SIKAP INTEGRASI NASIONAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN NILAI-NILAI SEJARAH DAN SIKAP SOSIAL SISWA1
Oleh :Muhammad Nur Rohim2, Nunuk Suryani.3, Musa Pelu3
ABSTRACT
The objectives of research were: 1) to find out the relationship between understanding of historical values with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. 2) to find out the relationship between social attitude with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. 3) to find out the relationship between understanding of historical values and social attitude simultaneously with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017.
This research employed quantitative method with correlational research design. The population of research was all of the XI IPS students of SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. Constinting of 130 students. The sample used in this study consisted of 98 students. The sample was taken using random sampling technique. Technique of collecting data used were test and questionnare. Technique of analyzing data used in this study were correlational and regression analyses.
The conclusions of research were as: 1) there is a positively relationship between understanding of historical values with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. It could be seen from the multiple linear regression analysis showing that tstatistic> ttabel, 2,069>1,664 and significance value 0,039< 0,05 with relative contribution of1,34 % andeffective contribution of 0,89%. 2) there is a positively relationship between social attitudes with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. It could be seen from the multiple linear regression analysis showing that tstatistic> ttabel,13,598>1,664 and significance value 0,00< 0,05 with relative contribution of98,68% andeffective contribution of 65,33%. 3) there is a positively relationship between understanding of historical values and social attitude simultaneously with attitude of national integration of the students of class XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017. It could be seen from the multiple linear regression variance analysis showing that Fstatistic>Ftabel,93,156>3,090and significance value 0,00< 0,05. The coefficient of determination (R2) of 0,662 indicated that understanding of historical values and social attitude affected 66,2 % attitude of national integration of students XI IPS SMA Negeri Gondangrejo year 2016/2017, while the rest affected by other variables.
Keyword: Understanding of Historical Values, Social Attitude, Attitude of National Integration
1
Ringkasan
2
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Menurut Nasikun (2004: 34), bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
majemuk baik secara etnis, budaya, dan agama. Kemajemukan masyarakat
Indonesia dapat dilihat dari dua cirinya yang unik. Pertama, secara horizontal
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku
bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Kedua, secara vertikal ditandai
oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah
yang cukup tajam.
Tuahunse (2009: 25), berpendapat proses perjuangan pergerakan nasional
Indonesia tujuanya adalah mencapai Indonesia merdeka, dijiwai dengan semangat
persatuan dan kesatuan. Sejarah Indonesia yang menunjukan sebuah
keberagaman akan terjaga dengan memahami nilai-nilai dalam peristiwa sejarah,
sehingga tercipta sikap integrasi nasional.
Integrasi nasional harus dijaga oleh setiap generasi, menjaga keharmonisan
dalam berbangsa dan bernegara diperlukan komitmen dari seluruh masyarakat
dengan memperkuat nilai nasionalisme dan nilai moral. Menurut Swasno (2006:
106), para pendiri negara menentang individualisme, liberalisme dan memilih
jiwa kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong. Bentuk nyata persatuan sejak
dulu sudah tercermin dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga era orde baru.
Aman (2014: 24), berpendapat bahwa kemajemukan bangsa Indonesia
merupakan modal yang potensial untuk memupuk persatuan dan kesatuan dalam
rangka memperkokoh integrasi dan kepribadian bangsa yang dilandasi oleh
nilai-nilai kebangsaan dan moral yang kokoh, tetapi jika modal besar itu tidak disikapi
positif maka akan muncul dampak yang destruktif.
Tuahunse (2009: 24), berpendapat bahwa merebaknya gejala sosial dewasa
ini mengarah pada sifat diskriminatif, kekerasan, bahkan pembunuhan, tentu saja
konflik yang terjadi akan mempengaruhi disintegrasi bangsa. Gejala sosial yang
buruk terjadi karena nilai-nilai yang mendukung terbentuknya sikap integrasi
nasional sudah mulai terlupakan serta seseorang kurang memiliki sikap sosial,
sebaliknya remaja saat ini memiliki sikap dan perilaku yang cenderung negatif
nasional siswa dalam lingkup sekolah semakin terlihat dengan kasus-kasus yang
sering dijumpai di sekolah secara umum dan terjadi di SMA Negeri Gondangrejo.
Melalui observasi lapangan dapat terlihat kasus-kasus seperti terlambat
mengikuti upacara bendera di sekolah, terciptanya kelompok-kelompok
perkumpulan yang kurang bersifat positif di dalam kelas.
Siswa melakukan perkelahian dengan teman, praktik vandalisme untuk
menunjukan eksistensi geng, murid yang kurang menghargai guru, siswa
menghina terhadap warna kulit dan keadaan fisik siswa, menggunakan bahasa
daerah dalam pembelajaran, dan yang sering terlihat adalah siswa tidak tertib
dalam upacara bendera.
Menurunnya sikap integrasi nasional dapat dicegah dengan meningkatkan
dan menerapkan pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah.Pemahaman mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari materi yang dipelajari,
sedangkan mata pelajaran sejarah menurut Aman (2014: 25), akan mewujudkan
kesadaran sejarah, nasionalisme, patriotisme, wawasan humaniora, disamping
kecakapan akademik.
Siswa sebagai bagian dari masyarakat harus ikut serta dalam membangun
integrasi nasional dan mencegah terjadinya disintegrasi antar golongan. Berusaha
mengatasi permasalahan yang timbul dari kemajemukan agar tidak semakin
menyebar ke generasi muda selanjutnya dengan menjaga sikap integrasi nasional
yang terus ditanamkan melalui pembelajaran sejarah.
Sikap sosial siswa yang bersifat positif juga mampu menumbuhkan rasa
cinta tanah air agar menurunnya sikap integrasi siswa dapat diatasi. Nawawi
(2000: 33), mengemukakan bentuk sikap sosial yang positif seseorang yaitu
berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas.
Siswa yang mempunyai sikap sosial positif seperti melakukan kerjasama
terhadap kelompok dan orang lain, menerapkan sikap tenggang rasa terhadap
sesama di dalam kelas akan memunculkan suasana rukun sebuah kelompok.
Sikap solidaritas tinggi yang terbentuk dalam diri siswa akan
mempengaruhi suasana persatuan dalam sebuah kelompok, tentunya diimbangi
dengan toleransi terhadap kelompok yang lain, dengan begitu maka akan muncul
membentuk integrasi nasional. Hal itu selaras dengan pendapat Suseno (2001:
19), bahwa mudah tidaknya terbentuk integrasi tergantung dari apa yang disebut
dengan rukun yang artinya dalam keadaan selaras, tenang, dan tenteram tanpa ada
perselisihan, pertentangan, bersatu, dan saling membantu.
Siswa yang memiliki sikap sosial terhadap masyarakat akan mengerti
bagaimana berperan yang baik dan tercerminkan dengan sikap menjaga integrasi
nasional.
2. Kajian Teori
Menurut Suroyo (Kemristekdikti, 2016: 60) integrasi nasional
mencerminkan proses penyatuan orang-orang dari berbagai wilayah yang
berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas, sosial budaya, atau latar
belakang ekonomi menjadi satu bangsa terutama karena pengalaman sejarah dan
politik yang relatif sama.
Irianto (2013: 4) berpendapat bahwa integrasi nasional sebagai suatu
kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan
identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia.
Koentjaraningrat (Sadilah, dkk, 1997: 5) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang menghambat integrasi nasional adalah Konflik yang ditimbulkan oleh
beberapa sumber, adanya pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari suku bangsa
lain,adanya fanatisme, adanya dominasi dari salah satu suku bangsa dan adanya
permusuhan antar suku secara adat. Namun, ada faktor yang mendorong
integrasi, yaitu bersumber dari kerja sama secara sosial, ekonomi, dan politik
serta usaha hidup berdampingan. peranan gotong royong dan tenggang rasa juga
mendukung untuk mencapai integrasi nasional.
Menurut Sapriya (2009: 208-209) “Sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembagan serta peranan
masyarakat dimasa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu”.
Isjoni (2007: 71) berpendapat “Sejarah adalah mata pelajaran yang
menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan
perkembangan masyarakat Indonesa dan dunia pada masa lampau hinnga kini”.
Gunawan (1998: 21) nilai-nilai yang dapat ditumbuhkan melalui proses
umum dan bangsa di atas kepentingan pribadi, semangat rela berkorban dan
mengabdi kepada negara dan bangsa, sikap persatuan dan kesatuan bangsa, sikap
tepa selira, mengukur diri sendiri, sikap memperbaiki diri dan tenggang rasa,
berjiwa merdeka dan cinta perdamaian.
Menurut Insko dan Scoper (Mardiyana, 2015: 436) sikap sosial sebagai
suatu penilaian. Sikap sosial berupa perasaan-perasaan pro atau kontra,
menyenangkan atau tidak menyenangkan, menghargai atau tidak menghargai
terhadap objek sikap yang berupa individu atau kelompok. Komponen perasaan,
pikiran, dan kemauan tidak dapat dipisahkan. Sikap sosial dapat diukur atau
diungkapkan dengan pengukuran verbal maupun dengan pernyataan-pernyataan
berupa skala sikap sosial.
Menurut Nawawi (2000: 33) “Bentuk sikap sosial yang positif seseorang
yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama dan solidaritas”. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soetjipto dan Sjafioden (1994: 44) “Sikap sosial dapat dilihat dari
adanya kerjasama, sikap tenggang rasa, dan solidaritas.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian yang berjudul Hubungan antara Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah dan
Sikap Sosial dengan Sikap Integrasi Nasional Siswa di SMA Negeri Gondangrejo ini
dilaksanakan di kelas XI IPS tahun ajaran 2016/2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah4 kelas XI IPS yang berjumlah 130 siswa.
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling dan rumus slovin sehingga
diperoleh sampel sebanyak 98 siswa secara acak.
Variabel sikap integrasi nasional dan sikap sosial menggunakan teknik
Rating-scale, yaitu sebuah pernyataan dengan kolom yang menunjukan tingkatan dari
sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju dan variabel pemahaman nilai-nilai
sejarahmenggunakan pertanyaan objektif. Analisis instrumen menggunakan uji
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dengan bantuan Program
SPSS.
Tahap uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas dengan
bantuan Program SPSS. Uji normalitasdigunakan untuk mengetahui apakah data
yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak, dengan kriteria nilai
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan
variabel terikat. Kriteria uji linieritas adalah:
1. Jika hasil perhitungan diperoleh Fhitung< Ftabel, maka dapat dinyatakan bahwa
variabel X Linier terhadap Y.
2. Jika hasil perhitungan diperoleh Fhitung> Ftabel, maka dapat dinyatakan bahwa
variabel X tidak linier terhadap Y.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian,dilakukan analisis regresi
linier berganda, untuk mengetahui apakah sikap integrasi nasional (Y) berhubungan
dengan pemahaman nilai-nilai sejarah (X1) dan sikap sosial (X2).
Uji t yangdigunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan kriteria
pengujianHo ditolak jika Signifikansi < 0,05 dan thitung > t tabel.
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikan hubungan variabel pemahaman
nilai sejarah dan sikap sosial secara bersama-sama terhadap variabel sikap integrasi
nasional siswa, dengan kriteria pengujian Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel, dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Langkah terakhir adalah mencari nilai sumbangan relatif maupun efektif
digunakan untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel independen
terhadap perubahan variabel dependen (Y).
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Data sikap integrasi nasional diperoleh dari 35 butir soal, data sikap sosial
diperoleh dari 39 butir soal dandata pemahaman nilai-nilai sejarah diperoleh dari
20 butir soal.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus
kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS versi 23. Kriteria dari uji normalitas
adalah data berdistirbusi normal apabila mempunyai nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05. Adapun ringkasan uji normalitas adalah sebagai berikut.
Tabel 1 data uji normalitas
Signifikansi Kriteria
Dari tabel uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 atau 0,092 >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel
berdistribusi normal.
Ringkasan hasil uji linieritas yang dilakukan dengan menggunakan alat
bantu SPSSversi 23 adalah sebagai berikut.
Tabel 2 hasil uji linieritas
Variabel
yang
diukur
Harga F Signifikan Kesimpulan
Fhitung F tabel
XI.Y 1,112 F 0,05: 12.84=2,470 0,361 Linier
X2.Y 1,119 F 0,05: 41.55=1,640 0,345 Linier
Dari tabel 2 bisa disimpulkan hasil uji linieritas yang berdistribusi normal
karena Fhitung< Ftabel, yaitu 1,112< 2,470 dan 1,119 < 1,640, korelasi antara
pemamahan nilai-nilai sejarah dengan sikap integrasi nasional sebesar 0,361 atau
tingkat korelasi normal sedangkan korelasi antara sikap sosial dengan sikap
integrasi nasional sebesar 0,345 atau tingkat korelasi normal.
Tabel 3 hasil uji regresi linier berganda
Variabel Koefisien regresi T Sig
32,405 3,670 ,000
Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah ,458 2,096 ,039
Sikap Sosial ,663 13,598 ,000
Fhitung =93,156 Sig= ,000b
R2= 662
Berdasarkan tabel 3 diperoleh persamaan regresi linier berganda yaitu: Y=
32,405+0,458X1+0,663X2. Interpretasi dari agresi linier berganda tersebut adalah:
a. a= 32,405, menyatakan bahwa jika pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap
sosial tidak mengalami perubahan maka nilai sikap integrasi nasional siswa
b. b1=0,458, menyatakan bahwa jika pemahaman nilai-nilai sejarah bertambah 1
poin, maka sikap integrasi nasional siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Gondangrejo akan mengalami peningkatan sebesar 0,458.
c. b2=0,663, menyatakan bahwa jika sikap sosial bertambah 1 poin, maka sikap
integrasi nasional siswa kelas XI IPS SMA Negeri Gondangrejo akan
mengalami peningkatan sebesar 0,663.
Hasil uji t pertama dengan program SPSSdiperoleh nilai thitung sebesar
2,069 dengan signifikansi 0,039, sehingga Ho ditolak karena thitung > t tabel, yaitu
2,069>1,664 dan nilai signifikansi 0,039< 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
Ada hubungan yang positif antara pemahaman nilai-nilai sejarah dengan sikap
integrasi nasional pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Gondangrejo tahun
ajaran 2016/2017.
Hasil uji t kedua dengan program SPSSdiperoleh nilai thitung sebesar 13,598
dengan signifikansi 0,00, sehingga Ho ditolakkarena thitung > t tabel, yaitu
13,598>1,664 dan nilai signifikansi 0,00< 0,05. Maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang positif antara sikap sosial dengan sikap integrasi nasional pada
siswa kelas XI IPS SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2016/2017.
Hasil uji F dengan program SPSSdiperoleh nilai Fhitung sebesar 93,156
dengan signifikansi 0,00, sehingga Ho ditolak Karena Fhitung > Ftabel, yaitu
93,156>3,090 dan nilai signifikansi 0,00< 0,05. Maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang positif antara pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial
secara bersama-sama dengan sikap integrasi nasional pada siswa kelas XI IPS
SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2016/2017.
Berdasarkan analisis data dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien
determinasi (r2) sebesar 0,662. Menunjukan bahwa hubungan yang diberikan oleh
variabel pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial dengan sikap integrasi
nasional siswa di SMA Negeri Gondangrejo sebesar 66,2 % .
Hasil perhitungan untuk mencari besar sumbangan relatif dan efektif
diketahui bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah memberikan sumbangan relatif
sebesar 1,34 % dan sumbangan efektif sebesar 0,89%. Variabel sikap sosial
2. Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah Dengan Sikap Integrasi Nasional
Berdasarkan pengolahan dan hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah berhubungan postif dengan sikap integrasi
nasional.
Hal ini sesuai dengan penelitian Singgih Tri Sulistiyono dengan judul
pemupukan semangat integrasi nasional melalui pendidikan sejarah di sekaloh,
menjelaskan bahwa pentingnya sejarah dalam membentuk watak dan sikap.
Sejarah dan interaksi dari berbagai kelompok sosial memiliki peran sebagai
sarana memperkokoh integrasi nasional.
Menurut Gunawan (1998: 21) nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses
sejarah perjuangan bangsa, akan membentuk sikap siswa, antara lain: pantang
menyerah dalam membela kepentingan bangsa dan negara, patriotik dalam
mempertahankan dan memajukan bangsa, membangun untuk kepentingan
bangsa, bekerja sama untuk membangun bangsa, tepa selira, mengukur diri
sendiri, memperbaiki diri dan tenggang rasa.
Menurut Soekanto (Sulistiyo, 2011:4) Sejarah dapat berfungsi sebagai
wahana sosialisasi dan enkulturasi nilai-nilai masyarakat dan bangsa. Sosialisasi
dimaknai sebagai proses menanamkan nilai-nilai sejarah.
Menurut Drake(Sulistiyono, 2011: 5) aspek yang dapat memperkuat
integrasi integrasi nasional yaitu: pengalaman sejarah yang sama sebagai suatu
bangsa, simbol sosial budaya yang diakui bersama seperti bahasa, bendera, lagu
kebangsaan dan sebagainya. Aspek ini dapat diperoleh melalui pemahaman
nilai-nilai sejarah siswa, siswa menyadari arti penting dari perjuangan bangsa dan
mecintai simbol simbol nasional maka dapat dikatakan siswa mempunyai sikap
integrasi nasional.
Menurut Collingwood (Sulistiyo, 2011:4) pemahaman sejarah akan
memberikan nilai lebih kepada pembentukan sikap dan perilaku siswa dalam
kerangka memahami kondisi masyarakatnya di masa sekarang dan masa yang
Terbentuknya sikap integrasi nasional merupakan salah satu tujuan afektif
dari pemahaman nilai-nilai sejarah, selain itu juga ada nasionalisme dan
patriotisme.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah berhubungan dengan sikap integrasi
nasional Nilai-nilai sejarah yang ada pada individu mampu memunculkan sikap
seperti nasionalisme, integrasi nasional, persatuan, dan solidaritas.
3. Hubungan Antara Sikap Sosial Dengan Sikap Integrasi Nasional
Berdasarkan pengolahan dan hasil data yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa sikap sosial berhubungan postif dengan sikap integrasi nasional. Semakin
tinggi sikap sosial maka semakin tinggi sikap integrasi nasional.
Jurnal yang ditulis oleh Poerwanto dengan judul asimilasi, akulturasi, dan
integrasi nasional yang menunjukan adanya hubungan antara aspek sikap sosial
dengan integrasi nasional. Penelitian ini menjelaskan bahwa aspek asimilasi
merupakan wujud dari terciptanya integrasi nasional, aspek asimilasi meliputi
tidak timbulnya prasangka buruk, tidak adanya konfik kekuasaan dan nilai, tidak
diskriminasi, dan penyesuaian mayoritas dan minoritas. Aspek asimilasi ini
identik dengan sikap sosial, artinya dalam penelitian ini integrasi nasional dapat
terbentuk dengan adanya sikap sosial yang positif seperti kerjasama, tenggang
rasa dan solidaritas.
Integrasi nasional mengandung perbedaan kebudayaan tetapi masih kesatuan,
untuk menciptakan integrasi nasional tergantung pada kesepakatan bersama untuk
memunculkan kehidupan harmoni yang membawa integrasi dari berbagai
kelompok.
Menurut Drake (Sulistiyono, 2011: 5) aspek yang memperkuat integrasi
nasional adalah interaksi diantara berbagai kelompok sosial dimasyarakat. Sikap
sosial berperan penting dalam membangun interaksi untuk mewujudkan integrasi
nasional.
Sikap sosial sebagai sarana untuk menciptakan kerukunan untuk
mewujudkan integrasi nasional. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sikap
4. Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Sejarah Dan Sikap Sosial Secara Bersama-Sama Dengan Sikap Integrasi Nasional
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah
dan sikap sosial secara bersama-sama berhubungan dengan sikap integrasi
nasional siswa.
Jurnal yang ditulis oleh Jhon Rex dan Gurharpal Singh yang berjudul”
Multiculturalism and Political Integrastion in Modern Nation-States: Thematic
Introduction” menunjukan integrasi dari sebuah bentuk negara yang multikultural
dapat tercipta dan terjaga dengan cara menghindari konflik melalui penerapan
sikap sosial dimasyarakat seperti kompormi dan negosiasi.
Sikap integrasi nasional dalam setiap individu bisa tumbuh melalui
pemahaman nilai-nilai sejarah.Kesamaan sejarah dalam suatu wilayah diajarkan
agar terjalin integrasi. Integrasi bukan merupakan proses menyeregamkan dan
menyamakan tapi lebih ke penyatuan perbedaan budaya, kebersamaan dalam
suasana saling toleransi.
Menurut Swasono (2006: 112) terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk
menjaga integrasi nasional.
Pertama, meningkatkan pemahaman, baik dari segi kedalaman maupun
dinamika dari segi multikultural Indonesia. Menumbuhkan rasa saling memiliki
aset-aset nasional yang berasal dari nilai-nilai adiluhung suku bangsanya.
Kedua, menciptakan dan menyeimbangkan mutualisme sebagai wujud
doktrin kebersamaan berdasarkan kekeluargaan (mutualism and brotherhood)
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya penelitian dari Sigit Dwi Kusrahmadi yang berjudul
Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional, menyebutkan bahwa
antara integrasi nasional dan nasionalisme saling terkait, Nasionalisme
mendukung terbentuknya integrasi nasional.
Sikap integrasi nasional artinya motivasi masyarakat untuk loyal kepada
negara, mempunyai cita-cita menyatukan rakyat dan mengatasi isu SARA dengan
menunjukan sikap sosial. Sikap integrasi nasional berarti mendukung kehidupan
bersama dan mewujudkan masyarakat yang harmonis, sikap integrasi nasional
Integrasi nasional mempunyai unsur agar menjadi lebih kuat yaitu
pengalaman sejarah yang sama sebagai suatu bangsa, interaksi dengan berbagai
kelompok dapat terjalin baik dengan menerapkan sikap sosial yang mendorong
tercitanya integrasi nasional, simbol sosial budaya yang diakui bersama seperti
bahasa, bendera, lagu kebangsaan dan sebagainya. Individu yang memahami
nilai-nilai dari sejarah dan menerapkan sikap sosial dalam masyarakat akan
menciptakan integrasi nasional.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial pada diri siswa maka dapat
menciptakan sikap integrasi nasional.Sikap integrasi nasional selain dipengaruhi
oleh pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial ada faktor yang lain yang
mempengruhi, karena dari data yang diperoleh hubungan dari variabel
pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial terhadap sikap sosial hanya
sebesar 66,2 %
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
a. Pemahaman nilai-nilai sejarah berhubungan postif dengan sikap integrasi
nasional siswa kelas XI di SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2016/2017.
Hal ini berdasarkan uji keberartian koefisien regresi linier berganda untuk
variabel pemahaman nilai-nilai sejarah thitung > ttabel yaitu 2,069>1,664 dan nilai
signifikansi 0,039< 0,05, dengan sumbangan relatif sebesar1,34% dan
sumbangan efektif sebesar 0.89%
b. Sikap sosial berhubungan postif dengan sikap integrasi nasional siswa kelas XI
di SMA Negeri Gondangrejo tahun ajaran 2016/2017. Hal ini berdasarkan uji
keberartian koefisien regresi linier berganda untuk variabel sikap sosial thitung > t
tabel, yaitu 13,598>1,664 dan nilai signifikansi 0,00< 0,05, dengan sumbangan
relatif 98,68 % dan sumbangan efektif sebesar65,33%..
c. Pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial secara bersama-sama
berhubungan positif dengan sikap integrasi nasional siswa kelas XI di SMA
keberartian regresi linier ganda atau Uji F di ketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel,
yaitu 93,156>3,090 dan nilai signifikansi 0,00< 0,05. Nilai koefisien
determinasi (r2) yang diperoleh sebesar 0,662 yang berarti hubungan variabel
pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap sosial dengan sikap integrasi nasional
siswa di SMA Negeri Gondangrejo sebesar 66,2 %, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut.
1. Kepada siswa hendaknya lebih mengembangkan diri untuk lebih menjaga
integrasi nasional dengan meningkatkan pemahaman nilai-nilai sejarah dan sikap
sosial dalam dirinya.
2. Kepada guru mata pelajaran sejarah hendaknya lebih memperhatikan cara
meningkatkan sikap siswa dalam menjaga integrasi nasional melalui penanaman
nilai-nilai sejarah dan sikap sosial dalam pembelajaran sejarah.
3. Kepada pihak sekolah diharapkan mau mengembangkan fasilitas yang berkaitan
dengan sejarah agar siswa lebih memahami nilai-nilai dalam sejarah. Sekolah
juga diharapkan mengajak siswa menjaga kondisi yang kondusif melalui
penerapan sikap sosial di lingkungan sekolah agar tercipta integrasi.
4. Kepada Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap permasalahan serupa, karena hasil perhitungan pengujian koefisien
determinasi r2 pada variabel X1 dan X2 terhadap Y sebesar 66,2%. Berarti
masih terdapat 33.8% yang dipengaruhi oleh faktor lain, yang tidak dimasukan
sebagai pendukung untuk memperkuat teori yang ada.
E. DAFTAR PUSTAKA
Aman. (2014). Aktualisasi Nilai-Nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA. Jurnal Pendidikan Karakter, 4 (1) ,23-34.
Diperoleh 25 februari 2017, http://journal. Uny.ac.id/index.php/jpka/article.
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah
Wajib Umum: Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Kementrian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Gunawan, Restu. 1998. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi).
Irianto, Agus Maladi. (2013). Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrime di
Indonesia. Jurnal Humaniora, 2 (18), 1-9. Diperoleh pada 25 februari, dari
ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/5937
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Jhon Rex dan Gurharpal Singh. (2003). Multiculturalism and Political Integrastion in
Modern Nation-States: Thematic Introduction. international jurnal on
multicultural societes, 1 (5). Diperoleh pada 25 februari 2017,
darihttp://unesdoc.unesco.org/images/0013/001387/138796E.
Kusrahmadi, Sigit Dwi. 2006. Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional.
1-16 Diperoleh pada 25 februari,
darihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENTINGNYA PENNDIDIKAN MULTIKULTURAL dan Integrasi Nasional Artikel 23-04-06.pdf
Mardiyana. Dewi. 2015. Seminar Nasional Peningkatana Sikap Sosial Siswa Melalui
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Guided Discovery, hlm.433-438, FKIP Universitas Negeri Yogyakarta.
Nasikun. 2004. Sistem Sosial di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Hadori. 2000. Intereksi Sosial. Jakarta : Gunung Agung.
Sadillah, Emiliana dkk, 1997. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan budaya di daerah
istimewa di Daerah Yogyakarta. Departemen Pendididkan dan Kebudayaan:
Yogyakarta.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya.
Soetjipto dan Sjaefieoden. 1994. Metodologi Ilmu Sosial. Jakarta.
Sulistiyono, Singgih Tri. (2011). Pemupukan Semangat Integrasi Nasional Melalui
Pendidikan Sejarah di Sekolah. Jurnal Agasthia, 1 (1). Diperoleh pada 2 maret
2017, dari http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/view/117
Suseno, Franz Magnis. 2011. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi Tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Utama.
Swasono, Meutia F. (2006). Antropologi dan Integrasi Nasional. Jurnal antropologi
Indonesia, 1 (30),101-122. Diperoleh pada 24 februari 2017, dari journal. ui.ac.id/index.php/jai/article/view
Tuahunse, Trisnowaty. (2009, Mei). Hubungan antara Pemahaman Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia dengan Sikap terhadap Bela Negara. Jurnal Kependidikan, 39