• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGA (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGA (2)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

“FLU BURUNG”

Oleh KELOMPOK 6

Putri Farmithalia Abudi Inka Limpele Misye Makaminang

Sheren Renny Pusung

Arsi Lambek

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

Bismillahirahmanirahim, Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas pimpinan dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam rangka proses perkuliahan dan untuk memenuhi tugas, kelompok menulis laporan atau makalah ini.

Dan topik pembahasan dalam makalah ini merupakan topik yang telah ditentukan untuk Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat kelas B yaitu “Flu Burung”.

Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak” demikian dengan karya tulis ini juga masih memiliki banyak kekurangan baik dari dalam penyajiannya maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu disempurnakan, oleh karena itu diharapkan masukan yang konstruktif dari pembaca.

Disertakan pula ucapan terima kasih kepada dosen yang telah mengarahkan dan membimbing para mahasiswa dalam menyusun makalah ini.

Akhirnya selamat membaca karya tulis ini dan semoga dapat menambah pengetahuan kita semua.

Tondano, November 2016

Kelompok VI

[i]

(3)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

Bab II Pembahasan A. Pengertian ... 3

B. Etiologi ... 4

C. Patogenesis ... 4

D. Tanda dan Gejala ... 5

E. Pengobatan ... 6

F. Pencegahan ... 7

G. Hubungan Dengan Kesehatan Lingkungan ... 8

H. Teori Simpul ... 10

Bab III Penutup A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 11

Daftar Pustaka ... 12

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telah menewaskan banyak korban baik unggas maupun manusia. Pada awal tahun 1918, wabah pandemi virus influenza telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 virus bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan 100.000 kematian. Tahun 1968 virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun 1977 virus bermutasi menjadi H1N1 atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus bermutasi lagi menjadi H5N1 atau “Avian Influenza”. Beberapa tahun kemudian, awal wabah pada peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak Desember 2003. Pada 8 Februari 2006, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung pertama kali terjadi di Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan Kamerun.

Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas sebagai jalur migrasi burung liar. Sehingga pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini termasuk Indonesia dengan 99 kasus dengan 79 kematian. Hal ini dipengaruhi oleh matapencaharian penduduk Indonesia sebagai peternak unggas sehingga Indonesia rawan pada penyebaran penyakit flu burung. Selain itu, kurangnya pengetahuan sebagian penduduk Indonesia terhadap dampak dari flu burung juga ikut berpengaruh pada kasus penyebaran flu burung.

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60 C selama 30 menit), namun dapatᵒ

bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak dengan laju mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu badan di atas 38 C), batuk dan nyeriᵒ

tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1 lebih patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI).

(5)

1. Pengertian Flu Burung? 2. Etiologi Flu Burung? 3. Patogenesis Flu Burung? 4. Tanda dan Gejala Flu Burung? 5. Pengobatan Flu Burung? 6. Pencegahan Flu Burung?

7. Hubungan Flu Burung dengan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan? 8. Teori Simpul Flu Burung?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu Flu Burung.

2. Mengetahui penyebab dari Flu Burung.

3. Mengetahui bagaimana perkembangan atau perjalanan penyakit Flu Burung. 4. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari penyakit Flu Burung.

5. Mengetahui cara pengobatan Flu Burung. 6. Mengetahui cara pencegahan Flu Burung.

7. Mengetahui apa hubungannya Flu Burung dengan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.

8. Mengetahui bagaimana teori simpul dari Flu Burung.

(6)

A. Pengertian

Flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian flu atau avian influenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza A sub tipe H5N1 yang biasanya menyerang unggas tetapi juga dapat menyerang manusia. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dan memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini menyerang alat pernapasan, pencernaan dan system saraf pada unggas.

Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies hewan tertentu selain unggas misalnya baabi, kuda, haarimau, macan tutul dan kucing. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus yang terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang lebih rentan adalah jenis unggas yang diternakkan secara massal. Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas baik berupa burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini dapat juga mengena pada puyuh dan burung unta. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).

(7)

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1

Pada awalnya virus H5N1 hanya terbatas pada unggas, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah mucul sebagai penyakit menular yang sangat fatal pada manusia. Pada tahun 1997, Avian Influenza Tipe A subtipe H5N1 telah menginfeksi manusia untuk pertama kalinya, dimana dari 18 orang pertama yang terinfeksi 6 diantaranya meninggal dunia. Pada bulan Januari 2003, flu burung kembali menginfeksi manusia di Hongkong dan sejak tahun 2004 infeksi pada manusia banyak terjadi di negara-negara Asia lainnya.

Meskipun reservoir alami virus Al adalah unggas liar yang sering bermigrasi (bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit in. Menurut WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan epidemik flu burung di kalangan unggas. Penularan penyakit ini terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terdeteksi.

Virus Al dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80oC selama 1 menit dan virus pada telur akan mati pada

suhu 64oC selama 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan

pemberian desinfektan.

Selain itu, dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, kadang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaiaan, tinja ternak dan sepatu para peternak yang langsung mengenai unggas yang sakit, juga pada saat jual-beli ayam hidup dipasar, dan mekanisme lainnya. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui kontak langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan infeksius seperti tinja, urin, dan sekret saluran napas unggas sakit.

(8)

Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut :

1. Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka 2. Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata

3. Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung

4. Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.

5. Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.

6. Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang. 7. Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus

dari dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.

Penularan dari ternak ke manusia faktor yang memengaruhi penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi bila orang tersebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas peternakan.Orang yang mempunyai risiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Penularan antar manusia penularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan, tetapi tetap perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga memungkinkan adanya varian baru dari virus flu burung yang dapat menular antar manusia.

Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berinkubasi terlebih dahulu selama 3-7 hari sebelum menimbulkan gejala.

D. Tanda dan Gejala

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

1. Gejala pada unggas:

a. Jengger berwarna biru

b. Borok di kaki

c. Kematian mendadak

2. Gejala pada manusia:

a. Demam (suhu badan diatas 38 °C)

b. Lemas

c. Pendarahan hidung dan gusi

d. Sesak nafas

e. Muntah dan nyeri perut serta diare

f. Batuk dan nyeri tenggorokan

g. Radang saluran pernapasan atas

h. Pneumonia

i. Infeksi mata

j. Nyeri otot

(9)

Pengobatan flu burung pada ternak virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai berikut: unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang.

b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.

c. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.

d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar. 2. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi.

3. Vaksinasi

Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi dari pemerintah.

Pengobatan flu burung pada manusia Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan mengalami mutasi menjadi lebih ganas.

Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu burung: 1. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

2. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan kekebalan tubuh yang optimal.

(10)

6. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan. 7. Cukup istirahat.

F. Pencegahan 1. Pada Unggas:

a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

b. Vaksinasi pada unggas yang sehat

2. Pada Manusia:

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang):

a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.

c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

f. Imunisasi.

3. Masyarakat umum:

a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)

c. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.

d. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)

e. Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.

G. Hubungan Flu Burung dengan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

Interaksi berbagai komponen lingkungan baik fisik, kimia, dan biologi telah menjadi penyebab timbulnya penyakit flu burung. Lingkungan biologis adalah semua mahluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia (Budiarto dan Anggraeni 2003). Komponen lingkungan biologi dan kimia yang berperan langsung terhadap timbulnya penyakit flu burung adalah golongan virus influenza tipe A yang terdiri atas Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. Lingkungan air merupakan tempat hidup virus H5N1 juga bahkan dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada 0º C (Depkes 2004).

(11)

melintasi Indonesia. Migrasi burung liar yang merupakan reservoir virus pada hewan domestik yang ada di jalur perjalanan mereka. Para ilmuwan menyakini bahwa burung liar/burung air yang bermigrasi membawa virus H5N1 dalam bentuk HPAIV (High Pathogenic Avian Influenza Virus). Hal ini terbukti dengan KLB flu burung pada hewan di Asia Tenggara yang terjadi pada musim dingin 2003-2004. Saat itu, kepadatan burung-burung liar di Asia Tenggara berada pada puncaknya. Semakin banyak hewan peliharaan yang terinfeksi maka risiko penularan pada manusia semakin besar (Endarti dan Juwita, 2006).

Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah agregat dari semua kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi (Azwar, 1999). Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan biologi, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial ekonomi (Budiarto dan Anggraeni, 2003).

Lingkungan Biologi

Lingkungan biologi ialah semua mahluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit berbeda. Faktor lingkungan biologi ini selain bakteri dan virus patogen, ulah manusia juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya penyakit. Bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia. Lingkungan biologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung akan diuraikan secara rinci berikut ini.

Virus Penyebab Penyakit Flu Burung

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus inflenza tipe A dapatberubah-rubah bentuk (drifshift). Berdasarkan sub tipe virusterdiri atas hemaglutinin (H) dan neuramidase(N). Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode sub tipe flu burung yang banyak jenisnya. Penjamu Alami Burung-burung air yang liar, terutama yang termasuk dalam ordo Anserformis (bebek dan angsa) dan Charadiformis (burung camar dan burung-burung pantai), adalah pembawa (carier) semua varietas subtipedari virus influenza A. Oleh karenanya, sangat mungkin merupakan penampung (reservoir) alami untuk semua spesies burung dianggap sebagai rentan terinfeksi, beberapa spesies unggas domestik-ayam, kalkun, balam. Puyuh dan merak diketahui terutama rentan terhadap sekuele (lanjutan) dari infeksi virus influenza.

Virus

(12)

saling toleransi yang seimbang, yang secara klinis ditunjukan dengan tidak adanya penyakit dan replikasi virus secara efiesien. Sejumlah besar virus sampai sebanyak 10 8,7 x 50% dosis infektif (egg-infective dose) per gram tinja, dapat dikeluarkan (Webster 1978dalam Mohamad 2006 ). Jika virus tersebut menular ke spesies unggas yang rentan, dapat timbul gejala-gejala sakit yang kalau ada hanya bersifat ringan. Virus dari fenotip seperti ini disebut sebagaiberpatogenisitas rendah (LPAIV; Low Pathogenic Avian Influenza Virus). Pada umumnya, hanya mengakibatkan terjadinya penurunan produksi telur yang bersifat ringan dan sementara dalam unggas petelur, atau menurunkan penambahan berat badan dalam unggas pedaging (Capua and Minelli, 2001). Strain-strain dari subtipe H5 dan H7 berpotensi untuk mengalami mutasi menjadi bentuk yang sangat patogen setelah mengalami perpindahan dan adaptasi unggas terhadap pejamu baru. Kelahiran bentuk yang sangat patogen dari H5 dan H7 atau subtipe yang lain tidak pernah dijumpai pada unggas liar (Webster 1998). Oleh karena itu, orang dapat mengambil kesimpulan bahwa bentuk yang sangat patogen tersebut sebenarnya merupakan hasil perbuatan manusia juga, akibat kelakuan manusia yang mempengaruhi keseimbangan sistem alami.Sekali fenotip HPAIV tumbuh dalam unggas domestik, mereka akan dapat ditularkan secara horisontal dari unggas ternak kembali ke burung liar. Kerentanan burung liar terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh HPAIV sangat bervariasi bergantung pada spesies dan umur unggas, serta strain virusnya. Sampai pada munculnya virus ganas (HPAIV) garis H5N1 di Asia, limpahan dari HPAIV ke populasi burung liar hanya terjadi secara sporadik dan terbatas pada suatu daerah saja, kecuali satu yaitu pada kematian sekelompok sterna (sejenis camar) di Afrika Selatan pada tahun 1961 (Becker 1996). Sebegitu jauh unggas liar secara epidemiologik tidak dianggap mempunyai peranan penting dalam penyebaran HPAIV. Pandangan ini kini berubah secara fundamental sejak awal 2005. Ketika terjadi wabah virus ganas (HPAIV) yang terkait dengan garis H5N1 Asia pada ribuan burung unggas di cagar alam Danau Qinghai di barat laut China (Chen et al, 2005).

H. Teori Simpul

SIMPUL A (SUMBER) a. Ternak unggas seperti ayam, kalkun dan itik, akan tetapi tidak jarang dapat menyerang spesies

(13)

pakaian yang terkontaminasi dengan virus.

e. Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi. f. Melalui udara karena memiliki

peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang.

g. Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.

SIMPUL C (MANUSIA) a. Menyerang semua bagian tubuh manusia. Mulai dari pernafasan, kulit, pencernaan, dan lain sebagainya.

SIMPUL D (DAMPAK) a. Manusia yang terkena penyakit flu burung ada yang bisa sembuh ada juga yang berujung pada kematian

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(14)

penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Ada berbagai macam cara pengobatan dan pencegahan dari penyakit flu burung ini.

B. Saran

Saran dari kami kelompok VI yaitu masyarakat tetap menanamkan pola pikir dan perilaku hidup bersih dan sehat agar bisa terhindar dari berbagai macam penyakit terutama penyakit flu burung ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13409-Chapter1.pdf http://rivafauziah.wordpress.com/2006/02/25/pengertian-flu-burung/

http://dreamfile.wordpress.com/2012/03/09/flu-burung-gejala-cara-penularan-pencegahan-dan-pengobatannya/

http://individuasi.blogspot.com/2011/10/makalah-flu-burung-dbd.html http://fluburung.org/gejala-pada-manusia.asp

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari analisa data, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil sesuai hipotesa dimana ada pengaruh pemberian metode NDT terhadap perkembangan motorik

Sebelum mengungkapkan tentang hubungan Cirebon dengan VOC, sebelumnya dalam buku ini dijelaskan mengenai masuknya islam di Indonesia khususnya di Jawa Barat, sislsilah sunan gunung

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Ada manfaat pada penelitian ini yaitu untuk: (1)manfaat teoritis: diharapkan agar bisa memperdalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mata kuliah konsep diklat,

Untuk mengabadikan wajah Tan Tik Siu, di dalam goa di pasang foto beliau di lengkapi dengan jamsi (kotakan kecil yang berisi 1 sampai 37) isinya mengenai doa-doa

Data input yang digunakan adalah data tahun 2012 pada Stasiun Tandun dan Stasiun Pantai Cermin untuk meramalkan tinggi muka air Stasiun Pantai Cermin tahun 2012

Pengendalian motor induksi tiga fasa ini dapat dilakukan denan mengatur kecepatan putar motor secara bertahap (soft starting) sampai mencapai kecepatan

Keragaman genetika yang cukup tinggi dapat di- deteksi dari empat belas aksesi kentang yang diguna- kan dalam penelitian ini.. Sebanyak 60 alel terdeteksi berdasarkan 12