DRAFT LAPORAN AKHIR
KEAMANAN PANGAN SEGAR
DI KOTA BANDUNG
Kerjasama
1) Komoditas pangan segar sebagian besar di datangkan dari luar Kota Bandung;
2)Terbatasnya Petugas dari Dinas Pangan untuk melakukan Pengawasan dan
Pemeriksaan Pangan Segar;
3)Terbatasnya anggaran bidang keamanan pangan untuk pemeriksaan pangan segar;
4)Terbatasnya cakupan atau jangkauan pengawasan dan pemeriksaan pangan segar,
baru dilaksanakan secara intensif pada 59 pasar modern, 33 pasar tradisional dan 36
distributor;
5)Masih ditemukannya kasus penggunaan bahan kimia berbahaya pada pangan segar,
adanya residu pestisida, adanya pemalsuan daging sapi dengan daging celeng;
PERMASALAHAN PANGAN SEGAR DI KOTA BANDUNG
1)Belum Optimal kegiatan Pemeriksaan Pangan segar dan Pelaporan on-line dari
Minilab Food Security Pasar modern dan pasar tradisional dikarenakan sering terjadi
pergantian petugas;
2)Manager dan Pegawai Divisi Fresh pada Pasar Modern belum mengetahui tentang
pentingnya Pemeriksaan Keamanan Pangan Segar berikut tatacaranya;
3)Belum semua store di pasar modern memiliki minilab food security;
4)Belum adanya minilab food security di distributor pangan segar;
5)Belum optimal nya mobilitas laboratorium keliling pemeriksaan keamanan pangan
segar
PERMASALAHAN PANGAN SEGAR DI KOTA BANDUNG
UPAYA YANG TELAH DI LAKUKAN
Peningkatan Layanan Pengawasan Keamanan Pangan Segar Melalui :
Penyediaan Mini Lab Food Security Pada Pasar Modern dan Pasar
Tradisional Di Kota Bandung.
Tersedianya Mobil Laboratorium Keliling Pemeriksaan Keamanan
Pangan Segar
Sosialisasi dan Pelatihan
PERUMUSAN MASALAH
Pemetaan permasalahan keamanan pangan di Kota Bandung dalam konteks pangan segar ?
Bagaimana efektifitas program keamanan pangan Kota Bandung yang dilaksanakan dinas
pangan dan pertanian ?
Bagaimana gambaran tingkat pemahaman elemen pemangku kepentingan keamanan
pangan tentang arti strategis keamanan pangan segar ?
Apakah perlu adanya penguatan langkah strategis yang telah dilakukan melalui program &
kegiatan dinas pangan dan pertanian ?
Jaminan keamanan pangan seperti apa saja terkait dengan langkah strategis yang telah dan
sebaiknya diperkuat ke depan ?
Apakah ada inovasi/ strategi baru untuk pemeriksaan keamanan pangan segar yang dapat
dilaksanakan oleh Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung
Maksud dan Tujuan
Tujuan : melakukan pengkajian keamanan pangan segar yang tersedia di Kota Bandung.
Maksud : terjaminnya keamanan pangan melalui strategi dan inovasi keamanan pangan di
Sasaran
Survey untuk pemetaan kondisi keamanan pangan segar di Kota
Bandung
Survey untuk pemetaan seberapa jauh tingkat pengetahuan
pengusaha dan konsumen tentang keamanan pangan
Apakah strategi dan inovasinya sudah sesuai ? Atau perlu
tambahan atau modifikasi lanjut agar lebih efektif dan juga
efisien
Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan kajian ini dibatasi hanya untuk pangan segar yang yang
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
Komoditi peternakan : daging, susu dan telur
Komoditi tanaman pangan dan hortikultura: sayuran,
buah-buahan, beras, palawija dan rempah
Kondisi Yang Di Inginkan
Rasa Aman dan Terlindungi
Kepercayaan Masyarakat
Kinerja Pemerintah Kota
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2017 bertempat di Dinas
Pangan dan Pertanian Kota Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan
Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung.
Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dan ekperimental terhadap kondisi keamanan
pangan segar di Kota Bandung yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentuberdasarkan penyelidikan kemungkinanan hubungan sebab-akibat dengan
melakukan kontrol kendali berdasarkan data pengujian laboratorium.
NARASUMBER/ JENIS KUISIONER DAN LOKASI SURVEI
No
Responden /Narasumber
Jenis Kuisioner
Jumlah
Lokasi Survei
1
Pengelola Minilab Food Security
Efektivitas Pengelolaan Minilab Food Security
28
Tersebar diseluruh pasar
tradisional di Kota
Bandung
2
Pasar Tradisonal
Praktek Keamanan Pangan
28
Tersebar diseluruh pasar
tradisional di Kota Bandung
3
Pasar Modern
Praktek Keamanan Pangan
8
Tersebar diseluruh Kota
Bandung
4
Rumah Potong Ayam/RPA
Praktek Keamanan Pangan
4
5
RPH
Praktek Keamanan Pangan
4
RPH Swasta Cijaura dan
RPH Negeri Jatayu
6
Petani
Identifikasi Penggunaan Pestisida
10
Sukasari dan Lembang
7
Pedagang obat pertanian
Identifikasi Penggunaan Pestisida
6
Sukasari dan Lembang
8
Komunitas /Kelompok (yang telah
mengikuti pelatihan)
Efektivitas Program Keamanan Pangan
6
Kelurahan Cihapit
9
Komunitas /Kelompok (yang belum
mengikuti pelatihan)
Efektivitas Program Keamanan Pangan
6
Orang tua mahasiswa
Unpad yang tinggal di Kota
Bandung
10
Komunitas /Kelompok (Pra dan Pasca
Pelatihan)
Efektifitas pelatihan keamanan pangan
25
Gedung PKK Jl cianjur
PEMBAGIAN ZONA SURVEI DAN KINERJA SURVEYOR
No LOKASI SURVEI
NAMA
ALAMAT
Jumlah
Kuisioner
Zona
SURVEYOR PROGRESS PERSENTASE
KENDALA
1
Petani Lembang
5
1
Hafizh
5
100
2
Pedagang Obat
Pertanian Lembang
3
3
100
3
RPA
4
0
0
4
Petani Sukasari
5
2
Akbar
5
100
5
Pedagang Obat
Pertanian Sukasari
3
3
100
6
RPH
1. RPH
Swasta
Cijaura
2. RPH
Negeri Jatayu
4
0
0
Masih
menunggu izin
dari Dispangtan
dan juga
menurut pihak
Dispangtan RPH
swasta adalah
ilegal
7
Komunitas /kelompok Ibu-Ibu PKK
Cihapit
6
3
Musfiq
6
100
Pasar Tradisional
Pasar Modern
PEMBAGIAN ZONA SURVEI DAN KINERJA SURVEYOR
NO WILAYAH PASAR ALAMAT Jumlah Kuisioner
ZONA
SURVEYOR PROGRESS PERSENTASE KENDALA
1 Bandung
Tengah
Balubur Jl. Taman Sari 2 4 Pirda 2 100
2 Simpang Dago Jl. Simpang 2 2 100
3 Sadang Serang Jl. Sadang Serang 2 2 100
4 Ciroyom Jl. Ciroyom Barat 2 2 100
5 Sederhana Sukajadi Jl. Jurang no.1 2 2 100
6 Sarijadi Jl. Sarijadi Bandung 2 2 100
7 Lion Superindo Jl. Ir. H. Djuanda Dago 1 3 Musfiq 1 100
8 Borma Jl. Setiabudi 1 0 0 Belum dapat izin,
harus ke Borma pusat di Jakarta
9 Bandung
Timur
Cicadas Jl. Ibrahim Adji 2 2 100
10 Cicaheum Jl. Terminal Cicaheum 2 2 100
11 Gede Bage Jl. Soekarno-Hatta 2 5 Poppy 2 100
12 Ujung Berung Jl. A.H Nasution 2 2 100
13 Giant Extra Jl. Suci 1 1 100
14 Bandung
Selatan
Andir Jl. Caringgin 2 2 100
15 Sukahaji Jl. Peta Bandung 2 2 100 Pasar Sukahaji ditukar
menjadi Pasar
Modern Batununggal
PEMBAGIAN ZONA SURVEI DAN KINERJA SURVEYOR
NO WILAYAH
PASAR
ALAMAT
Jumlah
Kuisioner
ZONA SURVEYOR PROGRESS
PERSENTA
SE
KENDALA
17 Bandung
Selatan
Leuwi Panjang
Jl. Leuwi Panjang
2
6
Kurnia
2
100
18
Hypermarket
Jl. Sukarno Hatta
1
1
100
19
Kembar
Jl. Moh Toha
2
2
100
20
Toha
Jl. Moh Toha
2
2
100
21
Kiaracondong
Jl. Ibrahim Adji
2
2
100
22
Yogya Distribution
Centre
Jl. Buah Batu
1
2
200
Diperlukan izin ke
Yogya Pusat (Jl.
Sunda, akhirnya
melakukan survey
di 2 lokasi : Yogya
(Griya) Sunda dan
Griya Hemat Buah
Batu
23
Lottemart
Wholesale
HASIL DAN PEMBAHASAN
Enter your footer text here
15
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
5.2 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR MODERN DI KOTA BANDUNG
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
5.4. PENGELOLAAN MINILAB FOOD SECURITY PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA
BANDUNG
5.5 EFEKTIVITAS PROGRAM KEAMANAN PANGAN DINAS PANGAN DAN PERTANIAN
5.6 EVALUASI SISTEM PEMOTONGAN (GSP) DAN JAMINAN HALAL (SJH) DAGING AYAM
DAN DAGING SAPI DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) /AYAM (RPA) KOTA BANDUNG
5.7 RUMUSAN STRATEGI KEAMANAN PANGAN DI KOTA BANDUNG
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Hasil penelitian di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang menemukan bahwa :
sebanyak 71,02% istri petani hortikultura mengalami keracunan pestisida organofosfat yang
disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang rendah mengenai pestisida, cara penyimpanan
pestisida, cara pencampuran pestisida dan cara penanganan pestisida pasca penyemprotan
(Prijanto, et al. 2009)
Terdapat kasus berat badan lahir rendah (BBLR) pada tahun 2011 sebanyak 22,4% yang
disebabkan oleh pekerjaan berkaitan pestisida pada ibu waktu hamil, lama paparan pestisida,
dan frekuensi paparan pestisida (Setiyobudi, et al. 2013).
Hal yang sama terjadi di di wilayah kerja puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes dimana
terdapat 46,4% kasus BBLR yang disebabkan oleh keterlibatan ibu dalam kegiatan pertanian,
keberadaan bawang merah dalam rumah, keberadaan pestisida dalam rumah , dan alat
pelindung diri (Sari, et al. 2013).
beberapa petani di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat
merasakan mual-mual (25%), muntah (5%), pusing (75%), dan gatal-gatal pada kulit 20% sebagai
akibat terpapar pestisida yang mereka gunakan pada budidaya sayuran brokoli. Brokoli yang
mereka produksi juga mengandung pestisida berkisar antara 2,2 ppm hingga 3,65 ppm (Amilia et
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Jenis Pestisida Pada Budidaya Sayuran
Enter your footer text here
17
No Jenis Sayuran Nama Pestisida yang digunakan
Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang
1 Kol Amistartop 325 SC
2 Pecay Alika 247 ZC, Curacron 500 EC,Victory 80 WP 3 Burkol Curacron 500 EC
4 Cabe Dithane M45
5 Kentang Alika Alika 247 ZC, Dithane M45 6 Terong Alika 247 ZC
7 Tomat Alika 247 ZC 8 Buncis Victory 80 WP
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
1 Selada Prevathon 50 SC, SAAF 75 WP,Score 250 EC, Dumolish 18 EC
2 Sawi putih Prevathon 50 SC, SAAF 75 WP,Score 250 EC, Dumolish 18 EC, Amistartop 325 SC, Antracol 70 WP
3 Kembang kol Prevathon 50 SC, SAAF 75 WP, Decis 25 EC, Sherpa 50 EC 4 Cabe Pytoklor, Dumolish 18 EC, Proclaim 5 SG, Cabrio Top 60 WG
5 Tomat Victory 80 WP, Dithane M45, Curacron 500 EC, Proclaim 5 SG, Fitoklor 82,5 WG 6 Daun Bawang Daconil 500 SC, Victory 80 WP
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Bahan Aktif pada Merk Pestisida yang Digunakan Petani
Enter your footer text here
18
No Merk Pestisida Bahan Aktif Produsen
1 Alika 247 ZC lamda sihalotrin : 106 g/l + tiametoksam : 141 g/l PT. Syngenta Indonesia 2 Amistartop 325 SC azoxistrobin : 200 g/l + difenokonazol : 125 g/l PT. Syngenta Indonesia 3 Antracol 70 WP propineb : 70 % PT. Bayer Indonesia 4 Cabrio Top 60 WG pyraclostrobin 5% + metiram 55% PT. BASF Indonesia 5 Curacron 500 EC profenofos : 500 g/l PT. Syngenta Indonesia 6 Daconil 500 SC klorotalonil : 500 g/l PT. Mastra Indokorpora 7 Decis 25 EC deltametrin : 25 g/l PT. Bayer Indonesia 8 Dithane M45 mankozep 80% PT. Dow AgroSciences 9 Dumolish 18 EC abamectin 18g/l PT. Dharma Guna Wibawa
10 Prevathon 50 SC klorantraniliprol : 50 g/l PT. DuPont Agricultural Products Indonesia
11 Proclaim 5 SG emamektin benzoat : 5% PT. Syngenta Indonesia 12 Phytoklor 82,5 WG chlorothalonil 82.5% PT. Nufarm Indonesia 13 SAAF 75 WP mankozeb : 63 % + karbendazim : 12% PT. UPL Indonesia 14 Score 250 EC difenokonazol : 250 g/l PT. Syngenta Indonesia 15 Sherpa 50 EC sipermetrin : 50 g/l PT. Bayer Indonesia
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Bahan Aktif pada Merk Pestisida yang Digunakan Petani
Enter your footer text here
19
No Merk Pestisida Bahan Aktif Produsen
1 Alika 247 ZC lamda sihalotrin : 106 g/l + tiametoksam : 141 g/l PT. Syngenta Indonesia 2 Amistartop 325 SC azoxistrobin : 200 g/l + difenokonazol : 125 g/l PT. Syngenta Indonesia 3 Antracol 70 WP propineb : 70 % PT. Bayer Indonesia 4 Cabrio Top 60 WG pyraclostrobin 5% + metiram 55% PT. BASF Indonesia 5 Curacron 500 EC profenofos : 500 g/l PT. Syngenta Indonesia 6 Daconil 500 SC klorotalonil : 500 g/l PT. Mastra Indokorpora 7 Decis 25 EC deltametrin : 25 g/l PT. Bayer Indonesia 8 Dithane M45 mankozep 80% PT. Dow AgroSciences 9 Dumolish 18 EC abamectin 18g/l PT. Dharma Guna Wibawa
10 Prevathon 50 SC klorantraniliprol : 50 g/l PT. DuPont Agricultural Products Indonesia
11 Proclaim 5 SG emamektin benzoat : 5% PT. Syngenta Indonesia 12 Phytoklor 82,5 WG chlorothalonil 82.5% PT. Nufarm Indonesia 13 SAAF 75 WP mankozeb : 63 % + karbendazim : 12% PT. UPL Indonesia 14 Score 250 EC difenokonazol : 250 g/l PT. Syngenta Indonesia 15 Sherpa 50 EC sipermetrin : 50 g/l PT. Bayer Indonesia
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Enter your footer text here
20
15.79%
14.04%
7.02%
6.14%
5.26%
5.26%
5.26%
3.51%
3.51%
3.51%
3.51%
3.51%
2.63%
2.63%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
1.75%
0.88%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
Prevathon
Dursban
Bazoka
Toxiput
Demolish
Metindo
Antracol
Captive
Siklon
Proclaim
Trineb
Valetudo
Galaxy
Persentase Penjualan Pestisida (botol/bulan)
Jenis Pestisida yang Diperdagangkan di
Wilayah Lembang
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Enter your footer text here
21
12.57%
11.98%
11.08%
8.68%
6.59%
5.99%
5.99%
5.39%
5.09%
5.09%
4.91%
4.79%
4.19%
3.59%
2.99%
0.60%
0.30%
0.18%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
Abacel
Victory
Sidametrin
Amistartop
Antracol
Roundup
Furadan
Curacron
Regen
Alika
Demolish
Dithane
Arivo
Prevathon
Rizotin
Decis
Matador
Sumialpha
Persentase Penjualan Pestisida (botol/bulan)
Jenis Pestisida yang Diperdagangkan di
Wilayah Sukasari, Sumedang
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Enter your footer text here
22
Penggunaan Pestisida Dalam Implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
No
Jenis Sayuran
Aplikasi pestisida terakhir
(berapa hari sebelum panen)
Jumlah Aplikasi (kali)
Interval Aplikasi (hari)
Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang
1
Buncis
10
6-8
10
2
Kentang
10
10
10
3
Kol
10
6-8
10
4
Pecay
10
6-8
10
5
Terong
10
6-8
7
6
Burkol
7
6-8
10
7
Cabe
0
10
7
8
Tomat
0
6-8
10
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
1
Cabe
3
35-40
3-4
2
Daun Bawang
3
8
7
3
Kol
3
4-7
7
4
Selada
3
8
7
5
Tomat
3
35-40
3-4
6
Kembang kol
2
10-15
3-5
7
Sawi putih
2
2-4
7
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Intensitas Pemeriksaan Residu Pestisida di Minilab Food Security (Mei 2017 – April 2018)
Enter your footer text here
23
31
10
6
4
4
4
3
3
2
1
1
2
0
10
20
30
40
Apel merah
Pear
strawberry
Apel Hijau
Jambu batu
Anggur Merah
Jeruk
Kiwi
jambu kristal
Jambu Air
Mangga
Lainnya
Intensitas pemeriksaan (kali)
3717 17 16 11 11 10 10 9 8 8 6 5 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 10 20 30 40 Brokoli Saosin Tomat Wortel Cabai merah Sawi Hijau Bunga Kol Pak Coy Lainnya Kangkung Selada Terong Timun Kol Waluh Cabai Rawit Paprika Toge Bawang daun Bayam Cabai Hijau Cabe keriting Kentang Kucai Sawi Putih
Intensitas Pemeriksaan (Kali)
Terdapat
temuan
residu
pestisida bernilai positif pada
buah stroberi yang diperiksa
pada tanggal 14 Agustus 2017
di Pasar Sukahaji.
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Intensitas Pemeriksaan Residu Pestisida di Dispangtan Kota Bandung (Mei 2017 – April 2018)
Sampel : 56 % pasar tradisional dan 44% pasar modern
9
6
6
5
5
4
3
3
3
2
1
1
0
2
4
6
8
10
Apel Fuji
Apel Red
Pear Yali
Jeruk Kino
Pear Pakham
Jeruk Medan
Anggur Merah
Jeruk Mandarin
Pear Golden
Apel Grenny
Anggur Hijau
Apel Malang
Intensitas Pemeriksaan (kali)
6
6
6
6
5
5
4
3
2
1
1
1
1
0
2
4
6
Bunga Kol
Cabe Hijau
Kangkung…
Mentimun
Bunga Kol
Cabe…
Buncis
Brokoli
Lobak
Bunga Kol
Cabe Hijau
Terong…
Tomat
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Hasil pemeriksaan laboratorium terakreditasi periode April hingga November 2017
Enter your footer text here
25
No Tanggal Nama Komoditi
Asal
Sampel Deltrametrin Sipermetrin Diazinon Klorfirifos Endosulfan Abakmetin
Logam Berat Timbal
(Pb)
Keterangan
1 11-04-2017 Apel Malang Yogya Ciwalk Tidak Terdeteksi 0,002 Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Segar 2 11-04-2017 Pear Golden Yogya
Ciwalk 0,5 1 2 0,02 segar
3 11-04-2017 Jeruk Mandarin
Dakisan - 0,05 2 0,7 0,5 0,05 0,01 segar 4 11-04-2017 Apel Malang Yogya
Ciwalk 0,2 0,6 0,5 2 0,02
5 11-04-2017 Buah Naga - 0,2 0,5 2 0,01 segar
6 11-04-2017 Kentang - 0,01 2 segar
7 25-09-2017 Bawang Merah Griya Holis 0,017 ppm 8 24-05-2017 Bawang Bombay Lotte Mart Whole Sale 0,018
5.1 IDENTIFIKASI PESTISIDA PADA KOMODITI PANGAN DI KOTA BANDUNG
Temuan Residu Pestisida Pada Pangan Selain Buah dan Sayuran serta Sikap Konsumen
Terhadap Pangan Yang Aman Residu Pestisida
Residu pestisida akan ditemukan pada organ hati dan daging (Nuraini, 2002)
Temuan residu pestisida pada beberapa komoditi buah dan sayuran ternyata tidak
berkorelasi positif terhadap tingkat kepedulian konsumen dalam mengkonsumsi sayuran
aman residu pestisida
Kasus kandungan residu pestisida pada tomat di Kota Bandung yang menyatakan bahwa
sikap afektif dan konatif responden yang bernilai positif hanya sebesar 38,88% dan 37,65%
sedangkan untuk sikap kognitif yang bernilai positif hanya sebesar 31,48% (Ameriana, et al.
2006).
Pada kasus lainnya terkait dengan residu pestisida organofosfat pada sayuran beredar di
pasar tradisional pringgan Kecamatan Medan Baru, Kota Medan menyatakan bahwa
sebagian besar konsumen berada pada kategori pengetahuan sedang (61,5%) sikap sedang
(625%) dan tindakan sedang (83,3%) (Marbun, et al. 2015).
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
5.3.1 Kondisi Umum Pasar Tradisional di Kota Bandung Terhadap Keamanan Pangan
No Kondisi
Jumlah
Pasar
Persentase Keterangan
1 Terdapat kantor pengelola pasar?
27
96%
1 pasar belum punya kantor
(pasar pola cijerah)
2 Terdapat petugas kebersihan pasar?
26
93%
Pasar sadang serang dan
pasar gede bage tidak
terdeteksi
3 Tersedia toilet?
28
100%
4 Tersedia tempat sampah yang cukup ?
16
57%
5
Terdapat sampah yang berserakan pada
tempat berjualan?
21
75%
6
Dipisahkan antara pasar basah dan pasar
kering?
16
57%
7 Tersedia drainase yang memadai ?
20
71%
8
Apakah petugas pasar memeriksa kondisi
keamanan pangan secara berkala?
26
93%
Pasar sadang dan pasar
kiara condong
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
1. Telur Ayam
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
61%
39%
18%
11%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Telur bersih (dilap)?
Telur kotor (tidak bersih)
sesuai dengan kondisi…
Telur kocak yang dijual ?
Telur pecah > 10 butir
Pasar Tradisional (%)
K
o
n
d
isi
Fisik
T
e
lu
r
• Kondisi telur yang kocak mengambarkan
telur tersebut telah memiliki kualitas yang
menurun.
• Kualitas telur ayam konsumsi yang
disimpan
pada
suhu
ruang
dapat
dipertahankan hingga 7 hari (Barutu,
2016).
• Sedangkan daya simpan untuk telur ayam
arab dan telur ayam ras kaya DHA pada
suhu ruang adalah 12 hari (Andriani,
2014).
• Kondisi telur yang pecah dan kotor
berpotensi terkontaminasi bakteri patogen
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
1. Telur Ayam
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
• Terdapat cemaran Salmonella Typhimurium pada telur ayam yang dikemas dalam
kontainer untuk tujuan distribusi antar pulau (Nugroho, 2015)
• Ditemukannya Salmonella sp. dan Coliform, E. coli pada peternakan dengan
kepemilikan 10.000-50.000 ekor ayam petelur dan lebih dari 50.000 ekor ayam
petelur di Kabupaten Bogor (Fani, 2010).
• Peternakan dengan populasi ayam yang lebih besar (>50.000 ekor) cenderung
melaksanakan aturan biosekuriti, higien dan sanitasi dengan lebih ketat
dibandingkan peternakan yang lebih kecil (10.000-50.000 ekor) (Fani, 2010).
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
2. Daging Sapi
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
68%
57%
14%
0%
0%
20% 40% 60% 80%
Memakai
celemek/apron
Memakai penutup
kepala
Memakai sarung
tangan
Memakai masker
Pedagang(%)
Higiene Pedagang
96%
93%
68%
64%
50%
50%
32%
0%
20%
40%
60%
80% 100%
Talenan terbuat dari kayu
Jumlah pisau lebih dari satu
Pisau stainless steel
Tersedia fasilitas pencuci
peralatan
Pedagang punya freezer
Tersedia fasilitas cuci tangan
Pisau besi
Pedagang(%)
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
2. Daging Sapi
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
No
Bagian yang diamati
Jumlah Sampel
Segar
Tidak Segar
1
Daging
3
100%
0%
2
Lidah
1
100%
0%
3
Jeroan
2
100%
0%
4
Tulang Iga
12
100%
0%
5
dengkul
1
100%
0%
6
Lidah
1
100%
0%
7
Ginjal
3
100%
0%
8
Paha
20
95%
5%
9
Kaki
6
83%
17%
10
Kulit
4
75%
25%
11
Paru
8
75%
25%
12
Kikil
3
67%
33%
13
Sengkel
3
67%
33%
14
Hati
14
57%
43%
15
lamosir
2
50%
50%
16
Usus
3
33%
67%
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
2. Daging Sapi
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
Hampir semua daging yang dijual dipasar tradisonal Kota Bogor tercemar mikroba
S.aureus, Caliform, E.Coli
dan
salomnella
sp. melebihai batas maksimum cemaran
mikroba yang ditetapkan SNI 01-6366-2000. Cemaran mikroba yang melebihi batas
maksimum tersebut diduga dipengaruhi oleh aspek hygiene dan sanitasi tempat
penjualan (Hutasoit, 2005)
Pada 3 sampel dari 60 sample hati impor yang diuji positif (
Salmonella
Zainuddin,
2009)
sebanyak 60 dari 60 sampel (100%) urin sapi siap potong dari Australia mengandung
residu hormon trenbolon asetat (TBA) dengan konsentrasi yang bervariasi. Dampak
dari residu TBA pada kesehatan manusia yaitu mutagenik (terjadi perubahan genetik),
teratogenik (terjadi cacat bawaan), dan karsinogenik (terjadi pertumbuhan sel kanker)
(Danial, 2015)
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
3. Daging Ayam
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
100%
82%
82%
50%
43%
36%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Talenan berbahan kayu
Jumlah pisau lebih dari satu
Tersedia fasilitas pencuci
peralatan
Pisau yang digunakan terbuat
dari bahan yang antikarat
Tersedia fasilitas cuci tangan
Mempunyai fasilitas pembeku
(freezer)
Pedagang(%)
K
o
n
d
isi
Fa
sili
ta
s
P
e
d
ag
an
g
71%
50%
18%
4%
0%
50%
100%
Memakai
celemek/apron
Memakai penutup
kepala
Memakai sarung
tangan
Memakai masker
Pedagang(%)
H
ig
ei
n
is
P
er
son
al
P
ed
ag
an
g
No
Bagian yang Amati
Jumlah Sampel
Segar
Tidak Segar
1
Paha
20
95%
5%
2
Kepala
11
73%
27%
3
Ceker
11
64%
36%
4
Dada
14
100%
0%
5
Ayam Utuh
8
63%
38%
6
Sayap
7
100%
0%
7
Hati
10
70%
30%
8
Leher
5
100%
0%
9
Ampela
4
50%
50%
10
Filet
2
100%
0%
11
Usus
3
67%
33%
12
Kulit
2
50%
50%
13
kaki
3
67%
33%
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
3. Daging Ayam
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
• Hasil penelitian di Pasar Tradisional di Kota Tangerang Selatan yaitu pasar Pasar Jombang, Pasar
Bukit, dan Pasar Modern terbukti ditemukannya bakteri
salmonella, E.coli
dan
S. aureus.
• Bakteri salmonella dan E.coli merupakan bakteri pathogen dengan bahaya sedang dan
penyebaran cepat sedangkan bakteri S.
aureus
merupakan bakteri dengan bahaya sedang dan
penyebaran terbatas. Ketiga bakteri tersebut dapat menyebabkan
foodborne infection.
• Bakteri
salmonella
ditemukan pada daging ayam yang dijual dipasar Jombang (33.3%), Pasar
Bukit (18.2%), dan Pasar Modern (10%), dan persentase total sebesar 16.7% (Restika, 2012).
• Bakteri
E.coli
yang ditemukan pada daging ayam yang dijual dipasar Jombang (5.59 ± 5.64 log10
cfu/gram), Pasar Modern (5.38 ± 5.59 log10 cfu/gram), dan Pasar Bukit (5.11 ±5.39 log10
cfu/gram) (Fitri, 2012).
• Sedangkan bakteri
S. aureus
yang ditemukan pada daging ayam yang dijual dipasar pasar
Modern sebesar 1116.0 + 1461.0 cfu/gram, Pasar Bukit sebesar 618.2 + 1045.8 cfu/gram dan
Pasar Jombang sebesar 433.3 + 665.8 cfu/gram, dengan rataan yaitu 802.5 + 1194.2 cfu/gram
(Putra, 2012).
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
3. Daging Ayam
• Keberadaan
salmonella,
tingginya jumlah
E. coli
dan
S. aureus
di pasar tradisonal di Kota
Tanggerang Selatan berkaitan dengan sanitasi pasar, proses eviserasi, pencemaran silang
dengan bahan makanan lain, praktik higiene personal yang kurang, tidak adanya penerapan
rantai dingin dari tempat pemotongan unggas sampai ke pasar. Hal ini perlu mendapat
perhatian mengingat keberadaan
salmonella, E. coli
dan
S. aureus
pada daging ayam yang
dapat menyebabkan
foodborne infection
.
Foodborne infection
adalah infeksi pada tubuh yang
disebabkan oleh bakteri yang terbawa di dalam makanan (Restika, 2012 ; Fitri, 2012; Putra,
2012).
• Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan kajian lebih lanjut terhadap pedagang
daging ayam dan konsumen terkait dengan pengetahuan (
knowledge
)
,
sikap (
attitude
)
,
dan
praktik (
practices
) atau studi KAP tentang higiene dan keamanan pangan untuk dapat dirancang
program pembinaan dalam rangka mewujudkan produk hewan aman, sehat, utuh, dan halal
(ASUH).
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
3. Daging Ayam
Sebelum timbul wabah penyakit flu burung, 85,7% konsumen memilih ayam
dalama menu makanan sehari-harinya.
Namun ketika wabah flu burung, 52,5% konsumen beralih ke ikan laut, 37,5%
beralih ke tahu/tempe, 2,5% beralik ke ikan kolam/tambak, 1,7% beralih ked aging
sapid an terdapat 5,8% tetap memilih ayam dalam menu makanannya sehari-hari.
Alasan konsumen memilih ikan laut karena kandungan gizinya tinggi (71,4%
konsumen), harga terjangkau (15,9%), mudah cara pengolahannya (6,3%) rasanya
cocok dengan selera (4,8%) dan mudah diperoleh (1,6%)
(Nurdianty, 2004).
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
4. Ikan Segar, Cumi, Udang dan Ikan Asin
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
4. Ikan Segar, Cumi, Udang dan Ikan Asin
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
32% 11% 4% 71% 25% 7% 75% 25% 7% 0% 20% 40% 60% 80%
Ikan mati direndam pada air es ikan mati belum dibersihkan jeroannya (utuh) dan diletakkan diatas es batu Ikan mati telah dibersihkan jeroannya dan diletakkan diatas es batu Cumi tidak menggunakan es Cumi direndam dalam air es Cumi diletakkan diatas es batu Udang tidak menggunakan es Udang direndam dalam air es Udang diletakkan diatas es batu
Pedagang (%)
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
4. Ikan Segar, Cumi, Udang dan Ikan Asin
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
Tingkat Kesegaran Ikan, Cumi , Udang dan ikan asin
Kesegaran Ikan
Total Sampel 76 Jenis
Lokasi Sampel 28 Pasar Tradisional di Kota Bandung
Segar
88%
Tidak Segar
12%
Kesegaran Cumi
Total sampel 28 pasar
Segar
20
71%
Tidak
8
29%
28
Kesegaran Udang
Total sampel 28 pasar
Segar
22
79%
Tidak
6
21%
28
Kondisi ikan asin
Total sampel 28 pasar
Baik
24
86%
Tidak
4
14%
Enter your footer text here
40
Ditemukan rata-rata total mikroba ikan kembung yang berasal dari pasar tradisional
adalah sebesar 6.79 log cfu/gram dengan
Rata-rata total mikroba ikan gurami yang berasal dari pasar tradisional adalah sebesar
6.96 log cfu/gram dengan persentase jumlah pasar yang memenuhi SNI 01-2719-1992
adalah 42.86 %,
Analisis uji ketahanan Salmonella spp. yang dikukus tanpa bumbu menunjukkan bahwa
secara kuantitatif sel Salmonella spp. sudah tidak ada sejak 15 menit pengukusan
Ikhwan (2009)
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
4. Ikan Segar, Cumi, Udang dan Ikan Asin
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
5. Buah – Buahan, Sayuran, Palawija dan Rempah
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
71%
68%
43%
43%
29%
18%
0%
20%
40%
60%
80%
Sayuran yang telah busuk/berjamur/rusak dijual
terpisah?
Buah yang telah busuk/berjamur/rusak dijual
terpisah?
Buah yang sudah rusak/busuk dan masih di jual ?
Buah yang telah busuk/berjamur/rusak tercampur
dengan buah yang masih baik?
Sayuran yang telah busuk/berjamur/rusak
tercampur dengan sayuran yang masih baik?
Sayuran yang sudah rusak/busuk dan masih di jual
?
Pedagang(%)
K
o
n
d
isi
Pr
o
d
u
k
Ya
n
g
D
iju
al
5.3.2 Analisis Sensori Fisik Pangan Segar Pada Pasar Tradisional di Kota Bandung
5. Buah – Buahan, Sayuran, Palawija dan Rempah
5.3 PRAKTEK KEAMANAN PANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
No Jenis Sayuran Total Sampel Tingkat Kesegaran (%) Jenis Buah-buahan Total Sampel Tingkat Kesegaran (%)
1 kol 1 100% alpukat 3 100%
2 bayam 4 100% apel 13 85%
3 wortel 10 100% buah naga 14 100%
4 bayam 2 100% jeruk 16 100%
5 jagung manis 2 100% mangga 4 100%
6 toge 1 100% melon 7 100% 7 kangkung 3 100% nanas 5 100% 8 terong 3 100% pepaya 9 89% 9 kubis 2 100% pisang 10 80% 10 lainnya 3 33% salak 3 33% 11 brokoli 3 100% semangka 8 100% 12 sawi 4 100% pir 1 100% 13 lobak 2 100% jambu 5 60% 14 kol 6 100% duku 2 0% 15 seledri 2 50% markisa 1 0%
16 labu siam 1 100% manggis 3 100%
17 buncis 2 100% Sirsak 1 0%
18 tomat 5 100% Stroberi 1 100%
19 cabe 2 100% timun suri 1 100%
20 caisin 1 100% 21 pakcoy 2 100% 22 pete 1 100% 23 kembang kol 1 100% 24 paprika 1 100% Total 64 95% 107 88%
5.4. PENGELOLAAN MINILAB FOOD SECURITY
5.4.1 Kinerja Minilab Food Security Di Kota Bandung Dalam Pengujian Kimia Keamanan Pangan
82% 91% 82% 64% 64% 64% 55% 55% 64% 55% 55% 55% 55% 45% 36% 36% 27% 36% 18% 27% 27% 27% 27% 18% 9% 9% 9% 9% 9% 0% 0% 0% 0% 36% 9% 27% 9% 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Andir Kembar Balubur Kiara Condong Toha Geger Kalong Ujung Berung Baru Leuwi Panjang Anyar Cihaur Geulis Pamoyanan Ciroyom Kordon Palasari Basalamah Gang Soleh Cicendo Giant Supermarket Suci Lottemart
5.4. PENGELOLAAN MINILAB FOOD SECURITY
5.4.2 Upaya Peningkatan Kinerja Minilab Food Security Pada Pasar Tradisional
Aspek Fakta Analisis Upaya
SDM Lulusan strata 1 dan SLTA
tidak diketahui apakah berlatar belakang pangan atau tidak.
Diduga sebagian besar tidak berlatar belakang pendidikan pangan.
Petugas minilab hanya mendapatkan pelatihan singkat.
Umur rata-rata 33 tahun
Sudah bekerja di pasar rata-rata 5,5 tahun
Menjalankan sebagai petugas minilab 1 tahun lebih dimulai sejak pelatihan
Sebagian besar (3/4) bukan tugas utama sebagai petugas minilab
Kemampuan sdm akan meningkat sesuai dengan pengalaman dan permasalahan di lapangan.
Ini jauh dibandingkan dengan persyaratan menjadi DFI (drug and food inspector) yang pendidikan dan pelatihan hingga mendapat sertifikat sudah diadakan oleh BPOM.
Dari sisi usia masih besar peluang untuk berkembang dan cukup matang menghadapi masalah dan pihak lain.
Petugas perlu lebih banyak mencari dan memperoleh informasi. Sumber informasi bisa dari mana saja namun untu menghindari informasi palsu maka perlu dibuat semacam komunitas petugas dan dikoordinasi oleh Dinas Pangan dan Pertanian.
Peralatan dan
Prasarana
Selama ini peralatan dan bahan kimia diberikan oleh pihak Dinas, namun anggaran Dinas untuk melayani masih jauh dari cukup.
Tampaknya tidak memungkinkan setiap pasar mengadakan sendiri bahan kimia dan peralatan karena mahal.
Mobile Minilab Food Security merupakan solusi yang membuat kinerja menjadi lebih baik sebab sifat fleksibelnya bisa menjangkau. Disarankan untuk ditambah jumlahnya sehingga memadai dan seimbang dengan luasan wilayah kota Bandung.
Ini juga akan mengatasi masalah ruangan minilab di pasar tradisional yang selama ini masih menjadi masalah.
5.4. PENGELOLAAN MINILAB FOOD SECURITY
5.4.2 Upaya Peningkatan Kinerja Minilab Food Security Pada Pasar Tradisional
Aspek
Fakta
Analisis
Upaya
Frekuensi
kerja
Satu bulan sekali
Ada peluang “kecolongan”
karena kemungkinan ada
pelaku/pedagang memiliki
atitud kurang
Mengubah masa pengujian agar tidak hanya
bersifat periodik melainkan menurut
kebutuhan dan kejadian
Kinerja
dan
Pelaporan
Hampir semua melakukan pelaporan
hasil, namun ada 2 pasar yang sama
sekali belum melakukan pelaporan
Dua pasar yang belum
melakukan pelaporan justru
menjadi pasar utama di Kota
Bandung yang kemungkinan
besar aktivitas perdagangan
jauh lebih besar.
Bsa jadi ada campur tangan
pihak yang lebih kuat atau
petugas terlalu lemah.
Mobile minilab lebih cocok
Perlu ada semacam sistem penyidikan
karena tergolong sebagai tindakan kriminal
jika pelaku sudah pernah mendapatkan
pemahaman pentingnya keamanan pangan
namun ternyata masih mengabaikan. (pakai
peringatan 1 dan 2) kejadian yang ketga
sudah dianggap kriminal. (ini merujuk
kepada berbohong, menipu, ujran kebencian
saja sudah dianggap kriminal, apalagi ini
menyangkut kesehatan dan nyawa
5.4. PENGELOLAAN MINILAB FOOD SECURITY
5.4.2 Upaya Peningkatan Kinerja Minilab Food Security Pada Pasar Tradisional
Aspek Fakta Analisis Upaya
Ambil sampel
Minta ke pedagang / sukarela memberikan Separuh pedagang dengan senang hati datang ke minilab
Separuh pedagang tidak bersedia ke minilab
Tidak menjadi masalah sebab kebutuhannya relatif sedikit
Lebih baik meminta dengan kriteria / kondisi tertentu sampel, sebab jika dikasih oleh pedagang maka bisa jadi ada kepentingan sehingga diberikan sampel dengan kondisi terbaik.
Perlu adanya upaya kesadaran pedagang tentang mutu pangan sehat
Jenis yang diuji
Daging Sayur
Perlu lebih banyak membaca dan pelatihan tentang hal baru dalam masalah keamanan pangan
Komitmen pedagang
Separuh pedagang belum secara ikhlas terlibat dalam pengujian pemeriksaan pangan sehat sehingga dianggap memiliki komitmen terhadap pangan sehat
Respon konsumen
Belum semua konsumen merespon adanya bahaya dalam pangan segar.
Perlu lebih gencar berkampanye tentang pangan sehat dan fungsi pelayanan pangan oleh Dinas Pangan dengan model model kampanye milenial atau mengelaborasi kasus.
Jangan merasa jika ada kasus lalu dinas pangan merasa kecolongan sebab tidaklah mungkin luasnya wilayah bisa terjangkau oleh pengawasan yang dilakukan oleh Dinas. Yang utama dinas sudah melakukan upaya.
Keterlibatan ASN diluar dinas pangan perlu dimungkinkan dan dianggap sebagai kinerja jika mampu membantu lebih terjaganya keamanan pangan.