BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return saham
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena setiap
investor mengarapkan sebuah return yang sesuai atas setiap resiko yang
dihadapinya. Resiko merupakan suatu kejadian yang bersifat merugikan yang
akan terjadi dimasa yang akan datang. Resiko yang dimaksud disini adalah
resiko investasi yang berhubungan dengan kemungkinan (probability)
terjadinya keuntungan yang sebenarnya (actual earning) dikurangi dengan
expected rate of return( keuntungan yang diharapkan). Semangkin besar
kesempatan untuk memperoleh return tersebut,maka akan semangkin tinggi
resiko dari investasi tersebut (1).
Return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode
investasi per sejumlah dana yang di investasikan dalam bentuk saham
(Bodie,1998) dalam Heru:2010. Secara praktis, tingkat pengembalian suatu
investasi adalah persentase penghasilan total selama periode investasi
dibandingkan harga beli investasi tersebut. Menurut Brigham et.al. (1999 :
192), pengertian return adalah “ measure the financial performance of an
Menurut jones (2000 : 124) “ return is yield dan capital gain (loss)”.
a. Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang
saham ( dalam bentuk deviden).
b. Capital gain ( loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan.
Hal tersebut diperkuat oleh corrado dan Jordan (2000: 5) yang menyatakan
“return from investmen security is cash flow and capital gain/loss”.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan
bahwa return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan
saham para investor yang di investasinya yang terdiri dari deviden dan
gain/loss.
Apabila investasi diartikan sebagai kepemilikan ( pembelian ) suatu
aset, maka tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai rate of return.
Untuk mengetahui rate of return hal yang harus diketahui adalah (a) nilai
awal investasi modal dan (b) proceeds atau pendapatan dari investasi bersih
dari nilai awal investasi. Proceeds tersebut dapat berupa keuntungan (profit)
atau kerugian (loss) atas investasi dan terdiri dari aliran kas ditambah dengan
setiap perubahan dalam nilai investasi.
( Ross et. Al. 2003 dalam Heru S.A.S) berdasarkan pengertian return,
bahwa return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya
dengan mengabaikan deviden, maka dapat di tulis dengan rumus:
R1 = Return Saham
Pt = Harga Saham pada periode t
Pt-1 = Harga Saham pada periode t-1
Sebagaimana di sebutkan dimuka, tingkat pengembalian atau return
(untuk selanjutnya istilah tingkat pengembalian diganti dengan return) suatu
investasi diukur sebagai total keuntungan atau kerugaian yang diterima
investor (pemilik) selama periode tertentu. Return seringkali dinyatakan
dalam perubahan dalam nilai aset (capital gain atau capital loss) ditambah
sejumlah penerimaan tunai (cash distribution) yang dapat berupa deviden atau
pembayaran bunga yang diekspresikan dalam suatu persentase atas nilai awal
periode suatu investasi.
Ekspresi untuk menghitung rate of return yang diterima selama
periode tertentu t atas aset i sebagai berikut:
. . . . rumus 3.3
dimana:
Pit = harga ( nilai) aset I pada akhir periode t,
Pit-1 = harga (nilai) aset I pada akhir periode t-1,
Cit = kas ( aliran) yang diterima aset i selama periode t,
Sebagaimana tampak dalam rumus 3.3 diatas, return mencerminkan
efek kombinasi dari perubahan –perubahan dalam nilai, Pt – Pt-1 dan aliran kas C1yang diterima selama periode pengamatan.
Return atas investasi aset , apakah saham, obligasi, atau aset keuanagn
dan non-keuangan yang lain, juga dapat diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
( ) . . . . rumus 3.4
Rumus ini digunakan jika ada aliran kas yang diterima selama
kepemilikan sekuritas (saham) atau aset investasi. Rumus ini seringkali
digunakan pada saat kita mengukur return saham dalam konteks jangka
menengah atau panjang, misalkan satu tahun atau lebih, diamana dalam
rentang waktu yang panjang sering diasumsikan bahwa pemegang saham
akan menerima dividen dan karenanya dividen yang diterima harus
dimasukan dalam model perhitungan return. Rumus return yang lain adalah:
( ) . . . . rumus 3.5
Rumus 3.5 digunakan jika ada aliran kas yang diterima selama
kepemilikan sekuritas ( saham) atau aset investasi. Rumus ini seringkali
digunakan pada saat kita mengukur return saham dala konteks jangka pendek,
misalkan harian atau mingguan, dimana dalam rentang waktu yang pendek
sering diasumsikan bahwa dividen tidak diterima,
( ) . . . . rumus 3.6
Penggunaan rumus 3.6 sama dengan alas an yang dikemukakan dalam
menjelaskan rumus 3.4 dimana cash flow disini dapat berupa dividen jika
berinvestasi pada saham, atau kupon atau bunga jika kita berinvestasi pada
. . . . rumus 3.7
Penggunaan rumus 3.7 sama dengan alas an yang dikemukakan dalam
menjelaskan rumus 3.4, cashflow dapat berupa dividen jika berinvestasi pada
saham atau kupon jika berinvestasi pada obligasi dan digunakan jika rentang
waktu kepemilikan saham atau obligasinya adalah jangka pendek. Artinya ,
jika investor melakukan aktivitas investasinya dalam horizon waktu yang
pendek kitan, perlu mempertimbangkan adanya dividen tetapi jika horizon
waktunya panjang, maka mau tidak mau aliran kas yang diterima selama
periode kepemilikan harus dimasukan dan menjadi bagian dari perhitungan
return.
. . . . rumus 3.8
Dalam hal ini Pt adalah harga sekuritas pada periode t, Pt-1 adalah
harga sekuritas pada periode t-1. Cash flow yang dimaksud di sini adalah
aliran kas atau penerimaan yang diterima selama memiliki saham atau aset
investasi. Rumus return saham pada 3.4 dan 3.6 diatas mengabaikan besaran
dividen ( dalam kasus saham) atau penerimaan tambahan yang diterima
investor selama memiliki sekuritas atau melakukan investasi.
2.1.2 Struktur Asset
Struktur asset merupakan sisi sebelah kiri dari sebuah neraca
perusahaan (asset perusahaan yang harus dibelanjai). Menurut Riyanto
(1993:12) dalam jortan :2007 “ perbandingan atau perimbangan antara aktiva
Dalam penelitian ini, struktur asset diukur denagn membandingkan antara
asset tetap terhadap total asset.
Struktur asset mempengaruhi sumber - sumber pembiayaan dalam
beberapa cara. Perusahaan yang memiliki asset tetap jangka panjang (
perusahaan umum), akan banyak mengunakan hutang hipotik jangka panjang.
Perusahaan yang sebahagian besar memiliki piutang dan persediaan barang
yang nilainya tergantung pada tingkat profitabilitas perusahaan ( misalnya
perusahaan dagang) tidak tergantung pada pembiayaan jangka panjang
melainkan tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
2.1.3 Struktur modal
2.1.3.1Kerangka Konsep Analisis Struktur Modal
Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal
dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan
cara menentukan struktur modal antara modal hutang dan modal
sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal atau investasi
perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan
struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi
perusahaan. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh
pada penilaian perusahaan yang terefleksi di harga saham. Oleh
karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan
kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham yang
Pertanyaan kunci dalam memahami kunci dalam memahami
teori struktur modal adalah variasi perubahan komposisi struktur
modal yang dapat mengubah besarnya rata-rata tertimbang biaya
modal yang dapat mengubah besarnya rata- rata tertimbang biaya
modal yang berpengaruhh terhadap penilaian perusahaan. Mengarah
pada pertanyaan kunci tersebut, yaitu menjelaskan tentang pengaruh
perubahan komposisi struktur modal, utang dibagi modal, atau tingkat
leverage terhadap nilai perusahaan dan besarnya biaya modal.
2.1.3.2Asumsi yang Mendasari Teori Struktur Modal
Menurut Van Horne (1980), asumsi yang dibutuhkan untuk
menganalisis teori struktur modal adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi dapat diabaikan.
2. Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dann sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang, dan tidak ada biaya transaksi.
3. Perusahaan menetapkan kebijakan deviden sebesar 100% dari laba dibagikan sebagai deviden.
4. Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.
5. Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai prediksi distribusi probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang.
Berdasarkan asumsi tersebut dapat ditentukan persamaan
berikut ini ( Van Hore, 1980).
Dalam hal ini, Ki = biaya hutang, dengan asumsi
utang dicatat dengan metode perpetual.
=
. . . ( 9.2)
Tingkat rate of return yang dikehendaki para investor
adalah laba diprediksi konstan dan laba 100% dibagikan sebagai
dividen, bisa dihitung melalui rumus dividen pay out ratio, yaitu laba/
harga saham, kemudian rasio laba/ harga saham dapat merefleksikan
tarif keuntungan pasar yang menyamakan nilai sekarang prediksi
dividen yang akan datang dengan nilai sekarang harga pasaaar saham.
Namun, tarif keuntungan pasar ( discount rate of market) pasar ini
tidak serta merta dapat digeneralisir sebagai besarnya biaya modal.
Kondisi ini lebih ditekankan hanya sebagai ilustrasi sederhana tentang
teori struktur modal. Dasar pertimbangan yang terakhir adalah:
. . . . (9.3)
Dalam hal ini, V = B + S, dan Ko adalah kapitalisasi biaya modal
perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat diperoleh
rata-rata tertimbang biaya modal ( Weighted Average Cost of Capital/
WACC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Menurut Damodaran (1997), Hitungan WACC ini dapat juga
dikembangkan menjadi,
( ) ( ) ( ). . . . ( 9.5)
Dalam hal ini, WACC adalah rata- rata tertimbang biaya modal antara
Ke,Kd,Kps, biaya modal sendiri saham biasa, saham preferen, serta
E,D, dan PS yang mewakili nilai pasar.
Hal penting yang bisa diambil dari penjabaran rumus di atas adalah
pada saat terjadi tingkat leverage, yang disebabkan oleh peningkatan
B/S. penentuan biaya modal dengan menggunakan rata-rata
tertimbang biaya modal ini telah dikembangkan oleh para pakar
manajemen keuangan.
Menurut Durand (1959), ada dua pendekatan dalam menilai tingkat laba perusahaan, yakni pendekatan laba bersih net income( NI) dan pendekatan laba operasi net operating income ( NOI). Kedua pendekatan tersebut merupakan pendekatan ekstrem dalam menilai tingkat leverage perusahaan. Sebagai ilustrasi, diketahui perusahaan mempunyai utang sebesar Rp 3.000, dan kapitalisasi biaya modal, Ke sebesar 10%.
Berdasarkan informasi di atas nilai perusahaan dapat ditentukan pada
Tabel 2.1
Ilustrasi hitungan biaya modal dengan pendekatan NI (Rp)
sumber:Darmono,2009 “manajemen keuangan” hal :140
Berdasarkan pendekatan laba bersih, laba bagi pemegang saham biasa
dikapitalisasi pada tingkat biaya modal konstan ( k). diperoleh tingkat
kapitalisasi biaya modal sebesar
Jika diasumsikan terjadi kenaikan utang dari Rp 3.000 menjadi Rp
6.000 dan arus kas utang dibelikan saham. Bunga utang sebesar 5%
berdasarkan data ini dapat ditentukan kapitalisasi biaya modal
perusahaan sebesar disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut,
Tabel 2.2
Ilustrasi hitungan biaya modal dengan pendekatan NI (Rp)
O NOI 1.000
F Bunga utang 300
E Laba untuk pemegang
saham biasa 700
Laba untuk pemegang saham biasa
Ke Biaya modal sendiri 0.10
S Nilai pasar saham 7000
B Nilai pasar utang 6000
V Total nilai perusahaan 13.000
Sumber :Buku Darmono, 2009. manajemen keuanganhal: 141
Berdasarkan pendekatan NI, perusahaan dapat meningkatkan total
nilai perusahaan, V, dan dapat menurunkan biaya modal Ko sebagai
indicator peningkatan leverage. Hasil akhirnya menunjukkan nilai
pasar saham per lembar meningkat. Sebagai ilustrasi, diasumsikan
masih berkaitan dengan kasus di atas dengan utang perusahaan
sebesar Rp 3.000 dan memiliki jumlah lembar saham biasa yang
beredar sebesar Rp 850, maka diperoleh nilai harga per lembar saham
(PER) sebesar Rp 8.500 : 850, yaitu sebesar Rp 10 per lembar saham.
Kenaikan PER bisa ditunjukkan bahwa dengan perusahaan menambah
utang sebesar RP 3.000, dan pada waktu yang bersamaan membeli
saham Rp3.000 dengan harga per lembar saham sebesar Rp 10, atau
secara total sebanyak 300 lembar saham.Dengan demikian, memiliki
jumlah lembar saham yang beredar sebnayak 550 lembar
saham.Berdasarkan ilustrasi data tersebut dapat ditunjukkan nilai
nialai perusahaan menjadi sebesar Rp 7.000. Dengan demikian, nilai
PER menjadi Rp 7.000 : 550 = Rp 12,73, yang sebelum terjadi
perubahan struktur modal PER sebesar Rp 10. Secara grafik dapat
dilihat pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1
Biaya Modal (COC):Pendekatan Laba Bersih (NI) (Durand, 1959)
Relevan dengan simulasi kasus di atas, beberapa penelitian
menggunakan proksi struktur modal untuk mewakili dimensi leverage
perusahaan yang dikaitkan dengan konsep nilai perusahaan. Secara
empiris untuk kondisi di Singapura dan Amerika menunjukan hasil
yang signifikan, sedangkan kondisi di Indonesia hasilnya tidak
signifikan. Rata –rata struktur modal total utang dibagi total aktiva untuk industri manufaktur di Singapura sebesar 48%, di Amerika
41%, dan di Indonesia 51%. Hasil riset dapat menggambarkan
perilaku para pelaku bisnis pada masing- masing Negara yang
15
10
5 0
ke
ko k1
menunjukkan tingkat kecanggihan dalam membaca dan menganalisis
kinerja fundamental perusahaan, khususnya berkaitan dengan konsep
leverage.Di sisi manajemen sendiri dapat mencerminkan kemampuan
manajemen dalam melakukan strategi pendanaan perusahaan yang
dipimpinnya.
Indikator yang umum digunakan untuk menentukan komposisi
struktur modal optimal dapat dilihat pada gambar 2.2.
Variable Terukur( IndikatorVariable Struktur Modal )
Gambar 2.2
Variabel Terukur (Indikator Variabel Struktur Modal)
Informasi struktur modal dalam teori keagenan mewakili
hubungan antara pihak manajemen dengan kreditor dan investor.Oleh
karena itu, model penelitian yang memanfaatkan hubungan antarpihak
yang berkepentingan ini dapat dibangun melalui hubungan fungsi
struktur modal pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.Model ini
memberikan implikasi mengenai kinerja manajemen berkenaan
dengan kebijakan pendanaan.Dalam hal ini, mengindikasikan sejahu
mana manajemen menentukan struktur modalnya melalui pemupukan
laba berupa laba yang ditahan atau justru membagikan laba sebagai Debt to assets = total
hutang/
Long term debt to equity = utang jangka panjang/ total modal Debt to equity = total hutang/ modal sendiri
Struktur modal perusahaan
dividen dengan harapan para investor mau membeli saham
perusahaan. Di sisi lain,besarnya komposisi struktur modal juga
mengindikasikan sejauh mana manajemen mampu mengelola struktur
modal optimal dengan mempertimbangkan rata-rata biaya modal yang
efisisen.
Berbagai kinerja fundamental perusahaan tersebut secara teori
akan direspons oleh pasar dan membawa dampak terhadap nilai
perusahaan. Bagi kondisi di Indonesia hal ini telah didukung oleh
fakta empiris berupa hasil penelitian, meski tidak semua variable
kinerja fundamental perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan ( Harmono, 2005). Dalam hal ini,informasi fundamental
perusahaan di Indonesia yang di respons oleh investor adalah
earnings, dan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aktiva,
sedangkan struktur modal yang merefleksikan leverageperusahaan dan
likuiditas tidak direspons oleh investor. Temuan penelitian Ini
memberikan implikasi bahwa untuk kondisi di Indonesia pasar modal
hanya memanfaatkan informasi yang mudah dianalisis dan hanya
melihat pada pelaporan keuangan. Sementara itu, informasi keuangan
yang membutuhkan analisis yang lebih rumit, harus mencari optimasi
pendanaan dan optimasi likuiditas tidak direspons oleh publik, kondisi
ini dapat disimpulkan bahwa perilaku para pelaku bisnis di Indonesia
masih mencari mudahnya saja. Sebenernya informasi leverage dan
keuangan, dan analisisnya pun tidak bisa dipisahkan antara rasio
keuangan yang satu dengan lainnya.
2.1.3.3Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan ratio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Ratio ini dicar dengan
caramembandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Ratio ini berguna untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan peminjam ( kreditor ) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Bagi bank ( kreditor), semangkin besar rasio ini, akan
semangkin tidak menguntungkan karena akan semangkin besar risiko
yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Namun, bagi perusahaan justru semangkin besar rasio akan semangkin
baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan
terhadap nilai aktiva.Rasio ini juga memberikan petunjuk umum
tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.
Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda
–beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya.
Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang
Rumus untuk mencari debt to equity ratiodapat digunakan
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut.
2.1.3.4Debt to Asset Ratio ( Debt Ratio)
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oelh
utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengolahan aktiva.
Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya
pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya.Demikian pula apabila rasionya
rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.Standar
pengukuran untuk memilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan
rasio rata-rata industri yang sejenis.
Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
2.1.3.5Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan ratio antara utang
mengukur berapa bagiann dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan
oleh perusahaan.
Rumusan untuk mencari long term debt to equity ratio adalah
dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri, yaitu :
2.1.3.6Ratio of Fixed Assets to Long Term Liabilities
Rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang ( ratio of fixed
assets to long term liabilities) bertujuan mengukur tingkat keamanan
bagi kreditur jangka panjang dalam hal bila utang jangka panjang,
seperti utang hipotik dan utang obligasi, dijamin dengan aktiva tetap.
Rasio ini juga menunjukkan apakah perusahaan masih mampu
memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetapnya.Rasio ini
dihitung dengan membagi aktiva tetap dengan utang jangka panjang.
Semangkin tinggi rasio ini berarti akan semakin besar margin of safety
bagi kreditur jangka panjang.
Rumus untuk mencari ( ratio of fixed assets to long term liabilities)
adalah sebagai berikut:
2.1.3.7Equity to Total Assets Ratio
Equity to total assets ratio adalah indicator financial yang
digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas
kelangsungan usaha dari bank yang bersangkutan. Rasio ini
menunjukan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai
seluruh aktiva perusahaan. Semangkin tinggi proporsi modal sendiri
maka akan semakin tinggi pula keterikatan atau motivasi pemilik atas
kelangsungan usaha banknya, sehingga akan semakin tinggi peranan
pemilik dalam mempengaruhi manajemen peningkatan kinerja atau
efisiensi banknya secara lebih profesional. Sebaliknya, proporsi modal
sendiri yang relatif rendah akan menyebabkan pemilik tidak merasa
terlalu dirugikan apabila banknya pailit atau bangkruf (Ambarrini,
2003 dalam kurnia 2012).
EAR : Total Equitas/ Total Aset
2.1.4 Pengertian Rasio Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting
adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal
lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah
ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,
karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya
keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan
berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan,
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan
nama rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungann.Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba
rugi.Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.Tujuannya
adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu,
baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perusahaan
tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak.
Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah
berhasil mencapai target untuk periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau
tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi
diselidiki di mana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian
tersebut tidak terulang. Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus
kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah
manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio ini sering
disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
2.1.4.1Tujuan Dan Manfaat Rasio Profitbilitas
Seperti rasio- rasio lain yang sudah dibahas sebelumnya, rasio
profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya baagi
pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak
diluar perusahaan.
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu;
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang;
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dan perusahaan yang
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan uang
digunakan baik modal sendiri ;
7. Dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang;
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri;
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Manfaat lainnya.
2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai return saham dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti struktur aset, rasio harga laba, rasio aktivitas,
profitabilitas, dan leverage telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak memberikan masukan
serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk menganalisis faktor-faktor yang
Tabel 2.3
Penelitian-Penelitian Terdahulu
NO Penulis
Dan Tahun
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. G.K.A
Rasio likuiditas dan profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Rasio aktivitas tidak memiliki pengaruh signifikan dan negative terhadap return saham.
4 Uniariny
Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang
menunjukkan kaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya yang ada
dalam penelitian ini. Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain:
Return saham, struktur modal, struktur aset, dan profitabilitas. Return saham
adalah tingkat pengembalian terhadap sebuah investasi yang diharapkan oleh
investor terhadap penyertaan modalnya dalam sebuah perusahaan. Dalam
penelitian ini variabel- variabel yang digunakan dalam mengukur sebuah tingkat
pengembalian saham ( return saham) dalam sebuah perusahaan perbankan yaitu
struktur modal, struktur aset, dan profitabilitas. Variabel – variabel independen
yaitu return saham. Adapaun hubungan - hubungan antar variable akan
diperlihatkan dalam gambar kerangka pemikiran berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Struktur aset dapat diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total
aset yang ada di perusahaan. Struktur aset mempengaruhi sumber- sumber
pembiayaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang memiliki asset tetap jangka
panjang ( perusahaan umum), akan banyak mengunakan hutang hipotik jangka
panjang. Perusahaan yang sebahagian besar memiliki piutang dan persediaan
STRUKTUR ASET
( X1)
STRUKTUR MODAL
DER
DAR
LDER
LDAR
EAR
(X2)
PROFITABILITAS
ROA
ROE
(X3)
RETURN SAHAM
(Y)
H1
H2
barang yang nilainya tergantung pada tingkat profitabilitas perusahaan ( misalnya
perusahaan dagang) tidak tergantung pada pembiayaan jangka panjang melainkan
tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Maka untuk itu perusahaan dalam
memilih bentuk pembiayaannya akan mempengaruhi kualitas perusahaan tersebut
dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang nantinya akan berdampak pada
return saham perusahaan.
Struktur modal menunjukan sejahu mana perusahaan mendanai
perusahaannya. Dalam hal ini perusahaan akan mengambil atau membuat sebuah
keputusan dalam hal pendanaan yang mana nantinya akan berpengaruh pada
penilaian perusahaan yang terlefksi pada harga saham. Maka untuk itu seorang
manajer perusahaan harus pandai dalam memilih sumber pendanaan mana yang
akan dijadikan yang nantinya tujuan utamanya adalah memaksimalkan kinerja
perusahaan. Dengan kinerja perusahaan mengalami peningkatan secara fositif
akan mempengaruh tingkat pengembalian saham. Dalam penelitian ini struktur
modal diukur dengan beberapa rasio yaitu debt to equity ratio, debt to asset ratio,
long term debt to equity ratio, long term debt to asset ratio dan equity to asset
ratio.
Profitabilitas menunjukan tingkat keberhasilan sebuah perusahaan.
Semangkin baik tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semangkin
baik pulak tingkat kinerja sebuah perusahaan. Yang mana akan mendorong tingkat
kepercayaan para investor yang akan menanamkan modal pada perusahaan
tersebut. Yang mana nantinya para investor akan mengharapkan tingkat
penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah return on equity dan return on
asset.
2.4Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, kajian teori dan hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Pengaruh struktur aset,struktur modal, profitabilitas terhadap return saham di
Perusahaan Perbankan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia