• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengelola Kelas Di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak Melalui Supervisi Individual Teknik Observasi Kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengelola Kelas Di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak Melalui Supervisi Individual Teknik Observasi Kelas"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Kompetensi Guru

2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru

Mengungkapkan kompetensi dari kata “Competent” yang berarti kemampuan, kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja (Suyuti, 2003:17). Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya ( Saragih, 2006: 29).

(2)

profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan professional adalah guru piawai dalam melaksanakam profesinya. Bahwa dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian Adlan (2000: 32) yaitu:

a. Kompetensi kognitif, yaitu kemampuan dalam bidang intelektual seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkah laku individu.

b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas.

c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai.

Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan

(ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang

bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.

2.1.2 Karaktristik Kompetensi guru

(3)

keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik dan terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja akan tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola kelas, mengelola proses pembelajaran, pengelolaan siswa, dan melakukan tugas-tugas bimbingan dan lain-lain (Danim, 2002: 3). Berdasarkan UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Niam, 2006: 17).

a. Kompetensi Pedagogik

(4)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2005: 75).

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat luas. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk (1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. (2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. (3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik ; dan (4) Bergaul secara santun dengan masyarakat

d. Kompetensi Profesional

(5)

dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. PP Nomor 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi Profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (1) Menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. (2) Menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

2.2

Pengelolaan Kelas

2.2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas

(6)

Pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial Winzer (Winataputra, 2003: 9).

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas (Usman, 2003). Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu: Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai: (1) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. (2) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. (3) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

(7)

belajar, maka peserta didik akan cenderung berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun bilamana lebih dominan sikap menolak sebelum belajar, maka siswa kurang mem-perhatikan kegiatan pembelajaran.

“ted process. It involves motivating students to learn, providing appropriate instruction and feedback, andmanaging student work. Effective managers organize and conduct their classrooms to preventmanagement problems from happening in the first place, (Jack Snowman and Rick McCown, 2012:92).

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

2.2.1 Kegiatan Pengelolaan Kelas

(8)

belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan guru dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas (Suhardan, 2009: 114) adalah:

(9)

kelompok yang menyangkut individu maupun pekerjaan yang sangat penting untuk di catat karena akan mendukung guru dalam memberikan evaluasi akhir terhadap pencapaian hasil pekerjaan siswa. (f) Pemeliharaan arsip. Arsip-arsip tentang kegiatan dalam kelas disimpan dan didata dengan rapi dan dipelihara sebagai tanggung jawab bersama sehingga dapat memberikan informasi baik bagi guru maupun bagi siswa. (g) Memberi tugas. Penugasan adalah proses memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri dan dapat mengevaluasi kemampuan secara sendiri.

Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan sosial emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa. Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas dilihat dari:

a. Anak-anak memberi respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya bahwa perilaku yang diperlihatkan siswa seberapa tinggi, seberapa baik, dan seberapa besar terhadap pola perilaku yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas.

(10)

Adapun indikator keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah: (a) Tercipta suasana tempat belajar yang kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan bergairah) (b) Terjadi hubungan interpersonal yanga baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Kegiatan mengelola kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah melakukan tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama. Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif.

2.2.2 Komponen Ketrampilan Pengelolaan Kelas Komponen keterampilan mengelola kelas salah satunya adalah keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal Djamarah (2006:186), meliputi:

(a) Menunjukkan sikap tanggap, Sikap

(11)

1.Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.

2.Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.

(c) Memusatkan perhatian kelompok,

Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerja sama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara: 1) Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi. 2) Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.

(d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang

jelas, Guru harus seringkali memberikan

arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan.

(e) Menegur, apabila terjadi

penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(12)

reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi manajemen kelas

Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosial-emosional) yang melekat pada guru. Menurut (Suhardan, 2009: 112-113) untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, ada berbagi faktor yang mempengaruhinya antara lain:

a. Kondisi fisik

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempuyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran, lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesk-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.

(13)

mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya, suhu, ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman, oleh karena itu vetilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang, Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah di capai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar.

e. Kondisi sosio-emosional

Kondisis sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairaan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondis sosio-emosionsl tersebut meliputi:

a) Tipe kepemimpinan, kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis.

b) Sikap guru, sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingka laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terima siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya, berlaku adil dalam bertindak.

(14)

jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan.

d) Pembinaan hubungan baik, Pembinaan hungan baik antara guru siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru dan siswa, di harapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah, dan semangat, bersikap optimistik dalam kegiatan belajar yang sedang di lakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.

2.3

Kompetensi guru dalam mengelola kelas.

Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemontrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata Mulyasa (2009: 31). Oleh karena itu, kompetensi guru sangat penting dimiliki oleh guru sebagai bekal untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki empat kompetensi untuk menunjang pekerjaannya. Empat kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(15)

guru. Kompetensi guru dalam mengelola kelas adalah segala sesuatu yang dilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, bagaimana pun cara dan bentuknya. Kompetensi guru dalam mengelola kelas adalah keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar tetap kondusif agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara optimal.

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan peserta didik baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat digunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut:

a.Hangat dan antusias

(16)

menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada

aktifitasnya akan berhasil dalam

mengimplementasikan pengelolaan kelas. c. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

d.Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

e. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mecegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

f. Penekanan pada hal-hal yang positif

(17)

yang negatif,. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

g. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru hendaknya menjadi teladan mengendalaikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin ana didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal

2.4

Supervisi Akademik

2.4.1 Pengertian Supervisi Akademik

Supervision as an interpersonal process in which the skilled practitioner or supervisor helps less skilled practitioners in relation to their professional growth (Abiddin, 2008:14). Glickman, (2010) Ryan (2012:563) Supervision as a common vision ”that is developed collaboratively and brought into reality together. It forms connections that focus organizational and individual goals, objectives and efforts into an overarching strategy”.

(18)

pendidikan. Bantuan atau pelayanan yang diberikan yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru untuk dapat mengembangkan pengelolaan pembelajaran yang terdiri dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian prestasi belajar (Purwanto, 2006: 76-79).

Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.

Supervisi akademik yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses belajar (Arikunto, 2004: 5). Fungsi supervisi adalah membantu sekolah menciptakan lulusan yang baik dalam kuantitas dan kualitas, serta membantu para guru agar bisa dan dapat bekerja secara profesional sesuai dengan kondisi masyarakat tempat sekolah itu berada (Pidarta, 2009: 3).

(19)

mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran Abusmar dkk, (2013:4). Supervisi akademik salah satu upaya kepala sekolah membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya dalam meningkatkan mutu guru dan mutu pendidikan. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut. 1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan

2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.

(20)

5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.

6) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.

2.4.2 Teknik Supervisi Individual

(21)

Pertemuan individual, Kunjungan antar kelas, dan Menilai diri sendiri.

a) Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas: (1) Dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, (2) Atas permintaan guru bersangkutan, (3) Sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan (4) Tujuan kunjungan harus jelas.

Tahap-tahap kunjungan kelas ada empat tahap kunjungan kelas. (1) Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. (2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. (4) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi. (5) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.

Kriteria kunjungan kelas, dengan menggunakan enam kriteria yaitu:

1)Memiliki tujuan-tujuan tertentu;

(22)

3)Menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;

4)Terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; 5)Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu

proses pembelajaran; dan

6)Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

b) Observasi kelas

Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan, Arikunto, (2006:55 ). Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas, (Glickman, et al; 2007).

(23)

kreteria yang dipakai dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi, Arikunto, ( 2006:56).

Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: 1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam

proses pembelajaran, (b) Cara menggunakan media pengajaran (c) Variasi metode, (d) Ketepatan penggunaan media dengan materi

2. Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan 3. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar

mengajar.

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap: Persiapan, Pelaksanaan, Penutupan, Penilaian hasil observasi; dan Tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.

c) Pertemuan Individual

(24)

melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.

d) Kunjungan antar kelas

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas: Harus direncanakan; Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi; Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi; Sediakan segala fasilitas yang diperlukan; Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat; Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu; Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi; Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e) Menilai diri sendiri

(25)

catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara kelompok.

2.5

Teknik Observasi Kelas

2.5.1 Pengertian Observasi Kelas

Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan, Arikunto, (2006:55). Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas, (Glickman, et al; 2007). Seorang supervisi mengadakan observasi kelas dengan cara meneliti suasana atau kondisi kelas selama pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data yang valid sehingga data itu dapat digunakan untuk menganalisi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar (PBM).

(26)

pendidik dan mengevaluasinya, 3) Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik, 4) Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan tugasnya, 5) Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program supervise, 6) Mempererat dan memupuk integritas sekolah. ( Sahertian, 2000:57).

Melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Sasaran dari observasi kelas adalah proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan tujuan untuk memperoleh daya yang seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi pembelajaran. Guru-guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain.

(27)

murid dan masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar tersebut.

2.5.2 Aspek-Aspek Yang Diamati

Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan media pengajaran, (3) variasi metode, (4) ketepatan penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan observasi melalui tahap: persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi;dan tindak lanjut. Dalam rangka melakukan observasi, seorang supervisor hendaknya telah mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi.

2.5.3 Jenis dan Cara Melakukan Observasi

Cara dan sikap yang harus dilakukan oleh supervisor untuk memperoleh data dalam observasi antara lain:

1)Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas). Mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat siswa, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka bagi guru.

(28)

3)Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.

4)Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi sisiwa-siswa tentang proses belajar.

Kriteria yang dipakai dalam observasi dari data yang dikumpulkan dan dicatat haruslah bersifat obyektif maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang dicatat merupakan data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subyektif dari supervisor, apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya. Oleh karena itu pencatatan yang tidak valid (tepat) dengan sendirinya tidak dapat dipercaya dan data dari catatan-catatan itu akan “berkata” dan memberikan kecenderungan tafsiran terhadap situasi belajar dan mengajar. Menurut Sahertian, (2005:56) ada dua cara observasi yaitu: Observasi langsung, dengan menggunakan alat observasi, supervisi mencatat absen yang dilihat pada saat guru mengajar. Observasi tidak langsung Orang yang di observasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya (biasanya dilakukan dalam laboratrium untuk pengajaran mikro), jenis observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pertama observasi langsung (directed

observation) jika seorang guru yang sedang mengajar

(29)

tidak langsung (indirect observation). Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses belajar mengajar yang sedang berlangsung adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses belajar mengajar, (2) cara penggunaan media pengajaran, (3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar, (4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

2.5.4 Tahap-tahap Observasi

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap sebagai berikut: Persiapan observasi kelas, Pelaksanaan observasi kelas, Penutupan pelaksanaan observasi kelas, Penilaian hasil observasi, Tindak lanjut

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan observasi kelas ini adalah:

1)Sebelum kunjungan dilakukan harus disusun rencana secara sistematis, baik mengenai tujuannya maupun mengenai segi-segi yang akan diobservasi, cara dan pentahapan observasi, alat atau cara pencatatan dalam mengobservasi dan cara memperoleh serta mentafsirkan hasil observasi. 2)Kesempatan kunjungan harus lebih banyak

(30)

guru yang bersangkutan sudah ketingggalan serta bersifat statis dalam mengikuti perkembangan dan pembaharuan pendidikan.

3)Rencana dan maksud kunjungan serta kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kunjungan itu harus diberitahukan lebih dahulu sebelum kunjungan dilakukan kepada guru yang akan dikunjungi.

4)Selama kunjungan atau segera setelah kunjungan selesai harus dibuat catatan-catatan yang perlu sesuai maksud kunjungan. Jangan membiasakan sekedar menggunakan ingatan tanpa membuat catatan kecil sama sekali.

5)Mendiskusikan hasil kunjungan baik dengan pihak yang dikunjungi maupun dengan teman guru lainnya.

2.6

Penelitian Yang Relevan

Dienda Mahendrawati .2012. Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kebakkramat.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah untuk melaksanakan Permendiknas No. 13 Tahun 2007. (a) Tujuan supervisi akademik kepala sekolah untuk

membantu guru dalam mengembangkan

(31)

secara total. (b) Fungsi supervisi akademik adalah sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru, meningkatkan kemampuan mengajar guru, meningkatkan keterampilan mengajar serta mendorong guru ke arah perbaikan profesi guru. (c) Teknik yang biasa digunakan oleh kepala sekolah adalah teknik individual atau kelompok dengan cara langsung maupun tak langsung. (d) Prinsip yang digunakan adalah praktis, sistematis, objektif, realistis, antisipatif, konstruksif, kooperatif, demokratis, berkesinambungan, terpadu dan komprehensif. (2) Kendala yang dihadapi adalah kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah, kurangnya persiapan guru yang disupervisi, pelaksanaan supervisi akademik yang tidak sesuai jadwal. (3) Usaha untuk mengatasi kendala adalah dilakukan koordinasi dengan guru senior, pemberian motivasi kepada guru yang disupervisi mengenai pentingnya supervisi pendidikan, dan penjadwalan ulang kegiatan supervisi. Kata kunci: implementasi, supervisi akademik, kepala sekolah.

Hamzah. 2011. Pelaksanaan Supervisi Akademik dan Manajerial Pengawas Sekolah pada SMP Negeri 2

Alalak Kabupaten BatolaHasil penelitian menunjukkan

(32)
(33)

dengan jalan meminta kepala sekolah agar memperioritaskan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan KTSP Dari temuan tersebut diharapkan agar pengawas satuan pendidikan memperhatikan dan melaksanakan supervisi akademik dan supervisi manajerial agar mutu saekolah yang menjadi binaannya dapat berjalan dengan lancar.

(34)

pendampingan dapat meningkatkan efektivitas implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri Bulukantil No. 150 UPTD Dikpora Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian pada seluruh aspek implementasi Kurikulum 2013 yang mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang berjudul upaya peningkatan kompetensi Guru dalam Mengelola Kelas di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak melalui melalui supervisi individual jenis observasi kelas. Rumusan maslah dalam penelitian ini adalah apakah supervisi individual jenis observasi kelas dapat meningkatkan kompetensi Guru dalam Mengelola Kelas di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui supervisi individual jenis observasi kelas dapat meningkatkan kompetensi Guru dalam Mengelola Kelas di SD Negeri Baleromo 2 Dempet Demak

2.7

Kerangka Berfikir

(35)

kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Kepala sekolah memainkan peran penting dalam mengejawantahkan visi pendidikan nasional. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas praktik pengajaran dan pencapaian belajar peserta didik. Kepala sekolah memimpin, bersama dengan pendidik dan tenaga kependidikan, untuk memetakan arah ke depan pendidikan di sekolah, mengembangkan pencapaian yang diharapkan, memelihara fokus perhatian terhadap proses pengajaran dan pembelajaran dan membangun lingkungan belajar yang kondusif dan positif. Oleh karena itu, kemampuan kepemimpinan kepala sekolah dapat menjadi factor pembeda terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah

(36)

tugasnya, 5) Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program supervisi, 6) Mempererat dan memupuk integritas sekolah.

Supervisi Individual

Teknik Onservasi Kelas

Kemampuan Guru

Dalam Mengelola Kelas

Masih Belum Maksimal

Referensi

Dokumen terkait

selaku Dosen Wali yang telah memberikan banyak dukungan, saran, doa, dan bimbingan yang sangat berarti terutama pada masa-masa perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan dan bisa digunakan sebagai perluasan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

Akan tetapi mohon maaf, untuk saat ini baru bisa memberikan tutorial dengan media teks ( textual ) dan gambar, belum bisa memberikan tutorial dengan media berbentuk video

Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan pelanggan terhadap minat pembelian ulang di Kartini Restoran Surabaya Plaza Hotel. Apakah terdapat pengaruh yang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan.. © Kartika Fajriana

1) Untuk mengetahui hubungan volume penjualan ( produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi perusahaan. 2) Sebagai

Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan Kepegawaian Negara.. Barito