantan, Sulawesi, bali, dan Sumatra bahkan sampai ke luar negri seperti : Australia, jerman, jepang, inggis, malaisya, singapura,eropa, dan polandia.

Produk yang diproduksi oleh industry Evia Creft tidak hanya sesuai pesanan saja namun terkadang produksi dilakukan sebagia stok produk yang sering dipesan dan bahkan selalu berinofasi sebagai sample produk Evia Craft, Adapun omset yang dihasilkan dalam satu hari sanggup mencapai Rp 3.000.000-5.000.000/hari dengan memperkerjakan 14 karyawan.

Kendala yang dihadapi industry Evia Craft ini adalah kurangnya tenaga terampil sehingga proses produksi terkadang terhambat akibat karyawan yang tidak hadir dihari-hari tertentu seperti senin dan rabu, ketidak hadiran karyawan ini cukup mempengaruhi hasil produksi, namun hal ini masih dapat ditanggulangi oleh pemilik industry yang juga dapat terjun menggantikan peran karyawan.

(40)

C. Finishing 1. Tujuan

Tujuan finishi ng adalah untuk menghasilkan produk yang iindah dan berkualitas bagus.

2. Dasar Teori

Finishing adalah proses akhir sebelum sebuah produk dikem as dan siap diedarkan di pasaran. Karena itulah, proses ini dinamai dari asal kata

Tergantung keperluan atau kebutuhan pemilik produk. Sebagai contoh, bila Anda ingin membuat kursi taman sealami mungkin tanpa cat, maka tahapan finish yang dilakukan hanya pengamplasan atau penggunaan wax polish. Tapi bila Anda ingin membuat meja belajar warna oranye, jelas Anda harus melakukan proses pengecatan terlebih dahulu.

Dengan demikian, pengecatan hanyalah salah satu kategori proses ini. Akan tetapi di masyarakat, finishing adalah istilah yang sering disinonimkan

sangat luas. Sebab tipe produknya berbeda-beda..

Tipe Finishing

Sebagaimana disebut di atas, finishing adalah sebuah proses yang dilakukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud disini bisa membuat kategori atau tipe finishing berbeda-beda. Berikut ini beberapa jenis finishing berdasarkan hasil tampilannya:

Berdasarkan Warna Natural Look

(41)

cara: membiarkan kayu tanpa pengecatan (bisa diamplas atau di wax polish saja) dan mengecat kayu dengan warna alami. Untuk yang pertama, cocok diterapkan pada alat makan yang mensyaratkan kualitas food grade. Sedang untuk yang kedua, cocok untuk berbagai jenis perabot, karena selain tak perlu food grade, perlindungan yang diperlukan harus lebih baik. Aplikasi pengecatan tentu memberikan ekstra proteksi dibanding tidak sama sekali.

Solid

Finishing warna solid seperti duco bisa berupa warna pastel ataupun metalik.

Antik

Finishing warna antik terdiri dari beragam kategori mulai dari washed, patina, hingga efek rust atau berkarat.

3. Prosedur Kerja

a. campurkan wood filler dan tinner dengan perbandingan 1 : 1 sampai warnanya kekuningan/agak sedikit kental atau coba kuaskan pada produk jika telah berwarna kuning maka filler telah siap seperti pada lampiran gambar sebagai berikut :

(42)

b. Oleskan keseluruh bagian produk menggunakan kuas, Seperti pada gambar sebagai berikut :

Gambar 36. Proses Pengolesan Filler c. Jemur produk yang telah diberi filler sampai mongering.

d. Siapkan wood filler dan scrap kemudian perhatikan cacat -cacat yang terdapat dalam produk. Uraian jenis dan cara pendempulan pada cacat produk terlampir sebagai berikut :

1. Cacat Lubang kecil (terkena bubuk kayu) seperti pada gambar berikut:

Gambar 37. Cacat lubang kecil

Jika terdapat cacat lubang kecil akaibat hama pemakan kayu seperti pada gambar yang diberi lingkaran diatas maka pemberian dempul

(43)

diberikan secara langsung sampai lubang terisi dengan dempul/ pemberian dempul tipis tidak boleh terlalu tebal sampai keluar pada lubang.

2. Cacat Retak Seperti pada gambar berikut :

Gambar 38. Cacat karna retak/pecah.

Jika ditemuakan cacat retak seperti pada gambar yang diberi lingkarang diatas maka sebelum diberikan dempul berikan lem terlebih dahulu kemudian amplas hingga bekas lem pada permukaan kayu hilang kemudian berikan dempul seperti pada gambar yang terlampir sebagai berikut :

(44)

3. Cacat Lubang Besar seperti pada gambar berikut :

Gambar 40. Cacat Lubang Besar.

Jika terdapat cacat lubang besar seperti pada gambar diatas maka proses pendempulan harus diberikan bubuk dempul terlebih dahulu pada lubang kemudian diberikan lem pada bagian atas bubuk dempul kemudia amplas dan berikan dempul. Proses pendempulan pada cacat lubang besar.

Gambar 41. Proses pemberian dempul.

4. Setelah diberi dempul dan dikeringkan maka produk harus diamplas. Pada proses pengemplasan ini kita mengamplas bagian-bagian yang tedapat dempul agar produk menjadi halus. Bagian-bagian yang harus disender seperti pada gambar berikut pada gambar sebagai

(45)

berikut:

Gambar 42. Pengamplasan Dengan Mesin Sander

e. Kemudian amplas kembali dengan cara pengamplasan manual (penghalusan) dengan kertas amplas p150, Pada tahap ini bagian-bagian yang tidak dapat dijangkau dengan mesin maka harus diamplas ulang dengan cara maual agar tidak ada bagian kasar akibat pendempulan yang terlalu tebal dan agar semua bagian dapat halus dan rata.

Proses pengamplasan manual ini untuk menyempurnakan proses penghalusan yang belum sempurna dari proses pengamplasan menggunakan mesin sander yang mana proses pengamplasan manual ini menggunakan kertas amplas dengan mes 150 atau kertas amplas yang bertekstur kasar.

f. Campurkan Nc sanding dan Tiner dengan perbandingan 1:1½

g. Jika menggunakan melamin atau pengering sanding maka perbandingan 1:1½

h. Masukkan bahan kedalam tabung spray gun dan Letakkan troduk diatas meja penyemprotan dan semrot produk dengan mesin spray gun yang telah diisi dengan bahan sanding.

(46)

i. kemudian jemur sampai kering, setelah kering produk didempul kembali jika terdapat retak-retak akiban penjemuran.

j. Amplas menggunkan mesin sander dengan kertas amplas ukuran p240 sampai seluruh permukaan halus namun jangan sampai warna sanding habis terampalas

k. Bersihkan bagian produk dari debu bekas pengamplasan menggunkan kain bekas kemudian beri sanding seller yang kedua agar menghasilkan pewarnaan yang berkualitas bagus.

l. Sanding seller kedua ini dilakukan tipis saja karena hanya sebagaii penyempurna setelah sanding pertama dan pori -pori dapat tertutup dan tidak menyerap cairan pewarna yang banyak dan mengakibatkan pemborosan bahan.

m. Jemur kembali produk sampai kering kemudian beri dempul jika terdapat cacat retak pada produk jika tidak maka langsung saja dilakukan pengamplasan manual dengan kertas ampals p240 yang bekas atau halus.

n. Bersihkan kembali produk dengan kain agar bersih dari debu sisa pengamplasan kemudian beri pewarna sesuai pesanan pelanggan. Jika ingin warna mengkilap maka beri clear sebagai proses akhir pewarnaan pada produk kemudian jemur dan produk siap dipacking jika produksi dilakukan lebih banyak dari jumlah pesanan maka produk diletakkan dan dipajang ditoko sebagai stok dan sample produk.

o. Pengepakan dilakukan mnggunakan kertas foam jika pengiriman keluar negri namun jika hanya diluar kota cukup dengan Koran bekas saja bahkan jika pengiriman dilakukan disekitar daerah Yogyakarta maka

(47)

maka peking tidak dilakukan dan proses pengiriman langsung diantar menggunakan keranjang.

4. Alat dan Bahan 1. Kuas 2. Filler 3. Scrap

4. Kertas Amplas Ukuran :

a) Kertas amplas yang kasar ukurannya p150 b) Kertas amplas yang halus ukurannya p240 5. Mesin Sander 6. Spray Gun 7. Tiner 8. NC Sanding 9. Melamin 10. Warna 11. Clear

5. Hasil yang dicapai.

Pada proses finishing ini menghasilkan produk dengan warna-warna yang menarik dengan tekstur produk yang halus dan tidak terlihat lagi cacat-cacat pada permukaan kayu

6. Pembahasan.

Proses finishing adalah proses yang menentukan hasil akhir produk, jika pengerjaan pada proses finishing tidak rapi dan bersih maka hasil akhir produk juga tidak akan rapi dan indah. Pada proses finishing industry Evia Craft dilakukan sebaik mungkin karna penentuan kualitas tergantung proses

(48)

finishingnya. Pada bagian finishing ini terdapat 6 orang karyawan yang setiap harinya maksimal mampu menyelesaikan 300 produk yang siap kirim.

(49)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Industry Evia Craft menghasilkan produk kerajinan kayu berupa souvenir dan aksesoris hotel dengan bahan baku kayu sonokeling dan dipadu dengan kayu mahoni yang mana kedua kayu ini memiliki warna kayu yang berbeda. Dalam proses pengolahannya dilakukan mulai dari log atau kayu bulat sampai menjadi produk, industry evia craft ini membeli log-log yang telah menjadi limbah industry moulding berupa ranting-rangting pohon yang tentunya harganya lebih murah.

Industry Evia Craft mengolah produknya berdasarkan pesanan dengan desain yang dipajang ditoko tempat industry bahkan menerima pesanan dengan membuat desain sendiri.

B. Saran

Program kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) bermanfaat sangat besar bagi mahasiswa yang telah melaksanakannya dalam menghadapi dunia kerja, Sedangkan untuk Hom Industri, penulis menyarankan:

1. Hendaknya dalam prores pengeringan menggunakan oven agar proses pengeringan dapat diatur agar mengurangi resiko produk be ngkok saat

dikeringkan dengan sinar matahari.

2. Agar lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan karyawan, karna efektifitas produksi tergantung dari kondisi karyawan

3. Perusahaan juga perlu memperhatikan SDM (sumber daya manusia) bagi karyawan yang memiliki nilai skill lebih, sehingga dapat memberi motifasi

tersendiri bagi setiap karyawan.

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1983. Daftar Nama Pohon Kalimantan Timur. Departemen Kehutanan Jakarta

Asdar, M. dan Lempang, M. 2006. Karakteristik Anatomi, Fisik Mekanik Pengeringan dan Keawetan Kayu Mahoni dan Sonokeling

Budiyanto, D. 2002. Sistem Pengeringan Kayu. Penerbit Kasinius.Yogyakarta Dumanauw, J.F. 1982. Mengenal Kayu. PT Gramedia. Jakarta

Haygreen, J.G. Dan J.L. Bowyer, 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu.Suatu Pengantar (Terjemahan). Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Lensufiie, T. 2009. Teknik Pengeringan

Martawijaya, A., I. Karatsujana, K. Kadir. dan S.a. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia jilid II. Edisi Revisi. Badan Litbang Kehutanan. Dep.

Kehutanan Bogor.

Mandang, Y.I. dan IKN. Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Dilapangan.Seri Manual. Yayasan Prosea dan Pusdiklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor.

PIKA, 2006. Mengenal Sifat-Sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Semarang

(52)

Gambar 43. Tempat penumpukan log

(53)

Gambar 45. Mesin Bor Tangan

(54)

Gambar 47. Mesin Circularsaw

(55)

Gambar 49. Mesin Ampalas Duduk

(56)

Gambar 51. Mesi Circular Saw Besar

(57)

Gambar 53. Mesin Ketam Tangan

(58)

Gambar 55. Pemberian filler

(59)

Gambar 57. Pemberian perekat pada retak kayu

(60)

Gambar 59.Tembak produk

(61)

Gambar 61.Proses pengamplasan

Gambar

Gambar 1. Proses pengadaan bahan baku log
Gambar 3. Pembelahan sisi log sebagai tumpuan Log
Gambar 4. Proses Peletakan Sisi Sebagai Tumpuan
Gambar 6. Proses Pengisian Air kedalam Bak
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk menentukan pola injeksi optimum ada beberapa faktor yang dipertimbangkan, sejarah produksi, tekanan reservoir, konektifitas antara sumur injeksi-produksi

Fenomena kebahasaan yang dikaji bersifat deskriptif, yakni data yang dikumpulkan adalah data pada masa sekarang.Pantulan (refleks) PAN ke Protobahasa Kabola, Hamap,

Pada kesempatan tersebut Wakil Ketua mengapresiasi kinerja BPK Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam tindak lanjut hasil pemeriksaan yang telah mencapai

Singapura, Kanada, Australia & New Zealand, adalah negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun.. Tetapi saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di

Jika peningkatan pengeluaran pemerintah digunakan untuk fasilitas publik yang mendorong perekonomian seperti jalan, jembatan, kilang minyak, pelabuhan, dan infrastruktur

Berdasarkan aktivitas aktivitas fitokimia, antibakteri dan hematologi kelor (Moringaceae) yang telah die- valuasi, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran

Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizid. Bila anak kurang gizi

Pengertian rekayasa nilai secara umum adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang sistematis dan terorganisir dengan menggunakan analisis fungsi, pada