• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Formulasi Sediaan Lotion Anti Nyamuk dari Minyak Atsiri Daun Legundi (Vitex trifolia Linn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Formulasi Sediaan Lotion Anti Nyamuk dari Minyak Atsiri Daun Legundi (Vitex trifolia Linn)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Studi Formulasi Sediaan Lotion Anti Nyamuk dari Minyak Atsiri

Daun Legundi (Vitex trifolia Linn)

(Formulation Study in Anti Mosquito Lotion of Essential Oil from Leaves Legundi (

Vitex

trifolia

Linn))

Amelia Sari*, Novira Ahada Putri

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

*Corresponding email:

amel_sfarm@yahoo.com

ABSTRAK

Tumbuhan legundi (

Vitex trifolia

L) merupakan tumbuhan liar yang tergolong dalam

keluarga

Verbenaceae.

Dalam

daun legundi terkandung senyawa kimia minyak atsiri

yang dapat berfungi sebagai

repellent

yaitu zat yang memiliki kemampuan untuk

melindungi manusia dari gangguan dan gigitan nyamuk. Tujuan dilakukan penelitian

untuk memperoleh sediaan

lotion

yang memenuhi persyaratan farmasetika dan untuk

mengetahui efektivitas

lotion

minyak atsiri sebagai

repellent

. Penelitian ini

menggunakan konsentrasi 0,5%, kontrol negatif dan kontrol positif (Autan). Evaluasi

lotion

dilakukan selama 2 minggu meliputi: organoleptis sediaan memiliki warna,

bentuk dan bau yang stabil, nilai pH 4,5-7, homogenitas yang baik, nilai viskositas

meningkat pada hari ke 14, tidak terjadinya iritasi. Sediaan

lotion

konsenterasi 0,5%

memiliki efektivitas

repellent

100% selama pengujian 15 menit

terhadap nyamuk

Culex

quinquefasciatus Say

setara dengan kontrol positif (Autan). Berdasarkan hasil evaluasi

ini disimpulkan bahwa minyak atsiri dari daun legundi dapat diformulasikan kedalam

sediaan

lotion

dan ini memiliki efektivitas sebagai penggusir nyamuk 100%.

Kata Kunci:

repellent, daun legundi dan lotion.

PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai macam penyakit seperti filariasis, malaria, chikungunya, dan demam berdarah dengue (DBD). Banyaknya korban dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk menuntut berbagai pihak untuk dapat mencegah dari gigitan nyamuk. Biasanya orang memilih cara praktis, yakni menggunakan obat anti nyamuk cair maupun bakar. Meski cukup efektif,

obat anti nyamuk jenis ini berisiko karena kandungan bahan kimianya. Hampir semua lotion anti nyamuk yang beredar di Indonesia berbahan aktif DEET (Diethyl toluamide) yang merupakan bahan kimia sintetis beracun dalam konsentrasi 10-15% (Gunandini, 2006) .

Oleh karena itu, saya memilih cara yang lebih ramah lingkungan, yakni memanfaatkan tanaman antinyamuk dengan memformulasikan tanaman tersebut menjadi sediaan farmasi.

(2)

104

Salah satu tanaman antinyamuk yang ada di Indonesia yaitu tanaman legundi (Vitex tifolia L.). Daun legundi mengandung minyak atsiri dan alkaloid. Kandungan alkaloid pada daun 8,7% dan kandungan minyak atsiri pada daun berkisar 0,28% (Heyne, 1978).

Pada penelitian ini digunakan senyawa minyak atsiri karena peranan paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya. Sediaan farmasi yang baik untuk tanaman legundi yaitu

lotion. Lotion merupakan sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan dalam pemakaian topikal baik berbentuk emulsi maupun suspensi. Kestabilan fisik sediaan lotion

merupakan hal terpenting oleh karena itu warna, konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan sampai terpakai habis oleh konsumen dengan kata lain kestabilan harus tetap di pertahanakan (Ansel, 1989). Pemilihan sediaan lotion karena merupakan sediaan yang berbentuk emulsi yang mudah dicuci dengan air dan tidak lengket dibandingkan sediaan topikal lainnnya. Selain itu bentuknya yang cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit (Balsam, 1970).

Dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya bahwa konsentrasi 1% dari ekstrak etanol daun legundi didapatkan 95% kematian pada larva uji di menit ke-4320, jumlah yang paling mendekati kematian larva pada kelompok abate 1% dengan besar kematian 100% (Cania, 2013). Berdasarkan uraian diatas penulis ingin memformulasikan minyak atsiri daun legundi sebagai sediaan lotion antinyamuk (repellent) dalam konsentrasi 0,5% dengan harapan agar sediaan yang dibuat lebih aman

dan dapat dimanfaatkan oleh banyak orang.Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh sediaan lotion antinyamuk dari minyak atsiri daun legundi (Vitex trifolia L.) dan untuk mengetahui lotion minyak atsiri daun legundi efektif sebagai penghalau nyamuk Culex quinquefasciatus Say.

METODE PENELITIAN Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, lumpang dan alu, penangas air, spatula, sudip, wadah lotion, kaca transparan, alat-alat gelas laboratorium, pengaduk, cawan porselen, viscometer Brookfield dan pH universal.

Bahan

Minyak atsiri daun Legundi (Vitex trifolia L.), asam stearat, gliserin, metil paraben, trietanolamin dan aquadest.

Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan dan Penyediaan Bahan

Penelitian

Simplisia yang diambil dalam penelitian ini adalah daun legundi (Vitex trifolia L.) kemudian dipilih daun legundi (Vitex trifolia L.) yang segar, bagus dan berwarna hijau. Daun legundi (Vitex trifolia L.) diperoleh di desa Lambhuk Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.

2. Penyulingan Minyak Atsiri Daun Legundi

Daun legundi segar sebanyak 5000 gram diambil dan di bersihkan, dikering-anginkan selama 3 hari. Kemudian dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau. Potongan daun legundi dimasukkan ke lapisan atas bejana alat penyulingan dan pada lapisan bawah bejana telah diisi air. Kemudian alat penyulingan ditekan tombol on dan ditunggu sampai air mendidih (100˚C). Ketika air mendidih, uap air akan membawa partikel–partikel minyak atsiri

(3)

105

daun legundi ke bagian kondensor. Kemudian, uap air bersama komponen minyak di tampung kedalam corong pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dengan air (Koensoemardyah, 2010).

3. Pembuatan Dasar Lotion

Formulasi Dasar Lotion R/ Gliserin 2%

Asam Stearat 3% Metil Paraben 0,1% Trietanolamin 0,75% Aquades ad 100%

Formulasi Lotion minyak atsiri daun legundi R/ Minyak Atsiri 0,5% Gliserin 2% Asam Stearat 3% Metil Paraben 0,1% Trietanolamin 0,75% Aquades ad 100 mL (Mustanir, et.al., 2011) Pembuatan lotion minyak atsiri daun legundi: 1) Dipanaskan lumpang terlebih dahulu

menggunakan air panas.

2) Gliserin dan metil paraben dilarutkan secara terpisah dalam aquades panas. 3) Dimasukkan asam stearat dalam cawan

porselin dan dileburkan di atas penangas air (M1)

4) Kemudian dimasukkan M1, gliserin, metil paraben, trietanolamin kedalam lumpang panas dan gerus hingga terbentuk massa lotion.

5) Ditambahkan minyak atsiri kedalam lumpang.

6) Tambahkan sedikit demi sedikit aquadest kedalam lumpang gerus sampai homogen. 7) Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah

lotion yang telah di kalibrasi.

8) Ditambahkan sisa aquadest ke dalam wadah lotion sampai 100 mL.

4. Evaluasi sediaan

a. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau yang terjadi pada sediaan lotion, dilihat sediaan baik memiliki warna yang baik dan bau yang tengik. (Anief,1997).

b. Pengukuran pH

Pengukuran pH dari formula lotion yang telah dibuat menggunakan pH universal yang dilakukan selama 7 hari, dengan cara sebanyak 0,5 gram sediaan di encerkan dengan 5 mL aquadest didalam beaker glass, kemudian indikator pH dicelupkan ke dalam larutan tersebut, ditunggu beberapa saat. Warna yang ditunjukkan pH universal merupakan pH dari sediaan tersebut. pH yang baik untuk kulit ialah 4,5 sampai dengan 7 (Safitri, 2010).

c. Uji Homogenitas Lotion

Uji homogenitas ditentukan dengan cara lotion dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak adanya partikel-partikel kasar pada permukaan kaca transparan (Depkes RI, 1979).

d. Pengukuran Viskositas Lotion

Penentuan viskositas bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan kekentalan pada tiap formula lotion. Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield (Martin, 1993).

e. Uji Iritasi

Uji ini dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan dilakukan terhadap sukarelawan selama 15 menit di punggung tangan. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi pengkasaran atau gatal-gatal pada kulit sukarelawan (Retno, 2007).

(4)

106

f. Uji efektivitas antinyamuk

Pengujian dilakukan ke dalam kurungan nyamuk berukuran 40 x 50 x 60 cm, yang telah di masukkan nyamuk Culex quinquefasciatus Say. 20 ekor kemudian lengan sukarelawan dioleskan lotion minyak atsiri daun legundi. Lalu lengan yang telah terolesi lotion dimasukkan dalam kurungan nyamuk selama 15 menit. (Nunik, et.al., 1997).

5. Analisis data dan penyajian data

Analisis data yang diperoleh pada penelitian ini adalah secara deksriptif. Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tekstual dan tabular.

HASIL DAN DISKUSI

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun legundi yang mana pada kandungan daun legundi tersebut terdapat senyawa minyak atsiri. Metode yang dilakukan untuk mendapat minyak atsiri dengan cara menggunakan alat destilasi uap. Daun legundi yang digunakan yaitu 5 kg. Untuk mendapatkan senyawa minyak atsiri digunakan daun legundi yang masih segar kemudian daun segar tersebut di cuci lalu dikering-anginkan selama 3 hari dan dirajang kira-kira 2 cm. Kemudian daun legundi dimasukkan kedalam alat penyulingan untuk diambil minyak atsirinya, Pada proses penyulingan pertama di dapatkan 0,3 mL minyak atsiri dan pada proses selanjutnya di peroleh minyak atsiri sebanyak 0,2 mL. Dari total minyak atsiri diperoleh 0,5 mL.

Pengujian sediaan lotion dilakukan dengan cara mengevaluasi sediaan yang dibuat yaitu kontrol negatif dan konsentasi 0,5% , sediaan kontrol negatif dan kontrol positif. Evaluasi yang dilakukan diantaranya adalah uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji viskometer dan uji

iritasi. Evaluasi sediaan dilakukan selama 2 minggu yaitu pada hari 1,3,5,7,9,11 dan 14. 1. Pengujian Organoleptis

Hasil pengamatan terhadap sediaan lotion yaitu secara organoleptis selama 2 minggu berupa agak kental, warna krem dan bau khas. Warna krem pada sediaan lotion tersebut dihasilkan oleh minyak atsiri yang memiliki warna kuning pucat. Pada proses pembuatan lotion dibuat dengan metode pencampuran dua fase, yaitu fase minyak dengan fase air. Kedua fase dipanaskan terpisah, setelah melebur keduanya dicampur menjadi satu dalam keadaan panas, kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu massa campuran digerus dalam lumpang hingga mencapai suhu kamar dan terbentuk massa lotion yang homogen. Formula lotion yang dibuat ialah basis lotion sebagai kontrol negatif dan dalam konsentrasi 0,5%. Pemilihan konsentrasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara basis lotion dengan konsentrasi 0,5% yang telah diformulasikan dalam lotion serta pemilihan lotion antinyamuk autan sebagai kontrol positif. 2. Hasil Uji pH

Nilai pH ditentukan dengan menggunakan stik pH. Pengamatan sediaan lotion tersebut memiliki nilai pH sebesar 6 dan 7. Uji pH bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan dari sediaan yang dibuat. Menurut Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa derajat keasaman (pH) merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH dari kosmetik mempengaruhi daya absorbs kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga

(5)

107

menjadi iritasi. Sediaan kontrol negatif dan konsentrasi 0,5% memiliki pH yang sama nilai ini masih berada dalam kisaran pH kulit 4,5 – 7. 3. Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman zak aktif yang yang tercampur didalam basis lotion. Sediaan yang homogen akan memberikan hasil yang baik karena bahan obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata. Uji homogenitas dilakukan dengan cara dioleskan sediaan lotion pada kaca tranparan. Sediaan lotion menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Hasil pengamatan homogenitas dilakukan terhadap sediaan lotion selama 2 minggu menunjukkan sediaan memiliki susunan yang homogen dan memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan diatas kaca transparan.

4. Hasil Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit.. Pada saat mengujian ini dilakukan oleh 2 sukarelawan untuk melihat sediaan lotion yang dihasilkan tersebut terjadi pengkasaran atau menimbulkan

merah pada kulit. Hasil pengamatan yang yang dilakukan bahwa

sediaan tersebut menunjukkan efek negatif sehingga pada saat sediaan tersebut dioleskan pada kulit tidak terjadinya pengkasaran, kemarahan atau gatal-gatal pada kulit sukarelawan.

5. Hasil Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer hot and plate. Pengujian di lakukan pada hari ke 1 dan 14. Tujuan dilakukannya pengujian viskositas pada sediaan lotion ini adalah untuk melihat nilai kekentalan pada sediaan lotion.

Tabel 1. Hasil Uji Viskositas Sediaan Lotion

Sediaan Hari ke

1 14

Kontrol negatif (-) 411,5 cP 472,3 cP Kontrol positif (+) 5527,7cP 5675,3 cP Konsentrasi 0,5 % 502,7 cP 603,6 cP

Hal ini menunjukkan bahwa lotion tersebut memenuhi syarat homogenitas dalam waktu pengamatan. Evaluasi viskositas lotion menggunakan viskometer Brookfield. Pengujian viskometer ini dilakukan pada hari pertama dan hari ke 14. Hasil pengujian kekentalan pada di hari pertama dan pada hari terakhir formula lotion mengalami peningkatan kekentalan pada kontrol negatif (-) pada hari pertama 411,5 cP

dan 472,3 cP pada hari ke 14. Pada sediaan konsentrasi 0,5% didapatkan hasil 502,7 cP pada hari pertama dan 603,6 cP untuk pengujian viskositas pada hari ke 14, dan tidak memenuhi syarat SNI dari range viskositas 2.000 cP – 50.000 cP.

(6)

108 Tabel 2. Hasil Uji Daya Tolak Nyamuk

Sediaan Jumlah Nyamuk (ekor)

Banyak Nyamuk

yang Hinggap Daya Proteksi (%) Kontrol Negatif (-) 20 ekor 9 ekor 55

Kontrol Positif (+) 20 ekor 0 100

Konsentrasi 0,5% 20 ekor 0 100

Reppelent adalah zat memiliki efektifitas sebagai penghalau nyamuk. Pada pengamatan yang diperoleh bahwa uji efektivitas repelan dilakukan dalam kandang yang telah diisikan 20 ekor nyamuk Culex quenquifasciatus Say. pengujian dilakukan dengan menggunakan ketiga sediaaan lotion yang terdiri dari sediaan kontrol negatif (-), kontrol positif (+) dan sediaan dengan konsentrasi 0,5%. Pengujian dilakukan selama 15 menit dengan pengamati nyamuk yang hinggap pada tangan sukarelawan.

Sediaan kontrol negatif (-) didapatkan sebanyak 9 nyamuk yang hinggap pada tangan sukarelawan, Pada sediaan konsentrasi 0,5% dan kontrol positif tidak ditemukan nyamuk yang hinggap pada tangan sukarelawan, sehingga daya proteksi nyamuk yang didapatkan pada sediaan tersebut yakni pada sebesar 100%. Ini menunjukkan bahwa sediaan pada konsentrasi 0,5% efektif dijadikan sebagai repellent, dikarenakan daya penghalau nyamuk pada konsentrasi 0,5% sama dengan daya proteksi pada sediaan kontrol positif yaitu Autan.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini telah didapatkan fase gerak terbaik yang dapat digunakan untuk analisis ibuprofen yaitu kloroform : metanol (10:1). Validasi metode analisis ibuprofen dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri mempunyai linieritas yang telah memenuhi syarat validasi yaitu didapatkan koefisien korelasi 0,9973, batas deteksi 0,81 mg/mL dan batas kuantifikasi 2,70 mg/mL, Akurasi pada tablet generik ibuprofen dan tablet ibuprofen dengan nama dagang Proris®

mempunyai % perolehan kembali memenuhi rentang yaitu 80-110%. Presisi intraday dan

interday mempunyai keterulangan yang baik karena %RSD ≤ 16%. Kadar tablet generik ibuprofen adalah 99,54% ± 2,99% dan kadar tablet ibuprofen dengan nama dagang Proris®

adalah 103,75% ± 4,25%, kadar yang didapatkan telah memenuhi syarat sesuai Farmakope Indonesia edisi V yaitu 90-110%.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1997). Formularium Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit (cetakan 1st). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (4th ed). diterjemahkan oleh Ibrahim, Farida. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Asman, Ariful. (2009). Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Balsam, M. S., & Sagarin, E. (1970). Cosmetic Science and Technology (2nd ed, I vol). New York: Willey Intersceince.181-211

Cania, E., & Endah S. (2013). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) Terhadap Larva Aedes Aegypti. Medical Journal of Lampung University, 2(4), 57.

Dalimartha, S. (2005). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (4th ed). Jakarta: Puspa Swara.

(7)

109

Departemen Kesehatan RI. (1997). Buku Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat Propinsi. Jakarta: Depkes RI.

Guenther. (1987). Minyak Atsiri I. Diterjemahan Ketaren. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gunandini. (2006). Bioekologi dan Pengendalian Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit. Seminar Nasional Peptisida Nabati III, Balittro. 43-48 Hariana, A. (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri

3. Jakarta: Penebar Swadaya.

Heyne, K. (1987). Tanaman Berguna Indonesia IV. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan RI

Koensoemardiyah. (2010). Minyak Atsiri untuk Industri

Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi.

Yogyakarta

Martin, A. (1993). Physical pharmacy (4th ed). Philadelphia: Lea & fabringer.

Mustanir, et.al. (2011). Aktifitas Repellent Nyamuk Lotion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex trifolia L. dan

n,n-dietil-meta-toluamida. Jurnal farmasi

Indonesia, 5(4), 172-179.

Nunik, S. A., Singgih, S., & Soetiyono, P. (1997). Respon S. Rarak, D. Metel Dan S. Prostrate Sebagai Repelan Untuk Nyamuk Aedes Aegypti. Kesehatan Masyarakat. 25(7), 482-483

Safitri, N. A., et.al. (2010). Optimasi Formula Sediaan Krim Ekstrak Stroberri (fragaria x annassa). Jurnal Program Studi Farmasi FKUB Bandung Syamsuhidayat, S.S., & Hutapea, J.R. (1991). Inventaris

Tanaman Obat Indonesia (1st ed). Jakarta:

Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan Depkes RI.

Retno, T. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

3 Jika berat badan anak dalam KMS berada dalam status gizi yang baik, ibu tidak perlu lagi datang keposyandu.. 4 Menurut saya perkembangan baduta seharusnya di pantau

16.. yang bersalah dikarenakan alasan tertentu. Dari pihak masyarakat bagi pihak bengkel sendiri merasa senang karena bengkelnya mendapatkan konsumen, bukan ikut mewujudkan

Tällöin siihen liitetään tekstissä syyllisyydentuntoa ja pohjimmaisia, tiedostamattomia aggressio-ongelmia: "Usein voi ennenaikaisessa siemensyöksyssä päätellä

Strategi komunikasi KCCI dalam mempertahankan dan menyosialisasikan kebudayaan Korea di Indonesia adalah dengan megadakan kegiatan kebudayaan Korea dengan tujuan memperkenalkan

besar dayanya untuk mengantisipasi jika dibutuhkan daya yang lebih besar pada. saat

Telah menjadi orang tua keduaku yang telah memberikan ilmu dan semua staff STIE perbanas surabaya di berbagai bidang yang telah memberikan pelayanan yang

Dividen  yang  dibayarkan  oleh  suatu  perusahaan  yang  berkedudukan  di  Malaysia  kepada  penduduk  Indonesia  yang 

Perpaduan Pengendalian Secara Hayati dan Kimiawi Hama Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.; Lepidoptera: Yponomeut- idae) pada Tanaman Kubis.. Disertasi,