• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Reog Ponorogo pada Masyarakat Desa Sumoroto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksistensi Reog Ponorogo pada Masyarakat Desa Sumoroto"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EKSISTENSI REOG PONOROGO PADA MASYARAKAT

DESA SUMOROTO

(Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Kearifan Lokal pada Kesenian Tradisional

Reog Ponorogo di Desa Sumoroto Kec. Sumoroto Kab. Ponorogo)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana

Sosiologi Jurusan Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Uinversitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Riza Wulandari

D0308013

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv MOTTO

Percayalah, Tuhan tidak akan tidur selama umatnya masih mau semangat,berusaha,dan berdoa (Riza ’08)

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Kesederhanaan dari karyaku ini ku persembahkan kepada :

 Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa selalu memberikan pelajaran dari sebuah karya yang indah sehingga menghasilkan

sesuatu yang berharga.

 Kedua orangtuaku yang terhebat , Bp. Sapto Kuncoro dan Ibu Hari Mulyani yang senantiasa selalu

mendoakanku,membimbingku,menjagaku,dan menyemangatiku dengan doa dan kehangatan dalam keluarga

 Oranglain yang telah ku anggap seperti orangtua keduaku, yang menghangatkanku dengan rasa optimis,percaya diri dan doa Bp.

Ulung Yudha Prakosa dan Ibu Erna Noorhayanti  Semangatku,Angger Gedhe Prakosa yang selalu berada di

samping,belakang dalam setiap kelemahanku  Sahabat-sahabatku Arimbi’s : Mbak Ind,Mbak Ay,Mbak

Ucy,Mbak May,Mbak Nan,Lilis,Gesta  Sahabat almamaterku :

Tatas,putri,hurriah,dian,mami,gendut,retno,uky,dan semua yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Terima kasih atas

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi ABSTRAK

Riza Wulandari, D0308013,2012. Eksistensi Reog Ponorogo pada Masyarakat Desa Sumoroto. Skripsi : Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Kota Ponorogo. Kesenian tradisional tersebut menjadi salah satu kebanggaan dari warga Ponorogo. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu dapat mengetahui cara masyarakat Desa Sumoroto mempertahankan Reog Ponorogo pada masa globalisasi dan modernisasi. Penulis ingin mengetahui bagaimana sejarah dari Reog Ponorogo serta bentuk kearifan lokal yang ada. Teori yang digunakan adalah Teori Interaksionisme Simbolik milik George Herbert Mead dan Tindakan Sosial milik Max Weber.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam kepada enam informan yang terdiri dari Sesepuh Reog Ponorogo, Pelaku Seni Reog Ponorogo, Pihak Pemerintah (DISBUDPARPORA) , dan kawula muda. Penelitian ini juga didukung oleh dokumen dan penelitian relevan yang telah melakukan penelitian tentang Reog Ponorogo. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Desa Sumoroto. Desa Sumoroto memiliki kearifan lokal seperti Grebeg Tutup Suro,Upacara Sesajen,Ziarah Makam, serta beberapa tradisi yang masih ajeg dilakukan di Desa Sumoroto.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi Reog Ponorogo pada masyarakat Desa Sumoroto dilakukan dengan cara Grebeg Tutup Suroan, pada kegiatan ini terdapat kearifan lokal di dalamnya. Kearifan lokal yang ada pada Desa Sumoroto juga beragam di antaranya seperti upacara sesajen ketika akan dimulai acara yang berkenaan dengan Reog Ponorogo,Ziarah Makam,tidak memakai baju warna hijau ketika acara Reog Ponorogo berlangsung dan masih mempertahankan tradisi yaitu tidak mengikat hubungan pernikahan dengan Desa Mirah demi keselamatan Desa Golan. Penulis menemukan cara mereka melalui peran pendidikan di mana pada setiap sekolah yang ada sudah memiliki ekstrakulikuler dan muatan lokal yang berhubungan dengan tari Reog Ponorogo. Penulis juga menemukan bahwa beberapa sanggar tari yang ada berperan untuk menumbuhkan generasi muda yang berkompeten dalam bidang seni tradisional ini.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii ABSTRACT

Riza Wulandari, D0308013,2012. The Existence of Reog Ponorogo in the Sumoroto Village Society. Thesis: Graduate Program Sebelas Maret University. used in this study are Symbolic Interactionalism Theory of Goerge H. Mead and Social Action Theory from Max Weber.

In this study, the writer uses qualitative descriptive research methodology. Techniques of colleting data with observation, interviews with six informants, which consists of the elders of Reog Ponorogo, the actors of Reog Ponorogo, Government (DISBUDPARPORA), and the youth. This study is also supported by literature study and some relevant studies about Reog Ponorogo . The Located from research in Sumoroto Village. Sumoroto Village have a local wisdom such as Grebeg Tutup Suro, Ritual Ceremony, Ziarah Makam, and several constant tradition in Sumoroto.

The result of this study shows that the existence of Reog Ponorogo in Sumoroto village society is done by doing some routine activities, which relates to Reog Ponorogo, such as Grebeg Tutup Suroan, in this event there are local wisdoms too. There are kinds of local wisdom in Sumoroto village such as ritual ceremony which is held on proceeding of Reog Ponorogo, Ziarah Makam, not using green clothes when Reog Ponorogo are held, and still on tradition that is not married with Mirah Village for happiness of Golan Village. The writer finds their ways through the roles of education, where every school has had extracurricular program and local subjects related to Reog Ponorogo dances. The writer finds that some existing dancing workshops also have important role in creating youth generation, who are competent in this traditional art field.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa memberikan petunjuk,

bimbingan dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang

diberikan judul : Eksistensi Reog Ponorogo Pada Masyarakat Desa Sumoroto.

Shalawat dan Salam kehariban Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan

umatnya untuk mengajar, belajar dan mendengar serta menekankan bahwa

menuntut ilmu merupakan 3 kewajiban bagi setiap muslim.

Masalah-masalah yang ada pada sosial budaya membuat saya tergelitik

untuk mendalaminya lagi. Decak kagum dari budaya yang ada di Indonesia mulai

dari tarian, upacara adat, keindahan lantunan kesenian yang dimainkan, budaya

jawa yang ada sejak zaman leluhur menjadikan saya untuk membuka mata

lebar--lebar dengan tidak memiliki satu sudut pandang tentang budaya. Menarik halnya

jika berbicara tentang budaya, ketertarikan tersendiri membawa saya masuk ke

salah satu budaya yang saya miliki yaitu Reog Ponorogo. Berbagai pandangan

tentang Reog Ponorogo dapat menjadikan sebuah referensi yang relevan dalam

melakukan penelitian ini. Dengan adanya hal ini, dapat dikatakan bahwa ilmu

kebenaran pada pengetahuan tentang budaya memang harus dilihat dari berbagai

sudut pandang. Masing-masing harus bisa saling mengisi dan terisi. Proses-proses

yang ada harus didalami dengan meneliti, memahami, dan berdiskusi. Agar hasil

dari kegiatan intelektual tersebar luas dan sekaligus memberikan manfaat yang

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Dalam laporan penelitian tentang eksistensi Reog Ponorogo pada

masyarakat Desa Sumoroto ini terdiri dari lima bagian. Di mana bagian yang

pertama merupakan bagian pendahuluan tentang latar belakang kenapa saya

memilih untuk meninjau permasalahan kebudayaan Reog Ponorogo yang dilihat

dari eksistensinya. Tujuan dan manfaat dari penelitian juga ikut dicantumkan

dalam bagian pertama. Kemudian pada bagian kedua diuraikan mengenai tinjauan

pustaka yang berisi tentang teori serta penelitian yang relevan yang berkaitan

dengan tema yang saya angkat. Defenisi konseptual juga melengkapi dari tinjuan

pustaka. Bagian ketiga berisi tentang metodologi penelitian. Bagian ini

menyajikan inti dari kegiatan penelitian yang berisi tentang metode apa yang akan

dipakai serta bagaimana teknik pengumpulan data seperti sampel, obervasi,

wawancara maupun studi pustaka yang diambil dari buku maupun internet.

Bagian keempat berisi analisis dan pembahasan dari apa yang didapat dari

penelitian yang telah saya lakukan. Pada bagian ini berdasarkan dari apa yang

saya dapat pada saat melakukan penelitian, dapat dikatakan bahwa eksistensi

mereka melalui grebeg tutup suro yang diisi dengan kearifan lokal dari Reog

Ponorogo , kemudian melalui cara peran pendidikan yang senantiasa mendukung

kesenian tradisional ini dengan memasukkan tarian Reog Ponorogo di

ekstrakulikuler maupun muatan lokal sekolah-sekolah yang ada. Tidak hanya hal

tersebut sanggar tari yang terdapat pada Desa Sumoroto juga berperan dalam

eksistensi dari Reog Ponorogo.

Dalam penelitian ini saya ingin menyatakan dan membuktikan bahwa

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

alat untuk mempelajari. Penelitian ini juga menjadikan saya untuk tidak

berpresepsi pada satu sudut pandang saja di mana memojokkan kesenian

tradisional, kearifan lokal yang dibawa oleh leluhur sebagai sesuatu yang bersifat

musrik. Hal tersebut ada karena kita dituntun melalui kesenian-kesenian yang ada

untuk menghargai para leluhur dan menghormati apa yang telah mereka buat pada

masa lampau. Di sini juga tidak dituntut untuk menyembah bahkan untuk

menyekutukan Tuhan. Seperti halnya Reog Ponorogo yang pada zaman dahulu

sangat terkenal oleh kemisitisannya, di mana dahulunya juga terdapat susuk yang

digunakan oleh pembarong untuk memperkuat dan mengindahkan gerakannya,

namun saat ini hal-hal seperti itu sudah jarang dilakukan tetapi juga tidak

menyalahkan apa yang dilakukan oleh para leluhur. Pada pelaku seni saat ini

kebanyakan mereka melakukan rutinitas latihan yang ekstra agar apa yang mereka

tampilkan dapat membawa aura keindahan dan eksotisme dari tarian tersebut.

Kepada kawan-kawan seperjuanganku dari Sosiologi FISIP UNS seperti Putri,

Tatas, Dian, Huriah, Subuha, Mas Ahong yang senantiasa memberikan dukungan

moril serta spirit intelektual yang dibangun secara bersama. Kepada kawan-kawan

Kost Arimbi tercinta seperti Mbak Ucy, Mbak Ayu, Mbak Ind, Gesta, Desi, Lilis

yang senantiasa memberikan saya semangat untuk tetap menerjang badai yang

sedikit membuat goyah. Kepada Dr. Jefta Leibo SU yang telah membimbing dan

memotivasi saya untuk tetap semangat dibalik konsultasi mengenai laporan

penelitian ini.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya : Sapto

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

yang selalu menjadikanku kuat disetiap langkah, selalu memberikan

lantunan-lantunan doa pada setiap kesabaranku. Begitu pula seseorang yang selalu

memotivasiku : Angger Gedhe Prakosa “Teruslah maju di saat badai di depan

kita, jika kita mundur dan diam di tempat kapan kita bisa maju”.

Akhirnya berbagai kesalahan bahasa, ejaan dan pengetikan serta masalah

teknis lain yang ditemukan perlu dikoreksi. Saya menyadari bahwa sepenuhnya

penulisan yang disajikan dalam buku ini masih terdapat kekurangan dan

kekhilafan, sehingga kritik dan saran perbaikan dari berbagai pihak sangat

diharapkan. Semoga buku ini menjadi pendorong bagi saya untuk mendalami dan

mempelajari seluk-beluk tentang kesenian tradisional maupun kebudayaan agar

bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Surakarta, September 2012

Penulis

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR MATRIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

BAB II Tinjauan Pustaka ... 12

A. Penelitian Relevan... 14

B. Definisi Konseptual... 28

C. Landasan Teori ... 37

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB III Metode Penelitian... 42

A. Lokasi Penelitian ... 42

B. Jenis Penelitian... 43

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Sampel ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 47

F. Jenis Data ... 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 50

A. Sejarah Ponorogo ... 63

B. Ponorogo Pada Zaman Pra Sejarah ... 72

C. Monumen Peringatan Ponorogo : Makam, Gapura dan Patung... 76

D. Sejarah Reog Ponorogo ... 80

E. Kearifan Lokal Reog Ponorogo... 90

F. Eksistensi Reog Pada Masyarakat Desa Sumoroto ... 92

1. Presepsi Masyarakat Desa Sumoroto Mengenai Reog Ponorogo ... 92

2. Grebeg Tutup Suro-suroan ... 102

3. Peran Pendidikan ... 107

4. Peran Sanggar Tari ... 112

G. Analisis Teori ... 117

BAB VI PENUTUP ... 121

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

1. Grebeg Tutup Suro ... 122

2. Peran Pendidikan ... 124

3. Peran Sanggar Tari ... 125

4. Kearifan Lokal Reog Ponorogo... 126

5. Sejarah Reog Ponorogo... 129

B. Implikasi... 130

a. Implikasi Teoritis... 130

b. Implikasi Empiris ... 133

c. Implikasi Metodologis... 135

C. Saran... 136

MATRIK ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 144

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR MATRIX

Matrik 1 Penelitian Relevan... 14

Matrik 2 Eksistensi Reog Ponorogo Pada Masyarakat Desa Sumoroto . 139 Matrik 3 Sejarah Reog Ponorogo... 139

Matrik 4 Kearifan Lokal Reog Ponorogo ... 140

Matrik 5 Peran Pendidikan... 141

Matrik 6 Peran Sanggar Tari... 142

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi DAFTAR BAGAN

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam macam budaya yang mengapresiasikan

berbagai banyak seni yang dapat dilihat dari bahasa,tingkah

laku,tari-tarian,musik bahkan kepribadiaan masing-masing orang dapat dikatakan

sebagai sebuah seni dan budaya. Tidak hanya hal tersebut, berbagai tempat

wisata yang ada di Indonesia mampu menarik wisatawan asing maupun

domestik yang sekiranya terkagum oleh ketakjuban berbagai tempat wisata

yang ada di Indonesia. Budaya-budaya yang mengakar pada pribadi

masing-masing, mampu menampilkan karakteristik dari kepribadian seseorang.

Keindahan alam, gestur-gestur dari lekukan tubuh sang penari , lanunan

perpaduan musik yang fantastis, serta keelokan setiap sudut-sudut kota yang

memiliki seni yang eksotik bisa dijadikan sebuah kohesi dari sebuah kesatuan

kebudayaan yang ada di bumi ini. Pada dasarnya kebudayaan merupakan

seluruh pikir manusia yang tidak berasal dari nalurinya.(Yayuk Yulianti,MS :

49)

Indonesia tersebar luas dengan memiliki seni budaya masing-masing dan

kesenian merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan. Lebih dari itu,

kesenian adalah tempat di mana makna budaya ditafsirkan dan identitas

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan tradisional kesenian memegang peran penting dalam kehidupan

masyarakatnya. Rosman dan Rubel menjelaskan sebagai berikut :

Hanya di dunia Barat suatu seni diciptakan untuk seni, untuk digantung di museum dan galeri atau dipertunjukkan di hadapan banyak penonton. Di dalam masyarakat yang biasanya diteliti oleh para antropolog, seni itu disertakan di dalam budaya setempat. Seni itu digunakan dalam pelaksanaan upacara dan ritual, dan makna yang disampaikannya berkenaan dengan makna ritual, dan mitologi yang berhubungan dengannya. ( Koentjaraningrat, 1986 :188 )

Seperti yang dijelaskan Koentjaraningrat, dalam kenyataannya masyarakat

kesenian dan kebudayaan fisik lainnya tidak terpisah dari sistem sosial dan

adat-istiadatnya.

Dengan demikian, secara serentak pelaksanaan kesenian dapat

mencerminkan dan memperkuat nilai-nilai, hierarki dan struktur

kebudayaan. Kesenian juga menjadi cara untuk menghubungkan diri

dengan masyarakat.

Wessing explained that this process has correlation with myth in West Java and how the participation in local Icon makes human as their society.

Because the physical culture become an ideas and cultures’ values, thought

and art’s recreation become one of process on art identity of creation .( Robert

Wessing, 2006 : 67).

Wessing menjelaskan proses ini berkaitan dengan mitos di Jawa Barat, dan bagaimana partisipasi dalam kisahan dan ikon lokal menjadikan seorang sebagai anggota masyarakat mereka. Oleh karena kebudayaan fisik menjadi perwujudan ide-ide dan nilai-nilai kebudayaan, penafsiran dan penciptaan ulang kesenian menjadi salah satu proses dalam penciptaan identitas budaya.( Robert Wessing, 2006 : 67 )

Mengacu pada Bowen, Steedley menjelaskan bagaimana dengan menggunakan

teori kebudayaan modern, para antropolog zaman ini cenderung mendekati

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

penafsiran kesenian juga bervariasi dan tergantung pada anggota kebudayaan

sebagai orang individu

According to Steedly, the question about art that become central of

anthropologist is ‘How to exclaim the form of culture, how people changed

their thought and what is the most important aspect in their thought.

Menurut Steedley, pertanyaan mengenai kesenian yang menjadi fokus para antropolog zaman sekarang adalah bagaimana orang menafsirkan perwujudan budaya, bagaimana orang berubah tafsiran terlewati waktu, dan apa yang paling dipertaruhkannya dalam tafsirannya.( Steedley, Mary Margaret, 1999 :433)

Pada ciri-ciri dari kota yang memiliki kesenian yang mengacu pada

kebudayaan merupakan salah satu alasan mengapa kota tersebut sering

dikunjungi bahkan mampu menjadi obyek wisata. Seperti halnya Solo selalu

dengan Icon Batik. Ketika kita berbicara Bali, kita akan berpikir dan rindu

dengan Tari Pendet. Tidak hanya kota-kota besar yang mempunyai ciri khas

khasanah budaya tau kepariwisatan.Kota-kota kecil yang berada pada sudut

Indonesia juga mampu menarik wisatawan asing maupun domestik untuk

berkunjung menggeluti apa saja yang ada dalam kota tersebut. Bahkan bisa di

anulir beberapa kota kecil mempunyai khas kebudayaan yang mampu

mendatangkan devisa-devisa negara. Salah satunya adalah Kota Ponorogo.

Ponorogo merupakan lintas perbatasan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Lintas perbatasan itu dapat dijadikan sebuah matrik segitiga dan ponorogo

merupakan sebagai penghubung dua provinsi tersebut. (Pemerintah Kabupaten

Daerah Tingkat II,2004 : 14 )

Destinasi pariwisata tersebut akan berjalan dengan semestinya apabila

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

bahkan sebaliknya. Tak hanya berkutik dengan kebudayaan saja. Ponorogo

mempunyai tiga potensi yang telah mengakar pada kota reog ini.

Kebudayaan,Industri serta minat khusus merupakan hal yang sangat berkaitan

dengan Ponorogo. Jika berbicara tentang bagaimana sejarah kota ponorogo,

terdapat beberapa cerita rakyat yang dapat dijadikan rujukan untuk melacak

sejarah Ponorogo. Cerita rakyat tersebut pada dasarnya dapat dipandang

sebagai oral history yang dapat memperkuat data primer (prasasti dan

benda-benda purbakala) Dapat diperkirakan pada zaman dahulu Ponorogo bernama

Wengker (Kerata basa dari wewengkon kang angker) yang berarti tempat yang

keramat, sebab merupakan hutan belantara. Masyarakat hidup secara

berkelompok dibawah pimpinan seorang warok. Secara historis kesenian reog

ponorogo erat kaitannya dengan tradisi dan kepercayaan pada zaman pra

hindu yakni animisme. Menurut perkiraannya dalam kepercayaan animisme

tersebut kebiasaan penyelenggaraan upacara untuk mendatangkan roh hewan

maupun roh manusia untuk menjaga keselamatan mereka. Apabila mereka

menghendaki datangnya roh hewan dan roh manusia tersebut, dalam upacara

itu orang harus menari-nari dengan menggunakan topeng kepala hewan

selama menunggu datangnya roh yang dimaksudkan.

Mengingat bahwa margasatwa yang hidup dalam hutan di wilayah

ponorogo beraneka ragam dari yang sangat buas sampai hewan yang cantik

dan anggun. Dan dalam hal itu , masyarakat setempat memandang harimau

sebagai binatang yang paling kuat dan paling berani. Itulah sebabnya

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

keselamatan. Adapun cara mengundang roh harimau dengan upacara dan

tarian-tarian mengenakan topeng kepala hariamau. Perkembangan selanjutnya

dihubungkan dengan hutan sekelilingnya, yakni merak. Masyarakat ponorogo

memandang bahwa burung merak sebagai simbol keindahan, sebagaimana

masyarakat Irian Jaya memandang burung cendrawasih.

Selain hal itu, masyarakat tradisional di ponorogo pada zaman dahulu

lebih mengutamakan ilmu kekebalan dan kesaktian. Paguron sebagai tempat

untuk mempelajari ilmu kesaktian,keprajuritan,kebatinan, dan kekebalan

terhadap senjata tajam. Berdasarkan motif kepahlawanan yang mendominasi

cerita-cerita rakyat dalam masyarakat ponorogo sebagai bukti bahwa mereka

meyakini ilmu diperoleh melalui laku. Setelah Islam masuk ke ponorogo,

paguron yang bernafaskan Islam pun menjadi sasaran untuk mempelajari ilmu

laku bagi generasi muda di daerah itu. Paguron yang bernafaskan islam itu

dikenal dengan istilah pesantren. Kebudayaan misalnya seperti Tari Reog

Ponorogo yang telah mendunia dan bahkan beberapa waktu yang lalu telah di

klaim dari negara lain yaitu malaysia. Bahkan hal tersebut menjadi buah bibir

oleh berbagai kalangan. Para petinggi negara,masyarakat, serta para pelaku

dari Tari Reog Ponorogo juga ikut merasa dilecehkan dengan hal tersebut.

Kemudian Industri, industri yang ada di kota ponorogo merupakan hal

sekelumit dari apa yang ada di Kota Reog tersebut. Industri tekstil, makanan,

bahkan banyak juga Home industri yang sudah berkiprah melalang buana

disana. Selain industri ada juga minat khusus yang melapuk pada kota

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Pondok Pesantren yang sudah berdiri pada sejak dahulu kala. Terdapat juga

salah satu masjid Tegalsari yang sering dikunjungi oleh para wisatawan

domestic maupun mancanegara. Dalam hal ini sebenarnya kota Ponorogo

mempunyai banyak potensi yang bisa digali terutama pada Kebudayaan yang

begitu menonjol di mata para pelaku yaitu kebudayaan lokal Reog Ponorogo.

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur

bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang

sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak,

dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah

satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang

berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Selain hal tersebut penanaman

nilai-nilai tradisi serta pengertian dari sejarah Reog Ponorogo yang setiap

pelaku seni tersebut mempunyai karkateristik yang kuat serta kepribadian

seorang tokoh yang mampu menjadi panutan. (Dr. Setya Yuwana Sudikan

MA, 2000 : 23)

Kepiawaian dari para pelaku seni Reog Ponorogo serta gelagat tubuh

yang memancarkan keeksotisan dari peran yang dimainkan tersebut menjadi

salah satu Icon Pariwisata dari Kota Ponorogo. Mulai dari wisatawan domestic

ataupun wisatawan macanegara seakan-akan tidak mau ketinggalan setiap

rentetan acara dan ritual-ritual mengenai seni budaya tersebut. Pemerintah

setiap tahunnya mengadakan yang berkenaan dengan seni budaya tersebut

yaitu Hari Jadi Kota Ponorogo yang biasanya bersamaan dengan Festival

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

yang diadakan setiap satu tahun sekali. Event tersebut juga dimanfaatkan

untuk menarik wistawan domestic maupun mancanegara untuk mengunjungi

Kota Ponorogo dan menikmati wisata yang ada di Kota Ponorogo. Tradisi ini

dilakukan setiap tahun oleh masyarakat ponorogo ataupun para petinggi di

Kota Ponorogo tersebut. Reog Ponorogo merupakan sebuah kesenian yang

dapat menuntut hak atas usianya yang tua dan kualitasnya yang kaya. Berbeda

dengan tarian keratonan yang dianggap puncaknya kebudayaan Jawa, Reog

adalah kesenian rakyat, dan peserta Reog, jauh dari merasa inferior atas

kesenian mereka yang terutama non-alus, senang dengan sifat kasarnya. Reog

merupakan fenomena se-kabupaten, dan dulu pada zaman Orde Baru

pemerintah kabupaten mewajibkan bahwa setiap desa harus memiliki

kelompok Reog. Sekarang, di antara 303 desa di kabupaten Ponorogo, Dinas

Pariwisata Ponorogo mengakui 154 kelompok yang siap berpentas. Jumlah ini

belum termasuk kelompok sekolah dan Universitas yang semakin banyak dan

semakin berperan dalam proses menetapkan standar Reog modern. Terdapat

perbedaan antara Reog yang dipertunjukkan di desa disebut Reog obyog yang

biasanya berpindah-pindah dari tempat ke tempat sekeliling desa, dan Reog

yang dipentaskan pada festival nasional yang dipertunjukkan di pentas

aloon-aloon kota. Reog festival kelompoknya harus lengkap sesuai dengan

pakem-pakem Reog dengan penari Jatilan, Warok, Pujangganom, Klana Sewandana

dan Singo Barong sekalian gamelan Reog - secara keseluruhan biasanya lebih

dari empat puluh orang. Sedangkan Reog obyog lebih bebas dan terkadang

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

khususnya karena karena alat-alatnya harus dibawa dari tempat ke

tempat.Sampai saat ini keberadaan kesenian local Reog Ponorogo masih

menjadi suatu hal yang selalu dipertahankan Salah satu Kecamatan yang

masih mempertahankan nilai-nilai tradisi dan spiritual mengenai sejarah reog

ataupun hal-hal yang berhubungan dengan tersebut adalah Desa Sumoroto.

Sumoroto adalah salah satu desa yang ada di kabupaten ponorogo yang

terletak di daerah sebelah timur 10 km dari arah pusat kabupaten ponorogo.

Desa yang memiliki berbagai macam corak masyarakat dan pekerjaan ini

adalah desa paling tertua di kabupaten Ponorogo. Desa Sumoroto merupakan

salah satu kecamatan yang tertua yang ada di Kabupaten Ponorogo. Tidak

hanya hal tersebut ponorogo juga diperkirakan telah dihuni oleh manusia sejak

zaman neolitik. Hal ini terbukti dengan ditemukannya benda-benda purbakala

di Gua Lawa yang letaknya di Desa Sampung (Salah satu dari Kecamatan

Sumoroto). Masyarakat yang ada di desa ini sebagian besar adalah pelaku dari

seni Reog Ponorogo. Tidak hanya hal tersebut mereka juga mempunyai

industri mengenai pembuatan Reog Ponorogo. mulai dari kostum, ataupun

peralatan yang digunakan setiap pemain bahkan ada pula souvenir yang

diperuntukkan wisatawan asing mapun domestic untuk membawa buah tangan

dari kota ponorogo. Desa Sumoroto merupakan desa yang masih menanamkan

nilai-nilai tradisi dan spiritualnya. Masyarakat yang kental akan tradisi

tersebut menjujung tinggi pada khasanah kebudayaan local yang mereka

miliki. Tidak hanya hal tersebut tradisi yang ada sejak jaman dahulu sampai

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Salah satunya adalah mereka masih menanamkan tradisi dan pesan dari

leluhur tentang sejarah Nggolan dan Mirah yang tidak dapat dipersatukan

karena terdapat sebuah aliran sungai. Sampai pada anak bahkan buyut mereka,

mereka tetap akan menanamkan dan mempertahankan bahwa generasi penerus

atau anak cucu yang bertempat tinggal di daerah Nggolan tersebut tidak

diperbolehkan untuk menikah dengan generasi penerus yang ada di salah satu

desa yang ada di Kecamatan Jetis. Sampai sekarang hal itu akan tetap

dipertahankan. Sejarah dari pertentangan itu terjadi ketika peperangan antara

Ki Ageng Mirah dengan Raja Bantarangin. Tidak hanya itu, banyak

penanaman-penanaman yang mereka tanamkan kepada generasi yang ada di

desa tersbut untuk tetap menjadikan reog adalah sebagaian dari jiwa mereka.

Dengan adanya hal tersebut, Reog Ponorogo masih mampu eksis dalam

ruang lingkup dalam negeri maupun luar negeri sampai saat ini. Mereka juga

mampu bertahan pada era globalisasi yang besar-besaran ini. Modernitas yang

masuk pada masyarakat ponorogo, akan tetap mereka mempertahankan

kebudayaan loka yang mengacu pada kearifan lokal dimana kearifan lokal

merupakan suatu gagasan dimana terdapat nilai-nilai adat dan budaya yang

masih kental dalam sebuah tradisi ataupun masyarakat yang mempunyai

tradisi kuat di dalamnya. yang mereka. Pada Desa Sumoroto inilah masih

ditemukan penananaman tradisi maupun nilai-nilai leluluhur yang sangat kuat

pada masyarakat setempat. Mengapa hal tersebut masih dilakukan pada

tradisi-tradisi kuat dan nilai-nilai leluhur pada Masyarakat disana dikarenakan

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang mereka miliki dan merupakan sebagai identitas diri mereka untuk

mengfapresiasikan dengan baik apa yang diberikan oleh para leluhur. Tidak

hanya hal tersebut, dapat dimungkinkan ada beberapa alasan lain yang

melatarbelakangi mengapa keberadaan reog ponorogo masih bertahan di Kota

Ponorogo. Dengan berdasarkan atas pengetahuan dari rasa ingin tahu yang

lebih dalam, peneliti akan mencari tahu tentang beberapa kajian mengapa

sampai saat ini Reog Ponorogo masih mampu mempertahankan kebudayaan

dan nilai-nilai tradisi serta spiritual pada era modern ini. Seperti apa cara

mereka mempertahankan serta makna dari Reog Ponorogo menurut

masyarakat kampung tersebut juga akan kita kaji lebih mendalam pada

penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Bagaimana Cara masyarakat Desa Sumoroto mempertahankan eksistensi Reog

Ponorogo ditinjau dari kearifan lokal pada sejarah masa lalu dan sekarang ini ?

C. Tujuan Penelitian

1. Dapat mengetahui bagaimana cara masyarakat setempat yaitu Desa

Sumoroto mempertahankan kebudayaan lokal Reog Ponorogo sebagai

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Dapat mengetahui bagaimana mereka mempertahankan nilai-nilai pada

perspektif kearifan lokal yang menghantarkan mereka pada tradisi yang

dijalankan mereka.

3. Dapat mengetahui bagaimana sejarah dari Reog Ponorogo sebagai salah

satu Kesenian Tradisional yang mereka miliki dan patut untuk

dipertahankan khasanahnya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan menjadi tambahan dalam pustaka tentang kebudayaan

lokal di Indonesia dan khususnya adalah masyarakat kota ponorogo

bagaimana cara mempertahankan reog ponorogo sebagai asset yang mereka

miliki dan dalam sebuah modernitas yang terjadi saat ini. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagaimana pentingnya Reog

Ponorogo sebagai kebudayaan lokal Kota Ponorogo yang harus tetap

dipertahankan nilai-nilai tradisi leluhur yang telah ada sejak zaman dahulu

tanpa mengacu pada era disentralisasi dan moderniasasi pada saat ini. Dan

dapat meberikan manfaat bagi masyarakat Desa Sumoroto sebagai pelaku seni

reog ponorogo untuk tetap mempertahankan dan menjalankan nilai-nilai

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam mempetahankan sebuah kebudayaan lokal dengan mengarah pada

kearifan lokal yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisi yang merupakan

perihal yang tidak mudah dilakukan. Indonesia adalah salah satu negara yang

mempunyai beranekaragam kebudayaan lokal. Tidak berjalan semulus apa yang

kita inginkan, beberapa kebudayaan lokal yang dimiliki Indonesia juga telah

beberapa kali diambil dan diklaim oleh negara luar. Hal itu dimungkinkan karena

masyarakat Indonesia sendiri yang tidak mau menjaga apa yang mereka miliki

hingga pada akhirnya ketika kasus sebuah pengklaiman terjadi mereka baru

kelabakan untuk menarik lagi bahwa kebudayaan yang diklaim oleh negara lain

itu merupakan milik mereka.

Dalam suatu penelitian atau suatu karya ilmiah, kepustakaan merupakan

salah satu landasan yang paling penting dimana untuk menjadikan dasar atau

tempat berpijak bagi penelitian tersebut. Pada penelitian ini, penelliti akan

menggunakan beberapa literatur yang akan diambil dari beberapa media dan

literatur ini digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini juga menggunakan pustaka-pustaka yang terkait dengan topic

penelitian. Studi pustaka merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan teori

dan konsep pada sebuah penelitian. Sehingga pada penelitian nanti sebuah hasil

pencapaian dsari penelitian tersebut kan teruji kebenarannya. Studi pustaka dapat

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

majalah yang berkaitan dengan topik penelitian. Buku dan referensi lain yang

didapat tentunya berhubungan dengan ilmu sosial khususnya adalah ilmu

sosiologi yang mendukung terhadap penelitian ini. Sedangkan buku-buku lainnya

hanya sebagai referensi tambahan pelengkap bagi peneliti.

Dalam hal penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti menggunakan

bantuan dari hasil penelitian terdahulu yang mempunyai tema yang sekiranya

sama yang telah dilakukan terlebih dahulu. Beberapa penelitian telah didapat oleh

peneliti, diantaranya adalah penelitian tentang Dengan adanya studi pustaka

tersebut akan membantu peneliti menemukan informasi yang lebih awal dari

sebuah penelitian. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan yang mempunyai

tema sama yaitu mengenai Reog Ponorogo adalah Kesenian Reog Ponorogo

sebagai sarana Agitasi Politik yang diteliti oleh Langgeng Budi Utomo Fakultas

Sastra dan Seni Rupa. Penelitian lainnya sepertiMistisme Warok Ponorogo yang

diteliti oleh Puspito Hadikemudian penelitian tentangKesenian Tradisional Reog

di Kabupaten Wonogiri pada TAHUN 1980-2005 yang diteliti oleh Handokodan

tema mengenai Reog Ponorogo juga telah diteliti oleh Magister Pendidikan yaitu

yang berjudul Reog sebagai kajian histori dan nilai edukatif oleh Uswatun

Hasanah. Dari hasil penelitian yang telah disebutkan tadi mempunyai tema yang

sama mengenai Kesenian tradisional Reog Ponorogo dan pada saat ini peneliti

akan melakukan penelitian yang mempunyai tema sama tetapi dengan

pembahasan yang berbeda yaitu mengenai Eksistensi Reog Ponorogo pada

(30)

A. Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode

Penelitian

disebabkan oleh letak geografis Wonogiri yang

menjadi perbatasan langsung dengan Kota

Ponorogo. Yang kedua adlah ketertarikan

individu-individu terhadap kesenian Reog yang

bermula dari ponorogo dirasa unik dan khas serta

mudah untuk dipelajari. Kemudian

perkembangan kesenian reog di Wonogiri mulai

bangkit kembali pada tahun 1969 setelah G 30S

PKI pada tahun 1965.

Dengan adanya hal tersebut kesenian ini

muncul kembali pada acara-acara tertentu sperti

(31)

pernikahan, khitanan dan kaulan secara

smabatan. Pada tahun 1075 kesenian reog di

wonogiri semakin meningkat dan pada akhirnya

dikomerisalkan. Pada tahun 1980 kesenian

tersebut meningkat dan pada akhirnya

dipengaruhi oleh munculnya usaha kerajinan

reog di Purwantoro. Pada sat itu masih tergolong

pesat sampai pada tahun 1990. Pada tahun yang

sama muncul cewrita yang dihubungkan dengan

sejarah kabupaten Wonogiri yaitu

Sambernyawan Wonogirien. Dan pada tahun

1995 terjadi perubahan yaitu yang pertama

munculnya penari jathil perempuan. Hal tersebut

dipengaruhi oleh kebiasaan warok memelihara

gemblakan. Kemudian yang kedua memasukkan

tarian Klono Sewandono dalam pementasan

(32)

Reog. Dan pada akhirnya pada tahun 2000-2005

kesenian ini mulai berkembang pesat di

Kabupaten Wonogiri hal tersebut dikarenakan

kegiatan Reog ini didominasi oleh kelompok

lain.

Pada era demokrasi terpimpin tahun

1959-1965. Kesenian Reog Ponorogo mengalami masa

keemasannya dengan memiliki 364 unit Reog

yang tersebar di Kabupaten Ponorogo. Kesenian

pada masa ini mempunyai fungsi sebagai sarana

hiburan,sarana mengumpulkan massa sebagai

sarana ritual. Hal ini memancing partai politik

untuk memanfaatkan sebagai aspek politik yaitu

dengan memanfaatkan kesenian Reog sebagai

media komunikasi dalam rangka propaganda dan

memasukkan ideologinya. Dalam hal ini pelaku

(33)

seni reog ponorogo tidak hanya dari seniman

tradisi tetapi juga para politisi dari partai

khususnya Partai Komunis Indonesia (PNI) ,

Partai Komunikasi Indonesia(PKI), dan

Nahdhatul Ulama(NU).

Kehidupan Warok Ponorogo yang diwarnai

oleh batin dan kejiwaan dengan hidup

berngelmu. Ngelmu merupakan pengetrapan

pelaku. Dalam mempertebal ajaran Warok

Ponorogo berlaku amalan-amalan atau lelaku

yang berhubungan dengan spiritualnya. Japa

Mantra, Tapa Brata, dan Bandha Donya hanya

sarana untuk mencapai kebenaran sejati.

Ujung-ujungnya adalah bisa memperoleh Emating mati

patitis, manunggaling kawula gusti,sangkan

(34)

Warok Esitoris dan

Spiritualisme

Ponorogo.

interpretasi,

historiografi

paraning dumadi yaitu yang berarti akhir

kehidupan yang penuh dengan kedamaian.

Mistisme Warok Ponorogo lebih menekankan

pada aspek hidup yang ideal(urip utomo). Unsur

yang terpenting dalam ajaran Mistisme Warok

Ponorogo adalah konsep “ Mangerang Gesang ”

yang mempunyai arti hidup seperti Tuhan pada

skala kecil. Hal ini dikarenakan menurut paham

mistik yang dianut pada dasarnya manusia ada

karena kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Mistik

pada warok ponorogo cenderung pada mistik

yang bersifat kejawen. Terdapat perbedaan

dalam mistik Warok Ponorogo diantarnya adalah

:

1. “ Ngelmu Kanoragan Berpangkal dari

syetan dan Roh”. Tujuannya adalah mencari

(35)

kepuasan hidup dan kebahagiaan pribadi.

Larangannya adalah melanggar ilmu. Ilmu

Kanorgan disebut juga sihir hitam.

2. “Ngelmu kautamaan berpangkal dari sukma

manusia yang tujuannya mencari

kebahagiaan hidup untuk bersama”.

Larangannya adalah wewaring bebrayan,

melanggar larangan ngelmu. Ngelmu

tersebut adalah ngelmu kautaman yang

berarti sihir putih.

3. “Ngelmu Kesempurnaan berbangkal dari

daya gaib Gusti ” yang tujuannya adalah

mendapatkan kebahagiaan kekal.

Larangannya adalah Wewaling bebrayan

dan pepacuhing pangeranyang mempunyai

tujuan akhir adalah bersatu dengan Sang

(36)

Pencipta.

Dalam zaman globalisasi dan era desentralisasi

politik ini, kebudayaan daerah di Indonesia

sedang mengalami perubahan akibat tekanan dari

berbagai sudut. Pada saat ikatan baru kepada

negara dan masuknya unsur-unsur dari luar

menantang kelangsungan identitas lokal,

namun desentralisasi politik di Indonesia dan

pemindahan kewenangan dalam bidang

pendidikan dan kebudayaan ke dalam tangan

Pemerintah Daerah mendorong pengembalian

kepada identitas budaya daerah. Interaksi

kekuatan ini mengakibatkan perubahan dalam

peran dan fungsi kesenian-kesenian Indonesia

dalam masyarakat. Di Indonesia modern

kebudayaan adalah milik daerah, dan orang

(37)

Indonesia kembali menganut tradisi-tradisi

daerah sebagai ekspresi jati diri. Melalui

wawancara dengan informan, peneliti

mempelajari bahwa Reog memegang beberapa

fungsi penting dalam kebudayaan Ponorogo dan

konstruksi identitas Ponorogo. Kasus Reog mirip

dengan kasus kesenian Indonesia lainnya, yaitu

kondisi dan situasi politik dan keberadaannya

tantangan dari luar yang lebih banyak

mengakibatkan penciptaan identitas budaya

yang lebih kuat, dan kesenian tradisionalnya

diangkat menjadi simbol identitas budaya

tersebut. Meskipun Reog masih dipraktekkan

sebagai hiburan, fungsi ini sudah mulai

dipudarkan oleh fungsi Reog sebagai simbol

budaya yang mewakili identitas Ponorogo.

(38)

Perubahan itu juga didorong pemindahan Reog

dari tempat tradisionalnya di desa kepada

sistem pendidikan, dimana proses sekularisasi

yang sedang terjadi mematahkan ikatan Reog

dengan unsur-unsur kebudayaan Ponorogo

lainnya. Pentingnya Reog sebagai satu-satunya

perwujudan kebudayaan khas Ponorogo menjadi

salah satu penyebab utama kehebohan mengenai

kontroversi pencurian Reog. Oleh karena orang

Ponorogo tidak mempunyai sarana lain untuk

mengekspresikan identitas Ponorogo mereka,

Reog di Ponorogo menjadi hal yang sensitif dan

dapat memicu tanggapan kuat dari masyarakat

jika diklaim orang lain. Meskipun kasus ini

menjadi bahan berita di seluruh Nusantara,

dalam konteks lokal Ponorogo kontroversi ini

(39)

harus dipahami sebagai isu lokal bagi

kebanyakan orang, khususnya bagi orang yang

tinggal di luar kota.

Dari analisis di atas dapat kita lihat

bahwa kontroversi ‘pencurian’ Reog Ponorogo

oleh Malaysia sebenarnya tidak perlu terjadi.

Selain dari sensitivitas orang Ponorogo terhadap

Reog, kontroversinya juga terjadi akibat dari

pendefinisian ulang status kesenian secara

hukum yang merupakan proses yang kompleks.

Sedangkan dulu kesenian dianggap sebagai milik

bersama, sekarang kepemilikan berbagai

kesenian diberikan kepada negara atau

pemerintah tingkat daerah, sesuai dengan hukum

hak cipta internasional yang dipegang UNESCO.

Akan tetapi sifat seni adalah bahwa ia tidak

(40)

terbatas oleh perbatasan negara atau pun

buku-buku pedoman dasar yang disusun pemerintah.

Seni adalah tempat ekspresi dan kreativitas,

sehingga upaya untuk membatasi kesenian atau

memperlakukannya dengan cara yang sama

seperti obyek fisik yang mempunyai pemilik

tertentu pasti akan menimbulkan masalah. Dalam

kasus ini, dimana kesenian yang dibicarakan

sudah lama berada di kedua negara akibat

migrasi selama jangka waktu panjang,

pembebanan paradigma dan hukum baru ini

mengakibatkan kesalahpahaman berkaitan

dengan status Reog yang menjadi kontroversi

berskala besar sebagai akibat dari paparan

media.

(41)

Margaret J. Kartomi Perfomance,Music

and Meaning of

Reyog Ponorogo

Mengetahui sejarah

dari Reyog

Ponorogo dan

aplikasi dari Reyog

Ponorogo pada

zaman dahulu mulai

dari apa yang

ditampilkan,music

yang digunakan dan

arti dari Reyog

Ponorogo itu sendiri

Deskriptif

Kulalitatif

Reyog Ponorogo dalam hal ini dilihat dari

bagaimana penampilan yang ditampilkan seperti

halnya juga diceritakan mengenai warok dan

gemblak , kemudian juga menceritakan

dahulunya Reog Ponorogo pada tahun 1971

berjalan dengan membawa gamelan beserta alat

kesenian music lainnya seperti

slompret,kenong,kempul,tipung,dan kendang

ponorogo dimana ritme music yang dimainkan

berbentuk seperti musical. Dalam penampilan

dari Reog Ponorogo menceritakan tentang

perjalanan dari Klono Sewandono.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dari penelitian relevan diatas dapat digunakan sebagai penunjang

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dimana dari penelitian yang

sudah dilakukan terlebih dahulu tersebut memiliki tema yang sama yaitu

mengenai Reog Ponorogo tetapi memiliki tinjauan dan fokus masing-masing

dari setiap penelitian. Dengan adanya hal tersebut dapat membantu peneliti

dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang Reog Ponorogo

yang dilihat dari Eksisntesinya dan ditinjau dari Kearifan Lokal dari Kesenian

Tradisional Reog Ponorogo. Maka dari itu peneliti dapat lebih cermat dalam

menganalisis penelitian yang terkait dengan penelitian relevan tersebut.

B. Definisi Konseptual

1. Eksistensi

Istilah eksistensi mengalami perluasan arti. Istilah eksistensi pada

mulanya menunjuk pada pengalaman akan kenyataan. Segala yang

bereksistensi dengan cara tertentu harus terdapat dalam ruang dan waktu,

dan harus merupakan objek cerapan indera (Kattsof, 1986:209).

Kemudian, istilah eksistensi menunjuk pada kesadaran manusia,

yang dalam moralitasnya, dapat mengekspresikan identitas dirinya. Istilah

eksistensi dalam pengertian yang pertama maupun kedua selalu mengarah

kepada manusia. Istilah eksistensi menjelaskan apa yang menentukan

pengertian manusia terhadap dirinya sendiri yang independen. Eksistensi

bukan hanya berarti keberadaan manusia,tetapi juga cara berada manusia

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Hakikat manusia terletak dalam eksistensinya. Pemahaman

terhadap eksistensi manusia bertolak dari tiga aspek yang integral.

Pertama, manusia merupakan keberadaan jasmani yang tersusun dari

bahan material. Kedua, keberadaan manusia tampak sebagai sosok atau

organisme hidup yang menyatu dalam tampilan individu jasmani. Ketiga,

manusia mempunyai ciri kehidupan mentransendensi dan meneguhkan diri

sebagai eksisten (Dagun, 1990: 8).

Ekistensi manusia juga biasanya dikatakan sebagai kesadara

manusia yang artinya sebuah keadaan yang berkat kesadarannya, manusia

mampu melampaui situasi-situasi yang melingkarinya dan mampu

mengatasi apa yang faktum dan datum lingkupnya dalam proses yang

dsiebut trandensi.(Mudji, 2005 : 355)

2. Kebudayaaan

Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan

soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin

tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat,

mempergunakan, dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan.

Kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari

oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala

sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perliaku yang normative. Dalam hal

ini artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir , merasakan,

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Kata kebudayaan berasal dari ( bahasa sansekerta) buddhayah yang

merupakn bentuk jamak kata buddi. Yang berarti budi atau kekal.

Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi

atau akal”.

Kebudayaan juga mempunyai istilah lain yaitu kebudayaan adalah

salah satu hal yang berkaitan tetang topic ini. Kebudayaan adalah suatu

perkembangan dari kata majemuk budi daya yang berarti daya dari budi

berupa : Cipta, karsa dan rasa (Koentjanaringrat, 1986 : 181)

Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan karsa. Dengan

adanya hal tersebut kebudayaan ditempatkan kepada sesuatu yang sudah

terjadi, sudah terbentuk, sebagai hasil olahan cipta, karsa, dan rasa

masyarakat manusia. Koentjaraningat juga menyebutkan istilah lain

tentang kebudayaan adalah Culture. Dimana culture berasal dari colere

yang artinya : mengolah, mengerjakan yang diutamakan adalah mengolah

tanah dana bertani. Jadi maknanya adalah sebagai segala upaya serta

tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.

(Koentjaningrat , 1986 :180)

Dengan adanya hal diatas maka Koentjaraningrat merumuskan

budaya sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan melalui belajar. Menurut Edwar Taylor dalam buku

sosiologi pedesaan , kebudayaan adalah segala sesuatu yang termasuk

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

yang ada di masyarakat dan dilakukan oleh anggotanya. (YayukYulianti

MS, 1999 : 49)

Kebudayaan berkait dengan dimensi-dimensi manusia bisa dilihat

dalam dua sudut yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Kebudayaan

sebagai kata benda berarti kebudayaan dilihat dari hasil,produksi

kreativitas dengan cirinya sebagai sesuatu yang sudah jadi,beku,dan

mati(meskipun tetap merupakan hasil karya kesadaran,kegiatan kehendak

dan buah dimensi rohani dan jasmani manusia). Sedangkan kebudayaan

sebagai kata kerja berarti kebudayaan yang dilihat sebagai suatu proses

yang bertumbuh dan berkembang terus sebagai ekspresi tindakan sadar

manusia dalam mengolah lingkungannya. Dalam arti kebudayaan itu

bersifat dinamis dan aktif kreatif (Mudji, 2005 : 363)

Pada dasarnya segala perwujudan daya kreasi manusia baik spiritual,

mental, maupun material. Penempatan ke depan kebudayaan sebagai kata

kerja langsung membawa konsekuensi logis yaitu penempatan manusia

sebagai subjek sadar diri dan yang menjadi aktor dari

tindakan-tindakannya.

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur

besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu

kebulatan yang bersifat kesatuan. Tujuan dari unsur kebudayaan yang

dianggap sebagai cultural universals yaitu sebagai berikut :

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Mata pencaharian hidup dan system ekonomi

(pertanian,peternakan,system produksi,system distribusi,dan

sebagainya)

c. Ssitem kemasyarakatan (system kekerabatan, organisasi politik, system

hukum, system perkawinan)

d. Bahasa (lisan maupun tertulis)

e. Kesenian ( seni rupa,seni suara,seni gerak,dan sebagainya)

f. Ssitem pengetahuan

g. Religi(system kepercayaan)

3. Kesenian

Kesenian merupakan salah satu perwujudan dari kebudayaan.

Lebih dari itu, kesenian adalah tempat di mana makna budaya ditafsirkan

dan identitas budaya diakui dan diperkuat, khususnya di masyarakat kecil.

Secara historis dan tradisional kesenian memegang peran penting dalam

kehidupan masyarakatnya. Rosman dan Rubel menjelaskan sebagai

berikut :

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Seperti yang dijelaskan Koentjaraningrat, dalam kenyataannya

masyarakat kesenian dan kebudayaan fisik lainnya tidak terpisah dari

sistem sosial dan adat-istiadatnya. Hal itu karena kebudayaan fisik

merupakan bagian dari lingkungan hidup masyarakat, yang makin lama

makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga

mempengaruhi pula cara berpikirnya. Dengan demikian, secara serentak

pelaksanaan kesenian dapat mencerminkan dan memperkuat nilai-nilai,

hierarki dan struktur kebudayaan. Kesenian juga menjadi cara untuk

menghubungkan diri dengan masyarakat. (Koentjaraningrat,1986 :188)

Pengertian hal lain mengenai kesenian adalah komponen

sosiokultural yang bersifat universal. Isinya berupa kesan atau

pengungkapan simbolik yang mempunyai nilai etis,emosional,atau

intelektual bagi anggota suatu masyarakat. Mangku Purnomo , (1999 : 81)

4. Kebudayaan Lokal

Kebudayaan lokal adalah hal-hal yang merupakan hasil dari cipta

rasa dan karsa yang tumbuh dan berkembang dalam suatu suku bangsa

yang ada di daerah tersebut. Kebudayaan lokal mengacu pada kesenian

tradisional yang didalamnya pasti terdapat sebuah kepercayaan dan hal

tersebut sudah mengakar pada kebudayaan tersebut sejak zaman dahulu.

Seperti halnya indonesia yang memiliki suku bangsa dan didalamnya

tetrdapat keanekaragaman budaya yang dianut daerah tersebut. Pengertian

dari kebudayaan l;okal juga berkenaan dengan kebudayaan yang dimiliki

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Budaya tersbut akhirnya dikelola dan dilestarikan oleh daerah itu sendiri.

Bahkan beberapa daerah menganggap bahwa kebudayaan yang mereka

miliki adalah identitas yang ada pada diri mereka.

5. Kearifan Lokal

Gobyah mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah

kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Geriya

dalam mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan

keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada

filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara

tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar

sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga.

Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua

kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia

John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan

wisdom(kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maknalocal

wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan setempat

(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang

tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat.

Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya

bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang

berulang-ulang dan mengalami penguatan. Apabila suatu tindakan tidak

dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

karena dianggap baik atau mengandung kebaikan. Kearifan adat dipahami

sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta

dianggap baik oleh ketentuan agama.

Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai

landasan dalam pembentukan jatidiri bangsa secara nasional.

Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar.

Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup

dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam

kesadaran masyarakat. Berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal telah menjadi tradisi baik fisik maupun budaya, dan secara

turun-temurun menjadi dasar dalam membentuk bangunan dan

lingkungan. Di dalam permukiman tradisional, dapat ditemukan pola atau

tatanan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesakralannya atau

nilai-nilai adat dari suatu tempat tertentu. Hal tersebut memiliki pengaruh cukup

besar dalam pembentukan suatu lingkungan hunian atau perumahan

tradisional. Nilai-nilai adat yang terkandung dalam permukiman

tradisional menunjukkan nilai estetika serta local wisdomdari masyarakat

tersebut. Keanekaragaman sosial budaya masyarakat pada suatu daerah

tidak terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Dengan demikianlocal

wisdom (kearifan lokal/setempat): dapat dipahami sebagai

gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu :

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya

berkaitan dengan upacara daur hidup, konsepkanda pat rate.

3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu

pengetahuan, misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan

pemujaan pada pura Panji.

4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.

6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.

7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben

dan penyucian roh leluhur.

8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan

kekuasaanpatron client

Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah

keraifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat

pragmatisdan teknis.

Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan

hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan

lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok

masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok

masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak

(51)

sehari-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

hari. Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang,

dari satu generasi ke generasi berikut.

C. Landasan Teori

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan untuk mengkaji

permasalahan tentang Eksistensi Reog Ponorogo Pada Masyarakat Desa

Sumoroto peneliti akan menggunakan pendekatan teori sosiologi sebagai

landasannya. Dalam kehidupannya manusia memiliki kebutuhan yang

berbeda-beda pada setiap individu dan antar individu saling berinteraksi dan

saling berhubungan secara timbal balik.

Sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial

dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah

keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah

sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok

serta lapisan-lapisan sosial (Soekanto,2000 : 20-21). Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang obyeknya adalah

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang

timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Oleh karena penelitian ini berpijak pada disiplin ilmu sosiologi maka

penelitian ini menggunakan paradigma sosiologi. Paradigma itu sendiri adalah

suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang

merupakan suatu sumber nilai. Konsekuensinya hal itu merupakan suatu

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu

sendiri. Menurut Thomas Khun,paradigma mengandung empat unsur, yaitu 1)

subject matter, 2) teori, 3) metode, dan 4) eksemplar atau prosedur ( Yulius

Slamet,2006:16).

Dalam penelitian in akan menggunakan Teori Tindakan Sosial milik

Max Weber dan Interaksionalisme simbolik milik George Herbert Mead.

1. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Max Weber mengungkapkan bahwa dunia sebagaimana kita

saksikan terwujud karena tindakan social. Manusia melakukan sesuatu

karena mereka memutuskan untuk melakukan itu,untuk mencapai apa

yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran,mereka

memperhitungkan keadaan,kemudian memilih tindakan. Bagi Max

Weber,struktur social adalah produk(hasil) dari tindakan itu,cara hidup

adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Memahami realitas social

yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia

menentukan pilihan. Teori sosiologi bukanlah teori mengenai system

social yang memiliki dinamikanya sendiri,melainkan mengenai makna

dibalik tindakan individu. Max Weber menyebut metode yang

dikembangkan sebagai verstehen.

Inti dari tindakan sosial adalah tindakan yang penuh arti dari

individu yakni tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai

makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tujuan dan motivasi pelaku,Weber juga yakni bahwa cara terbaik untuk

memahami berbagai masyarakat adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal

tindakan yang menjadi cirri khasnya dengan merekonstruksi makna dibalik

kejadian-kejadian sejarah yang menghasilkan struktur-struktur dan

bentukan-bentukan social. Menurut Max Weber, kita bisa membandingkan

struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa

warga masyarakat bertindak,kejadian-kejadian historis secara berurutan

yang mempengaruhi karakter mereka dan memahami tindakan pada

pelakunya yang hidup dimasa kini,akan tetapi walaupun demikian kita

tidak bisa menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur social.

Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku social atau tindakan

menjadi 4 yaitu :

a. Tindakan Tradisional (Traditional Action) yakni tindakan social

murni,tindakan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan dalam

mengerjakan seseuatu masa lalu saja. Tindakan social juga didorong

dan berorientasi kepada suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di

masa lampau(tradisi). Mekanisme tindakan semacam ini selalu

berlandaskan hukum-hukum normative yang telah ditetapkan secara

tegas oleh masyarakat.

b. Tindakan Afektif (Affectual Action) yakni tindakan yang

dibuat-buat,dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si pelaku.

Tindakan ini sulit dipahami,kurang atau tidak rasional. Tindakan social

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

emosional,seperti halnya ledakan amarah seseorang,ungkapan rasa

cinta,rasa belas kasihan,itu merupakan contoh dari tindakan afektif ini.

c. Tindakan berorientasi tujuan atau penggunaan rasionalitas instrumental

(Werktrational Action) yakni tindakan dimana pelaku menilai apakah

cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat untuk

mencapai tujuannya. Tindakan ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri.

Tindakan rasional,karena pilihan-pilihan terhadap cara-cara kiranya

sudah menentukkan tujuan yang diinginkan. Tindakan ini juga

memiliki nilai-nilai yang dijadikan sandaran ini bias nilai

etis,estetis,keagamaan,atau pula nilai-nilai lain.

d. Tindakan berorientasi nilai atau penggunaan rasionalitas nilai (Zwerk

Rational) yakni tindakan social murni,dalam tindakan ini pelaku tidak

hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi

juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.

2. Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead

Teori ini mendasarkan studi perilaku individu dan kelompok kecil

masyarakat melalui serangkaian pengamatan dan deskripsi. Metode ini

dilandaskan pada pengamatan atas apa yang diekspresikan orang meliputi

penampilannya, gerak-gerik perilakunya, dan bahasa simbolik yang

muncul dalam situasi sosial. Interaksionis simbolis mengetengahkan

dimensi-dimensi yang terabaikan (Subyektifitas atau interpretasi

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

manusia bersifat subyektif dan interpretatif. Paradigma interaksionalisme

simbolik mengatakan bahwa masyarakat atau struktur sosial dan proses

proses sosial berskala besar harus dipahami sebagai hasil dari intraksi

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini peneliti akan mengambil lokasi penelitian yaitu

salah satu desa yang ada di Ponorogo, Desa Sumoroto. Desa sumoroto

merupakan salah satu desa tertua yang ada di Ponorogo yang letaknya sebelah

barat dari arah menuju kota ponorogo. Dalam desa sumoroto terdapat wilayah

yang letaknya masih satu desa dengan Desa Sumoroto yaitu Bantarangin. Pada

daerah Bantarangin itulah peneliti akan melakukan penelitian. Peneliti

memilih lokasi penelitian di Bantarangin Desa Sumoroto dikarenakan wilayah

ini merupakan wilayah yang masih kental akan nilai-nailai spritiual dari para

lelulur kota ponorogo itu sendiri. Selain hal tersebut, Bantarangin sudah diakui

oleh banyak masyarakat luas yang ada di Ponorogo sebagai salah satu wilayah

yang ada di Desa Sumoroto yang masyarakatnya mempunyai beberapa

industri tentang kerajinan Reog Ponorogo dan juga sebagai pelaku seni

tradisional Reog Ponorogo. Tidak hanya hal tersebut, Kumpulan dari beberapa

pelaku seni Reog Ponorogo terdapat dalam wilayah tersebut. Kegiatan yang

mereka lakukan merupakan bentuk apresiasi serta eksistensi yang mereka

lakukan untuk mempertahankan kesenian yang mereka miliki serta penanaman

Referensi

Dokumen terkait

The main alteration minerals identified in drill hole and surface samples include alunite, silica, quartz, kaolinite, pyrophyllite, illite-smectite, and minor

62 Tahun 2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu, sebagaimana juga tercantum dalam Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Sanata Dharma Tahun 2017, yang

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nur dkk (2012) dengan variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik, dewan komisaris, leverage, dan pengungkapan media

2. Isolat jamur endofit Trichoderma sp. viride), dan jamur endofit Rhizoctonia spp. isolat ENDO-07 batang Timbenuh dan ENDO-08 batang Selebung dapat meningkatkan ketahanan

adalah dalam menentukan produk kedelai yang diimpor perusahaan hanya melihat dari data satu tahun sebelumnya sehingga sering kali permintaan kedelai tidak sesuai

Seluruh dokumen, data, informasi, dan/atau keterangan yang saya sampaikan, berikan, kirimkan, dan/atau isikan untuk memenuhi persyaratan sebagai mahasiswa Universitas Gadjah

Menghadapi dampak positif dan negatif diatas, maka menjadi jelas bahwa sikap diskretif, kemampuan berdiscernment, kemampuan menyikapi kemajuan teknologi dengan bijak

Hasil penelitian adalah 1) Kreativitas guru menunjukkan kecenderungan sangat baik yaitu sebanyak 45 atau 88% responden memiliki Kreativitas guru dengan kriteria