Human Development Index Jayapura Municipality
2013
Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471
Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303
Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality 2012
Dicetak Oleh / Printed by : CV. Sekar Wangi
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KOTA JAYAPURA
Human Development Index
of Jayapura Municipality
WALIKOTA JAYAPURA
SAMBUTAN
Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan yang sedang dilaksanakan di segala bidang, saya sambut dengan gembira terbitnya publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA TAHUN 2012”.
Publikasi buku “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2012” dapat memberikan manfaat dalam membuat berbagai kebijakan dan menentukan arah pembangunan agar tepat sasaran, sehingga tujuan pembangunan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.
Kepada masyarakat sebagai sumber data diharapkan agar dapat lebih berkooperatif untuk memberikan data yang dibutuhkan dan aparat Badan Pusat Statistik Kota Jayapura saya minta untuk lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas data yang disajikan, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat, terpercaya dan tepat waktu.
Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu.
Jayapura, Oktober 2013 WALIKOTA JAYAPURA/
MAYOR OF JAYAPURA
KATA PENGANTAR
Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan dan Karunia-Nya Publikasi “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi
Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2012”.dapat terselesaikan. IPM
Kota Jayapura memuat ukuran-ukuran komposit, pada umumnya indeks-indeks tersebut
memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan – kebutuhan dan prioritas-prioritas
pembangunan manusia.
Dengan adanya informasi ini diharapkan pemerintah daerah dapat membangun suatu consensus untuk memperbaharui komitmen bersama dan membuat kebijakan yang tepat terhadap pembangunan manusia di Kota Jayapura.
Indikator-indikator yang dimuat dalam penyusunan IPM ini diharapkan berguna bagi para perencana dalampenyusunan program pembangunan manusia dan dipakai sebagai parameter untuk mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang dilaksanakan khususnya pembangunan manusia,
Pada akhirnya kami menyadari sepenuhnya, dalam penerbitan ini masih saja terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan penerbitan berikutnya.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat ditertibkan diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat.
Jayapura, Oktober 2013 KEPALA BPS KOTA JAYAPURA
DAFTAR ISI
1.4. Istilah – Istilah Yang Digunakan (Terminologi) ………..……… 5
BAB II DATA DAN METODOLOGI ……….………. 8
2.1. Basis Data Pembangunan Manusia ………..…. 8
2.1.1. Sumber Data ……….. 8
2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia ………... 9
2.2. Pendekatan IPM sebagai Penunjang Pembangunan Manusia ……….. 10
2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM ……….…… 19
2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia ……….….. 21
BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA ………... 22
3.1. Situasi Indikator – Indikator Utama IPM Kota Jayapura ………..….. 22
3.1.1. Angka Harapan Hidup ………..…… 22
3.1.2. Angka Melek Huruf ……… 26
3.1.3. Rata – Rata Lama Sekolah ……….… 28
3.1.4. Pengeluaran Riil Yang Disesuaikan ………..…… 31
3.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Jayapura ………...… 33
3.3. Reduksi Shortfall ………..… 34
BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA………..36
4.1. Indikator Kependudukan………...…..36
4.1.1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga...………… 36 4.2. Indikator Pendidikan………...……….. 41
4.2.1. Angka Melek Huruf……….………….. 41
4.2.2. Tingkat Pendidikan…..……….. 42
4.3. Indikator Ketenagakerjaan………... 43
4.3.1. Angkatan Kerja……… 43
4.4. Indikator Perumahan….……… 47
4.4.1. Kualitas Rumah Tinggal…..……….. 48
4.4.2 Fasilitas Rumah………..………. 50
4.5 Indikator Konsumsi……….. 53
4.5.1. Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi……… 53
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM ……… 19
DAFTAR GAMBAR
Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua ………....……
Model Penggunaan Alat Hubung Input dan Output …..…..….
Pendekatan dari ”Atas ke Bawah ” ……….….…. Pendekatan dari ”Bawah Ke Atas” ..……….………..….. Pendekatan Kombinasi Top Down dan Bottom up
Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura ...
Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun
2008-2012...
Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di
Propinsi Papua Tahun 2012 ...
Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota Jayapura
Tahun 2012 ...
Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun
2008-2012 ...
Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di
Propinsi Papua Tahun 2012 ...
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun
2008-2012 ...
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi
Papua Tahun 2012 ...
Pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jyapaura Tahun
Gambar 3.9
Perkembangan PPP Kota Jayapura Tahun 2008-2012.. ...
Pencapaian PPP Kota Jayapura Tahun 2012 ...
Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2012 ...
Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2012 ...
Angka Melek Huruf Penduduk Kota Jayapura Menurut
Kelompok Umur Tahun 2012 ...
Sebaran Penduduk Kota Jayapura Usia 15 Tahun Ke Atas
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 ...
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Jayapura Tahun 2012
Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kota Jayapura
Tahun 2012 ...
Sebaran Lapangan Usaha Pada Penduduk yang Bekerja di
Kota Jayapura Tahun 2011 dan 2012 ...
Proporsi Luas Lantai Perkapita Kota Jayapura Tahun 2012 ...
Proporsi Jenis Lantai, Jenis Dinding, dan Jenis Atap Rumah di
Kota Jayapura Tahun 2012 ...
Fasilitas Perumahan Kota Jayapura Tahun 2012 ...
Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Jayapura Tahun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan
sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan
yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan
manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang
mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan
masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga
merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan
meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling
pembangunan.
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama
dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi
rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang
produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana, namun
seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang berorientasi pada
Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen
utama :
a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan
produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan
lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian
dari pembangunan manusia.
b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua
hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga
semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang
yang sama.
c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan
hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Semua sumber daya harus dapat diperbaharui.
d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam
pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya.
Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan
pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi
pembangunan terdahulu, antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Namun,
perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua
tujuan tersebut diatas diletakkan dalam kerangka untuk memperluas
Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam
perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat dapat diukur dan
dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah
mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan
manusia yaitu berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun
komponen-komponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi ;
Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan
Standar Hidup (decent living). Untuk memperoleh gambaran tentang
pembangunan manusia di Kota Jayapura, maka disusunlah publikasi “Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia
(ASPM) Kota Jayapura tahun 2013”, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan di Kota Jayapura.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang
kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan
yang telah dilaksanakan di Kota Jayapura. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi
masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
pemberdayaan sumberdaya manusia di Kota Jayapura, termasuk penentuan
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :
a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan
manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kota
Jayapura.
b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan
manusia di Kota Jayapura.
c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan
manusia (IPM) dan indikator-indikator sosial lainnya di Kota Jayapura.
d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai
masalah yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan
pembangunan manusia.
1.3. RUANG LINGKUP
1.3.1. Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :
Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang
meliputi ; lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar
hidup (decent living).
Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait
dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Pengukuran besaran angka IPM Kota Jayapura.
Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan
besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan
manusia di Kota Jayapura.
1.3.2. Lingkup Wilayah
Lokasi penelitian mencakup wilayah di Kota Jayapura.
1.4. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN (TERMINOLOGI)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga
indikator: lama hidup, pendidikan dan standar hidup.
Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar
antara 0 – 100.
Indeks Pendidikan, Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek
huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah.
Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP)
yang disesuaikan dengan rumus atkinson.
Angka Harapan Hidup (eo), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur.
Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
Partisipasi Sekolah, proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai
kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, dan 16-18) yang masih duduk di bangku
sekolah)
Rata-rata Lama Sekolah(RLS), menggambarkan lamanya penddidikan yang
ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan.
Angka Partisipasi Murni(APM), adalah indicator yang digunakan untuk
mengetahui besarnya penduduk usia sekolah (PUS) yang bersekolah tepat
waktu.
Partisipasi Angkatan Kerja, menggambarkan persentase penduduk yang
membutuhkan pekerjaan (aktif secara ekonomis) atau memberi gambaran
seberapa besar keterlibatan penduduk dalam ekonomi produktif.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), adalah indicator yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja
Setengah Menganggur, menggambarkan tidak bekerja penuh yang dapat
dilihat dari jam kerja, produktifitas dan pendapatan.
Kontribusi Sektor perekonomian dalam Penyerapan Tenaga Kerja, adalah
suatu indicator yang digunakan untuk mengetahui andil setiap sector dalam
menyerap tenaga kerja.
Persentase Penolong Persalinan, adalah suatu indicator yang digunakan
untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan tertutama
berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi.
Rata-rata Lama Sakit, adalah indikator yang menggambarkan tingkat
besarnya kerugian materiil yang dialami penduduk karena penyakit yang
diderita. Semakin besar nilai indicator ini, semakin besar kerugian yang
dialami.
Angka Sakit, adalah indikator yang memberi gambaran prevalensi kesakitan
(keluhan kesehatan) oleh masyarakat dan juga digunakan untuk melihat
BAB II
DATA DAN METODOLOGI
Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan
keputusan, kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang
mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan
perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi
untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan
semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.
2.1. BASIS DATA PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1.1. Sumber Data
Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang
berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau
informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality).
Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta
kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus
dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan
melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait
terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga
Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia
dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa
kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga
keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik.
2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang
pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup
(longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).
Sehingga untuk penyusunan IPM diperlukan data derajat kesehatan, pendidikan,
dan daya beli masyarakat (gambar 2.1).
Dalam penyusunan publikasi “Indikator Pembangunan Manusia dan
tiga jenis data diatas diperoleh dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) yang dilakukan setiap tahun oleh BPS.
Survei tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data yang mencakup
berbagai aspek sosial dan ekonomi yang cukup kompleks. Susenas
mengumpulkan berbagai informasi seperti kependudukan, kesehatan, fertilitas,
pengeluaran rumah tangga, dan perumahan serta lingkungan.
2.2. PENDEKATAN IPM SEBAGAI PENUNJANG PEMBANGUNAN MANUSIA
Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status
pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM
untuk mengukur laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia.
2.2.1. Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia
Model sebagaimana pada gambar 2.2 dibawah menggambarkan
mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah
kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per
sektor / program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan
dalam tiga parameter IPM.
Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan
sebagai alat perencanaan (planning tools) tetapi merupakan “outcome” atau hasil
proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat perencanaan, namun
dapat dimanfaatkan untuk menjadi arahan bagaimana anggaran pembangunan
daerah seyogyanya dialokasikan agar mampu meningkatkan hasil pembangunan
manusia yang tercermin dengan semakin tingginya IPM.
Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor
output (tiga parameter IPM), dalam proses perencanaannya untuk model ini
memerlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan
mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam
bentuk program aplikasi.
Gambar 2.2
Implementasi model diatas dalam perencanaan pembangunan manusia,
dapat diaplikasikan melalui tiga alternatif metode, yaitu :
1. Top down approach
Pendekatan ini (lihat gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM
yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut
kemudian disusunlah rancangan alokasi sektor-sektor APBD dengan
menggunakan alat/instrument perencanaan dalam bentuk „worksheet” yang
mudah digunakan dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan
worksheet ini rencana komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam
proses penyusunannya dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan
secara perhitungan dapat dicapai.
Gambar 2.3
2. Bottom up approach
Pendekatan ini (gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang
pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah
dengan pendekatan dari bawah (bottom up), berangkat dari target IPM yang
ingin dicapai, tetapi dimulai dengan menetapkan komposisi rencana anggaran
persektor/program sebagaimana yang selama ini dilakukan, kemudian baru
dihitung berapa pengaruhnya terhadap kenaikan IPM.
Gambar 2.4 Pendekatan dari “Bawah ke Atas” (Bottom-up approach)
3. Hybrid approach
Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama
yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran per sektor daerah yang
dialokasikan. Keseimbangan antara dua sisi tersebut merupakan
perencanaan yang realistis.
Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up
(Hybrid approach)
Dalam proses pengembangan IPM dalam perencanaan pembangunan
daerah, masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya
pemantapan model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana
pengembangan, yang di pusat dilaksanakan Ditjen
Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP, sedangkan di daerah
2.2.2. Konsep Perhitungan IPM
Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status
pembangunan manusia adalah index (HDI). IPM merupakan suatu indeks
komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap
sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan
standar hidup layak (decent living).
1. Usia Hidup
Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat
mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan
mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator
angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa
dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (MR) tidak digunakan untuk
keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri
yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan
keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di
Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini
menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan
hidup dan
rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh
dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun
2. Pengetahuan
Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur
mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan
data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam
publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah
dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa
indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak.
Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data
rata-rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal
Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data
Instansional .
Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan
membaca dan menulis. Pengolahannya dapat dilakukan dengan
menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan menulis) dan berkode 2
(dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian membandingkannya
dengan jumlah seluruh kasus
Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan
pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua
variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan
jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari penghitungan dengan
menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh
program MEANS dalam paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah
agregat.
3. Standar Hidup Layak
Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang
diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang
dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan
ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang
telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.
Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar
hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga
sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP
tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia
secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan
argumen bahwa
selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas
diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak
variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak
sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan
dianggap mewakili indikator input IPM lainnya.
Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat
digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan
ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus
disesuaikan untuk keperluan yang sama. Untuk menghitung konsumsi
perkapita riil yang disesuaikan pertama dihitung terlebih dahulu daya beli untuk
tiap unit barang atau Purchasing Power arity (PPP/unit).
Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus:
Dimana
E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-I
P(9,j) : Harga komoditi j
Q(I,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-I
Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana :
D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai
2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM
Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing
komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan= X2 dan Standar
Hidup Layak = X3)
Dimana :
Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3
Xmin : Nilai minimum Xi
Xmaks : Nilai Maksimum Xi
Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM
INDIKATOR NILAI NILAI CATATAN
MAKSIMUM MINIMUM
Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)
Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)
Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP)
Komsumsi per kapita
732720 300.000 (1996) UNDP menggunakan GDP per
Yang disesuaikan 360.000 (1999) kapita riil yang disesuaikan
Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenasn, UNDP)
Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari
masing-masing indeks Xi dengan rumus:
dimana :
X(1) : Indeks Angka Harapan Hidup
X(2) : 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah)
X(3) : Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan
Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk
mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu
tertentu.
Dimana:
IPMt : IPM pada tahun t
IPM t+n : IPM pada tahun t+n
IPM ideal : 100
Indeks Pembangunan Manusia = 1/3 ∑ Xi
= 1/3 ((X(1) + X(2) + X(3))
2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia
Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia
pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut :
Tinggi : IPM lebih dari 80,0
Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9
Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9
BAB III
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA
3.1 SITUASI INDIKATOR-INDIKATOR UTAMA IPM KOTA JAYAPURA
3.1.1 Angka Harapan Hidup (e0)
Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka
Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi
semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah.
Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2012 adalah
diharapkan dapat hidup hingga usia 68 tahun 8 bulan. Diagram garis pada gambar
3.1 menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup penduduk Kota
Jayapura dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut
menggambarkan bahwa kualitas fisik penduduk Kota Jayapura dari tahun ke
tahun semakin meningkat.
Angka harapan hidup erat kaitannya dengan keberhasilan pembangunan
di bidang kesehatan sehingga peningkatan angka harapan hidup merupakan
indikasi yang positif bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura
dari tahun ke tahun memberikan dampak yang positif bagi penduduk Kota
Jayapura.
Untuk lebih memacu upaya pemerintah Kota Jayapura dalam
meningkatkan angka harapan hidup penduduknya, perlu diamati kedudukan Kota
Jayapura dibanding dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dalam hal
pencapaian angka harapan hidup. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa angka harapan
hidup penduduk Kabupaten Mimika sebesar 70,87 tahun lebih besar 2,1 tahun
dari angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura tidak lebih baik daripada
Kabupaten Mimika.
Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa pemerintah Kota Jayapura
perlu mengadakan kajian bersama atau studi banding ke Kabupaten/Kota lainnya
yang telah berhasil mencapai angka harapan hidup yang lebih tinggi di banding
Kota Jayapura. Upaya tersebut bertujuan agar penduduk Kota Jayapura dapat
Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup
penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat
pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup
penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik
penduduk sehingga secara rata-rata dapat bertahan hidup sampai usia 85 tahun.
Dengan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura tahun 2012 sebesar
68,77 berarti nilai indeks pencapaian terhadap standar global adalah sebesar
72,95 persen.
Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup
secara rata-rata sebesar 0,22 persen per tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan
kinerja yang positif bagi pemerintah daerah khususnya di bidang kesehatan.
Sehingga, untuk dapat lebih cepat mencapai sumber daya manusia yang
berkualitas dari segi kesehatan dirasa perlu adanya pemerataan pembangunan
manusia di bidang kesehatan. Misalnya, dengan meningkatan kualitas fasilitas
kesehatan di daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya masih kurang memadai
seperti di Distrik Muara Tami dan kampung-kampung yang jarak jangkauan
terhadap fasilitas kesehatannya masih terbilang jauh.
Namun, jika dibandingkan dengan indikator lain, pencapaian angka harapan hidup
terhadap standar global UNDP dari tahun ke tahun merupakan pencapaian yang
3.1.2 Angka Melek Huruf
Unsur utama IPM adalah indikator pendidikan yang terdiri dari angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf dalam unsur IPM
menunjukkan kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun keatas.
Kemampuan ini dikaji karena kemampuan membaca dan menulis dipandang
sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar
paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
pembangunan.
Capaian angka melek huruf di Kota Jayapura cukup tinggi, pada tahun
2012 angka melek huruf Kota Jayapura adalah sebesar 99,84 persen atau hanya
0,16 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang mengalami buta huruf.
Tingginya angka melek huruf di Kota Jayapura adalah output dari keberhasilan
Dari gambar 3.4 terlihat terjadi peningkatan angka melek huruf dari tahun
ke tahun. Terjadi peningkatan sebanyak 0,76 persen dari tahun 2008 hingga
tahun 2012. Dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,18 persen per tahun.
terlihat bahwa angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi
pertama diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah
Kota Jayapura cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program
pengentasan buta aksara dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara
terus menerus sehingga penduduk Kota Jayapura bebas buta huruf terutama
3.1.3 Rata-Rata Lama Sekolah
Unsur kedua indikator pendidikan dalam penghitungan IPM adalah
rata-rata lama sekolah. Unsur ini digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan
pendidikan penduduk suatu daerah.
Pada tahun 2012 angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura sebesar
11,06 tahun atau hanya naik sebesar 0.03 tahun dibanding tahun 2011. Angka
rata-rata lama sekolah sebesar 11,06 diartikan bahwa rata-rata penduduk di Kota
Jayapura telah mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMU/Sederajat. Angka ini
juga mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Jayapura telah berhasil
Sama kondisinya dengan capaian angka melek huruf, angka rata-rata
lama sekolah di Kota Jayapura menduduki peringkat pertama diantara
Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Papua. Berdasarkan informasi pada gambar
3.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya terdapat 4 Kabupaten/Kota yang telah
berhasil dalam program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kabupaten/Kota yang
dimaksud antara lain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Biak
Numfor.
Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka rata-rata lama sekolah
terhadap standar global yang telah ditetapkan oleh UNDP dapat dilihat pada
Standar global yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah
adalah 15 tahun atau setara dengan tingkat diploma 3 pada jenjang perguruan
tinggi. Pada tahun 2012, pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kota Jayapura
terhadap standar global UNDP adalah sebesar 73,73 persen atau naik 0,2 persen
dibanding tahun 2011. Secara rata-rata, selama 5 tahun terakhir peningkatan
indeks pencapaian rata-rata lama sekolah sebesar 0,33 persen per tahun.
Tingginya indikator pendidikan di Kota Jayapura dapat dipertahankan jika
pemerintah tetap serius dalam menangani program pembangunan di sektor
pendidikan, dan pembangunan di sektor penunjangnya yaitu sektor kesehatan
3.1.4 Pengeluaran Riil Yang disesuaikan
Unsur ketiga dalam IPM adalah indikator standar hidup layak yang
diwakili oleh Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli masyarakat.
Paritas daya beli dihitung dengan menggunaka rumus Atkinson. Pada tahun 2012
daya beli penduduk untuk memenuhi standar hidup yang layak sebesar Rp
644.800,- . Kemampuan daya beli masyarakat Kota Jayapura mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai perkembangan PPP 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada gambar 3.9.
Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup
bab sebelumnya. Hasil perhitungan indeks daya beli pada tahun 2012 adalah
sebesar 65,82 persen. Hal ini berarti dari segi kemampuan daya beli, secara
rata-rata penduduk Kota Jayapura hanya mampu untuk mencukupi 65,82 persen
kebutuhan hidup layak. Ilustrasi pencapaian kemampuan daya beli masyarakat
Kota Jayapura terhadap standard hidup layak menurut UNDP dapat dilihat pada
gambar 3.10.
Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu
dibutuhkan oleh para pengguna barang/jasa tersebut, dari segi rendahnya tingkat
kemampuan penduduk untuk memproduksi barang/jasa yang dibutuhkannya, dari
segi lambatnya peningkatan pendapatan penduduk, atau faktor lainnya. Sehingga,
pemerintah perlu lebih memfokuskan terhadap program-program pembangunan
khususnya program pembangunan yang mendukung peningkatan pembangunan
ekonomi baik dari segi laju pertumbuhannya maupun pemerataan hasilnya
khususnya di sektor usaha yang memberdayakan masyarakat.
3.2 INDEKS KOMPOSIT : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA JAYAPURA
Dari ketiga unsur utama setelah dihitung indeksnya dan digabungkan dengan
rumus tertentu akan diperoleh angka IPM. Perkembangan angka IPM,
memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia
pada suatu daerah.
Dari agregat ketiga indikator tunggal penyusun IPM Kota Jayapura yang
telah dibahas sebelumnya diperoleh angka IPM Kota Jayapura pada tahun 2012
sebesar 76,64. IPM tahun 2012 terdiri dari indeks kesehatan (e0) yaitu sebesar
72,95; indeks pendidikan (gabungan angka melek huruf dan rata-rata pendidikan)
sebesar 91,14 dan indeks decent living(PPP) sebesar 65,82. Dari ketiga indeks
yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks pendidikan adalah indeks yang paling
menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka IPM Kota Jayapura, pemerintah
Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan terhadap program kesehatan dan
Pencapaian angka IPM pada tahun 2012 bila dibandingkan dengan capaian
tahun 2011 yaitu sebesar 76,29 bertambah 0,35 point. Peningkatan tersebut
menunjukkan keberhasilan pemerintah Kota Jayapura dalam perencanaan
pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut tabel perkembangan IPM di
Kota Jayapura dari tahun 2010-2012
Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2010-2012
Komponen IPM 2010 2011 2012
(1) (3) (4) (5)
1. Angka Harapan Hidup (Tahun)
2. Melek Huruf (%)
3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
4. Pengeluaran Riil yang Disesuaikan
68,46
Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa(PBB) berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu
capaian IPM di antara 66 – 79.9.
3.3 REDUKSI SHORTFALL
Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan
shortfall) menunjukkan perbandingan antara pencapaian yang telah ditempuh
dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100).
Selama periode 2011-2012, reduksi shortfall menunjukkan angka 1,47.
Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia pada tahun 2012 telah
memperpendek jarak tempuh IPM tahun lalu menuju IPM Ideal sebanyak 1,47
BAB IV
ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA
4.1 Indikator Kependudukan
Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang
sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan
tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan
penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas
serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang
tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan
penduduk.
4.1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi
BPS Kota Jayapura sebanyak 273.928 jiwa, yang terdiri dari 144.742 laki-laki dan
129.186 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 67.677 rumah
tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak
terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 60.593 jiwa. Kelompok usia
20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah,
sehingga wajar sebagai ibukota propinsi Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi
kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang
perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan
rata-rata untuk setiap 100 penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan
lebih dari 65 tahun) terdapat 44 penduduk usia produktif ( 15-64 tahun). Atau
dengan kata lain, secara rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2
orang penduduk usia tidak produktif. Angka ini dapat memberikan informasi
potensi penduduk secara kuantitatif bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Gambaran distribusi penduduk pada setiap distrik di Kota Jayapura dapat
dilihat pada gambar 4.2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Distrik Abepura
(77.995 jiwa) kemudian diikuti Distrik Jayapura Selatan (71.505 jiwa). Sedangkan
4.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang
terjadi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan
persentase. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya
perubahan jumla penduduk yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan
persentase.
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus sebagai
Jumlah Penduduk Laki-laki
X 100 Dimana:
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar
n : Jumlah tahun antara tahun dasar dan tahun ke-n
r : Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama kurun waktu 2008-2012
yaitu sebesar 2,98 persen. Artinya bahwa selama 5 tahun terakhir secara rata-rata
penduduk Kota Jayapura bertambah sebesar 2,98 persen per tahun.
4.1.3 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan
perbandingan jenis kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah dalam waktu
tertentu.
Rumus yang digunakan adalah :
Sex Ratio =
Jumlah Penduduk Perempuan
Rasio jenis kelamin Kota Jayapura tahun 2012 yaitu 112,04 yang artinya
pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 112penduduk laki-laki atau pada
Banyaknya Penduduk 4.1.4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga
Rata-rata anggota rumah tangga merupakan suatu indikator untuk
menunjukkan rata-rata muatan suatu rumah tangga. Angka ini dapat digunakan
sebagai acuan apakah keluarga di suatu daerah masih merupakan keluarga besar
atau sudah merupakan keluarga kecil. Angka rata-rata anggota rumah tangga ini
diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan banyaknya rumah
tangga.
Rumus yang digunakan adalah:
Rata-rata ART =
Banyaknya Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2012 sebanyak 67.677 rumah
tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,24 jiwa. Artinya,
secara rata-rata terdapat 4 sampai dengan 5 anggota rumah tangga pada setiap
4.2. INDIKATORPENDIDIKAN
4.2.1 Angka Melek Huruf
Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bertambahnya angka melek
huruf. Angka melek huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk
untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan
pengetahuan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai hidup sejahtera.
Bahasan pada sub bab ini merupakan materi yang memperkuat analisis indikator
angka melek huruf. Dihubungkan pula dengan tujuan MDG‟s maka dalam sub
bab ini akan membahas angka melek huruf pada penduduk berusia sepuluh 10-44
tahun.
Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk
penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya
untuk angka melek huruf. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa Angka melek
huruf sudah lebih dari 95 persen pada semua kelompok usia. Bahkan, 100 persen
penduduk pada kelompok umur 15-19 tahun telah memiliki kemampuan baca dan
tulis. Namun, pada kelompok umur 20-24 tahun masih terdapat sekitar 0,9 persen
penduduk yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jika
digabungkan, angka melek huruf penduduk Kota Jayapura pada kelompok umur
15-24 tahun adalah sebesar 99,5 persen.
Dapat disimpulkan bahwa target pemerintah untuk angka melek huruf di
Kota jayapura telah tercapai mengingat target yang dipatok pemerintah adalah 95
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan dirasa
cukup berhasil. Namun, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kualitas
sarana dan prasarana pendidikan dengan harapan dapat tercapainya kualitas
sumber daya manusia yang optimal di Kota Jayapura.
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang
akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas,
maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya
sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam
bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan
rata-rata lama sekolah adalah persentase penduduk yang berijazah SMU ke atas.
Persentase pemilikan ijazah tertinggi minimal SMU/sedarajat pada tahun 2012
adalah 61,94 persen. Gambaran mengenai distribusi penduduk menurut tingkat
pendidikan, dapat dilihat pada gambar 4.4.
4.3. INDIKATOR KETENAGAKERJAAN
4.3.1. Angkatan Kerja
Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting
sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga
untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh
masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam
kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari
pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan
individu. Setiap upaya pembangunan kemudian selalu diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat
langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran pembangunan adalah
terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran.
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk yang
sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 60,38% penduduk usia
kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja
Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga
dianalisa menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, Kota Jayapura
memiliki potensi angkatan kerja laki-laki yang cukup banyak, sehingga diperlukan
adanya peningkatan kualitas agar mampu lebih produktif dalam mengisi
pasar-pasar tenaga kerja.
4.3.2. Penduduk Bekerja
Bila dibedakan menurut golongan umur pada tahun 2012, penduduk yang
bekerja pada umumnya berumur 25-54 tahun yang merupakan usia prima (prime
age) yaitu sejumlah 83,7 persen dari penduduk bekerja.
Pada tahun 2012, penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan,
dengan tahun 2011. Sementara itu sebanyak 26,8 persen penduduk bekerja di
sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi. Penduduk yang bekerja
di sektor ini naik sekitar 1 persen jika dibandingkan perentasenya pada tahun
2011. Meningkatnya angka pekerja di beberapa sektor pada tahun 2012 dan
menurunnya angka pengangguran dibanding kondisi tahun 2011
mengindikasikan bahwa sektor- sektor ini merupakan sektor yang dapat menjadi
salah satu solusi untuk menurunkan angka pengangguran.
Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat
pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota
Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan,
sebagai ibukota Propinsi Papua juga sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan
ekonomi, sektor tersebut memberikan peluang terbesar diantara
sektor-sektor yang ada untuk menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan.
4.4 INDIKATOR PERUMAHAN
Menurut perencanaan program dan dampaknya, indikator kesehatan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu upaya perbaikan kesehatan,
status kesehatan dan penunjang. Indikator penunjang diantaranya adalah
perumahan dan lingkungan. Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan
dasar dalam kehidupan manusia selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah
tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi fungsinya sebagai tempat
tinggal lebih menonjol. Bahkan menurut Jatman (1948:170) rumah sudah menjadi
bagian dari gaya hidup dan status simbol dan juga menunjukkan identitas
pemiliknya. Secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan
bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat
kesejahteraan penghuninya. Karena itu, aspek kesehatan dan kenyamanan dan
bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu sangat menentukan dalam
pemilihan rumah tinggal dan ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan bagi
penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, tingkat kesejahteraan juga dapat
digambarkan dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas
perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan
4.4.1 Kualitas Rumah Tinggal
Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yang relatif luas. Semakin
tinggi tingkat kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang
ditempati. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah
sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10 m2 perkapita. Hal ini
ditunjukkan dalam hasil Susenas 2012 dimana sebanyak 54,3 persen luas lantai
perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura telah memenuhi syarat rumah sehat.
Sementara itu sebanyak 45,7 persen luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota
Jayapura belum memenuhi syarat rumah sehat yaitu luas lantai per kapitanya
masih kurang dari 10 m2 . Sempitnya rumah yang didiami oleh sebagian besar
penduduk Kota Jayapura dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun
menurunkan derajat kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat
Kualitas rumah juga ditinjau dari segi jenis lantai, atap, dan dinding terluas
yang digunakan. Berdasarkan hasil Susenas Kota Jayapura tahun 2012, lebih dari
80 persen rumah penduduk memiliki jenis lantai yang permanen (selain kayu dan
tanah). Ditinjau dari bahan atap yang digunakan lebih dari 90 persen
rumah-rumah di Kota Jayapura telah menggunakan bahan yang permanen terutama dari
jenis seng. Dinding-dinding rumah di Kota Jayapura, lebih dari 73 persen telah
menggunakan bahan yang permanen yaitu tembok. Sehingga dapat dikatakan
secara umum rumah tangga di Kota Jayapura pada umumnya telah menempati
bangunan permanen.
4.4.2 Fasilitas Rumah
Beberapa Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi
nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya listrik, air bersih serta
tersedianya jamban dan tangki septik. Hasil pengolaan data Susenas tahun 2012
mengenai fasilitas perumahan, dapat dilihat pada gambar 4.10.
Pada gambar 4.10 terlihat bahwa 84,3 persen sumber air minum rumah
tangga di Kota Jayapura menggunakan air kemasan, isi ulang, dan leding.
Sedangkan sebanyak 10,8 persen menggunakan sumur/mata air terlindung, dan
sisanya sebanyak 5,0 persen menggunakan sumur/mata air tak terlindung,
pompa, dan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber air minum yang
digunakan sebagian besar rumah tangga di Kota Jayapura berasal dari sumber air
minum yang bersih. Keberadaan sumber air bersih pada rumah tangga di Kota
Jayapura sangat mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan yang artinya
berkorelasi positif terhadap kenaikan angka harapan hidup.
Sistem pembuangan kotoran/ air besar manusia sangat erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit khususnya
kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang mungkin
ditimbulkan. Rumah-rumah di Kota Jayapura sebagian besar telah menyediakan
fasilitas buang air besar meskipun penggunaannya masih ada yang digunakan
secara bersama-sama. Adapun penggunaan jenis kloset di Kota Jayapura,
sebanyak 97,2 persen rumah tangga telah menggunakan kloset dan sisanya
sebesar 2,8 persen rumah tangga belum memiliki kloset. Sementara itu sebesar
86,1 persen rumah tangga di Kota Jayapura sudah menggunakan tangki septik
sebagai tempat pembuangan akhir tinja Sehingga dapat disimpulkan bahwa
permasalahan perumahan dan lingkungan di Kota Jayapura yang sebenarnya
merupakan permasalahan yang lama, namun belum dapat diatasi yaitu
ketersediaan rumah bagi rakyat kecil menengah yang sehat dan murah.
Ketersediaan listrik bagi rumah-rumah di Kota Jayapura telah menjangkau
hampir seluruh wilayah Kota Jayapura. Hal ini terlihat dari besarnya persentase
pengguna listrik PLN pada tahun 2012, yaitu sebesar 99,59 persen. Namun
demikian, masih ada sebagian kecil rumah di Kota Jayapura yang menggunakan
petromak/pelita sebagai sumber penerangannya. Sementara itu, menurut
penggunaan bahan bakar untuk memasak terdapat sebanyak 96,4 persen rumah
tangga di Kota Jayapura menggunakan bahan bakar Minyak tanah, 0,9 persen
menggunakan bahan bakar listrik dan gas elpiji, dan sebanyak 2,7 persen masih
4.5. INDIKATOR KONSUMSI
4.5.1 Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi
Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk
konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50%) dari total pengeluaran
per kapita. Sebaliknya pada negara maju pengeluaran per kapita yang bersifat
sekunder seperti aneka barang dan jasa yang mencakup pengeluaran untuk
perawatan kesehatan, rekreasi, olah raga, pendidikan dan lain-lain, adalah
merupakan bagian terbesar dari pengeluaran per kapita.
Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2011 pada gambar 4.11,
proporsi pengeluaran nonmakanan rumah tangga di Kota Jayapura selama 1
bulan adalah sebesar 55,30 persen sedangkan proporsi pengeluaran makanan
adalah sebesar 44,7 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa rumah tangga di Kota
Jayapura masih terfokus dalam pemenuhan kebutuhan pangan, mengingat
Jika ditilik lebih lanjut pada nilai pengeluaran perkapita per bulan, secara
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan untuk komoditi makanan adalah
Rp398.271,00 dan untuk komoditi nonmakanan adalah Rp492.800,00. Sehingga,
jika ditotal secara rata-rata pengeluaran penduduk Kota Jayapura pada tahun
2011 adalah Rp891.071,00. Hal ini berarti secara rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk Kota Jayapura ini masih di atas garis kemiskinan mengingat garis
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Indeks Pembangunan Manusia
IPM Kota Jayapura Tahun 2012 sebesar 76.64 atau naik 0.35 point jika dibandingkan capaian IPM tahun 2011
2. Indikator Kependudukan
Terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 2,98 persen selama periode tahun 2008-2012.
Jumlah penduduk Kota Jayapura Tahun 2012 adalah sejumlah 273.928 jiwa, yang terdiri dari 144.742 jiwa penduduk laki-laki dan 129.186 jiwa
penduduk perempuan.
Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2012 adalah 67.677 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 4 orang.
Berdasarkan hasil penghitungan Dependency Ratio, secara rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk usia tidak
produktif.
3. Indikator Pendidikan
Pembangunan pendidikan di Kota Jayapura secara umum dapat dikatakan
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari :
Target angka buta huruf pada penduduk berusia 15-24 tahun ≥ 95 % dapat dicapai. Bahkan untuk penduduk golongan umur 15-19 tahun
Tingkat pendidikan penduduk 15 tahun ke atas pada umumnya telah menyelesaikan jenjang pendidikan SMP atau jenjang di atasnya yaitu
sebanyak 81,15 persen. Hal ini sejalan dengan gambaran rata-rata lama
sekolah penduduk Kota Jayapura sebesar 11,06 tahun yang berarti
penduduk Kota Jayapura pada umumnya telah menyelesaikan program
wajib belajar 9 tahun atau jenjang SMP.
4. Indikator Ketenagakerjaan
Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki lebih banyak dari pada angkatan kerja perempuan.
Lebih dari 70 persen penduduk yang bekerja di Kota Jayapura bekerja di sektor Jasa kemasyarakatan, perdagangan, dan angkutan.
5. Indikator Perumahan
Secara umum rumah tangga di Kota Jayapura pada umumnya telah menempati bangunan permanen.
6. Indikator Konsumsi
Saran yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kota Jayapura adalah :
Pelaksanaan pembangunan sebaiknya dilaksanakan secara menyeluruh dan
terintegrasi untuk meningkatkan capaian pembangunan manusia terutama terkait
dengan peningkatan daya beli penduduk Kota Jayapura.
Adapun saran berdasar temuan permasalahan adalah sebagai berikut:
Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata, pemerintah Kota
Jayapura sebaiknya memprioritaskan pengembangan wilayah kota di daerah
Muara Tami maupun kelurahan maupun kampung yang berbatasan dengan
distrik tersebut .
Perlu adanya penambahan infrastruktur kesehatan
perlu mengoptimalkan program ekstrakulikuler maupun penanaman jiwa
wirausaha sejak dini sehingga mereka siap terjun ke lapangan kerja.
Memperluas kesempatan kerja dengan mengoptimalkan potensi Kota
Jayapura untuk menarik investor, memberikan kredit lunak, dan
menumbuhkan jiwa berwiraswasta dalam diri masyarakat.
Mengaktifkan organisasi wanita dan posyandu sebagai sarana peningkatan
kreativitas dan kemampuan ibu dalam menciptakan lapangan usaha serta
dapat meningkatkan kualitas fisik ibu dan anak.
Penyuluhan akan pentingnya ASI dan meningkatkan kesadaran penduduk
bahwa kehadiran penduduk di rumah sakit, puskesmas, dokter, dll bukan
hanya dalam rangka penyembuhan (kuratif), namun juga dalam usaha
Penyuluhan mengenai bahaya melahirkan di usia dini dan penggunaan
kondom selain sebagai alat kontarasepsi juga sebagai pencegah penularan
HIV/AIDS.
Penyuluhan lengkap mengenai kesehatan lingkungan oleh pihak terkait.
Pembukaan lahan perumahan yang tetap memprioritaskan pembangunan
berkelanjutan dan penyediaan kredit rumah yang dapat dijangkau oleh