• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Penghapusan Merek Terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Tentang Penghapusan Merek Terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT

JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

PONCO PUTRA

NIM : E0007178

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ponco Putra NIM : E0007178

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI

DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar saya yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 10 Juli 2012 yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v MOTTO

Adat basandi syara’, syara basandi Kitabullah (Minangkabau)

Janganlah tertawa melihat orang jatuh, sebab tidak ada suatu yang jatuh disengaja, tetapi bersyukurlah kepada Tuhan karena kita sendiri tidak jatuh. Di dalam hal jatuh janganlah percaya kepada diri sendiri dan kepada datarnya jalan

karena menurut laporan dinas lalu lintas lebih banyak mobil jatuh di tempat datar. Jika dibandingkan dengan yang jatuh di tempat pendakian atau penurunan

yang berbelok – belok (Buya Hamka)

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri.

(Muhammad Ali)

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini, akan penulis persembahkan kepada:

· Bapak dan Ibu penulis tercinta atas doa dan kasih saying yang tak ternilai harganya dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya.

(7)

commit to user

vii ABSTRAK

Ponco Putra, E 0007178. 2012. STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK

TERDAFTAR DI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghapusan Merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan akibat hukum penghapusan Merek terdaftar terhadap para pihak yang terkait.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, yaitu meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder. Data sekunder didukung dengan penelitian terhadap putusan-putusan Pengadilan Niaga mengenai penerapan penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dan gugatan oleh pihak ketiga. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.

Hasil yang diperoleh dalam penulisan hukum ini, faktor-faktor itu adalah penghapusan Merek terdaftar dapat dilakukan karena Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar. Akibat hukum bagi Direktorat Merek adalah taat pada putusan pengadilan dan melaksanakan penghapusan Merek. Sedangkan, bagi pemilik yang mereknya dihapuskan akan kehilangan hak perlindungan atas Merek miliknya maka pihak ketiga yang terdaftar memenangkan gugatan penghapusan dapat menikmati Merek miliknya sebagaimana haknya.

(8)

commit to user

viii ABSTRACT

PONCO PUTRA, E 0070178. 2012. A STUDY ON THE REMOVAL OF BRAND ENLISTED IN DIRECTORATE GENERAL OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT. Faculty of Law of Sebelas Maret University.

This research aims to find out the factors of enlisted brand removal according to the Act Number 15 of 2001 about Brand, and legal consequence of the removal of brand enlisted to the concerned.

This study was a juridical normative research, by studying literature constituting the secondary data. The secondary data was also supported by the studies on Commercial Court’s verdicts about the application bland registration removal on the initiation of Directorate General and the prosecution from the third party. The result of research was analyzed using qualitative method.

The result obtained in this article showed that the factors included: the brand could be removed from the Brand General List on the initiation of Directorate General of Intellectual Property Right because the brand was not used for 3 (three) years consecutively in product and/or service trading since the registration date or final used, unless there was no reason that could be accepted by the Directorate General; or the brand was used for the product and/or service type inconsistent with the product or service filed in the registration, including the use of brand inconsistent with the Brand enlisted. The legal consequences to the Brand Directorate were the compliance with the court’s verdict and the implementation of Brand removal. Meanwhile, the consequence to the holder of removed brand was the loss of protection right for the holder brand, so that the third enlisted party would win the removal prosecution and could enjoy the holder Brand as holder right.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha suci Allah, Segala puji bagi Allah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala Berkah, Rahmat dan Hidiayahnya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul “STUDI

TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT

JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL” ini dengan baik dan lancar.

Penulisan hukum disusun dan diajukan penulis untuk melengkapi persyaratan guna

memperoleh derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum (skripsi) ini

tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik materiil maupun non materiil yang

diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin kepada penulis untuk penyusunan penulisan hukum ini.

2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan nasehat kepada penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. M. Hudi Asrori S, S.H., M.Hum. dan Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

4. Ibu Djuwityastuti, S.H.,M.H., selaku selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang sangat membantu penulis dalam memberi masukan terhadap judul penulisan hukum yang penulis ajukan.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas

(10)

commit to user

x

6. Bapak Zulfahmi Nurdin dan Ibu Darwita Darwis yaitu kedua orangtua penulis yang

tercinta yang selalu berdoa agar anaknya selalu diberi kemudahan dalam

menyelesaikan penulisan hukum ini untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,

semoga penulis dapat mewujudkan apa yang Papa dan Mama harapkan.

7. Uda Fahrizal David, S.Kom, Uda Doni Vingky, A.Md, Uda Sandi Maulana, dan Uda Ahmad Iqbal, S.Sastra yang telah memberikan do’a dan dukungan moril maupun materiil hingga penulis menyelesaikan penulisan hukum ini, dan untuk adik-adikku tercinta Allan Fitrah semoga bisa cepat bisa mendapatkan gelar S1 juga, begitu pula untuk adikku Apriyadi Tanjung dan Sheila Melianda dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara.

8. Kepada keluarga besar yang ada di Panularan ( Ibu, mbak Fajar Wati), serta di Gedongan (Uda Zainul Asri dan Mbak Nina) penulis ucapkan terima kasih atas kebaikan kalian selama penulis tinggal di kota solo.

9. Saudara-saudaraku di Keluarga Besar Gopala Valentara Agung, Sandi, Binar, Dedi, Surya dan para wanita-wanita tangguh, terima kasih penulis ucapkan atas persahabatan kita selama ini dan selamanya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan

bantuan baik langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan hukum ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, April 2012

(11)

commit to user

(12)

commit to user

xii

4. Pengalihan Hak Atas Merek………. a. Macam-macam Pengalihan Hak Atas Merek…………. b. Lisensi Merek………. 5. Konvensi Internasional Tentang Merek………... a. Konvensi Paris……… b. Perjanjian Madrid………... c. TRIPs-WTO………... B. Kerangka Pemikiran………

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… A. Faktor-faktor Penyebab Penghapusan Merek Terdaftar Menurut

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang B. Akibat Hukum Penghapusan Merek Terdaftar Terhadap Para Pihak

Yang Terkait………

1. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Prakarsa Direktorat Merek……….. 2. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pemilik

Merek……….. 3. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pihak Ketiga

(13)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak dasawarsa terakhir ini, Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Intellectual Property Rights, demikian berkembangnya dan menarik perhatian serta menjadi sangat penting terutama di bidang industri dan perdagangan antar bangsa, HaKi juga dapat memberi warna sendiri. Keadaan demikian, membawa pengaruh terhadap penataan HaKI di tingkat nasional (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009:3).

Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang kehidupan lainnya.

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini merek memegang peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang telah di ratifikasi Indonesia serta pengalaman melaksanakan administrasi merek, diperlukan penyempurnaan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 18) sebagaimana di ubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31) selanjutnya disebut Undang-Undang Merek Lama, dengan satu undang-undang tentang Merek yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 (Adrian Sutedi, 2009 : 89 - 90).

(14)

commit to user

proses produksinya menggunakan HaKi, memerlukan perlindungan hukum. Sehubungan dengan itu, pemberian perlindungan yang semakin efektif terhadap HaKI perlu lebih ditingkatkan lagi.

Dalam dunia perdagangan, merek sebagai salah satu bentuk HaKI telah digunakan ratusan tahun yang lalu dan mempunyai peranan yang penting karena merek digunakan untuk membedakan asal-usul mengenai produk barang dan jasa. Merek juga digunakan dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial, dan seringkali merek lah yang membuat harga suatu produk menjadi mahal bahkan lebih bernilai dibandingkan dengan perusahaan tersebut (Eddy Damian dkk, 2003 : 131).

Merek merupakan gengsi bagi kalangan tertentu, gengsi seseorang terletak pada barang yang dipakai atau jasa yang digunakan. Alasan yang sering kali diajukan adalah demi kualitas, bonafiditas, atau investasi. Terkadang merek menjadi gaya hidup. Merek bisa menjadi seseorang percaya diri atau bahkan menentukan kelas sosialnya (Mulyanto, 1994). Memakai barang-barang yang mereknya terkenal merupakan kebanggaan tersendiri bagi konsumen, apalagi bila barang-barang tersebut merupakan produk asli yang sulit didapat dan dijangkau oleh kebanyakan konsumen (Abdul Rahman, 1997 : 29). Beragamnya merek produk yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen menjadikan konsumen dihadapkan oleh berbagai macam pilihan, bergantung pada daya beli atau kemampuan konsumen. Masyarakat menengah ke bawah yang tidak mau ketinggalan menggunakan barang-barang merek terkenal membeli barang palsu, imitasi dan bermutu rendah, tidak menjadi masalah asalkan dapat terbeli.

(15)

commit to user

pemilik merek. Tahapan ini disebut ekuitas merek. Setelah suatu perusahaan mencapai tahapan yang menjadikan merek dikenal luas oleh masyarakat konsumen, dapat menimbulkan terdapat kompetitor yang beritikad tidak baik untuk melakukan persaingan tidak sehat dengan cara peniruan, pembajakan. Bahkan, mungkin dengan cara pemalsuan produk (counterfeiting product) bermerek dengan mendapatkan keuntungan dagang dalam waktu singkat.

Terkenalnya suatu merek menjadi suatu well known/famous mark, dapat memicu tindakan-tindakan pelanggaran merek baik yang berskala nasional maupun internasional. Merek terkenal harus diberikan perlindungan baik secara nasional maupun internasional. Pelanggaran merek terkenal tidak saja berskala nasional, tetapi juga internasional. Suatu merek yang sudah terkenal mengalami perluasan perdagangan melintasi batas-batas negara (Julius Rizaldi, 2009 : 3 - 4).

Dengan terjadinya pemalsuan merek, perdagangan tentunya tidak akan berkembang dengan baik dan akan semakin memperburuk citra Indonesia sebagai pelanggar HaKI. Tahun 2004 saja Negara Amerika Serikat (AS) yang selalu memantau penegakan hukum HaKI di Indonesia, menempatkan Indonesia pada peringkat priority watch list karena tingginya tingkat pelanggaran HaKI. Berdasarkan hal inilah sebenarnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah agar bisa meningkatkan kepercayaan para investor asing untuk mau menginvestasikan modalnya, yaitu stabilitas politik, keamanan, dan juga penegakan hukum (law enforcement). Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan bagi manusia, untuk itu hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, tetapi dapat terjadi juga pelanggaran hukum. Untuk itu hukum yang telah dilanggar ini harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009 : 4).

(16)

commit to user

Tahun 1961 kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, dan terakhir dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, membuktikan bahwa peranan merek sangat penting. Dibutuhkan adanya pengaturan yang lebih luwes seiring dengan perkembangan dunia usaha yang sangat pesat.

Dalam Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang merupakan Undang-Undang Merek terakhir, disebutkan bahwa merek merupakan tanda yang dapat divisualisasikan melalui gambar, nama, kata, huruf, angka, atau kombinasi dari kesemuanya yang mempunyai ciri khas tersendiri sehingga mempunyai daya pembeda dengan produk merek lain dan digunakan dalam dunia perdagangan barang maupun jasa.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (Undang-Undang tentang Merek Dagang), memulai perlindungan hukum terhadap pemilik hak atas merek yang pertama. Undang-Undang ini menganut asas first to use system atau stelsel Deklaratif yang artinya siapa yang memakai “pertama kali” suatu merek, dialah yang berhak mendapatkan perlindungan hukum dari upaya-upaya peniruan suatu merek. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 ini sebenarnya lebih merupakan terjemahan dari Undang-undang Merek Belanda dan fokus Undang-Undang ini lebih mengarah kepada perlindungan konsumen terhadap barang bajakan dari penggunaan merek tanpa izin oleh pihak lain, ataupun mengambil tindakan hukum terhadap pelaku pelanggaran merek (Eddy Damian dkk, 2003 : 69).

(17)

commit to user

penyempurnaan dalam sistem merek ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari produk-produk palsu dan untuk melindungi produsen pemilik merek dari penggunaan merek yang tidak berhak (Ahmad Ramli dan Muhammad Amirulloh, 2002).

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 kemudian diubah oleh undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang perubahan Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Perubahan Undang-undang Merek pada Tahun 1997 dilakukan karena ketentuan Persetujuan Putaran Uruguay mengenai kesepakatan atas desakan Negara maju (khusunya Uni Eropa) yang menginginkan merek dimasukkan ke dalam pengaturan di bidang Perdagangan Internasional. Indonesia berusaha mematuhi aturan-aturan pokok yang terkandung dalam TRIPs, yaitu kewajiban bagi Negara anggota untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan hak milik intelektualnya dengan berbagai konvensi internasional di bidang HaKI (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 8).

Era perdagangan yang berkembang demikian pesat ini hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini merek memegang peranan penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah di ratifikasi oleh Indonesia, diperlukan penyempurnaan Undang-undang Merek yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.

Merek dapat disebut sebagai benda immaterial (Abdulkadir Muhammad, 1994: 75). Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bagian menimbang butir a, menyatakan bahwa:

“Bahwa dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah di ratifikasi Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting, terutama dalam persaingan usaha yang sehat”.

(18)

Undang-commit to user

Undang Nomor 15 Tahun 2001, pemilik merek terdaftar memiliki hak eksklusif untuk melarang pihak ketiga yang tanpa izin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu (Sudargo Gautama, 1994: 19). Namun, perlindungan hukum terhadap merek terdaftar tersebut bukan merupakan jaminan. Ada kalanya apabila terdapat cukup alasan, pendaftaran merek dapat dihapus atau dibatalkan.

Menghapuskan merek berarti menghapuskan hak. Apabila suatu merek dihapus oleh pihak-pihak lain selain pemilik merek, masih ada perlindungan hukum dapat dilakukan oleh pemilik merek yang keberatan mereknya dihapus. Upaya ini dilakukan agar dapat memberikan kepastian hukum, keadilan serta menghargai hak asasi manusia.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik dalam penulisan hukum ini untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: “STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dan agar pembahasan lebih jelas serta mendalam sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diperlukan adanya suatu rumusan masalah. Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut ini :

1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab penghapusan merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek ?

(19)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penghapusan merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

b. Untuk mengetahui akibat hukum penghapusan merek terdaftar terhadap para pihak yang terkait.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk melengkapi persyaratan akademis guna mencapai derajat sarjana (strata 1) ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta kemampuan analisis penulis di bidang ilmu hukum baik dari segi teori maupun praktek dalam hal ini lingkup Hukum Perdata, khususnya Hukum Hak Kekayaan Intelektual.

c. Untuk meningkatkan serta mendalami berbagai teori yang telah penulis peroleh selama berada di bangku kuliah.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan akan memberikan manfaat yang berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan di bidang penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya.

(20)

commit to user

faktor-faktor penyebab penghapusan merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas masalah yang diteliti, melatih mengembangkan pola pikir yang sistematis sekaligus untuk mengukur kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

b. Untuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pada masyarakat mengenai faktor-faktor penyebab penghapusan merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dari penulis dalam perkembangan hukum HaKI pada khususnya hukum Merek dan bermanfaat menjadi referensi sebagai bahan acuan dalam penelitian pada masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan pendapat berdasarkan logika keilmuan hukum berdasarkan ilmu hukum itu sendiri sebagai obyeknya, dalam hal ini yaitu peraturan-peraturan hukum (Jhony Ibrahim, 2006 : 57).

2. Sifat Penelitian

(21)

commit to user

mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 22).

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian normatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Dari pendekatan itu yang akan diperoleh jawaban yang diharapkan atas permasalahan hukum yang diajukan. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian hukum yaitu :

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach); b. Pendekatan kasus (case approach);

c. Pendekatan historis (historical approach);

d. Pendekatan perbandingan (comparative approach);

e. Pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2010 : 93).

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Penggunaan pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian ini karena penulis juga ingin menelaah kasus-kasus yang berkaitan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (Peter Mahmud Marzuki, 2010 : 94). Sedangkan pendekatan komparatif (comparative approach) yang penulis maksud dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan Undang-Undang Merek yang lama dengan Undang-Undang Merek yang Baru.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian

(22)

commit to user

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, cetakan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tidak resmi yang berkaitan dengan hukum. Publikasi hukum tersebut meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 141).

Adapun bahan-bahan hukum yang penulis pergunakan meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat antara lain :

1) Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs).

2) Konvensi Paris untuk Hak atas Kekayaan Industri WIPO 1995. 3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah para sarjana, hasil penelitian, buku-buku, internet, dan makalah.

c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan-bahan hukum yang besifat yang menunjang bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus.

(23)

commit to user

memberi penjelasan terhadap hukum primer, meliputi buku-buku teks dibidang hukum, jurnal-jurnal hukum, kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan bahan hukum pustaka, baik dari media cetak maupun elektronik serta literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai bahan hukum penunjang dalam penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian normatif teknik analisis yang penulis gunakan adalah dengan metode silogisme dan interpretasi, dengan menggunakan pola berfikir deduktif. Silogisme yang penulis gunakan adalah menggunakan silogisme pendekatan deduktif yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus kemudian ditarik kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung kebenaran (Jhony Ibrahim, 2006 : 249-250). Sedangkan interpretasi atau penafsiran yang digunakan penulis adalah berdasarkan interpretasi perundang-undangan yakni merupakan metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gambling terkait teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(24)

commit to user C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual 2. Tinjauan Umum Tentang Merek

3. Tinjauan Umum Tentang Penghapusan Merek 4. Tinjauan Umum Tentang Pengalihan Hak Atas

Merek

5. Tinjauan Umum Tentang Konvensi Internasional di Bidang Merek

B. Kerangka Pemikiran

BAB III PEMBAHASAN

Pada BAB III penulis menguraikan mengenai pembahasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dengan menggunakan tinjauan pustaka sebagai pisau analisisnya, dua pokok permasalahan yang diangkat adalah :

A. Apakah faktor-faktor penyebab penghapusan merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek?

(25)

commit to user BAB IV PENUTUP

Pada BAB IV penulis menguraikan dua hal yang berisi antara lain:

A. Simpulan dan;

(26)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang HaKI a. Pengertian HaKI

Istilah Intellectual property right sebagai terminologi hukum di Indonesia diterjemahkan menjadi beberapa istilah diantaranya adalah Hak Kekayaan Intelektual, Hak Atas Kepemilikan Intelektual, Hak Milik Intelektual, Hak Atas Kekayaan Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Memang dapat diartikan sebagai kekayaan, tetapi juga dapat diartikan sebagai milik. Para penulis hukum ada yang menggunakan istilah Hak Milik Intelektual, adapula yang menggunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual (Abdulkadir Muhammad, 2000: 1).

(27)

commit to user

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM :13).

Hak kekayaan intelektual muncul dari cipta, rasa, karsa, dan karya manusia, atau dapat pula disebut sebagai hak atas kekayaaan yang lahir dari kemampuan intelektualitas manusia. Atas hasil kreasi tersebut, maka individu, kelompok, atau perusahaan yang menciptakan memiliki hak yang dijamin dan dilindungi peraturan yang ada untuk menggunakannya dan mengambil keuntungan atas hasil kreasinya tersebut.

b. Pembagian HaKI

HaKI dapat dibagi dalam: 1) Hak Cipta (copyright)

2) Hak atas Kekayaan Industri (industrial property right) a) Patent (patent)

b) Merek (trade mark)

c) Rahasia Dagang (trade secret) d) Desain Industri (industrial design)

e) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of integrated sircuit) (OK. Saidin, 2010 : 13-14)

2. Tinjauan Umum tentang Merek a. Pengertian Merek

(28)

commit to user

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.

Pengertian merek yang serupa juga ditemui dalam Black Law Dictionary yang menyebutkan:

“Trademark is a distinctive mark of authenticity through which the product of particular manufacturers or the rendible commondities of particular merchants may be distinguished from those of others”. (Merek adalah suatu tanda autentisitas khusus/spesifik yang membedakan produk dari pabrik-pabrik tertentu atau komoditas dari pedagang-pedagang tertentu dari produk atau komoditas dari pabrik-pabrik ataupun pedagang-pedagang yang lainnya).

Pengertian merek dapat ditemukan dalam beberapa literatur Hak Kekayaan Intelektual, yakni pendapat para sarjana yang coba memberi rumusan tentang merek, antara lain dikemukakan oleh:

1) R.M. Suryodiningrat, menyatakan bahwa:

“Merek adalah Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus pada bungkusnya dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakan dari barang sejenis hasil dari perusahaan lain, tanda inilah yang disebut merek perusahaan” (Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 426 PK/Pdt/1994,Tanggal 03 November 1995).

2) H.M.N. Purwo Sutjipto, yang dikutip dari buku OK. Saidin, bahwa:

(29)

commit to user

3) R. Soekardono, yang dikutip dari buku OK. Saidin, bahwa: “Merek adalah sebuah tanda dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain” (H. OK Saidin, 2010: 344). 4) OK Saidin, menyatakan di dalam bukunya, bahwa:

“Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang yangsejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang sejenis yang dihasilkan oranglain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa” (H. OK Saidin, 2010 : 345).

5) Sudargo Gautama, yang dikutip dari buku Sentosa Sembiring bahwa:

“Menurut perumusan pada Paris Convention, maka trademark atau merek pada umumnya di definisikan sebagai usaha tanda yang berperan untuk membedakan barang-barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang dari perusahaan lain” (Sentosa Sembiring, 2002: 32).

6) Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar, memberikan rumusan yang dikutip dari buku OK. Saidin bahwa:

(30)

commit to user

7) Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari aspek fungsinya yang dikutip dari buku OK. Saidin, yaitu:

“Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang yang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya” (H. OK Saidin, 2010: 344).

8) Essel R. Dillavou, sebagaimana dikutip oleh Pratisius Daritan, merumuskan seraya memberi komentar yang dikutip pula dari buku OK. Saidin, bahwa:

No complete definition can be given for a trade mark generally its any sign, symbol mark, work or arrangement of words in the form of a label adopted and used by a manufacturer of distributor to designate his particular goods, and which no other person has the legal right to use it. Originally, the sign or trade mark, indicated origin, but to day it is used more as an advertising mechanism (H. OK Saidin, 2010: 344-345).

Yang terjemahannya adalah:

(Tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu lambing, simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di dalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya, dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakai desain atau trade mark menunjukan keaslian tetapi itu sekarang dipakai sebagai suatu mekanisme periklanan).

9) Harsono Adisumatro, merumuskan pengertian merek yang dikutip dari buku OK. Saidin bahwa:

(31)

commit to user

pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan ditempat penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan (H. OK Saidin, 2010: 345).

10)Phillip S. James MA, Sarjana Inggris, menyatakan pengertian merek yang dikutip dari buku OK. Saidin, bahwa:

A trade mark is a mark used in conection with goods which a trader uses in order to tignity that a certain type of good are his trade need not be the actual manufacture of goods, in order to give him the right to use a trade mark, it will suffice if they merely pass through his hand is the course of trade (H. OK Saidin, 2010: 345).

Yang terjemahannya adalah:

(Merek dagang adalah suatu tanda yang dipakai oleh seseorang pengusaha atau pedagang untuk menandakan bahwa suatu bentuk tertentu dari barang-barang kepunyaannya, pengusaha atau pedagang tersebut tidak perlu penghasilan sebenarnya dari barang-barang itu, untuk memberikan kepadanya hak untuk memakai sesuatu merek, cukup memadai jika barang-barang itu ada di tangannya dalam lalu lintas perdagangan).

(32)

commit to user

kualitas barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen, untuk itulah dirasa perlu adanya perlindungan terhadap merek agar produk yang ada dapat dilindungi. Seperti pada umumnya setiap konsumen yang menginginkan suatu merek misalnya peminat merek “Giordano” dengan alasan prestige (prestise) dan berkualitas, tentu akan mencari barang dengan merek tersebut, dan jika ada pemalsuan atau peniruan terhadap merek ini sehingga konsumen terkecoh, tentu akan sangat merugikan pihak produsen dan konsumen. Di Indonesia acuan yang dipakai dalam membahas perlindungan merek terkenal adalah Pasal 6 bis Konvensi Paris, yang menafsirkan secara implisit yaitu, apabila merek-merek itu telah didaftarkan di berbagai negara dan telah dipergunakan dalam kurun waktu leih dari 20 (dua puluh) tahun maka dapat dianggap sebagai merek terkenal.

Menurut Susy Frankel, menjelaskan di dalam jurnal WIPO :

The purposes of trade marks are not such lofty claims as innovation and creativity; rather they are to ensure the origin of and sometimes the quality of goods or services to which the trade mark relates. Within the field of trade mark law the boundaries of protection are contested. Broadly, the contest is over whether the value of trade marks is in the marks themselves as a commodity and not just their value as a badge of origin (Susy Frankel, 2009 : 1).

Selain dari itu, untuk menentukan dan mendefenisikan suatu merek adalah merek terkenal atau merek biasa maka diserahkan kepada hakim atau pengadilan untuk memberikan penilaian dalam penyelesaian sengketa merek.

b. Pengertian Hak Atas Merek

(33)

commit to user

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001).

Hak atas merek diberikan kepada pemilik merek yang beritikad baik dan hanya berlaku untuk barang atau jasa tertentu.

Sesuai dengan ketentuan bahwa hak merek itu diberikan pengakuannya oleh negara, maka pendaftaran atas mereknya merupakan suatu keharusan apabila ia menghendaki agar menurut hukum dipandang sah sebagai orang yang berhak atas merek. Bagi orang yang mendaftarkan mereknya terdapat suatu kepastian hukum bahwa dialah yang berhak atas merek tersebut. Sebaliknya bagi pihak lain yangmencoba akan mempergunakan merek yang sama atas barang atau jasa lainnya yang sejenis oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak Kekayaan Intelektual tentunya akan ditolak pendaftarannya. c. Jenis Merek

Undang-Undang Merek Tahun 2001 ada mengatur tentang jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 2 dan 3 Undang-Undang Merek Tahun 2001 yaitu merek dagang dan merek jasa.

Pengertian merek dagang Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 merumuskan sebagai berikut: merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

(34)

commit to user

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara kolektif. Pengklasifikasian merek semacam ini diambil alih dari Konvensi Paris yang dimuat dalam Pasal 6 sexies.

Di samping jenis merek sebagaimana ditentukan di atas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk atau wujudnya. Soeryatin membedakan dari barang sejenis milik orang lain dengan beberapa jenis merek:

1) Merek lukisan (beel mark) 2) Merek kata (word mark) 3) Merek bentuk (form mark)

4) Merek bunyi-bunyian (klank mark) 5) Merek judul (title mark)

Beliau berpendapat bahwa jenis merek yang paling baik untuk Indonesia adalah merek lukisan. Adapun jenis merek lainnya, terutama merek kata dan merek judul kurang tepat untuk Indonesia, mengingat bahwa abjad Indonesia tidak mengenal beberapa huruf ph, sh. Dalam hal ini merek kata dapat juga menyesatkan masyarakat banyak umpamanya: “Sphinx” dapat ditulis secara fonetis (menurut pendengaran), menjadi “Sfinks” atau “Svinks” (H. OK Saidin, 2010: 346).

(35)

commit to user

1) Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.

Misalnya: Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban sepeda.

2) Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.

3) Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan.

Misalnya: Teh wangi merek “Pendawa” yang terdiri dari lukisan wayang kulit pendawa dengan perkataan dibawahnya “Pendawa Lima” (H. OK Saidin, 2010: 347). d. Syarat Pendaftaran Merek

Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu harus dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup (H. OK Saidin, 2010: 348).

Sudargo Gautama, mengemukakan bahwa:

(36)

commit to user

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Merek Tahun 2001, merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur dibawah ini:

1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

2) Tidak memilik daya pembeda; 3) Telah menjadi milik umum; atau

4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaranya.

Sedangkan menurut Pasal 6 Undang-Undang Merek Tahun 2001, Direktorat Jenderal harus menolak merek tersebut, apabila:

1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis lainnya; 3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal;

4) Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

(37)

commit to user

atau lembaga nasional maupun lembaga internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; 6) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Meskipun Undang-Undang sudah mengatur ketentuan pendaftara merek sedemikian rupa, namun pada prakteknya seringkali timbul beberapa masalah dalam pemeriksaan merek. Salah satu yang menonjol adalah berkaitan dengan “persamaan. Bagaimana menentukan ada tidaknya suatu persamaan merek baik persamaan pada pokoknya maupun persamaan pada keseluruhannya seperti diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a hal tidak mudah (Agus Mardiyanto, 2010: 44).

e. Sistem Pendaftaran Merek

Dalam menentukan siapa yang berhak atas merek tergantung sistem pendaftaran merek yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Sistem pendaftaran merek yang biasanya dikenal adalah sistem konstitutif dan sistem deklaratif. Sistem konstitutif adalah hak atas merek tercipta atau terlahir karena pendaftaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem deklaratif adalah hak atas merek tercipta atau lahir karena pemakaian pertama, walaupun tidak didaftarkan.

(38)

commit to user

Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi ijin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya. Dengan demikian seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum yangmemiliki merek, agar merek tersebut mendapat pengakuan dan perlindungan hukum, maka harus mengajukan pendaftaran ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Pendaftaran adalah satu-satunya yang mudah diketahui dan yang dapat dipakai sebagai dasar yang kokoh dan pasti untuk dijadikan dasar pemberian hak atas merek. Jadi, siapa yang mereknya terdaftar dalam Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, maka dialah yang berhak atas merek tersebut. Sistem ini akan lebih menjamin adanya kepastian hukum. Bentuk jaminan kepastian hukum ini yaitu adanya tanda bukti pendaftaran dalam bentuk sertifikat sebagai bukti hak atas merek sekaligus dianggap sebagai pemakai pertama merek yang bersangkutan. Karena itu sistem konstitutif ini sangat menguntungkan pemilik merek untuk mendapatkan kepastian hukum apabila terjadi sengketa merek dikemudian hari.

f. Prosedur Pendaftaran Merek 1) Umum

Permintaan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Surat permintaan pendaftaran merek mencantumkan:

a) tanggal, bulan, dan tahun;

(39)

commit to user

c) nama lengkap, dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;

d) warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna; e) nama negara tempat tinggal permintaan merek yang

pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

2) Dengan Hak Prioritas

Setiap orang yang telah mengajukan aplikasi permintaan suatu hak merek kepada suatu negara dari peserta Uni akan memperoleh hak prioritas untuk mengajukan pendaftaran di negara lain ( Pasal 4 A ayat(1) Konvensi Paris revisi Stockholm 1967).

Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas diatur dalam Pasal 11 -12 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan (filling date) di Negara asal merupakan tanggal prioritas (priority date) di Negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian tersebut.

(40)

commit to user

dengan menggunakan hak prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali menimbulkan hak prioritas tersebut. Bukti hak prioritas tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

g. Fungsi Merek

Secara umum, fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan juga konsumen. Produsen menggunakan mereknya untuk jaminan nilai hasil produksi khususnya kualitas dan pemakainya. Pedagang menggunakan merek untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan memperluas pasar, sedangkan konsumen menggunakan merek untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 46).

Merek menjadi demikian penting dalam periklanan dan perdagangan karena masyarakat dapat melihat dari merek tertentu tersebut atas nama baik, kualitas, serta reputasi dari barang dan jasa tertentu. Nantinya pun suatu merek bisa menjadi kekayaan komersial yang luar biasa dan sangat berharga dan sering kali nama usaha/merek suatu perusahaan lebih berharga daripada aset perusahaan yang berwujud, missal: tanah, bangunan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor (Suyud Margono, 2002: 146).

(41)

commit to user

sejenis. Dengan melihat, membaca atau mendengar suatu merek, seseorang sudah dapat mengetahui secara persis bentuk dan kualitas suatu barang atau jasa yang akan diperdagangkan oleh pembuatnya (Rachmadi Usman, 2003: 321).

Dari pihak produsen, merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudahan pemakaiannya, atau hal-hal lain yang pada umumnya berkenaan dengan teknologinya. Sedangkan bagi pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya, guna mencari dan meluaskan pasaran. Dari pihak konsumen, merek diperlukan untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli (Harsono Adisumarto, 1990: 45).

Merek juga dapat berfungsi merangsang pertumbuhan industri dan perdagangan yang sehat dan menguntungkan semua pihak. Diakui oleh Commercial Advisory Foundation in Indonesia (CAFI) bahwa masalah paten dan trademark di Indonesia memegang peranan yang penting di dalam ekonomi Indonesia, terutama berkenaan dengan berkembangnya usaha-usaha industri dalam rangka penanaman modal. Realisasi dari pengaturan merek tersebut juga akan sangat penting bagi kemantapan perkembangan ekonomi jangka panjang. Juga merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam menghadapi mekanisme pasar bebas yang akan dihadapi dalam globalisasi pasar internasional. Pamor Indonesia pun akan bertambah serta dianggap sebagai negara yang sudah cukup dewasa untuk turut serta dalam pergaulan antar bangsa-bangsa (Muhammad Djumhana dan Djubadillah, 1997: 160).

Fungsi merek lainnya, antara lain sebagai berikut:

(42)

commit to user

produsennya sebagai jaminan reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan.

2) Sebagai sarana promosi untuk berdagang (means of trade promotion). Promosi dilakukan melalui iklan. Merek merupakan salah satu goodwill untuk menarik konsumen, merupakan symbol pengusaha untuk memperluas pasar produk atau barang dagangannya.

3) Sebagai jaminan atas mutu barang atau jasa (quality guarantee). Hal ini menguntungkan pemilik merek dan juga memberikan perlindungan jaminan mutu barang atau jasa bagi konsumen.

4) Sebagai penunjukkan asal barang atau jasa yang dihasilkan (source of origins). Merek merupakan tanda pengenal asal barang atau jasa yang menghubungkannya dengan produsen atau daerah/Negara asalnya (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 47).

Di dalam dunia perdagangan semakin meluas dan global merek seringkali digunakan sebagai salah satu carauntuk menciptakan dan mempertahankan good will dimata konsumen dan sekaligus sebagai sarana untukmemperluas pasaran sesuatu barang atau jasa ke seluruh dunia, karena bagaimana pun merek yang sudah mempunyai reputasi tinggi menjadikan good will bagi pemilik barang dan jasa, hal ini merupakan sesuatu yangtidak ternilai.

h. Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolution /ADR)

(43)

commit to user

Cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dikenal bebarapa cara penyelesaian sengketa, yaitu:

1) Arbitrase; 2) Konsultasi; 3) Negosiasi; 4) Mediasi; 5) Konsiliasi; atau 6) Penilaian ahli

Di antara keenam cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan tersebut, hanya penyelesaian sengketa melalui arbitrase yang menghasilkan putusan memaksa yang dijatuhkan oleh pihak ketiga, yaitu arbiter atau majelis arbiter, sedangkan cara penyelesaian lainnya tergolong dalam alternatif penyelesaian sengketa, penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak, paling tidak hanya mendapat saran dari pihak ketiga yang memfasilitasi perundingan para pihak (Ahmadi Miru, 2007 : 102).

Sedangkan menurut David Allen Bernstein, kelemahan Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang merek :

(44)

commit to user 3. Penghapusan Merek

Tentang penghapusan pendaftaran merek ini diatur dalam Pasal 61 sampai dengan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentnag Merek.

Ada dua cara untuk penghapusan pendaftaran merek tersebut, yaitu :

a. Atas prakarsa Direktorat Jenderal HaKI

b. Atas prakarsa sendiri yaitu berdasarkan permintaan pemilik merek yang bersangkutan.

Untuk penghapusan pendaftran merek atas prakarsa sendiri undang-unang tidak menentukan persyaratannya. Tetapi jika dalam perjanjian lisensi ada suatu klausul yang secara tegas menyampingkan adanya persetujuan tersebut maka persetujuan semacam itu tidak perlu dimintakan sebagai syarat kelengkapan untuk penghapusan pendaftaran merek tersebut (OK Saidin, 2010 : 393).

Di samping itu pemerintah juga mengenakan biaya untuk pencatatan penghapusan pendaftaran merek tersebut, dan ini akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Pasal 75).

Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan prakarsa Direktorat Jenderal HaKI dapat pula diajukkan oleh pihak ketiga. Pengajuan permintaan tersebut dilakukan dengan gugatan melalui Pengadilan Jakarta Pusat atau Pengadilan Niaga.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa, terhadap putusan Pengadilan Niaga tersebut tidak dapat diajukkan permohonan banding.

(45)

commit to user

yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek.

Untuk semua penghapusan pendaftaran merek, dilakukan oleh Direktorat Jenderal HaKI dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek, untuk itu harus pula diberikan catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut. Untuk selanjutnya diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya, dengan menyebutkan alasannya dan disertai dengan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek maka Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Penghapusan hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti yang cukup bahwa merek yang bersangkutan (OK Saidin, 2010 : 394) :

a. Tidak pakai (non use) berturut-turut selama 3 tahun atau lebih dalam perdagangan barang atau jasa terhitung sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir. Namun demikian apabila ada alasan yang kuat, mengapa merek itu tidak digunakan, Direktorat Jenderal HaKI dapat mempertimbangkan untuk tidak dilakukan penghapusan atas merek tersebut.

b. Dipakai untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau tidak sesuai dengan merek yang diatur.

Permintaan penghapusan pendaftaran merek dapat dilakukan seluruhnya atau sebagian jenis barang atau jasa yang termasuk dalam satu kelas permintaan penghapusan itu diajukkan kepada Direktorat Jenderal HaKI untuk kemudian dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

(46)

commit to user

penghapusannya hanya dapat dilakukan dengan adanya persetujuan secara tertulis dari penerima lisensi.

Dengan penghapusan pendaftaran merek tersebut maka berakhirlah perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan (OK Saidin, 2010 : 395).

4. Pengalihan Hak Atas Merek

a. Macam-macam Pengalihan Hak Atas Merek

Hak atas merek merupakan hak khusus yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek terdaftar (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 56). Karena itu, pihak lain tidak dapat menggunakan merek terdaftar tanpa izin pemiliknya. Pengalihan hak atas merek terdaftar merupakan suatu tindakan pemilik merek mula-mula untuk mengalihkan hak kepemilikannya kepada orang lain. Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Merek 2001 menyatakan hak atas merek terdaftar dapat di alihkan karena:

1) Pewarisan; 2) Hibah; 3) Wasiat;

4) Perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Merek.

(47)

commit to user

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek mengemukakan bahwa pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi atau lain-lainnya yang terkait dengan merek bersangkutan. Dalam Pasal ini menyirat kan bahwa goodwill atau nama baik mempunyai nilai tersendiri untuk dapat dialihkan, dan Pasal 42 Undang-Undang yang sama menyatakan bahwa Pencatatan pengalihan hak atas merek terdaftar hanya dapat dilakukan disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa atas merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang atau jasa (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 56).

b. Lisensi Merek

Merek memainkan fungsi yang bernilai untuk mengidentifikasi asal produk dan teknologi. Merek juga diyakini dapat membantu mempererat kesetiaan para pelanggan. Beberapa kajian menunjukkan bahwa ingatan pelanggan sama efektifnya dengan menarik pelanggan baru (Kamil Idris, Jurnal Wipo: 18). Selain meningkatkan penjualan produk dan mempertahankan kesetiaan pelanggan, merek juga dapat digunakan untuk memperluas dan mengembangkan pasar modal melalui lisensi (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 57).

Orang yang berminat menggunakan merek milik orang lain yang terdaftar harus terlebih dahulu mengadakan perjanjian lisensi dan mendaftarkannya ke Direktorat Merek.

(48)

commit to user

Hal ini mengandung arti bahwa lisensi merupakan bentuk hak untuk melakukan satu maupun serangkaian perbuatan yang diberikan oleh mereka yang berwenang dalam bentuk izin. Tanpa adanya izin, tindakan atau perbuatan tersebut menjadi terlarang, tidak sah dan melawan hukum. Seseorang memilih pemberian lisensi dalam upaya pengembangan usahanya disebabkan oleh factor-faktor tersebut (Gunawan Widjaja, 2002: 15):

1)Menambah sumber daya pengusaha pemberi lisensi (lisensor) secara tidak langsung. Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada pada penerima lisensi (lisensee), sesungguhnya pemberian lisensi telah mengoptimalkan pengembangan usahanya;

2)Memungkinkan perluasan wilayah secara tidak langsung;

3)Memperluas pasar dari produk hingga dapat menjangkau pasar yang semula berada diluar pangsa pasar lisensor;

4)Mempercepat proses pengembangan usaha bagi industry-industri padat modal dengan menyerahkan sebagia proses melalui teknologi yang dilisensikan;

5)Penyebaran produk juga menjadi lebih mudah dan terfokus pada pasar, karena ada produk-produk tertentu yang akan lebih mudah dipasarkan jika dijual dalam bentuk paket dengan produk lainnya, baik karena sifatnya yang komplementer, suplementer atau pelengkap terhadap suatu produk yang sudah dikenal masyarakat;

6)Pihak lisensor dan lisensee dapat mengurangi tingkat kompetensi hingga pada suatu batas tertentu;

(49)

commit to user

8)Memberikan keuntungan dalam bentuk nama besar dan goodwill dan lisensor, sehingga pihak penerima lisensi tidak memerlukan biaya yang besar untuk melakukan promosi atau kegiatan usahanya.

9)Pemberian lisensi memungkinkan lisensor untuk sampai pada batas waktu tertentu melakukan control atas pengelolaan jalannya kegiatan usaha yang dilisensikan tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek pada Pasal 1 Butir 13 menyatakan bahwa:

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam waktu dan syarat tertentu.

Pemberian lisensi terhadap penggunaan merek yang dilisensikan bisa sebagian atau keseluruhan jenis barang dan jasa, dan jangka waktu berlakunya lisensi tidak diperbolehkan lebih lama dari jangka waktu berlakunya pendaftaran merek yang dilisensikan tersebut, sedangkan wilayah berlakunya perjanjian lisensi adalah seluruh Indonesia keceuali hal ini diperjanjikan secara tegas dalam perjanjian.

(50)

perbaikan-commit to user

perbaikan atas mutu barang (Suyud Margono dan Longginus Hadi, 2002: 77).

Perjanjian lisensi tidak menyebabkan pemilik merek terdaftar kehilangan hak untuk menggunakan sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak lainnya untuk menggunakan merek terdaftar. Pada perjanjian lisensi juga dapat diperjanjikan bahwa penerima lisensi merek terdaftar bisa menberi lisensi lebih lanjut (sub lisensi) kepada pihak lain. Hal ini tercantum pada Pasal 45 Undang-Undang Merek Tahun 2001.

Undang-Undang Merek Tahun 2001 pun memberi perlindungan hukum kepada lisensee yang beritikad baik. Pasal 48 menjelaskan bahwa apabila merek dalam perjanjian lisensi dibatalkan karena sama pada pokoknya atau sama pada keseluruhannya, penerima lisensi tetap berhak menjalankan isi perjanjian lisensi sampai dengan berakhirnya perjanjian lisensi. Konsekuensinya lisensee tidak lagi memberikan royalty kepada lisensor, tetapi memberikan lisensi tersebut kepada pemilik merek yang sah.

Apabila lisensor sudah terlebih dahulu menerima royalty secara sekaligus dari lisensee lisensor tersebut wajib menyerahkan bagian daro royalty yang diterimanya kepada pemilik merek yang tidak dibatalkan, yang besarnya sebanding dengan sisa jangka waktu perjanjian lisensi.

5. Konvensi Internasional Di Bidang Merek a. Konvensi Paris

(51)

commit to user

intelektual pertama dan terpenting. Awalnya konvensi ini ditandatangani oleh 11 negara peserta, kemudian bertambah hingga tahun 1976 berjumlah 82 negara, dan Indonesia termasuk didalamnya. Dalam konvensi Paris, terminologi HKI meliputi (Pasal 1 Konvensi Paris : WIPO), patent, utility model, industrial design, trademarks, service marks, tradenames, indications of source or appellation of origin, dan repression of unfair competition.

Salah satu tujuan Konvensi Paris adalah untuk mencapai unifikasi dibidang Perundang-Undangan merek sedapat mungkin, dengan harapan agar tercipta satu macam hukum tentang merek atau cap dagang yang dapat mengatur soal-soal merek secara seragam di seluruh dunia. Ada 3 (tiga) hal penting yang diatur dalam konvensi Paris ini, yaitu national treatment, yang artinya bahwa setiap negara peserta Konvensi Paris bisa mengklaim Negara peserta lainnya, agar ia diperlakukan sama dengan warga negaranya sendiri, dalam hal pemberian perlindungan merek, priority rights, yaitu hak-hak prioritas yang diberikan kepada setiap warga negara peserta konvensi untuk mendaftarkan mereknya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran mereknya dinegara peserta konvensi Paris, dan registration yang merupakan harmonisasi secara global sehubungan dengan pendaftaran merek bagi setiap peserta konvensi Paris.

b. Perjanjian Madrid

(52)

commit to user

pendaftaran di negara asal. Pendaftaran Internasional tersebut memungkinkan diperolehnya perlindungan merek dagang diseluruh negara anggota peserta Perjanjian Madrid melalui satu pendaftaran saja. Sehingga tujuan yang hendak dicapai dari Perjanjian merek di berbagai negara dan juga menghindarkan pemberitahuan asal barang secara palsu. Negara anggota peserta dalam Perjanjian Madrid ini adalah 29 negara. Indonesia sendiri sampai saat ini belum masuk sebagai anggota Perjanjian Madrid. c. TRIPs-WTO

Perjanjian mengenai pembentukan World Trade Organization (WTO) ditandatangani tanggal 15 April 1994 di Marrakesh sebagai hasil konkret perundingan putaran Uruguay yang dimulai pada tahun 1986. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sistem perdagangan Internasional yang lebih bebas dan adil dengan tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan khusus negara berkembang. Salah satu topik yang dibahas dalam putaran Uruguay adalah TRIPs (Agreement on Trade Related Aspects Of Intelectual Property Rights, Including Trade in Counterfiet Goods ) atau aspek dagang yang terkait dengan HKI (Normin Pakpahan, 1998, Vol.3), Sebagai salah satu bagian persetujuan pembentukan WTO, TRIPs telahmemicu perubahan yang sangat fenomenal dalam perkembangan sistem perlindungan HKI di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

(53)

commit to user

ketentuan didalam Undang-Undang Merek sebagai konsekuensi Indonesia meratifikasi TRIPs-WTO. Beberapa ketentuan merek yang diatur dalam persetujuan TRIPs cukup banyak yang telah diadopsi dalam Undang-Undang Merek Indonesia. Diantaranya seperti lisensi dan indikasi geografis.

(54)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda

Merek Terdaftar

Penghapusan Pembatalan

Alasan: Pasal 61 ayat (2) UU No. 15/2001

Alasan:

Ps 4, Ps 5, dan Ps 6 UU No. 15/2001

Sengketa Merek

Penyelesaian Sengketa Merek

Litigasi, melalui Gugatan Ke Pengadilan Niaga

(55)

commit to user

maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (OK. Saidin, 2010: 345). Merek tersendiri terbagi menjadi merek jasa dan merek dagang.

Indonesia memiliki peraturan khusus yang membahas tentang merek. Undang-Undang yang mengatur spesifik tentang Merek di Indonesia ada sejak tahun 1961. Undang-Undang Merek yang terbaru di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Permasalahan yang muncul yang menjadi pertanyaan penulis adalah ketika pihak ketiga yang belum terdaftar akan melakukan penghapusan terhadap merek terdaftar. Sedangkan, kewenangan melakukan Penghapusan terhadap merek terdaftar adalah milik Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), Pemilik Merek yang bersangkutan, dan Putusan Hakim berdasarkan gugatan Pihak Ketiga yang memiliki merek terdaftar sama pada pokoknya atau keseluruhannya. Bisa juga merek hapus akibat tidak dilakukannya perpanjangan terhadap Pendaftaran Merek tersebut.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam Pasal 61 ayat (2) menyebutkan alasan Penghapusan pendaftara Merek atas Prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika : a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana peningkatan Keterampilan memperaktekkan bacaan hukum tajuwid Pembelajaran Al-Qur’an Hadist tentang materi mengenal nun sukun dan tanwin pada siswa di MI An Najah

Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak semua perusahaan memiliki suatu sistem informasi yang memadai karena dapat dikatakan bahwa tidak semua perusahaan memiliki suatu sistem

Mura>bah}ah di BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Purbalingga”. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia serta rahmat dan hidayah-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

Langkah-langkah penggerakan yang dilakukan bapak Durochman selaku pimpinan yang mengurusi kegiatan dakwah, yang pertama adalah memotivasi para pelaksana dakwah agar

Maka, bila ditinjau dari sisi penderma, waktu terbaik untuk memberikan dana adalah pada saat penderma sedang berlatih me- ditasi vipassanā dan secara otomatis hal

Salam Arif, Hak Milik Intelektual dalam Islam , dalam Antologi Hukum Islam , cet.1, (Yogyakarta: Program Studi Hukum Islam UIN SUKA Yogyakarta, 2010), hlm.. Salam Arif,

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (a) Untuk mengetahui pengaruh upah terhadap unjuk rasa yang dilakukan oleh pekerja PT SAI Apparel