• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telekomunikasi Seluler Global System for Mobile Communication (GSM) - Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara Iv Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus PT. Telkomsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telekomunikasi Seluler Global System for Mobile Communication (GSM) - Analisis Link Budget Pada Pembangunan Bts Rooftop Cemara Iv Sistem Telekomunikasi Seluler Berbasis Gsm Studi Kasus PT. Telkomsel"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Telekomunikasi Seluler Global System for Mobile Communication (GSM) Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah sistem komunikasi yang analog menjadi digital. Sistem digital ini telah meningkatkan kinerja sistem menjadi lebih baik dari sistem analog. Seiring dengan kemajuan sosial ekonomi masyarakat menuntut adanya mobilitas dari manusia yang semakin tinggi dan juga dilandasi oleh adanya kendala dalam pengembangan sistem wireline akibat kondisi alam, maka dikembangkan sistem seluler. Sistem seluler ini merupakan pengembangan sistem wireline, dimana pada wireline propagasi/transmisi sinyal melalui kabel maka pada

wireless melalui propagasi udara. Dalam sistem komunikasi seluler, informasi

dipertukarkan antara Mobile Station (MS) dan Base Transceiver Station (BTS) melalui sinyal radio. Setiap BTS hanya dapat berkomunikasi dengan MS pada area terbatas berdasarkan daerah cakupan BTS. Dengan sebutan lain, bahwa pengiriman sinyal radio dibatasi pada rentang frekuensi tertentu, sehingga membutuhkan beberapa BTS supaya dapat melayani area yang lebih luas.

Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sebuah standar

(2)

900-1800 MHz. GSM merupakan teknologi infrasturktur untuk pelayanan telepon selular digital yang bekerja berdasarkan Time Division Multiple Access (TDMA) dan Frequency Division Multiple Access (FDMA). Jaringan GSM mempunyai arsitektur

yang mengikuti standar European Telecommunication Standard Institute (ETSI) GSM 900 / GSM 1800.

Sebagai sistem telekomunikasi selular digital, GSM memiliki keunggulan yang jauh lebih banyak dibanding sistem analog, di antaranya :

- Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunakan teknologi digital dimana penggunaan sebuah kanal tidak hanya diperuntukkan bagi satu pengguna saja. Sehingga saat pengguna tidak mengirimkan informasi, kanal dapat digunakan oleh pengguna lain,

- Sifatnya yang sebagai standar internasional memungkinkan international roaming, - Dengan teknologi digital, tidak hanya mengantarkan suara, tetapi memungkinkan

layanan lain seperti teks, gambar, dan video, - Keamanan sistem yang lebih baik,

- Kualitas suara lebih jernih dan peka, - Mobile (dapat dibawa kemana-mana).

Arsitektur jaringan GSM tersebut terdiri atas tiga subsistem yaitu Base Station Subsystem (BSS), Network Switching Subsystem (NSS) dan Operation and Support Subsystem (OSS) serta perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan

(3)

aristektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi Mobile Station (MS), Network Switching Subsystem (NSS), Operation and Support System, Base Station Sub-System

(BSS) [1].

2.1.1 Mobile Station (MS)

Bagian paling rendah dari sistem GSM adalah MS. MS adalah perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembicaraan. Secara umum sebuah MS terdiri dari mobile equipment (ME) atau handset dan subscriber identity module (SIM) atau sim card.

2.1.2 Network Switching Subsystem (NSS)

Bagian dari sistem GSM yang menangani fungsi switching, mobility management dan mengatur komunikasi antara mobile phone dengan jaringan telepon lain. Dimana NSS terdiri dari mobile switching center (MSC), home location register (HLR), visitor location register (VLR), Authentication Center (AuC), dan Equipment Identity Registration (EIR).

2.1.3 Operating and Support System (OSS)

Operation and Support System (OSS) sering juga disebut dengan Operation and

Maintenance Center (OMC) adalah sub system jaringan GSM yang berfungsi sebagai

(4)

network element BSS mempunyai perangkat OMC sendiri, network element VAS

juga memiliki perangkat OMC sendiri [2].

2.1.4 Base Station Sub-system (BSS)

Secara umum, Base Station Sub-system terdiri dari Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC). Segala fungsi yang berhubungan dengan penerimaan data lewat gelombang radio dikerjakan di dalam bagian-bagian BSS, yang terdiri dari :

1. Base Transceiver Station (BTS)

BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS berhubungan dengan MS melalui air interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka

bentuk fisik sebuah BTS adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver. Sebuah BTS dapat mencakup area sejauh 35 km. Area cakupan BTS ini disebut juga dengan cell. Sebuah cell dapat dibentuk oleh sebuah BTS atau lebih, tergantung dari bentuk cell yang diinginkan.

2. Base Station Controller (BSC)

(5)

pada BTS-BTS yang ada di bawahnya, dan menghubungkan BTS-BTS yang berada di bawahnya dengan OMC sebagai pusat operasi dan maintenance [3].

2.2 Perangkat Base Transceiver Station

Base Transceiver Station merupakan perangkat utama dalam pengiriman

sinyal pada telekomunikasi seluler. Terminologi ini termasuk baru dan mulai populer di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna jaringan telekomunikasi satu menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut Cell. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubung dengan koneksi microwave ataupun serat

optik. Tower telekomunikasi untuk BTS memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi rendah berkisar antara 900 s/d 1800 Mhz, yang dipancarkan oleh antena sektoral yang nantinya akan ditangkap oleh antena HP pada masing-masing pelanggan HP [4].

Sejauh ini protes dan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan perangkat telekomunikasi seluler lebih banyak datang dari mereka yang tinggal di sekitar tower BTS (base transceiver station). Masalah utama kehadiran tower BTS di sekitar pemukiman penduduk adalah

(6)

meningkat, sehingga pemasangan logam lancip di ujung tower tidak lagi menjadi penangkal petir, namun lebih tepat sebagai pemicu/pemanggil petir. Jika kondisi sistem pentanahan tidak baik, misalnya di daerah bebatuan, hal ini dapat menyebabkan nilai resistensi tinggi. Maka tegangan akibat sambaran petir yang melewati sistem pentanahan akan semakin tinggi. Efek medan listrik yang timbul akibat adanya sambaran petir pada tower BTS akan semakin besar sehingga dapat merusak piranti elektronik, jaringan kabel telekomunikasi, jaringan data, dan keselamatan manusia yang ada di sekitarnya. Gambar 2.1 merupakan gambar BTS secara umum yang dijumpai [5].

Gambar 2.1 Base Transceiver Station [6]

(7)

2.2.1 Tower

Tower, menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau

segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan makhluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun di sekitarnya. Tipe tower pada umumnya 3 macam yaitu :

1. Tower dengan 4 kaki, tower pipa besar (diameter pipa 30cm keatas dan tanpa kawat spanner) dan biasa dibangun di area greenfield. Tower ini sangat jarang dijumpai roboh, karena sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini mahal biayanya (650 juta hingga 1 milyar rupiah), namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio.

2. Tower segitiga, tower yang menggunakan pipa besi dengan diameter 2cm ke atas dan dibangun di area greenfield. Tower ini juga mampu menampung banyak antena dan radio dengan ketinggian rata-rata 40 m.

(8)

minipole. Tipe ini yang sekarang banyak digunakan karena lebih murah dari segi

biaya dan lebih praktis dari segi area penempatan tower [7].

2.2.2 Shelter

Shelter BTS adalah suatu tempat yang penyimpanan perangkat-perangkat telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu Tower atau Menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya, yakni shelter BTS dan Tower. Komponen – komponen yang terdapat dalam shelter antara

lain : rectifier (sebagai penyearah tegangan), AC (sebagai pendingin ruangan), baterai (sebagai tenaga cadangan), radio transmitter/receiver (sebagai pengatur slot trafik pada BTS) [6].

2.3 Pengertian Antena

(9)

Antena dapat juga didefinisikan sebagai sebuah atau sekelompok konduktor yang digunakan untuk memancarkan atau meneruskan gelombang elektromagnetik menuju ruang bebas atau menangkap gelombang elektromegnetik dari ruang bebas. Energi listrik dari pemancar dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena yang kemudian gelombang tersebut dipancarkan menuju udara bebas. Pada penerima akhir gelombang elektromagnetik dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan antena.

Gambar 2.2 menunjukkan antena sebagai pengirim dan penerima dimana antena Tx sebagai pengirim dan Rx sebagai penerima [3].

Gambar 2.2 Antena dengan Transceiver dan Receiver [3] 2.4 Parameter Antena

(10)

2.4.1 Direktivitas Antena

Direktivitas antena merupakan ukuran kemampuan yang dimiliki antena untuk memusatkan energi dalam satu atau lebih ke arah khusus. Antena dapat juga ditentukan pengarahannya tergantung dari pola radiasinya. Dalam sebuah array propagasi akan diberikan jumlah energi, gelombang radiasi akan dibawa pada suatu arah. Elemen dalam array dapat diatur sehingga mengakibatkan perubahan pola atau distribusi energi yang memungkinkan ke semua arah (omnidirectional). Elemen juga dapat diatur sehingga radiasi energi dapat dipusatkan dalam satu arah (unidirectional). Direktivitas antena merupakan perbandingan kerapatan daya maksimum dengan kerapatan daya rata-rata. Maka dapat dituliskan pada Persamaan 2.1.

(11)

Gain dari sebuah antena dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2.

𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺 =𝐺𝐺 =𝐷𝐷.𝐷𝐷 (2.2)

Dimana :

e : Efisiensi Antena, 0 e ≤1

D : Direktivitas Antena

Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur daya pada main lobe dan membandingkan dengan daya pada antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena diukur terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah isotropic, maka gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena isotropic.

Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang diketahui gain-nya. Maka dapat dituliskan pada Persamaan 2.3.

𝐺𝐺 = 𝑃𝑃𝑚𝑚𝐷𝐷𝑃𝑃(𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷 𝑦𝑦𝐷𝐷𝐺𝐺𝑦𝑦 𝑑𝑑𝐷𝐷𝑑𝑑𝐷𝐷𝑑𝑑𝐷𝐷)

𝑃𝑃𝑚𝑚𝐷𝐷𝑃𝑃(𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷 𝐷𝐷𝐷𝐷𝑟𝑟𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷 ) 𝑃𝑃𝐺𝐺(𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝑟𝑟𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐺𝐺𝐷𝐷𝐷𝐷) (2.3)

Dimana :

Pmax : Daya maksimum

(12)

2.4.3 Pola Radiasi Antena

Pola radiasi antena didefinisikan sebagai fungsi matematik atau representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat. Pada sebagian besar kasus, pola radiasi ditentukan di luasan wilayah dan direpresentasikan sebagai fungsi dari koordinat directional. Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan oleh sebuah antena, atau plot 3-dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh sebuah antena.

1. Pola Radiasi Antena Unidirectional

Antena unidirectional mempunyai pola radiasi yang terarah dan dapat menjangkau jarak yang relatif jauh. Gambar 2.3 merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena unidirectional.

(13)

2. Pola Radiasi Antena Omnidirectional

Antena omnidirectional mempunyai pola radiasi yang digambarkan seperti bentuk kue donat dengan pusat berimpit. Antena Omnidirectional pada umumnya mempunyai pola radiasi 360° jika dilihat pada bidang medan magnetnya. Gambar 2.4 merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena omnidirectional.

Gambar 2.4 Bentuk Pola Radiasi Antena Omnidirectional [2] 2.4.4 Polarisasi Antena

(14)

Dengan mempertimbangkan jarak, right angle ke arah dimana gelombang tersebut dipancarkan, maka polarisasi dapat digambarkan pada Gambar 2.5 dimana E merupakan arah medan listik dan M merupakan arah medan magnet.

Gambar 2.5 Polarisasi Antena [2] 2.4.5 Beamwidth Antena

Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio

utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama. Besarnya beamwidth ditunjukkan pada Persamaan 2.4 :

𝐵𝐵= 21.1𝑟𝑟

.𝑑𝑑 (2.4)

Dimana :

B : Beamwidth (derajat) f : Frekuensi (GHz) d : Diameter Antena (m)

y z

(15)

Gambar 2.6 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth ( HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi

oleh titik-titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First Null Beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada

main lobe yang intensitas radiasinya nol.

Gambar 2.6 Beamwidth Antena [2] 2.4.6 Bandwidth Antena

(16)

20

Gambar 2.7 Bandwidth Antena [2]

Daerah frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth antena. Misalnya sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 (di atas fC), maka bandwidth antena tersebut ditunjukkan pada Persamaan 2.5 :

𝐵𝐵𝐵𝐵% = 𝑟𝑟2𝑟𝑟−𝑟𝑟1

𝑐𝑐 𝑃𝑃 100 % (2.5)

Bandwidth yang dinyatakan dalam persen seperti ini biasanya digunakan untuk menyatakan bandwidth antena yang memiliki band sempit (narrow band). Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan definisi rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah [2].

2.5 Antena Isotropis

(17)

hanya digunakan sebagai dasar untuk merancang dan menganalisa struktur antena yang lebih kompleks. Gambar 2.8 menunjukkan gambar antena isotropis [3].

Gambar 2.8 Antena Isotropis [3] 2.6 Antena Directional

Berdasarkan direktivitasnya, antena directional dibagi menjadi antena unidirectional dan antena omnidirectional. Antena unidirectional adalah antena yang

memancarkan dan menerima sinyal hanya dari satu arah. Sedangkan antena omnidirectional adalah antena yang memancarkan dan menerima sinyal dari segala

arah [4].

2.6.1 Antena Unidirectional

Antena unidirectional memancarkan dan menerima sinyal dari satu arah. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk pola radisinya yang terarah. Antena unidirectional mempunyai kemampuan direktivitas yang lebih terarah dibandingkan jenis – jenis antena lainnya. Kemampuan direktivitas ini membuat antena ini lebih banyak

x

(18)

digunakan untuk koneksi jarak jauh. Dengan kemampuan direktivitas ini membuat antena mampu mendapatkan sinyal yang relatif kecil dan mengirimkan sinyal lebih jauh. Umumnya antena unidirectional mempunyai spesifikasi gain tinggi tetapi beamwidth kecil. Hal ini menguntungkan karena kecilnya beamwidth menyebabkan

berkurangnya derau yang masuk ke dalam antena. Semakin kecil bidang tangkapan (aperture), semakin naik selektivitas antena terhadap sinyal wireless maka semakin sedikit derau yang ditangkap oleh antena tersebut. Beberapa macam antena unidirectional antara lain antena Yagi-Uda, antena Parabola, antena Helix, antena

Log-Periodic, dan lain – lain. Gambar 2.9 memperlihatkan beberapa contoh antena

unidirectional.

Gambar 2.9 Contoh Antena Unidirectional [4] 2.6.2 Antena Omnidirectional

(19)

mengabaikan pola pancaran ke atas dan ke bawah. Dengan demikian, keuntungan dari antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak dan biasanya digunakan untuk posisi pengguna yang melebar. Kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi. Antena jenis ini biasanya digunakan untuk posisi pelanggan yang melebar. Direktivitas antena omnidirectional berada dalam arah vertikal. Bentuk pola radiasi antena

omnidirectional digambarkan seperti bentuk kue donat dengan pusat berimpit.

Kebanyakan antena ini mempunyai polarisasi vertikal, meskipun tersedia juga polarisasi yang horizontal. Antena omnidirectional dalam pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang lebih kompleks [4].

2.7 Propagasi Gelombang Radio

(20)

1. Propagasi Ruang Bebas

Gelombang radio tidak dipengaruhi oleh bumi atau atmosfer. Propagasi ruang bebas sangat jarang dan hanya akan terjadi apabila pemancar dan penerima tidak dipengaruhi oleh permukaan bumi atau objek yang dapat menyebabkan refleksi dan terjadinya penyerapan termasuk oleh pemancar dan penerima itu sendiri. Pada Gambar 2.10 dapat dilihat gelombang radio yang ditransmisikan secara langsung dari Tx ke Rx dan ada juga gelombang radio yang diterima Rx dari gelombang pantulan tanah.

Gambar 2.10 Gelombang Langsung dan Pantulan Tanah [9] 2. Gelombang Tanah

(21)

Dapat dilihat pada Gambar 2.11 gelombang tanah menjalar dengan dipengaruhi oleh objek yang dapat menyebabkan terjadinya penyerapan gelombang seperti bangunan, vegetasi, bukit, gunung dan beberapa objek yang tidak beraturan yang terdapat pada permukaan bumi.

Gambar 2.11 Gambar Permukaan Tanah [9] 3. Gelombang Troposfer

Gelombang troposfer adalah radiasi gelombang yang tetap terjaga dekat dari permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya pembelokan pada atmosfer bawah. Jumlah pembelokan gelombang akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi gelombang. Secara umum gelombang troposfer merupakan hasil dari penyerapan gelombang radio oleh bangunan,bukit dan gunung.

4. Gelombang Ionosfer

(22)

Gambar 2.12 menunjukkan gelombang radio yang dipancarkan Tx terjadi pada lapisan udara ionosfer yang menghasilkan pantulan berturut-turut dengan sudut vertikal sehingga menjangkau area yang lebih luas [9].

Gambar 2.12 Gelombang Ionosfer [9] 2.8 Mekanisme Propagasi Gelombang Radio dan Pengaruhnya

Mekanisme propagasi (perambatan) gelombang elektromagnetik bermacam-macam, namun secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Refleksi

Refleksi adalah gejala pantulan gelombang yang disebabkan oleh berbagai benda yang dimensi permukaan benda lebih besar dari panjang gelombang.

2. Difraksi

(23)

benda yang mempunyai bentuk sisi tidak teratur dan berdimensi jauh lebih besar dari panjang gelombang.

3. Scattering

Scattering adalah gejala hamburan gelombang ke segala arah yang disebabkan oleh benda atau objek yang sama besar atau lebih kecil dari panjang gelombang. Gelombang-gelombang yang terpencar dihasilkan oleh permukaan-permukaan yang kasar atau objek lain yang menyebabkan ketidakteraturan dalam hal jalur lintasan gelombang. Didalam praktiknya, daun-daun, pepohonan, tanda-tanda penunjuk jalan raya, dan lampu rambu lalu lintas pun menyebabkan terjadinya pemancaran gelombang [5].

Pada Gambar 2.13 dijelaskan mekanisme propagasi gelombang elektromagnetik seperti refleksi, difraksi dan scattering yang dapat terjadi secara bersamaan dari Tx ke Rx diantara beberapa bangunan sekitarnya [9].

(24)

Mekanisme propagasi gelombang radio pada akhirnya akan mempengaruhi penerimaan sinyal gelombang radio oleh penerima atau MS. Pengaruh akibat adanya mekanisme propagasi gelombang tersebut adalah sebagai berikut :

1. Fading

Fading adalah gangguan yang disebabkan oleh adanya propagasi gelombang

radio terutama refleksi atau pantulan gelombang. Hal ini disebabkan oleh adanya pantulan gelombang maka akan menyebabkan multipath sehingga sinyal dari gelombang radio akan menempuh lebih dari satu lintasan sebelum sampai ke penerima. Fading ini akan dirasakan sebagai timbul tenggelamnya suara yang terdengar oleh penerima.

2. Delay Spread / Time Dispersion

Multipath yang terjadi karena adanya pantulan gelombang juga akan

menyebabkan delay spread atau time dispersion. Delay spread atau time dispersion ini adalah gejala penerimaan sinyal gelombang radio dengan lintasan yang berbeda-beda oleh penerima. Hal tersebut akan menyebabkan waktu kedatangan sinyal tidak sama karena panjang lintasan tersebut berbeda satu sama lain.

3. Interferensi

(25)

kemungkinan sinyal yang diterima penerima juga berasal dari BTS lain yang mempunyai frekuensi yang sama dengan BTS di pusat sel dimana penerima berbeda.

4. Derau

Sinyal radio yang dipancarkan dari BTS ke MS akan mengalami gangguan derau. Sumber-sumber derau yang dapat mempengaruhi sinyal radio tersebut adalah derau alami seperti derau termal, derau atmosfer, derau galaktik, derau matahari dan derau buatan manusia seperti dari fasilitas pembangkit listrik, sistem penerangan, dan derau dari mesin kenderaan bermotor.

5. Doppler shift

Doppler shift merupakan perubahan frekuensi radio yang disebabkan oleh

gerakan MS. Pergeseran frekuensi ini tergantung dari arah dan kecepatan MS yang akan menyebabkan modulasi frekuensi acak pada sinyal radio bergerak [9].

2.9 Pengaruh Variasi Topografi terhadap Propagasi

Mekanisme dari propagasi gelombang radio dan gangguan yang mempengaruhi penerimaan sinyal dapat disebabkan oleh kondisi topografi yang berbeda-beda. Hal inilah yang nantinya menyebabkan terjadinya refleksi, difraksi dan scattering. Dengan adanya variasi topografi maka tipe propagasi dibagi menjadi dua

(26)

1. Line of Sight (LOS)

Line of sight adalah keadaan dimana antara pemancar dan penerima saling

terlihat, tidak terhalang oleh apapun. Antara pemancar dan penerima berada pada satu garis lurus.

Gambar 2.14 Line of Sight (LOS) [9]

Gambar 2.14 menjelaskan zona Fresnel merupakan area disekitar LOS visual yang disebarkan/dipancarkan oleh gelombang radio sampai setelah gelombang radio tersebut meninggalkan antena transmisi. Di area ini harus jelas/bersih/tidak ada objek apapun atau kekuatan sinyalnya akan melemah dimana d merupakan jarak antara kedua antena transmitter dan receiver dan b merupakan jari-jari dari Fresnel pertama.

2. Non Line of Sight (NLOS)

Non Line of Sight adalah keadaan dimana antara pemancar dan penerima sinyal

(27)

Gambar 2.15 menunjukkan bahwa disekitar zona Fresnel terdapat obstacle seperti pepohonan sehingga menggangu transmisi sinyal oleh karena itu disebut sebagai NLOS[5].

Gambar 2.15 Non Line of Sight [5] 2.10 Tipe Daerah dan Model Propagasi

Bentuk muka bumi mempengaruhi propagasi gelombang radio. Daerah yang memiliki perbukitan (daerah pegunungan) berbeda dengan daerah dengan gedung-gedung tinggi (daerah perkotaan). Pembagian tipe daerah dibedakan berdasarkan struktur yang dibuat manusia (human-made structure) dan keadaan alami daerah, tipe-tipe tersebut yaitu [6] :

(28)

2. Daerah Suburban, jumlah bangunan yang mulai padat, tinggi rata-rata antara 12-20 m dan lebar 18-30 m. Contoh : Kota-kota kecil, Pinggiran kota.

3. Daerah Urban, memiliki gedung-gedung yang rapat dan tinggi. Dibagi menjadi Small or Medium City dimana lingkungan ini berupa gedung bertingkat dengan

ketinggian rata-rata kurang dari 5 tingkat, lebar jalan kurang dari 15 m dan Large City, lingkungan ini berupa gedung bertingkat dengan tinggi rata-rata lebih dari 5

tingkat, lebar jalan lebih dari 15 m. Contoh : Daerah pusat kota baik metropolis maupun kota menengah [5].

Pemilihan model propagasi didasarkan pada tipe daerah, ketinggian antena, frekuensi yang digunakan dan beberapa parameter lainnya. Beberapa model yang sering digunakan untuk memprediksi propagasi gelombang radio beserta karakteristiknya adalah sebagai berikut [10] :

1. Model Okumura, cocok untuk daerah urban dan suburban, model Okumura adalah model perambatan radio yang dibangun dengan menggunakan data yang dikumpulkan di kota Tokyo, Jepang. Model ini ideal untuk digunakan di kota-kota dengan banyak struktur perkota-kotaan tapi tidak banyak struktur blocking tinggi. Model ini cocok dengan frekuensi pembawa antara 100 MHz-1 GHz. Model ini menjabat sebagai dasar untuk model Hatta [5].

(29)

frekuensi pembawa antara 150-1500 MHz dengan tinggi antena 30-200 meter, tinggi MS 1-10 meter, dan jarak antara antena pemancar dan MS 1-20 kilometer [5].

Gambar

Gambar 2.1 Base Transceiver Station [6]
Gambar 2.2 Antena dengan Transceiver dan Receiver [3]
Gambar 2.3 Bentuk Pola Radiasi Antena Unidirectional [2]
Gambar 2.4 Bentuk Pola Radiasi Antena Omnidirectional [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gliford (1987), Psikologi lingkungan memiliki arti sebagai suatu studi dari transaksi antara individu-individu dengan keadaan fisik sekitarnya, dimana

Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat setelah

struktur budaya di daerah, perlu diaktualisasikan dalam membangun sistem demokrasi yang sehat memalui budaya politik yang tidak terjebak dengan konflik kepentingan golongan

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan pendidikan merupakan usaha seseorang untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap, ketrampilan yang dikehendaki

Sedangkan, tema minor puisi tersebut, yang sangat bervariasi dan beragam yaitu berupa tema jasmaniah (rasa gundah dan cemas, rasa rindu, perasaan prihatin dan cinta),

DWI MURNI MUJIYANTI. Tingkat Pengetahuan Ibu dan Pola Konsumsi pada Anak Autis di Kota Bogor. Dibimbing Oleh TIURMA SINAGA dan EDDY S. Tujuan penelitian ini

Penafsiran dan pe- nyimpulan dari hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan tahap- tahap penyimpulan, meliputi: mengamati kemampuan siswa dalam bermain

Analisis multivariat menganalisis hubungan asupan sugar-sweetened beverage , massa lemak tubuh, asupan gizi, aktivitas fisik, berat badan lahir, dan usia menarche ibu