BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
Menurut Thoha (1998: 23) persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik
terhadap situasi. Yang dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang
dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap,
kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.
2.2 Remaja
Aristoteles mengatakan bahwa remaja adalah orang yang berumur 14-21 tahun. Menurut
Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun. Sedangkan menurut DR. Zakiah
Daradjat masa remaja itu lebih kurang antara13-21 tahun. (Sofyan, 2012:23)
Remaja berasal dari kata Latin: adolensence, yang berari tumbuh menjadi dewasa. Istilah
ini mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan
fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi
justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses
Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme tinggi, maka remaja mempunyai pribadi
yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar. Seks bebas di kalangan generasi muda pun
kian marak terjadi dan menjadi pembicaraan hangat. Mengurai ketimpangan tersebut, ada
beberapa faktor yang menjadi akar penyebab dari seks bebas itu. Seperti pengaruh dari media
massa, pengaruh budaya barat, kurangnya pendidikan agama, dan juga pengabaian dalam
keluarga yang kemudian dijadikan sebagai sebuah cerminan. Hal itu menunjukkan bahwa selama
ini banyak remaja hanya bisa berkaca pada ‘cermin’ yang retak. (Serambi Indonesia, Sabtu, 9
Maret 2013 14:23 WIB).
2.3 Peranan
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). apabila seseorang yang
melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah
melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena
fungsi peran itu sendiri adalah :
1. memberi arah pada proses sosialisasi.
2. pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan.
3. dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
4. menghidupkan system pengendali dan control, sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat.(Narwoko, 2007 :160)
Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang di harapkan dari
seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan
set) digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran
tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok (http://id.shvoong.com).
Peranan mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :
1. peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam
masyarakat. peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.
(Sunarto, 1996:55).
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat
diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan
“peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku (Eko,
2013).
2.4 wilayatul hisbah
Wilayatul Hisbah adalah Institusi yang bertugas mengawasi, membina, dan melakukan
advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam dalam
rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib.
Untuk Aceh, hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam.
Posisinya sebagai "jantung" dalam dinas Syari’at Islam sangat menentukan keberhasilan atau
kegagalan dinas ini menegakkan Syari’at. Untuk itu landasan hukum tersendiri yang jelas yang
mengatur tugas dan wewenang institusi hisbah sangat diperlukan di samping tekad yang kuat
dari petugas Wilayatul Hisbah menegakkan Syari’at. (http://www.acehinstitute.org.)
Lembaga semacam ini memang memiliki akar yang kuat dalam sejarah islam. tugas
lembaga ini adalah menegakkan amar ma’ruf apabila jelas ditinggalkan dan mencegah
kemungkaran apabila jelas-jelas dilakukan. kewenangan lembaga ini meliputi hal-hal yang
berkenaan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan sebagian tindak pidana ringan yang
menhendaki penyelesaian segera. tujuan adanya lembaga ini adalah untuk menjaga ketertiban
umum serta memelihara keutamaan moral dan ada dalam masyarakat. (Muhammad, 2003:136)
2.4.1 Peran Wilayatul Hisbah
Dalam Peranan Wilayatul Hisbah juga terdapat beberapa unsur penting dalam
pelaksanaan penegakan Syari’at Islam di antaranya sebagai berikut:
1. Peran Wilayatul Hisbah yaitu :
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang Syari’at Islam
b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan
bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan
c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul
Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada
keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku
d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at
Islam kepada penyidik
2. Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi diantaranya:
a. Memberitahukan kepada masyarakat tentang adanya peraturan perundang- undangan di
bidang Syari’at Islam.
b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam
3. Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:
a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam
b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar
peraturan perundangan di bidang Syari’at Islam
c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong
d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin
penggunaan suatu tempat atau sarana.
4. Wewenang Wilayatul Hisbah
Sesuai dengan keputusan Gubernur Nomor 01 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata
kerja Wilayatul Hisbah berwenang dalam penanganan setiap pelanggaran dan pembinaan
Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, wewenang tersebut tertuang
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan di
bidang Syari’at Islam
b. Menegur, menasehati, mencegah dan melarang setiap orang yang patut diduga telah
sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang Syari’at Islam (Sumber: Dinas Syari’at islam kota langsa).
2.4.2 Fungsi Wilayatul Hisbah
Wilayatul Hisbah melalui muhtasib mempunyai fungsi utama yaitu: menyuruh kepada
kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Adapun dari tugas utama tersebut dapat dibagi lagi
kepada tiga kategori, yakni:
1. Tugas yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah). Kategori pertama yang menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran yang terkait dengan hak-hak Allah meliputi
kegiatan keagamaan, salah satunya perintah untuk Shalat berjamaah di Mesjid atau Musholah
dan tidak menyendiri.
2. Tugas yang berhubungan dengan manusia (Hablum minannas). Yaitu yang berhubungan
dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti hubungan dalam bermuamalah
atau transaksi jual beli.
3. Tugas yang berhubungan dengan keduanya baik Allah dan Manusia (hablum minAllah wa
hablum minanas). Ialah yang terkait antara hak Allah dan hak-hak manusia (Sumber: Dinas
2.4.3Konsep Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran Oleh Wilayatul Hisbah
Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelaksanaan Syari’at Islam melalui proses
jalan panjang, diawali dari proses pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat,
razia dan berbagai usaha lainnya, pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna
pembuatan BAP untuk diserahkan kepada kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke
Mahkamah Syari’at untuk diproses di pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan
dari pengadilan.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jenis pidana yang dikenal adalah :
a. Pidana pokok, yang terdiri dari :
Pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda.
b. Pidana tambahan:
Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan
hakim.
Secara umum tujuan pemidanaan adalah memberikan efek jera bagi si pelaku dan
pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan hal serupa. Dalam Qanun yang menjadi area
studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman) yaitu Hukuman Cambuk, Kurungan dan Denda.
Dalam beberapa Qanun yang menjadi area studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman)
yaitu :
1. Hukuman cambuk, dengan angka yang variatif sesuai dengan jenis pidananya.
2. Kurungan.
Berikut ini beberapa perbuatan pidana dan sanksinya yang terkait dengan prilaku menyimpang
yang telah diatur sanksi-sanksinya.
Nomor Perbuatan Pidana/ Pelanggaran
Hukum Syariat Islam
Sanksi/Hukumannya
1. Tidak melaksanakan Shalat Jum’at
tiga kali berturut-turut tampa uzur
syar’i
Menyediakan fasilitas/peluang untuk
tidak berpuasa bagi orang yang
wajib berpuasa pada Ramadhan
Penjara maksimal 6 (enam)
bulan atau cambuk maksimal 3
(tiga) kali
Penjara maksimal 1 (satu)
tahun atau denda maksimal Rp.
3.000.000 (tiga juta rupiah)
atau cambuk 6 (enam) kali dan
dicabut izin usahannya
2 Makan dan minum (oleh orang yang
wajib berpuasa) di tempat umum/di
depan umum pada siang hari bulan
Ramadhan
Penajara maksimal 4 (empat)
bulan atau Cambuk maksimal 2
(dua) kali
3 Tidak berbusana Islami Mulai dengan hukuman yang
paling ringan.
4. Mengkonsumsi minuman khamar
dan sejenisnya
Cambuk 40 (empat puluh) kali
5. Memproduksi, menyediakan, menju
al, memasukkan, mengedarkan, men
Kurungan maksimal 1 (satu)
gangkut, menyimpan, menimbun, m
emperdagangkan, menghadiahkan
dan Atau denda maks Rp.
75.000.000,- (tujuh puluh lima
juta rupiah)
6. Maisir (Perjudian)
Orang yang berjudi
Penyedia fasilitas, atau
penyelenggara judi, pelindung atau
pemberi izin berjudi
6 – 12 kali hukuman cambuk
Denda 15-35 juta
7. Pelaku mesum
Penyedia fasilitas atau yang
melindungi orang yang khlawat
3 – 9 kali hukuman cambuk
atau denda 2,5 – 10 juta
Kurungan 2 – 6 bulan atau
denda 5 – 15 juta
Sumber: Dinas Syari’at Islam Kota Langsa
2.5 Seks Bebas
2.5.1 Defenisi Seks Bebas
Kurangnya informasi tentang seks dapat menyebabkan anak mencari tahu mengenai hal
itu dari berbagai sumber, termasuk melakukan eksperimen seksual. kalau sudah begini,
bersiap-siaplah orang tua dalam menghadapi problematika seks bebas anak remajanya.
Seks bebas adalah gaya hidup yang berasal dari barat. Dalam hidup seks bebas ini,
manusia diberi kebebasan untuk melampiaskan hasrat seksualnya tanpa harus terikat pada norma,
urusan peribadi sehingga tidak seorangpun atau sesuatu pun yang berhak mengatur apalagi
mengekang kebebasan tersebut. (Nawita, 2013:82-83)
Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem
regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan
melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai
dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual (psycologymania,
2012).
Nevid mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria
dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik. Terdapat
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis
mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat
instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama
dorongan seks. Lebih lanjut Cynthia seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan
pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan. Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka
dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan
mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah
2.5.2 Klasifikasi Seks Bebas
Klasifikasi seks bebas yaitu :
1. Kissing yakni berciuman dengan bibir dan mulut terbuka serta termasuk menggunakan
lidah.
2. hickey yakni merasakan kenikmatan untuk menghisap atau menggigit dengan gemas
pasangan mereka, kadang-kadang pada leher, buah dada, atau paha, yang menyebabkan
sebuah tanda memar merah, tanda ini juga dinamakan isapan, cupang dan lain-lain.
3. necking yakni biasanya termasuk mencium wajah dan leher. umumnya digunakan untuk
menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam, ciuman sambil memegang
buah dada.
4. petting yakni langkah yang lebih mendalam dari necking. ini termasuk merasakan dan
mengusap-usap tubuh pasangan anda, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan
kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau didalam pakaian.
* Baik necking dan petting sama-sama membahayakan . sebab ketika dua orang begitu
terangsang secara seksual, mereka cenderung tidak mampu mencegah untuk tidak
melakukan hubungan intim, atau tidak menggunakan alat mencegah kehamilan.
5. foreplay yakni meliputi merangsang secara seksual melalui berciuman, necking, dan
petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.
6. hubungan intim yakni bersatunya dua orang secara seksual yang idealnya dilakukan
setelah pasangan pria dan wanita menikah. dalam hubungan seksual manusia, penis
2.5.3 Faktor penyebab seks bebas
Faktor-faktor penyebab terjadinya seks bebas :
1. Penyebaran nilai-nilai asing yang mudah masuk seiring derasnya arus informasi dan
teknologi. ketidakmampuan dalam menyaring berbagai informasi yang masuk membuat
generasi muda kita menjadi sasaran empuk penyebaran tata nilai yang bukan hanya
berlawanan, tetapi juga menjerumuskan.
2. Mudahnya akses konten pornografi, misalnya buku, majalah, keping VCD/DVD, serta
internet. kita bias lihat bahwa file-file cabul dapat berpindah dari satu handphone ke
handphone yang lain dengan mudah dan tidak berbiaya.
3. Tata pergaulan anak zaman sekarang yang menyatakan bahwa free seks sebagai salah
satu elemen modernitas. di mata mereka, melakukan seks diluar nikah dan
bergonta-ganti pasangan adalah sebuah tuntutan logis perkembangan zaman. oleh karena itu,
remaja yang tidak melakukan free seks akan dianggap kampungan dan akan dijauhi dari
lingkungan pergaulan.
4. lemahnya control orang tua terhadap anak. bagaimanapun juga, peran orang tua sangat
berpengaruh dalam melindungi remaja/anak dari berbagai hal berbau pornografi. orang
tua tidak bisa begitu saja mempercayai bimbingan moral yang didapatkan oleh anak di
sekolah dan melepas sepenuhnya tanggung jawab pengawasan tumbuh kembang anak.
5. kurang kuatnya penanaman nilai-nilai agama pada diri anak. penanaman nilai-nilai
2.5.4 Dampak Seks Bebas
Dampak seks bebas yakni :
1. Kehamilan diluar nikah yang disebabkan oleh tindakan seks yang tidak bertanggung
jawab yang dilakukan generasi muda kita. boleh jadi, hal ini akibat minimnya informasi
mengenai alat-alat kontrasepsi ataupun bimbingan atau tata cara seks yang benar dan
bertanggung jawab.
2. Semangkin tingginya angka aborsi yang juga berbanding lurus dengan angka kematian
ibu yang melakukan aborsi. ketakutan yang dialami oleh para penganut paham seks
bebas (dalam hal ini kaum wanita) ketika mengetahui dirinya hamil membuat dia
melakukan berbagai cara untuk menutupi aib tersebut tanpa peduli apakah langkah
tersebut aman atau tidak bagi keselamtan jiwanya. selain oleh oknum tenaga medis, kita
juga kerap melihat bahwa praktik aborsi dilakukan juga oleh orang-orang yang tidak
kompeten sehingga aborsi dapat membahayakan jiwa pasien itu sendiri.
3. Semakin beresikonya terkena penyakit menular seksual (PMS).
4. Keresahan sosial, meski bagaimanapun kasus seks bebas terlebih yang berujung
kehamilan diluar nikah atau aborsi bukan hanya akan mencoreng nama baik keluarga
yang bersangkutan. gunjingan dan cemoohan adalah konsekuensi logis atas perbuatan
seks bebas. namun demikian, hal yang paling dikhawatirkan adalah perbuatan tersebut
2.6 Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas
persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang
dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir,
mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan
pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku. Remaja
merupakan proses yang dilewati setiap manusia, pada masa remaja pada dasarnya mereka
memiliki rasa yang lebih labil.. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21
tahun.
Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh
bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi
seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. seperti yang tertera dalam Qanun no.14 th
2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14
tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas)..
b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan
bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun
2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul
Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada
d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun
no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:
Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).
Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi seks bebas adalah diantaranya:
a. Memberitahukan kepada remaja tentang adanya peraturan perundang- undangan Qanun
no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003
tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:
a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan
mesum/seks bebas).
b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar
peraturan perundangan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks
bebas).
c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong
d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin
penggunaan suatu tempat atau sarana terhadap Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat
Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang
Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) melalui proses jalan panjang, diawali dari proses
pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya,
pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada
kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari’at untuk diproses di
pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan dari pengadilan.
Adapun sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan
mesum/seks bebas) yakni :
c) Pelaku mesum/ seks bebas akan diberikan sanksi 3 – 9 kali hukuman cambuk atau
denda 2,5 – 10 juta.
d) Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang melakukan mesum/seks bebas
diberikan sanksi Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta (Sumber: Dinas
2.7 KERANGKA PEMIKIRAN
Persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang
dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir,
mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan
pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.
Remaja merupakan proses yang dilewati setiap manusia, pada masa remaja pada dasarnya
mereka memiliki rasa yang lebih labil. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur
16-21 tahun.
Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh
bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi
seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut
dengan Muhtasib. Hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam.
Diera modern saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan Seks sangatlah sudah
menjadi rahasia umum bagi masyarakat. Yang dimana akibat efek dari globalisasi dan lain-lainya
telah merusak moral dan tingkahlaku kita, Bahkan tidak asing lagi buat kita untuk mendengar
atau melihat hal-hal yang bernuansa Porno saat ini. Ini juga disebabkan oleh semakin kurangnya
penanaman nilai-nilai bagi masyarakat, yang dalam proses perjalanan waktu terus memudar.
Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat Seksual baik dengan
lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan,
berciuman kissing, hickey, necking, petting, foreplay, hubungan intim, yang dilakukan diluar
Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah :
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14
tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan
bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun
2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul
Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada
keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku
d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun
no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:
Bagan Alur Pikiran.
Persepsi Remaja
Perananan Wilayatul Hisbah
Pengawasan Pembinaan Pemberian sanksi
2.8 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional
2.8.1 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan pada ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena social yang akan dikaji. Untuk menghindari salah
pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti
harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya
penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut defenisi konsep. Secara
sederhana defenisi diartikan sebagai batasan arti.
Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa penelitian ingin
mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya
menggiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang
diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas
dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138).
Untuk lebih memahami konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi
konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Persepsi Remaja diartikan sebagai pandangan Remaja atau kelompok manusia yang
muncul sebagai wujud pada sesuatu hal dalam hal ini tentang peran dan fungsi Wilayatul
Hisbah sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks
bebas).
2. Remaja dalam penelitian ini adalah orang yang berumur dari 16 tahun sampai dengan 21
3. Peranan dalam penelitian ini adalah tugas Wilayatul Hisbah yang nantinya akan
bermanfaat untuk mengurangi seks bebas sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang
Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).
4. Wilayatul Hisbah dalam penelitian ini adalah Institusi yang bertugas mengawasi,
membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
bidang syari’at Islam khususnya Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan
mesum/seks bebas).
5. Seks bebas dalam penelitian ini adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
Seksual, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman kissing,
hickey, necking, petting, foreplay, hubungan intim, yang dilakukan diluar hubungan
pernikahan.
2.8.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan
defenisi konsep ditunjukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep baik
berupa objek , peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan
dalam upaya mentransformasikan konsep kedunia nyata sehingga konsep penelitian dapat
diobservasi (Siagian, 2011 : 141).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
a. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan perundang
undangan di bidang syari’at Islam terkhususkan tentang Qanun no.14 tahun 2003 tentang
b. Pembinaan : dilakukan kepada masyarakat/ remaja terhadap pelaksanaan dan pelanggaran
peraturan perundang undangan di bidang Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat
(perbuatan mesum/seks bebas). Dengan cara sosialisasi, dialog interaktif, ceramah, dan
lain-lain.
c. Pemberian Sanksi : dilakukan terhadap pelanggaran Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas)
sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).