Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
Kota Tasikmalaya
Agu27
1 Vote
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas.ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%.
Salah satu yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia. Pneumonia merupakan ‘predator ‘ balita nomor satu di negara berkembang. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 2007).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus(biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih.
pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat
pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 – 2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara.
Pada usia anak-anak, Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian Pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta yang sangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai setiap keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan memeriksakannya secara dini (Setiowulan, 2000).
Di Jawa Barat, pada akhir tahun 2000, Pneumonia mengakibatkan 150.000 bayi atau balita meninggal tiap tahun, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 persen. Dari fakta itulah , pemerintah menargetkan penurunan prevalensi Pneumonia hingga 33,33 %. Berdasarkan data tahun 2009 yang diambil dari dinas kesehatan kota tasikmalaya, hasilnya didapatkan bahwa banyaknya balita yang berobat ke puskesmas di wilayah tasikmalaya, menderita pneumonia. Terutama di puskesmas kawalu sebanyak 890 orang, puskesmas cilembang sebanyak 699 orang dan puskesmas kahuripan sebanyak 508 orang.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia secara garis besar dibagi menjadi 2 faktor yakni factor internal dan factor external, factor internal disini adalah usia, berat badan saat lahir, status gizi dan imunitas tubuhnya sendiri. Sedangkan factor external dipengaruhi oleh lingkungan,termasuk keluarga dan ibunya. Seorang Anak yang berada di dapur bersama ibunya tidak bisa menghindar dari kepungan asap. Dengan berjalannya waktu, akumulasi asap yang dihisap anak semakin besar. Tanpa disadari sang ibu, anak itu telah terkena pneumonia.
Hal ini dapat didasarkan bahwa dari pengetahuan ibu yang kurang, pendidikan yang rendah, pekerjaan ibu yang serta dari faktor status ekonomi yang rendah membuat balita yang sedang sakit, jarang segera dibawa berobat ke tenaga kesehatan karena ketakutan biaya
pengobatannya sangat tinggi sehingga tidak dapat terjangkau. Padahal pemerintah telah membuat upaya menekan angka kematian akibat ISPA terutama pneumonia diantaranya membuat Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) dan adanya keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil yang biayanya dapat terjangkau oleh
masyarakat dari berbagai kalangan.
Kenyataannya, hingga saat ini, masih banyak balita yang meninggal disebabkan oleh Pneumonia, keterlambatan deteksi dini terhadap penyakit ini bisa menyebabkan semakin parahnya kondisi balita hingga menimbulkan kematian.
B. Rumusan Masalah
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2010. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian Pneumonia. b. Mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian Pneumonia.
c. Mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian Pneumonia. d. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian Pneumonia. e. Mengetahui hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan kejadian Pneumonia. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai infeksi saluran pernafasan akut dan penerapan ilmu yang didapat selama studi. 2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Tasikmalaya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswanya STIKes Muhammadiyah Tasikmalaya tentang ISPA khususnya Pneumonia pada balita sehingga nantinya, mahasiswa memiliki gambaran tentang penyakit Pneumonia dan dapat mendeteksi lebih cepat apabila ditemukan indikasi penyakit tersebut pada pasien-pasiennya kelak.
3. Bagi Profesi Bidan
Sebagai bahan referensi bagi profesi bidan untuk dapat menambah pengetahuan tentang ISPA khususnya Pneumonia pada balita.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di Puskesmas Kahuripan Tasikmalaya yaitu memberikan masukan agar dapat meningkatkan pelayanan manajemen terpadu balita sakit seoptimal mungkin di wilayah kerjanya dalam rangka peningkatan profesionalisme kerja dan pengabdian kepada masyarakat.
5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah peneliti selanjutnya untuk lebih
memperdalam kembali masalah ISPA terutama Pneumonia pada balita serta semoga menjadi bahan koreksi sehingga didapatkan sebuah karya tulis yang lebih lengkap dan lebih baik.
E. Keaslian Penelitian
Tidak pernah ada penelitian yang terkait dengan penelitian ini sebelumnya. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian yaitu comparative study dan dalam pengambilan sampelnya menggunakan random sampling, sehingga peneliti sekarang berminat meneliti dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2010”. Dimana penelitian ini menggunakan desain penelitin yaitu hubungan antar variable korelasional dengan