• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI EMBUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TEKNOLOGI EMBUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI EMBUNG

PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

Bimbingan Teknis

Teknologi Ramah Lingkungan

(2)

Pendahuluan

Success story embung

Pembuatan embung

Pemanfaatan embung

Embung modern

(3)

Luas total : 2,02 juta ha

Jawa

: 777.029 ha

Sumatera : 550.940 ha

Kalimantan : 339.705 ha

Sulawesi : 279.295 ha

Bali and NT : 70. 673 ha

(BPS, 2012)

(4)

Permasalahan lahan sawah tadah hujan :

Produktivitas rendah (MH = 3-4 t/ha, MK = 2-3 t/ha)

Kesuburan tanah rendah (KTK, bahan organik, hara NPK)

(5)

Pola Curah Hujan Lahan Sawah Tadah Hujan

Tipe iklim lahan tadah hujan menurut klasifikasi iklim

Oldeman, termasuk tipe D dan dengan rata-rata bulan basah

adalah 3 bulan.

(6)

0

Nop

Des

Curah

huj

an (mm)

Tipe iklim lahan tadah hujan menurut klasifikasi iklim

Oldeman, termasuk tipe D dan dengan rata-rata bulan basah

adalah 3 bulan.

(7)

Perubahan iklim berdampak nyata di sektor pertanian :

Pergeseran musim tanam,

banjir kekeringan

penurunan produksi pertanian

tanaman pangan

Lahan tadah hujan, dampak perubahan ikllim lebih terasa dari lahan sawah irigasi

sumber airair hujan

banjir

MH 2014-2015 Puso 40.627 ha

Salah satu

alternatif

untuk

meningkatkan

provitas lahan

tadah hujan

adalah dengan

Teknologi

embung

(8)

Embung/tandon air :

salah satu teknologi pemanenan aliran

permukaan dan air hujan, berfungsi sebagai

tempat resapan untuk meningkatkan

kapasitas simpan air tanah dan dimanfaatkan

untuk pengairan tanaman pada

musim kemarau

Sasaran pembangunan embung adalah

pada daerah yang memiliki kondisi wilayah tipe iklim C dengan 5-6 bulan

basah, iklim D dengan 3-4 bulan basah, dan tipe iklim E kurang dari 3 bulan

basah. Bulan basah menerima curah hujan

200mm/bulan, lembab 100-200

(9)

pembangunan embung di KP Jakenan berukuran 75 x 50 x 2 m 1983

embung KP Jakenanmengairi palawija, seluas 10,4 ha (1/3 luas Kebun); pada tahun basah embung ini dapat mengairi tanaman palawija di seluruh Kebun

temu lapang/temu wicara tentang manfaat embung (peserta Ka, Kanwil Pertanian Jawa Tengah, bupati Pati dan peneliti Balitan Sukamandi),

1984

satu embung ukuran 10x10x2 m dibangun di lahan milik staf KP Jakenan, di kecamatan Pucakwangi, kabupaten Pati

1987

SUCCESS STORY EMBUNG

(10)

1991

1992

1995

SUCCESS STORY EMBUNG

penelitian kerjasama dengan petani membangun 29 embung di desa Megulung dan Bogorejo, kecamatan Sumber, kabupaten Rembang

pembangunan embung di Kab. Cilacap,6000 ha padi kekeringan, 4000 hapuso (Surat Ka. Kanwil Pertan 1991)pertemuan dengan bupati CilacapDinas Pertanianpetani

pembangunan embung oleh Pemerintah Daerah Kab. Rembang sebanyak >100 buah tahun 1995-1997melibatkan KP Jakenan sebagai Tim Teknis

Pemerintah Propinsi

Provinsi Jawa Tengah

1.000 embung

2016-2018. secara terpadu : APBD

Propinsi, Kementan, BBBWS/Kemen PU dan APBD Kabupaten/Kota,

(http://kabar24.bisnis.com)

Pemerintah Pusat

Kemen PU dan Perumahan Rakyat sampai thn 2013 bangun embung 2087

unit

18 propinsi

kapasitas tampung air 215.453.947 m3. Dari 2087 embung

(11)

No Propinsi Jumah embung

Kapasitas (m3)

Jumah embung

potensi

Kapasitas

(m3) Irigasi (ha)

1 Aceh 19

2 Sumatera Utara 62 4.865.000 11.483

3 Sumatera Barat 26

4 Riau 6 1.976.125

5 Lampung 47 6.287.542 30 6.135.419 435

6 Kepulauan Babel 1 1 724.500

7 Jawa Tengah 259 4.600 55 25.757.500 8.393

8 DI Yogyakarta 13 597.625 32 506.462

9 Jawa Timur 2 2.150 231 71.766.764 14.181

10 Bali 7 29 3.134.093 16.793

11 Nusa Tenggara Barat 130 110 408 47.097.820 32.495

12 Nusa Tenggara Timur 311 477.771 161 31.127.981 4.885

13 Sulawesi Tengah 17 1.560.000 1.835

14 Sulawesi Selatan 57 7.308.687 73 11.027.100 22.751

15 Sulawesi Tenggara 19 3.632.692 10 9.230.390 1.820

16 Maluku 13 1.039.880 100

17 Maluku 34 219.611.295

18 Papua 19 857042 16 228.413 263

Jumlah 944 239.504.014 1.143 215.452.947 115.434

Sumber : Kementerian PU, 2013.

(12)

PEMBUATAN EMBUNG :

Daerah cekungan; di lahan usahatani;

status tanah jelas

Lokasi

Liat berlempung

Tekstur tanah

Antara 8-30%

Kemiringan

lahan

Tergantung catchman area &

pemanfaatan air

(13)

Daerah tangkapan hujan (DTH) :

Embung ukuran 400 m

3

, DTH minimal 800m

2

(Kasdi,

2007)

Embung individu

Iklim D dengan 3-4 bulan basah,

luas DTH adalah 5-12 x luas embung

koefisien

limpasan air 0,24 dan 0,1. (Syamsiah, 1997)

Kondisi iklim E dengan bulan basah < 3 dan curah

hujan < 1500 m/tahun

luas DTH : embung = >30 x

(14)

Ukuran

embung

(m2)

kapasitas

tampung

(m3)

kebutuhan luas daerah tangkapan hujan (m

2

) luas lahan

terairi

(ha)

koefisien limpasan

0,85

0,24

0,1

20

35

30

99

238

0,30

60

105

89

298

714

0,89

80

140

119

397

952

1,19

100

175

149

496

1190

1,49

200

349

298

992

2381

2,98

300

524

446

1488

3571

4,47

400

699

595

1885

4762

5,96

500

873

744

2480

5952

7,44

Catatan :

Tanaman jagung dan kuaci (umur 50-60 hari) diairi dengan cara disiram pada masing -masing pangkal tanaman.

Perhitungan untuk tanaman palawija lain (kacang-kacangan) mengikuti perhitungan untuk jagung

Tabel 1. Ukuran embung, luas daerah tangkapan hujan dan

(15)

Teknik budidaya tanaman Kebutuhan air (m3/ha)

Provitas (t/ha)

Potensi lahan terairi

(ha)

Produksi (ton)

Padi sawah (penggenangan)* 4.700 5,15 2,1 10,9

Padi Sawah (Intermiten:

interval irigasi 3 hari sekali) * 3.750 5,15 2,7 13,7

Padi Amfibi (Padi lahan kering beririgasi) + Teknologi

Konervasi Tanah dan Air **

2.800 5,15 3,6 18,3

Jagung ** 2.500 5,40 4,0 21,6

Kedelai ** 1.500 1,20 6,7 8,0

Catatan :

*) Sudah menghitung fase pertumbuhan (Kc), penggenangan, evapotranspirasi dan perkolasi. **) Sudah menghitung fase pertumbuhan (Kc) dan evapotranspirasi.

Kondisi iklim E dengan bulan basah <3 dan curah hujan <1500

m/tahun

luas DTH : embung = >30 x luas embung (30 ha : 1 ha),

(16)

menekan kehilangan air akibat

rembesan air kebawah

(perkolasi)

, rembesan ke samping

(

see page

) dan penguapan (evaporasi)

Teknik Konservasi EMBUNG :

(17)

Teknik konservasi

Luas air permukaan

(m2)

Kehilangan air (mm/hari)

Total E S + P

- Kontrol 50 9,35 4,33 5,02

- Dinding ditembok 48 9,04 4,33 4,71

- Dinding dilapisi plastik 55 8,76 4,33 4,53

- Dinding dilapisi tanah + kotoran sapi 44 6,76 4,33 2,43

- Dinding dilapisi kapur dan lumpur 42 6,84 4,33 2,51

- Permukaan ditutup anjang-anjang dengan naungan tanaman merambat.

56 7,38 4,33 5,02

- Diperdalam sampai 3,75 m 65 5,80 4,33 1,57

- Sumber air 58 4,08 4,33 -0,25

Tabel 2. Teknik konservasi untuk mengurangi kehilangan

air embung :

(18)

Teknik konservasi embung

dengan

Geomembrane

(19)

Bak

Lahan pertanian Saluran

Lim pas an Bangunan

pelim pah

Caren

Konstruksi embung sederhana

Saluran limpasan : wilayah hulu limpasan run off

Bak pengendapan : menangkap sedimentasi sebelum masuk embung utama

Saluran pemasukan : mengatur masuknya air

embung kontrol lumpur/

sedimen

ke dalam embungpintu air

Bangunan pelimpah : pengaman embung dari banjirair embung tetapketinggian maksimum.

Saluran pengeluaran : menyalurkan air embung ke lahan usahatani (grafitasi), pintu pengatur air

(20)

Uraian Luas (m2)

Kapasitas tampung air

(m3)

Penggunaan air embung Keterangan

Embung 1 4.753 14.259 1)Iirigasi, 2) budidaya ikan Prioritas

penggunaan air berdasarkan nomor urut

Embung 2 4.056 12.168 1)Iirigasi, 2) budidaya ikan

Embung 3 7.644 22.932 1) ternak, 2) Irigasi, 3)

budidaya ikan

Embung 4 10.385 36.348 1) Air bersih, 2) irigasi, 3)

budidaya ikan

Embung 5 6.496 19.488 1) irigasi, 2) budidaya ikan

Jumlah 105.195

PEMANFAATAN EMBUNG :

(21)

Uraian Konsumsi Air Jumlah pengguna

Jumlah kebutuhan air

(liter/hari)

Jumlah kebutuhan air 7 bulan (m3)

Air bersih

-Sambungan rumah tannga 80 liter/org/hari* 39 3120 667,7

-Konsumsi Unit Hidran - Lainnya

20 liter/org/hari* 40 800 171,2

948

Air ternak

-Sapi 40 liter/ekor/hari* 60 2.400 513,6

-Ternak lainnya - Lainnya

5 liter/ekor/hari* 10 50 10,7

6,4

Air irigasi MK. I

- Padi walik jerami (intermiten) 2500-3500 m3/ha 9,2 23.000-(32.200)*

- Jagung (genangan alur) 1500-2500 m3/ha 1,47 2.205-(3.675)* - Hortikultura (kocoran/irigasi tetes) 1500-2000 m3/ha 0,25 375-(500)*

Air irigasi MK. II

- Jagung (genangan alur) 1500-2500 m3/ha 10,5 15.750 – (26.250)* - Hortikultura (kocoran/irigasi tetes) 1500-2000 m3/ha 0,25 375-(500)*

Jumlah penggunaan air MK II 42.308-(63.125)*

Kehilangan air dari EPS selama 7 bulan 23.143

Kapasitas air embung 1, 2, 3, 4 & 5 105.195

Sisa air embung untuk kebutuhan lanjutan 38029 - (16.609)*

(22)

Uraian Konsumsi Air

Jumlah Penggun

a (jiwa)

Jumlah kebutuhan air

(liter/hari)

Jumlah kebutuhan air

7 bulan (m3)

Kebutuhan domestik - Sambungan rumah

tannga

80 liter/org/hari* 39 3120 667,7

- Sambungan mess

tamu 80 liter/org/hari* 1 80

17,1

- Konsumsi Unit Hidran 20 liter/org/hari* 40 800 171,2

Kebutuhan non domestik

- Kantor 10 liter/org/hari* 96 960 205,4

- Mushola 2000 liter/unit/hari* 1 2000 428,0

- Kehilangan air (20%)* 1392 297,9

Jumlah kebutuhan air bersih selama 7 bulan 8.352 1.787,3

Kapasitas air embung 36.348

Sisa air untuk kebutuhan irigasi dan budidaya ikan 34.561

Embung untuk air bersih

Kehilangan air embung : evaporasi + perkolasi + seepage di KP.

Jakenan sekitar 7 mm/hari, dengan asumsi selama 7 bulan tidak ada hujan maka air yang hilang sebesar 15.578 m3 Sisa air embung 20.770m3Suplai irigasi tanaman dyl.

(23)

Sumber air pH DHL (µS/cm)

TDS (mg/L)

Air Embung 8,27 93,1 67,6

Air Sumur 7,73 748,0 477,0

Aquades (pembanding) 8,60 9,3 7,1

Kadar Maks Diperbolehkan (PerMenKes No.492 th 2010)

6,5-8,5 - 500,0

(24)

Uraian Konsumsi Air

Jumlah ternak

(ekor)

Jumlah kebutuhan air

(liter/hari)

Jumlah

kebutuhan air 7 bulan (M3)

Sapi 40 liter/ekor/hari* 60 2.400 513,6

Kebersihan kandang

50 liter/ekor/hari 60 3.000 642,0

Kambing 5 liter/ekor/hari* 10 50 10,7

Kebersihan kandang

10 liter/ekor/2 hari 10 100 21,4

Unggas 0,6 liter/ekor/hari* 50 30 6,4

Jumlah kebutuhan air untuk ternak selama 7 bulan 1.194,1

Kapasitas air embung 19.488

Sisa air untuk kebutuhan irigasi dan budidaya ikan 18.294

Keter : * Direktorat Pengairan dan Irigasi, Bappenas, 2006

(25)

Irigasi air embung pada MK.I di KP. Jakenan

Komoditas/ teknik irigasi Lahan terairi (ha)

Kebutuhan air (m3)

Produksi

(ton) Keterangan

 Padi walik jerami (intermiten) 8,3 16.600 37,3

 Padi walik jerami surjan

(intermiten) 0,9 1.800 4,1

 Jagung surjan atas(gelontoran) 0,17 170 0,6

 Jagung tanggul/pematang

embung (gelontoran) 1,3 1.300 5,2

 Hortikultura 0,25

Jumlah penggunaan air 19.870

Kehilangan air embung (EPS) embung 1, 2 &3

selama 3,5 bulan 12.208

Kapasitas air embung 1, 2 & 3 5,15 49.359

(26)

JALAN RAYA JAKENAN-JAKEN

Skala : 1:4000

U

surjan Horti kultura

Kcng tanah

Blok II

Demplot Tebu

Blok VI

surjan

Blok III

Jagung Jagung

Horti

Areal padi

Areal jagung

Areal surjan

Areal hortikultura

Areal tebu

Penelitian/demplot

Gambar : Pengelolaan air embung KP Jakenan MK I 2015 & 2016

T

(27)

Irigasi air embung pada MK.II di KP. Jakenan

Lanjutan

Komoditas/ teknik irigasi Lahan

terairi (ha)

Kebutuhan

air (m3)

Produksi (ton)

 Jagung sawah (penggenangan alur) 4,8 7200 14,4

 Jagung sawah (irigasi Big Gun) 0,5 506 2,0

 Jagung surjan tanah bawah (penggenangan alur) 0,9 1350 3,6

 Jagung tanggul/pematang embung (Gelontoran) 1,3 1300 5,2

 Kedelai/sorgum sawah (penggenangan alur) 3,0 4500 4,5

 Hortikultura 0,25

 Rumput gajah di pematang embung & sawah

(gelontoran) 0,25

Jumlah kebutuhan air tanaman MK II 15.106

Kehilangan air embung (EPS) selama 3,5 bulan 12.208

Kapasitas air embung 1, 2 & 3 setelah MK. I 17.281

Sisa air embung 1, 2 & 3 -10.033

Air cadangan :

Sisa air embung = 34.561 m3 & embung 5 = 18.294 m3,

(28)

JALAN RAYA JAKENAN-JAKEN

Skala : 1:4000

U

surjan Horti kultura

Kcng tanah

Jagung

D

.1

Blok II Kedelai/

sorgum

Demplot Tebu Blok VI

surjan

Blok III Jagung

Jagung

Horti

: Areal jagung

: Areal kedelai/sorgum

: Areal surjan

: Areal hortikultura

: Areal tebu

: Demplot irigasi Big Gun

D1 : Demplot biokompos

D2 : Penelitian/demplot

: Penelitian/demplot

Jagung

(29)

Embung untuk budidaya ikan

Panen ikan kondisi air menipis, embung 4 luas 10.385m2 , hanya

dengan pakan alami tanpa pakan tambahan/pelet hasil panen ilkan nila mencapai 720 kg dengan harga jual Rp. 12.000/kg = Rp. 8.640.000,- dan sebagian ikan dibagikan pada

karyawan yang ikut panen.

Panen ikan dapat dilakukan pada kondisi air embung masih cukup dengan memakai sistim jaring apung atau jarring angkat (Anco). Embung 1 luas 4.753 m2, hasil panen Anco 147 kg @ Rp.20.000 =Rp. 2.940.000.

(30)

Komponen

Sebelum ada embung

Setelah ada embung

Penerimaan

6.000

6.300.000

5.400

5.670.000

-630.000

MK I (Padi

Walik jerami)

3.500

3.675.000

4500

5.250.000

945.000

MK II. Jagung

0

0

4.950

4.752.000

5.697.000

Ikan

0

0

72

582.000

6.279.000

Pisang

0

0

12

480.000

6.759.000

Ket: Luas embung = 10% dari luas lahan petani; Biaya pembuatan embung bantuan pemerintah

(31)

Penutup embung

Cor beton

Dinding embung

Cor beton

Pipa penghubung

antar embung

(32)

Atas embung untuk

budidaya tanaman

Pipa

penghubung

antar embung

(33)

2

1 3

4 5

6 7

(34)

Kesimpulan

Embung sebagai adaptasi perubahan iklim di

lahan tadah hujan.

Multifungsi air embung untuk irigasi, penyediaan

air bersih, kebutuhan ternak, panen ikan sebagai

hasil samping.

Embung modern tidak mengurangi luas lahan

(35)

Ekosistem Burung dyl

Penahan angin, evaporasi rendah

Penyerap CO2 295,73 kg/pohon/tahun

Bahan biopestisida

Filter inlet outlet mengurangi cemaran kontaminan dalam air embung

Rumput akar wangi penahan longsor pemataang embung

Embung Lestari Balingtan

Musim hujan sbg inlet mengisi air embung

(36)

BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN

(BALINGTAN)

LITKAJIBANGRAP 2010 -2014

Gambar

Tabel 2. Teknik konservasi untuk mengurangi kehilangan
Gambar : Pengelolaan air embung KP Jakenan MK I 2015 & 2016
Gambar : Pengelolaan air embung KP Jakenan MK II 2015 & 2016
Tabel 2. Analisis ekonomi teknologi embung lahan sawah tadah hujan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara analisis spasial telah menunjukkan bahwa pola penyebaran kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari dari tahun 2013-2016

Sig (2-tailed) lebih kecil dari 0.01 maka Ha diterima, yang artinya ada pengaruh sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan ada Pengaruh sangat signifikan Penerapan

Dengan adanya dukungan program dari pemerintah, kontribusi komoditas kelapa sawit di Indonesia serta dalam rangka pengembangan komoditas tersebut, maka penelitian diarahkan

Adasebuah keluarga yang ingin melakukan upacara ngaben (upacara pembakaran mayat bagi agama Hindu), namun mereka kemudian mengurungkan niatnya karena tidak ingin

INFORMASI HUKUM - JDIH BIRO HUKUM SETDA PROV J   ATIM .. SAIFUL ANWAR PROVINSI

d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan

Selain itu, jika dilihat dari studi banding yang sudah dilakukan, semakin sedikit jumlah lantai pada bangunan maka perawatan bangunannya pun akan semakin mudah, sehingga