commit to user
iPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MAGNET SISWA KELAS V SD
(PTK ini dilaksanakan di SD Negeri I Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh:
SUKMA BUDI APIKAFRI
X7109109
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iiPERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA
KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN KALIBAGOR
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
Oleh :
Nama : Sukma Budi Apikafri NIM : X7109109
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari : Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Rukayah, M. Hum
NIP. 19570827 198203 2 002
Pembimbing II
Dra. Yulianti, M. Pd
commit to user
iiiPENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
“Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan
Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011”
Oleh :
Nama : Sukma Budi Apikafri NIM : X7109109
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd 1. ………….. Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd 2. …………...
Anggota I : Dra. Rukayah, M. Hum 3. …………..
Anggota II : Dra. Yulianti, M.Pd 4. ………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
ivABSTRAK
Sukma Budi Apikafri. “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN
KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN
2010/2011”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran Quantum, (2) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Quantum dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor, Banyumas yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatan pemahaman konsep magnet siswa, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Quantum.
commit to user
vABSTRACT
Sukma Budi Apikafri. " USAGE OF STUDY MODEL OF QUANTUM TO INCREASE UNDERSTANDING CLASS STUDENT MAGNET CONCEPT V SDN
1 PETIR DISTRICT OF KALIBAGOR SUB-PROVINCE BANYUMAS
ACADEMIC YEAR 2010/2011". Minithesis. Surakarta: Teachership Faculty and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta. 2011.
Purpose of this research is for (1) Increases understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011 through usage of study model Quantum, (2) description usage of study model of Quantum in the effort increasing understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011.
Form of this research is clasroom action research counted 2 cycle. Every cycle consisted of 4 step, that is : planning, execution of action, observation, and reflection. As subject is class student V SDN 1 Petir, Kalibagor, Banyumas which amounts to 36 students. Data collecting technique applied is observation technique, documentation, and test. Data analytical technique applied is analysis model interaktif having three fruit of component that is reduction of data, sajian data, and conclusion withdrawal or verification. Variable becoming target change in research of action of this class is increase understanding of student magnet concept, while action variable applied in this research is usage of study model Quantum.
Based on result of inferential research: (1) Usage of study model of Quantum can increase understanding of class student magnetic force matter concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011. This thing is visible from average value experiences improvement at cycle pre, understanding average value of class student concept V 57,86, cycle I 72,9, and at cycle II rising becomes 84,98. While for complete student learnt (KKM
commit to user
viMOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/ tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh”.
( Terjemahan: QS. Al Insyirah 6-7 )
“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’.
( Terjemahan: QS. Ar- Ra’du: 11 )
Berusaha tanpa adanya doa tak berguna, berdoa tanpa adanya usaha sia-sia.
commit to user
viiPERSEMBAHAN
Karya sederhan ini penulis persembahkan kepada:
Ayah Budiyono dan ibu Ritem tercinta yang senantiasa memberi dukungan.
Adik-adikku Trendy Kurnia Budi Hananto dan Putri Funky Setiabudi tersayang
commit to user
viiiKATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Knsep Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor,
Banyumas ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak sekali hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada :
1. Prof.Dr.HM.Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Rukayah, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku pembimbing II yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
7. Ibu Sumijati, A. Ma selaku Kepala SD Negeri 1 Petir, Kalibagor Banyumas yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian.
8. Ibu Asriyanti S. Pd selaku guru kelas V yang telah memberikan ijin untuk
commit to user
ix9. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 1 Petir Kalibagor Banyumas yang banyak
memberikan bantuan, dorongan, dan semangat.
10. Semua pihak yang telah member bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Agustus 2011
commit to user
xDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN……… . ii
HALAMAN PENGESAHAN………. . iii
HALAMAN ABSTRAK………. . iv
HALAMAN MOTTO……….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………. .. vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL……… xiii
DAFTAR GAMBAR……….. . xiv
DAFTAR LAMPIRAN………... . xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah………. 4
C. Pembatasan Masalah………. 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7
1. Hakikat Pemahaman Konsep Magnet ... 7
a. Pengertian Konsep... 7
b. Pengertian Pemahaman Konsep... 8
c. Hakikat IPA (Sains) 1) Pengertian IPA (Sains)... 8
2) Tujuan Mata Pelajaran IPA... 10
3) Manfaat IPA... 11
4) Pembelajaran IPA di SD... 11
commit to user
xi6) Materi Magnet... 14
2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum ... 17
a. Hakikat Model Pembelajaran.... 17
b. Pengertian Model Pembelajaran Quantum... 18
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum... 19
d. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum... 20
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan………... 22
C. Kerangka Berpikir... 24
D. Hipotesis ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 26
1. Tempat Penelitian ... 26
2. Waktu penelitian ... 26
B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 26
1. Bentuk Penelitian... 26
2. Strategi Penelitian... 27
C. Subjek Penelitian ... 28
D. Sumber Data ... 28
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28
F. Validitas Data ... 29
G. Analisis Data ... 30
H. Indikator Kinerja ... 32
I. Prosedur Penelitian ... 32
1. Siklus I ... 33
2. Siklus II ... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 38
1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….... 38
commit to user
xiia. Deskripsi Pra Siklus…... 39
b. Deskripsi Hasil Siklus I... 42
c. Deskripsi Hasil Siklus II... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 66
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan……… 69
B. Implikasi……… 69
C. Saran……….. 71
DAFTAR PUSTAKA………... 73
commit to user
xiiiDAFTAR TABEL
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan………. 40 Tabel 2. Hasil Tes Awal………... 41
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus I……….. 48 Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V pada
Tes Awal dan Tes Siklus I……….. 49 Tabel 5. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V
SD Negeri 1 Petir antara Sebelum dan Setelah Siklus
I……….. 50
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus II……… 62 Tabel 7. Perkembangan Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa
Kelas V pada Tes Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus
II ………... 63
Tabel 8. Perbandingan Nilai Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Siklus I dan Siklus
II………... 65
Table 9. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Pra siklus ( Tes Awal ), Siklus I dan
commit to user
xivDAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Garis Medan Magnet antara Dua kutub Senama dan Tidak
Senama………... 15
Gambar 2. Bentuk-bentuk Magnet………... 15
Gambar 3. Batang Besi Bisa menjadi Bersifat Magnet dan Dapat Menarik Isi Klip………... 16
Gambar 4. Batang Besi Menjadi Bersifat Magnet Setelah Digosok pada Magnet………... 16
Gambar 5. Setelah Dialiri Listrik Paku menjadi bersifat Magnet………… 16
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir………... 25
Gambar 7. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif……….. 31
Gambar 8. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas………….. 32
Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan……….. 40
Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus I……… 49
Gambar 11. Perbandingan IKetuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa antara Pra-Siklus dan Siklus I………... 51
Gambar 12. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama... 55
Gambar 13. Membuat Magnet dengan Didekatkan………. 58
Gambar 14. Membuat Magnet dengan Digosok Searah……….. 58
Gambar 15. Membuat Magnet dengan Dialiri Listrik……….. 59
Gambar 16. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II………... 63
Gambar 17. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V antara Siklus I dan Siklus II……….. 65
commit to user
xvDAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Kelas V Semester 2... 76
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I... 80
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II... 92
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I... 104
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II... 117
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I... 129
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II... 131
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I... 133
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II... 135
Lampiran 10. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I... 137
Lampiran 11. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II... 138
Lampiran 12. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan I... 139
Lampiran 13. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II... 140
Lampiran 14. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan (Pra-Siklus)... 141
Lampiran 15. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus I... 143
Lampiran 16.Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II... 145
Lampiran 17. Peningkatan Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir... 147
Lampiran 18. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I... 149
Lampiran 19. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan II... 150
Lampiran 20. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan I... 151
Lampiran 21. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan II... 152
Lampiran 22. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN 1 Petir Siklus I... 153
commit to user
xviLampiran 24. Deskriptor Penilaian Aktifitas Guru... 157
Lampiran 25. Foto kegiatan Pembelajaran... 161 Lampiran 26. Jadwal Penelitian... 167
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kegiatan belajar-mengajar, berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001: 13). Perubahan tersebut berupa peningkatan kemampuan dalam bentuk penampilan atau performen dan berupa watak yaitu sikap, minat, dan nilai.
Perubahan tersebut tidak terjadi secara sendiri, melainkan terjadi melalui suatu proses. Proses tersebut dimulai dengan adanya rangsangan yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya sehingga terbentuk suatu persepsi. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturasi perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses
pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik. Namun, adanya persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan atau hambatan dalam alat indera, minat, pengalaman atau
kecerdasan serta perhatian siswa terdapat rangsangan yang diberikan.
Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental,
maupun emosional. Suatu tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam
SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak,
commit to user
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan
lingkungannya, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta disiplin (BSNP, 2006: 5).
Tuntutan manusia yang berkualitas hanya dapat dipenuhi oleh dunia pendidikan. Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan
kualitas Sumber Daya Manusia yaitu penguasaan IPA.
Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah IPA, dan SD merupakan tempat pertama siswa mengenal
konsep-konsep dasar IPA. Karena iti, pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tiunggi disamping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat membuka betbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat
hubungan antaa materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membengkitkan minat siswa serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat beberapa program pengajaran, salah satunya adalah pengajaran IPA yang bertujuan
diantaranya adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
commit to user
masyarakat serta mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Pembelajaran Sains diarahkan pada pemberian pengalaman langsung dan siswa diharapkan aktif,
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Realitas menunjukkan bahwa berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari SD Negeri 1 Petir, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
IPA. Hal ini terbukti dari nilai ulangan harian khususnya materi magnet, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu kurang dari 62. Sebagian siswa masih belum dapat memahami konsep magnet yang diberikan oleh guru.
Persentase siswa tuntas hanya 47, 22% dari 36 siswa (terlampir pada lampiran 14 halaman 140). Hal ini terjadi karena siswa hanya sebagai objek pendidikan yang pasif yang hanya mendapatkan penjelasan dan informasi dari guru, tidak bertindak aktif dan melakukan suatu kegiatan bermakna yang diwujudkan dalam sikap
ilmiah.
Untuk menggali potensi siswa agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan
penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.hal
ini juga disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi guru harus dapat mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA khususnyan materi magnet, guru perlu mencari alternatif strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif
commit to user
quantum menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NPL dengan teori, keyakinan dan metode sehingga akan membuat pembelajaran lebih bermakna (DePorter & Hernacki, 2007: 16).
Berdasarkan uraian tersebut di atas kiranya perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai peningkatan pemahaman konsep Sains khususnya materi magnet, maka peneliti mengambil judul “Penggunaan Model Pembelajaran
Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan bahwa: 1. Siswa kurang tertarik karena guru masih menggunakan model pembelajaran
yang konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang materi magnet.
2. Pemahaman konsep magnet siswa rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan
harian siswa pada materi magnet masih banyak yang mendapat nilai rendah yaitu kurang dari 62.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru belum bisa mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran sehingga diperlukan model pembelajaran yang PAIKEM, misalnya model pembelajaran Quantum.
4. Penggunaan media yang masih sangat terbatas.
C. Pembatasan Masalah
commit to user
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran
quantum.”
2. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran quantum dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat diantaranya Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan serta meningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di SD pada khususnya. b. Mengembangkan kreativitas guru dalam penggunaan model pembelajaran
Quantum pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet. c. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kerjasama dalam kelompok belajar.
commit to user
3) Dengan digunakannya model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa.
b. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan model
pembelajaran IPA agar siswa memiliki pemahaman konsep magnet yang lebih baik.
2) Dapat meningkatkan gairah guru untuk menciptakan kondisi belajar
yang menarik dan menyenangkan.
3) Dengan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru
2) Mewujudkan pembelajaran efektif di sekolah, khususnya
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pemahaman Konsep Magnet
a. Pengertian Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang harus dipahami dalam materi pembelajaran yang kemudian dapat dikembangkan sehingga bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep adalah
kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum (Zack & Tversky, dalam John W. Santrock 2008: 352). Menurut Hahn dan Ramscar (dalam John W. Santrock 2008: 352) mengemukakan konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu
menyederhanakan dan meringkas informasi. Konsep bukan hanya membantu mengembalikan ingatan, tetapi juga membuat komunikasi menjadi lebih efisien. Jadi, konsep membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi, dan meningkatkan efisiensi memori, komunikasi, dan penggunaan waktu mereka (John W. Santrock 2008: 352). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 588) “Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret.
Walgito (1992) mengemukakan bahwa konsep merupakan konstruksi
simbolik yang menggambarkan ciri-ciri suatu obyek atau kejadian. Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan. (http://id.answers.yahoo.com diunduh tgl 2
Februari 2011). Moore dalam (Tim Dosen IPS PGSD, 2002:2) mengungkapkan bahwa konsep merupakan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu pemikiran, idea tau gagasan. Menurut Woodruff
(dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian
commit to user
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian-konsep/ diunduh tanggal 2 februari 2011).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi sehingga murid akan lebih memahami materi yang
dipelajari.
b. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 811). John W. Santrock (2008: 351) mengemukakan “pemahaman konseptual adalah aspek kunci dari pembelajaran”. Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid memahami konsep utama dalam suatu objek, bukan sekadar
mengingat fakta yang terpisah-pisah. Pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep harus diterapkan guru pada setiap pembelajaran agar siswa lebih
memahami materi secara mendalam dan menarik siswa dalam pembelajaran sehingga materi akan selalu diingat siswa.
c. Hakikat IPA (Sains)
1) Pengertian IPA (Sains)
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science
itu secara harfiah sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Srini M. Iskandar, 2001: 2)
commit to user
pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Purnell’s; Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and axperiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dielaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. Ada pula yang mendefinisikan IPA adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 2011).
Ucar dan Sanala (2011) berpendapat “Science courses are art- and science-based courses, including both theoretical and laboratory practices. Besides the physics, chemistry, and biology courses, other subjects such as earth science, environmental science, and astronomy courses are offered too”.
Menurut Suyoso (1998: 23) IPA merupakan “pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,
bermetode, dan berlaku secara universal”. Sedangkan menurut Abdullah (1998: 18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”
(http://izzatinkamala.wordpress.com/2008/06/19/pengertian-pendidikan-ipa/ diakses 25 Januari 2011).
Patta Bundu (2006:9) mengemukakan bahwa sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang
commit to user
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran IPA merupakan proses belajar mengajar yang menelaah tentang masalah-masalah yang terdapat di alam sekitarnya. Melalui
pembelajaran IPA, siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada dirinya dan mempelajari mengenai alam di sekitarnya. 2) Tujuan Mata Pelajaran IPA
Tujuan mata pelajaran IPA merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu agar melek
terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Fokus pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk memupuk pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia di tempat
mereka hidup (Sumaji,1988 dalam Ali Nugroho, 2005: 27).
Menurut Badarudin (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 2011) Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu
menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:43) bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaannya, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
commit to user
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran
IPA adalah agar siswa dapat menguasai konsep, memiliki keterampilan dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
3) Manfaat IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 17), manfaat atau faedah dari IPA sehingga mata pelajaran IPA dapat dimasukkan dalam kurikulum suatu
sekolah, yaitu:
a) Mata pelajaran IPA berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari.
b) Mata pelajaran IPA merupakan bagian dari kebudayaan bangsa. c) Mata pelajaran IPA melatih anak berfikir kritis.
d) Mata pelajaran IPA merupakan bagian kebudayaan bangsa kita. Makin banyak orang menyadari bahwa dalam kehidupan ini makin banyak dipengaruhi oleh hasil-hasil IPA. Maka dengan sendirinya IPA menjadi bagian dari kebudayaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat IPA pada
dasarnya adalah untuk membentuk siswa agar menyadari bahwa IPA sangat berpengaruh dalam kehidupan yang ditemuinya sehari-hari. Selain itu mata pelajaran IPA juga bermanfaat untuk siswa dalam kehidupan dan
pekerjaan siswa dikemudian hari. 4) Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Pembelajaran IPA yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus
commit to user
IPA akan lebih baik dilaksanakan dengan mengaitkan keadaan real (nyata)
yang terdapat di lingkungan siswa, dengan begitu pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa serta bermanfaat untuk memecahkan
masalah-masalah yang kontekstual.
Menurut Badarudin (2011) “Pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA
(http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).
Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara
konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu social yang berdasar pada IPA (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).
Ilmu Pengetahua Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Tetapi dalam
pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan siapa yang mempelajarinya. Struktur kognitif anak-anak usia SD tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, padahal anak perlu diberi kesempatan untuk
berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sebab diharapkan akhirnya mereka berfikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pembelajaran IPA dan keterampilan proses IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak.
IPA tidak dapat diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan yang hanya disampaikan dengan metode ceramah, tetapi melalui pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dengan siswa aktif mengalami dan menamai sendiri suatu pengetahuan, siswa belajar dan berlatih untuk memiliki dan mengusai konse-konsep dasar IPA secara tuntas.
Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan
commit to user
karena pada dasarnya IPA adalah bagaimana mempelajari ciptaan Allah
SWT. Pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Quantum mengajak siswa dengan kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA dengan mengalaminya sendiri melalui kegiatan percobaan.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam
rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
a) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena
belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan lingkungan sekitar siswa.
b) Menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai
dengan tahap perkembangan serta Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran.
c) Menyajikan kegiatan yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa
jenuh.
5) Ruang Lingkup IPA
Asy’ari (2006:23-24) mengemukakan bahwa ruang lingkup pembelajaran sains meliputi dua aspek yaitu: kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah yang dimaksud disini
adalah memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang meliputi penyelidikan/ penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Sedangkan lingkup
pemahaman konsep kaitannya dengan materi sains yang disajikan. Materi yang ada harus lebih jelas pengorganisasiannya, antara materi pokok yang satu dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih. Secara garis besar,
lingkup materi mata pelajaran IPA di SD kelas V semester II mencakup beberapa pokok bahasan seperti berikut: (1) gaya, (2) pesawat sederhana,
commit to user
dampak kegiatan manusia terhadap permukaan bumi(Choiril Azmiyawati,
2008: dalam buku IPA Salingtemas 5).
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menekankan pada ruang lingkup
gaya magnet dengan alasan pemahaman konsep magnet siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes siswa pada materi gaya magnet banyak yang mendapat nilai di bawah KKM ( .
6) Materi Magnet
Magnet atau besi berani adalah benda yang mampu menarik benda lain yang mengandung besi, nikel atau kobalt dan benda magnet lain.
Magnet berasal dari kata Magnesia, yaitu kota tempat pertama kali magnet ditemukan (Yohanes Surya, 2008: 2). Menurut Yohanes Surya (2008: 3) “Sifat-sifat magnet, yaitu sebagai berikut: (1) magnet memiliki gaya tarik, (2) gaya tarik magnet dapat menembus benda, (3) magnet mempunyai dua
kutub, (4) magnet memiliki gaya tolak dan gaya tarik magnet, (5) magnet mempunyai medan magnet”.
Dalam Yohanes Surya (2008: 5) penggolongan magnet berdasarkan kekuatannya, yaitu: (a) Ferromagnetik : logam yang dapat ditarik kuat oleh magnet. Contoh : besi, baja, (b) Paramagnetik : logam yang ditarik lemah
oleh magnet (hampir tidak terasa). Contoh : aluminium, (c) Diamagnetik : logam yang tidak dapat ditarik sama sekali oleh magnet. Contoh : emas, perak. Menurut Choiril Azmiyawati, 2008 dalam buku IPA Salingtemas 5
“Benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik magnet. Benda nonmagnetis adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Pengelompokkan magnet berdasarkan asalnya, yaitu:
a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan di alam tanpa proses
pembuatan atau batuan dari alam yang mempunyai sifat magnet. b) Magnet buatan adalah magnet yang dibuat sengaja oleh manusia.
1. Magnet Mempunyai Dua Kutub
Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati & Rohana
commit to user
yang mengarah ke utara disebut kutub utara, sedangkan ujung magnet
yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan. Biasanya kedua ujung magnet diberi warna yang berbeda untuk membedakan kedua kutub
magnet itu. Saat kutub yang sama dari dua magnet saling didekatkan, keduanya akan saling menolak. Sebaliknya, jika kutub yang berbeda dari dua magnet didekatkan, akan terjadi tarik-menarik. Perhatikan
gambar di bawah ini!
Gambar 1. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama
2. Magnet Buatan
Magnet buatan merupakan magnet yang sengaja dibuat. Ada beberapa bentuk magnet buatan, misalnya magnet batang, tabung (silinder), jarum, huruf U, dan magnet berbentuk ladam (tapal kuda).
Gambar 2. Bentuk-bentuk magnet 1. Magnet batang 4. Magnet U 2. Magnet silinder 5. Magnet ladam 3. Magnet jarum (tapal kuda)
Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet dengan cara-cara tertentu.ada 3 cara membuat magnet, yaitu:
a) Cara induksi
Caranya dengan menempelkan benda-benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet. Besi atau baja tersebut akan
commit to user
Gambar 3. Batang besi menjadi bersifat magnet dan dapat menarik isi klip
b) Cara gosokan
Caranya dengan menggosok magnet pada sebatang besi atau baja secara teratur (satu arah saja).semakin lama waktu penggosokkan,
semakin lama pula sifat kemagnetan bertahan di dalam batang besi atau baja tersebut.
Gambar 4. Batang besi menjadi bersifat magnet setelah digosokkan pada magnet
c) Dialiri arus listrik
Magnet dapat dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik searah ke dalam suatu penghantar. Caranya dengan melilitkan kabel pada paku kemudian hubungkan kedua ujung kabel dengan baterai dan dekatkan ujung paku dengan logam (peniti atau jarum). Magnet yang ditimbulkan disebut elektromagnet.
commit to user
3. Cara Menghilangkan Sifat MagnetMagnet dapat menjadi hilang sifat kemagnetannya jika: a) Dibanting-banting
b) Dibakar
c) Dipukul-pukul (Yohanes Surya 2008: 19).
Dari uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa materi magnet
kelas V menuntut guru agar cermat dalam proses pembelajaran. Guru harus benar-benar mengajarkan materi dengan cara siswa mengalami langsung materi yang diajarkan dan mengkaitkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pembelajaran tersebut pengetahuan akan melekat pada siswa dan tidak mudah hilang. Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum a. Hakikat Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk (2008: 4)
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran merupakan
rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang
digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran
commit to user
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, rencana, atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Quantum
Quantum teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan
keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 2010:32). DePorter, Reardon, dan Nourie (2010: 34) menyatakan bahwa:
Quantum: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan demikian, adalah penggubahan bermacam-macam interaksiyang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (neurolinguistik) dengan teori, keyakinan, dan metode kami
sendiri (DePorter & Henarcki, 2007:16). Menurut Suyatno (dalam http://garduguru.blogspot.com/2008/03/beda-quantum-teaching-dan-quantum
.html diakses pada 18 Maret 2011) Quantum Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.
Quantum model of learning is one used as a guide in planning and executing classroom learning which include the strategy called, in Indonesian language, TANDUR (Tumbuhkan – grow, Alami – experience, Namai – give a name, Demonstrasikan – demonstrate, Ulangi – repeat, and Rayakan – celebrate), context, content, principle, and main paradigm. Quantum learning is a combination of various interactions which are available in the learning moment. This interaction covers all element which effective in enabling students’ success (De Porter, 2000).
commit to user
Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM
adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan apa yang akan diajarkan guru.
Setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi siswa pembelajaran tentang isi pembelajaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran quantum adalah pembelajaran yang menggunakan unsur belajar efektif yang dapat merangsang siswa untuk belajar lebih menyenangkan karena mengalami langsung apa yang sedang dipelajari, konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan serta tidak hanya mengajar materi sehingga pemahaman siswa meningkat.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum mempunyai prinsip-prinsip dasar. Menurut Sugiyanto ( 2009: 80-81 ), prinsip-prinsip dasar ini ada lima macan, yaitu:
1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
commit to user
kepercayaan diri mereka.bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan
Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajar.
Pembelajaran Quantum mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia siswa. Guru harus membangun jembatan memasuki dunia murid. Hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan
bahan pelajaran lebih cepat, membuat pemahaman konsep lebih melekat, dam memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Pengaturan bangku mendukung pemahaman konsep siswa meningkat. Geser
bangku secara berkelompok agar siswa dapat berfokus pada tugas yang dihadapi. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan sangat berpengaruh pada kemampuan guru untuk mengajar lebih banyak dengan usaha lebih sedikit.
d. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum
Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran quantum, dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan (DePorter, Reardon & Nourie, 2010:127).
Kerangka perancangan pembelajarn kuantum TANDUR adalah sebagai berikut:
1) Tumbuhkan
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka. Buatlah siswa tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan.
2) Alami
Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”.
3) Namai
commit to user
4) Demonstrasikan
Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi
Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melalui pertanyaan post-test, ataupun penugasan, atau membuat rangkuman hasil belajar.
6) Rayakan
Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan!Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif (Sugiyanto 2009: 84).
Kerangka perancangan pembelajaran Quantum di atas menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pembelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses.
Dalam pembelajaran Quantum guru dituntut mengajak siswa ke dalam
proses belajar seumur hidup yang dinamis yang tidak terlupakan. Guru menciptakan suasana prima yang unik bagi siswa, yang membuat siswa merasa aman tetapi tertantang, dimengerti dan dirayakan. Guru mendengarkan para siswa membacakan hasil kegiatan diskusi, berbagi, dan merayakan belajar siswa.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran Quantum juga mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan bila diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan dan
kekurangan mdel pembelajaran Quantum, yaitu sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Pembelajaran Quantum
a) Pembelajaran quantum menekankan perkembangan akademis dan keterampilan. Dalam pendekatan pembelajaran quantum, pendidik/ guru mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga guru bisa lebih memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajara-mengajar yang lebih menyenangkan.
commit to user
nyaman untuk melakukan penjelajahanyang sesungguhnya yaitu kegiatan belajaritu sendiri.
c) Pada pembelajaran quantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut
situasi dan kondisi serta waktu yang lebih baik (http://www.google.co.id/gwt/x?q=Kelebihan+model+quantum +learning&ei=NOPJTZjdCMTrkAWHIKe2AQ&ved=OCA4QF jAE&hl=id&source=m&rd=1&u=http://leliana85.blogspot.com/ 20011/02/model-pembelajaran-quantum-learning.html).
Dari uraian di atas diketahui bahwa pada setiap pembelajaran pasti ada
kelebihan dan kekurangan yang harus dihadapi oleh guru. Oleh sebab itu, maka guru harus pintar-pintar mengatasi kekurangan yang dihadapi dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya kelebihan yang ada. Dalam model pembelajaran Quantum ini, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan matang dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara tepat agar
siswa dapat belajar secara nyaman dan alami.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelaah penelitian yang relavan diperlukan untuk mempertajam penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti relevan dengan beberapa penelitian, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Isna Noor Izzati (2009) dalam skripsi
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih 04
Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009 ” dengan hasil penelitiannya adalah:
a. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Banyuputih 04 pada materi
commit to user
kuantum baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 5,50; siklus I 6,47; siklus II
7,33; dan pada siklus III naik menjadi 8,4. Ketuntasan belajar pada tes awal 43,33%, tes siklus I 80%, tes siklus II 96,67%, dan tes siklus III semua siswa sudah mencapai ketuntasan yaiti 100%.
b. Cara meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kuantum adalah dengan menggunakan kerangka TANDUR.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lika Deri Yofriadi (2010) dalam skripsi
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sifat-sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Siklus Belajar di Kelas V SD Negeri 1 Bancar Kecamatan Bancar Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2009/2010”. Dengan hasil penelitiannya adalah penerapan model pembelajaran siklus belajar ini dapat membuat siswa lebih kreatif, meningkatkan pengembangan konsep, dan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar yang meningkat dari ketuntasan sebelum siklus yaitu 16,13%
menjadi 64,52% pada siklus 1 menjadi 90,32% pada siklus 2.
Penelitian di atas memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan mengacu pada penelitian di
atas. Peneliti mengambil tolak ukur penelitian di atas karena adanya persamaan mata pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yang peneliti lakukan yaitu mata pelajaran IPA. Perbedaannya adalah model pembelajaran yang digunakan.
Pada penelitian di atas menggunakan model siklus belajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran Quantum. Selain itu terdapat perbedaan variabel terikat, pada penelitian di atas variabel terikatnya adalah hasil
commit to user
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan
model pembelajaran quantum guru masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreatifitas dan
partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi dari pada pemahaman siswa terhadap materi. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siwa untuk aktif dan
kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasan. Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajara, siswa menganggap bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya.
Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman konsep magnet siswa cenderung rendah.
Hal di atas dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Penerapan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat lebih meningkatkan siswa dalam kualitas belajarnya khususnya dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa khususnya materi magnet. Sehingga pengetahuan yang didapat menjadi lebih bermakna dan siswa dapat mengalami sendiri pengetahuan tersebut. Dalam hal ini penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
quantum. Pembelajaran quantum adalah pembelajaran yang menggunakan unsur belajar efektif yang dapat merangsang siswa untuk belajar lebih menyenangkan karena mengalami langsung apa yang sedang dipelajari sehingga diharapkan
pemahaman konsep magnet siswa meningkat. Dalam proses belajar-mengajar model pembelajaran quantum, guru lebih sedikit memberikan materi pelajaran kepada siswa. Sebaliknya, siswa belajar dan memperoleh pengalaman lebih
banyak.
Setelah melaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran
commit to user
dilaksanakan siswa dapat lebih bermakna. Sehingga pada akhirnya pemahaman
konsep magnet siswa meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan
di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis tindakan yaitu: “Dengan penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri I Petir Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/ 2011”. Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru
menggunakan metode konvensional
Penerapan model pembelajaran quantum
Setelah diterapkan model pembelajaran quantum, pemahaman konsep magnet siswa meningkat
Pemahaman konsep magnet siswa rendah
Siklus I
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Petir
Jln. Kalianja No. 1 Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas 53191. Ditentukkan di tempat ini karena mempertimbangkan kemudahan pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan peneliti. Alasan lain peneliti memilih sekolah
tersebut karena banyak siswa yang belum dapat memahami konsep magnet dengan baik. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode konvensional sehingga kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran akibatnya siswa cenderung pasif
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu mulai Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan peneliti, yaitu pengajuan judul, pengajuan proposal, revisi proposal, pembuatan instrumen penelitian, pengajuan surat ijin, pelaksanaan siklus I dan
siklus II, analisis data, dan pembuatan proposal (jadwal penelitian terlampir).
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Kasihani Kasbolah (2001: 8) mendefinisikan “Penelitia Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tegas sehari-hari di kelas”. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
commit to user
merupakan penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari
permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti
dengan tindakan –tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu maka penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah yang lebih baik. dan ditindak lanjuti degan tindakan-tindakan terencana
dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah yang lebih baik. Langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
2. Strategi Penelitian
Strategi yang diambil dalam penelitian ini adalah stategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun
rancangan penelitiannya meliput beberapa tahap sebagai berikuti: a. Tahap persiapan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan sesuai dengan standar kompetensi
4) Mengajukan solusi alternatif
b. Tindakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang setiap tindakan perlu diadakan
refleksi.
c. Setiap pengamatan perlu diadakan pengkajian yang lebih mendetail untuk mengetahui apakah penerapan tindakan pada pembelajaran sudah dapat
mengatasi masalah yang ada.
d. Analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan sehingga diperoleh suatu simpulan tentang pelaksanaan tindakan. Dari hasil
penarikan kesimpulan Tahap tersebut, dapat diketahui apakah penelitian telah mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan.
commit to user
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011.
Jumlah siswa kelas V adalah 36 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Tidak ada ABK (anak berkebutuhan khusus) di kelas V.
D. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011, arsip
nilai, guru, Kepala Sekolah, hasil observasi, dan hasil tes.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data dan keterangan
yang benar serta dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data ini digunakan teknik yang tepat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien ( Amir, 2009: 134). Observasi juga digunakan untuk mengetahui cara belajar dan model pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran terhadap pengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati secara teliti dan cermat terhadap fenomena yang menjadi sasaran pengamatan. Observasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk yaitu observasi partisipatif (pengamatan
terlibat) dengan observasi non partisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan selama pembelajaran dan observer (pengamat) ikut
commit to user
secara sepintas pada saat tertentu dalam kegiatan obyeknya dan pengamat
tidak melibatkan diri dalam kegiatan tesebut.
Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif
dimana peneliti (pengamat) dalam penelitian ini ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran tentang gaya magnet.
2. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan berupa foto kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dan pada saat melakukan diskusi, daftar nilai siswa, daftar hadir siswa, dan hasil dari kegiatan diskusi (portofolio).
3. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, keterampilan, pengetahuan, penguasaan, dan sebagainya (St. Y. Slamet, 2007b: 167). Peneliti menggunakan teknik tes guna mengukur pemahaman konsep dan
penguasaan materi magnet dengan baik. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui tingkat pencapaian pemahaman konsep siswa.
F. Validitas Data
Validitas data menunjukan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan sejauhmana fakta yang terkumpul dari gambar tentang variabel yang dimaksud. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi
perspektif (St. Y. Slamet, 2007: 54). Artinya, untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik
simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Dalam penelitian ini untuk memperoleh validitas data melalui triangulasi:
1. Trianggulasi data ( sumber ) dengan mengumpulkan data sejenis dari sumber
berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai dengan keadaan siswa. Di dalam penelitian ini sumber data