• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

3

PENDAHULUAN

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama di bidang kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008). Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,

susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum lansia, seperti arthritis, asam urat, kolestrol, hipertensi dan penyakit jantung, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif pada lansia juga mengalami penurunan (Nugroho, 2002).

Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%) (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari sini dapat kita ketahui jumlah lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi. (Wilson, 2009) mengatakan, seiring dengan angka peningkatan orang usia lanjut, maka angka lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif juga

(2)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

4

meningkat. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8 % laki-laki dan 9,5 % perempuan (Ahmad Djojosugito, 2002).

Penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 2009).

Sebagian besar lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko yang lebih besar mengalami demensia dibanding dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah, klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki

support system yang terbatas yang

memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal

stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien lansia yang tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai dengan 12% pria mengalami demensia setiap saat (Kunjoro, 2006 dalam Yamin, 2008).

Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan stimulus atau rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan brain gym yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak badan (Markam, 2005).

Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara

(3)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

5

maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 2009).

Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), selain itu kegiatan–kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

BAHAN DAN METODE

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kuasi eksperimental. Desain kuasi eksperimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen diberi perlakuan dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan (Nursalam, 2013). Jenis kuasi eksperimental pada penelitian ini adalah Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-grup pra-post test design) ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobsevasi lagi setelah intervensi. Penelitian ini melibatkan 1 kelompok yaitu lansia yang dilakukan observasi sebelum dilakukan perlakuan dan diobservasi kembali setelah dilakukan perlakuan.

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 – 74 tahun yang berada di Panti Tresna Werda Budi Sejahtera Banjarbaru. Populasi pasien lansia yang berada di Panti Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dari bulan Oktober 2014 berjumlah 110 lansia. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa mewakili populasi (Notoatmodjo 2010).

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling dimana semua populasi menjadi sampel (Sugiyono 2008). Alasan peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi hanya 10 orang yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu yang termasuk kriteria inklusi. Jumlah populasi yang hanya 10 menjadi alasan peneliti mengambil teknik total sampling agar hasil yang didapatkan lebih signifikan, yang memenuhi kriteria.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer didapatkan dengan

(4)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

6

melakukan pengukuran tingkat kognitif pada lansia sebelum senam otak dan melakukan pengukuran tingkat kognitif kembali sesudah dilakukan senam otak dengan menggunakan alat ukur Mini Mental State Examination (MMSE), Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yaitu dengan melihat catatan dari rekapitulasi data keseluruhan pasien lansia yang berada di Panti Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan computer melalui langkah-langkah yaitu, Editing (pengecekan), Coding (pengkodean), Data entry (memasukkan data), dan Cleaning (pembersihan data). Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan uji korelasi Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.

HASIL PENELITIAN

1. Tingkat kognitif sebelum dan sesudah dilakukan brain gym

Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Kognitif Mini Mental State Examination (MMSE) Sebelum Dilakukan Brain Gym dan Sesudah Dilakukan Brain Gym.

Tingkat Kognitif Sebelum dilakukan brain gym Sesudah dilakukan brain gym Jumlah lansia Persen (%) Tidak ada gangguan kognitif 0 4 4 20 Gangguan kognitif ringan 8 6 14 70 Gangguan kognitif berat 2 0 2 10 Total 10 10 20 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat sebagian besar responden mengalami gangguan kognitif ringan sebelum dilakukan brain gym sebanyak 8 lansia (80%)

Karakteristik responden menurut tingkat kognitif Mini Mental State Examination (MMSE) sesudah dilakukan brain gym dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami kognitif ringan sebanyak 6 lansia (60%)

2. Pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitif

Tabel 2 Perbedaan Tingkat Kognitif pada Lansia Sebelum Dilakukan Brain Gym dan Sesudah Dilakukan Brain Gym dalam Uji Wilcoxon

(5)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

7

Sesudah-sebelum

Z -2.032b

Asymp.Sig. (2-tailed) 0.042

Dari tabel diperoleh data signifikan sebelum dan sesudah perlakuan brain gym sebesar 0.042 dalam hal ini dapat di nyatakan bahwa ada pengaruh dalam penelitian ini.

Bila z hitung < p value 0,05 maka Hipotesis diterima, sehingga maka ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.

PEMBAHASAN

1. Tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym

Berdasarkan pretest, sebagian besar lansia kesulitan dalam orientasi waktu, tempat, dan recall. Hal ini terjadi karena lansia sudah mengalami penuaan, termasuk mengalami kemunduran dalam fungsi otaknya. Pada penelitian ini menunjukan bahwa dilakukan pretest didapatkan 2 orang lansia mengalami gangguan kognitif berat dengan 20% dan gangguan kognitif ringan sebanyak 8 orang lansia dengan 80%. Hasil analisis mendapatkan faktor umur adalah salah satu yang mempunyai resiko terhadap demensia. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi resiko demensia

(Japardi 2003). Data dari World Health Organization tahun 2003, memperlihatkan dimensia dialami oleh lansia yang berumur 60-74 tahun sebesar 15-20% 75-85 tahun sebesar 5-15%. Berdasarkan analisis statistik disimpulkan ada perbedaan signifikan rata-rata skor MMSE (Mini Mental State Examination) lansia umur 60-75 tahun dengan umur > 76 tahun. Semakin bertambah umur maka semakin besar prevalensi dan semakin berat tipe demensia yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena umur merupakan faktor resiko mayor terjadinya demensia (Japardi 2003).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rekawati (2004), yang menyatakan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Semakin tinggi usia harapan hidup perempuan maka semakin lama kesempatan lansia perempuan untuk hidup, sehingga semakin besar kemungkinan mengalami demensia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pudjiastuti (2002) dalam Festi (2010) bahwa menurunnya kemampuan fungsi kognitif lansia dikarenakan susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia.

(6)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

8

2. Tingkat kognitif sedudah dilakukan brain gym

Setelah pretest dilakukan, responden diberikan pelaksanaan senam latih otak dianjurkan tiga kali seminggu, masing– masing sekitar 15 – 20 menit. Harus selalu membayangkan gerak fisiknya, supaya tersambung sirkuit otak dengan gerakan– gerakan yang sedang dilakukan. Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen keotak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Supardjiman, 2003).

Setelah dilakukan brain gym didapatkan hasil 4 orang lansia dengan 40% tidak mengalami gangguan kognitif dan 6 orang lansia dengan 60% mengalami gangguan kognitif ringan.

Menurut teori senam otak pada buku brain gym Paul dan Gail E. dennison menyatakan bahwa gerakan senam otak dapat merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Gerakan senam otak juga mempunyai fungsi meningkatkan

kewaspadaan, konsentrasi dan memori misalnya dengan gerakan 8 tidur lazy 8 yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi dan memori. Senam otak juga dapat memberikan manfaat yaitu stress emosional berkurang, pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson 2009).

Peneliti beranggapan sesuai kenyataan dilapangan bahwa kegiatan spritual digiatkan setiap hari dapat memberi dampak pada fungsi kognitif misalnya yang beragama islam melakukan sholat 5 waktu, mengaji, dan kegiatan spritual lainnya. Pikiran-pikiran negatif terhadap lansia dipanti seperti merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga, merasa tidak ada harapan lagi, merasa takut dan lain-lain dapat tergantikan dengan pikiran-pikiran positif seperti masih punya kemampuan (menyapu, memasak, mencuci,dll), tidak perlu takut karena ada teman dan pengasuh, masih diperhatikan (ada yang berkunjung, diajak kegiatan dipanti).

(7)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

9

3. Pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitif Dari hasil uji Wilcoxon ditemukan hasil signifikan Z hitung 0.042 < p value 0.05 dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini terdapat pengaruh brain gym dengan peningkatan fungsi kognitif pada lansia di Panti Tresna Wedha Budi Sejahtera Banjarbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senam otak secara signifikan bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia dibuktikan dengan hasil yang bermakna skor nilai fungsi kognitif setelah dilakukan senam otak.

Berdasarkan Pengalaman peneliti lansia yang mengalami demensia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera Banjarbaru tersebut kognitifnya meningkat ditunjukkan dengan saat di tanya tentang hari, jam dan nama sesama lansia dapat menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia demensia. Intervensi dapat dilakukan oleh perawat yang ditempatkan di pelayanan kesehatan di panti atau adanya program dari panti yang bekerja sama dengan instansi pendidikan yang menugaskan mahasiswanya untuk melakukan kunjungan setiap minggunya ke panti untuk melakukan perawatan. Terapi kognitif dapat dilakukan baik secara mandiri oleh lansia dan perawat yang terdapat di daerah tersebut yang

perlu memantau lansia setiap 3 bulan sekali dan terapi senam latih otak perlu diberikan kepada kelompok lansia (3 kali setiap minggu) dan dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia serta senam latih otak dapat dimasukan dalam kegiatan rutin senam yang diadakan oleh pihak panti dan pelatihnya dapat dilaksanakan baik oleh perawat atau pengasuh panti.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Ibu Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG., M.Pd. Selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin. 2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG.

Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns., MPH. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarasin yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.

4. Bapak Ahmad Syahlani, S.Kep., Ns., MSN selaku pembimbing I. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan dan dukungan.

5. Bapak H.Iswantoro, S.Kp., MM selaku pembimbing II. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan, dan dukungan

(8)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

10

6. Bapak Drs. H.Mohdari,.M.Si selaku penguji III. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan, dan dukungan. 7. Bapak/ibu Kepala Panti Tresna Werdha

Budi Sejahera Banjarbaru karena telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh keluarga besar saya terutama untuk Bapak H. Surya, Ibu Hj. Rusmiwati, dan Kakak Muslim, Risdiana, Irham yang selalu mendoakan saya serta memberikan motivasi sehingga saya dapat tepat waktu dalam penyelesaian tugas akhir.

9. Bapak dan Ibu Dosen PSIK STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Yuliana Asthiarani, S.E terima kasih karena

telah memberikan dukungan dan motivasi dalam mengerjakan tugs akhir ini.

11. Teman-teman PSIK STIKES Sari Mulia Banjarmasin Angkatan IIIB yang selalu berjuang bersama melewati suka maupun duka dan selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Djojosugito, (2001). Kebijakan

Pemerintah Dalam Pelayanan

Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta.

2. Anton Surya Prasetya, (2010). Pengaruh Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak Terhadap Depresi dengan Harga Diri Rendah pada Klien Lansia di Panti Tresna Whreda Bakti Yuswa Natar Lampung, Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Asosiasi Alzheimer Indonesia, (2003). Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya, Edisi 1, 39-47. 4. Constantinides P, (1994). In General

Pathobiology, Appleton & Lange

5. Darmojo, B. (2009). Teori Proses Menua, FKUI, Jakarta.

6. Dennison, Paul E., Gail E. Dennison (2008). Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak, Grasindo, Jakarta. 7. Depkes RI (2008). Pedoman Pembinaan

kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan jilid 1, Direktorat pembina kesehatan masyarakat, Jakarta.

8. Folstein, MF , et all: “Mini Mental State”: a practical Methode Of Grading The Cognitive State Of Patiens For Clinical. J Psychiatric Res 12: 189-198, 1975.

9. Gunadi (2009). Gerakan Meningkatkan Kecerdasan Anak. Penebar Plus. Jakarta

(9)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

11

10. Hawari, Dadang. (2007). Sejahtera di Usia Senja Dimensi Psikoreligi pada Lanjut Usia (Lansia). Balai Penerbit FKUI. Jakarta

11. Hidayat, Alimul Aziz. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

12. Japardi, Iskandar (2003), Gangguan Tidur, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah, USU, Jakarta.

13. Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neurosciences, Edisi 2. Oxford : Blacwell publisihing

14. Kholif Ardiyanto (2013). Pengaruh Senam Otak Terhadap Daya Ingat pada Lansia dengan Dimensia di Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, Program studi sarjana keperawatan Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Muhammdiyah Pekajangan Pekalongan.

15. Kunjoro, J.S.K.(2002) Masalah Kesehatan Jiwa Lansia; kategori lanjut usia, ¶ 4, http://www.e-psikologi.com/ Diperoleh pada tanggal 23 Februari 2010

16. Lisnaini (2012). Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif

Usia Dewasa Muda, Fisioterapi

Universitas Kristen Indonesia, Jakata.

17. Natoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

18. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geratrik, EGC, Jakarta.

19. Nursalam, (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

20. Maryam, Fatma, Rosidawati, Jubaedu, Batubara, (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta.

21. Paula (2010). Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih

Mongonsidi Medan, Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

22. Pipit, Festi (2010). Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia di Karang Werdha Peneleh Surabaya, FIK UM, Surabaya.

(10)

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

12

23. Ramdhani, N. (2008). Sikap dan beberapa definisi untuk memahaminya. (Cited 2010Juli, 29) Available from URL

http:/www.neila.staff.ugm.ac.id/wodrpr es s/2008/denifisi.

24. Riwidikdo, Handoko, (2009). Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

25. Rochmad Agus Setiawan, (2014). Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Dimensia di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta, Program studi S-1 keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

26. Sari. (2012). Ganbaran Tingkat Depresi Lansia di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. UNPAD-Skripsi.

27. Saryono (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Nuha Medika,Yogyakarta.

28. Sastroasmoro & Ismail (2010), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta.

29. Suhartini, Ratna. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Kemandirian

Lanjut Usia. Skripsi.

www.danamandiri.or.od. Surabaya: F. Psikologi Unair. 4 Mei 2008

30. Supardjiman (2007). Buku Panduan Brain Gym Senam Otak. Jakarta : Grasindo Gramedia Widiarsana Indonesia.

31. Sugiyono (2013). Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. 32. Yamin, (2008). Penatalaksanaan klien

lanjut usia yang mengalami demensia di

Panti Tresna Werdha Teratai

Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Bina Husada

33. Zulsita, (2010). Gambaran Kognitif pada Lanjut Usia, diaskes tanggal 21 Januari 2011, http://repository.usu.ac.id.

Gambar

Tabel  1  Karakteristik  Responden  Menurut  Tingkat  Kognitif  Mini  Mental  State  Examination  (MMSE)  Sebelum  Dilakukan  Brain  Gym  dan  Sesudah  Dilakukan Brain Gym

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan September tahun dua ribu dua belas pukul 16.30 Wib, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Kabupaten Nias yang

)UDVD ³«SHUMDQMLDQ NHUMD ZDNWX WHUWHQWX´ GDODP 3DVDO D\DW GDQ IUDVD ³«SHUMDQMLDQ NHUMD XQWXN ZDNWX WHUWHQWX´ GDODP 3DVDO ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Penilaian ini juga diperkuat melalui Kepmenakertrans Republik Indonesia Nomor 220/MEN/X/2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

adjustment of adolescents: The effectiveness of a social skills group intervention... Quasi- experimentation: Design &amp;Analysis Issues for

Ini terlihat dalam bentuk ritual yang dilakukan orang Jawa yang ingin berdoa di klenteng Utama ataupun Ruang Pemujaan Dewa Bumi, bunga setaman dan sesaji yang

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan gambaran kepada masyarakat umum dan pada pengkaji tentang khasanah kuliner

Hasil penelitian ini adalah pemahaman terhadap internalisasi pendidikan Islam dalam membangun karakter siswa yang dilaksanakan di SD Negeri Mangkubumen Kidul No.16 Surakarta,