BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Wirausaha
1. Zimmerer (2005) menyatakan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Artinya, untuk menciptakan sesuatu, diperlukan suatu kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.
3. Soetadi (2010) menyatakan bahwa wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambilan tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih kesuksesan.
2.1.2 Pengertian Usaha Kecil
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dijelaskan dalam UU Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) No. 20 tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
2.1.3 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Berdasarkan UU Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) No. 20 Tahun 2008 pada Bab IV pasal 16 menetapkan kriteria UMKM sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau;
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak Rp 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (Dua miliar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (Lima puluh milyar rupiah).
2.1.4 Memulai Usaha Baru
Menurut Hutagalung (2010:59) ada beberapa cara yang dilakukan oleh seseorang untuk memulai suatu usaha atau memasuki suatu usaha, baik secara berkelompok maupun perorangan. Cara memulai usaha yang lazim digunakan yaitu :
1. Merintis usaha baru (starting),
Yaitu membentuk ide dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Yang dimaksud dalam hal ini adalah mencari lokasi yang tepat, menyediakan peralatan dan mesin yang sesuai dengan usahanya, sampai mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha dan mengurus izin-izin usaha secara individu. Tidak sedikit cerita yang menyedihkan di balik sukses yang diraih oleh pengusaha. Ada pengusaha yang memulai
usahanya dari nol dengan tertatih-tatih. Bahkan, seringkali pengusaha tersebut menderita kerugian dan nyaris bangkrut. Namun, karena
keberanian, kesabaran, ketekunan, dan kepandaiannya dalam mengelola usaha, dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun hingga akhirnya berhasil.
Tabel 2.1
Tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis
No Bentuk Usaha
Defenisi Keuntungan Kerugian
1. Perseorangan Perusahaan perseorangan tunggal) dan bukan badan hukum. d. Pajak rendah
a. Pengusaha dimiliki oleh dua orang atau lebih secara bersama. kepada negara dan mungkin perlu minta izin usaha.
3. Korporasi Korporasi adalah suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham, b. Memiliki akses
dana yang lebih cepat dan banyak Sumber : (Hutagalung, 2010)
2. Membeli perusahaan orang lain (buying)
Yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada.
Pembelian ini dapat dilakukan terhadap perusahaan yang sedang berjalan atau perusahaan yang tidak aktif, tetapi masih memiliki badan usaha. Pembelian tersebut meliputi saham berikut aset yang dimiliki perusahaan.
3. Kerja sama manajemen dengan sistem waralaba (franchising),
Model ini dikembangkan dengan memakai nama dan manajemen perusahaan lain. Perusahaan pemilik nama disebut sebagai perusahaan induk (franchisor) dan perusahaan yang menggunakan nama disebut sebagai franchisee.
Sistem waralaba memiliki kelebihan dan kelemahan, antara lain :
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kelemahan Waralaba (Franchise)
Kelebihan Franchise Deskripsi
Resiko kerugian lebih kecil Risiko kerugian pada bisnis waralaba dapat diturunkan hingga 85% karena pada bisnis ini, sistem manajemen telah tersusun rapi dan telah terprogram secara baik dan teruji melalui pengalaman selama bertahun-tahun oleh pewaralaba yang berkualitas.
Tidak dibutuhkan
pengalaman khusus untuk menjadi penerima lisensi (terwaralaba)
Mendapatkan keuntungan dari promosi
Jika suatu merek dagang mempromosikan produknya di media massa, maka anda sebagai terwaralaba akan ikut mendapatkan keuntungan dari promosi itu karena masyarakat yang tertarik dengan promosi tersebut, akan membeli di tempat anda.
Memiliki hak usaha penuh Anda berhak menggunakan merek dagang dan produk dari perusahaan induk. Anda tidak perlu membuat merek dagang sendiri dan berusaha membuat merek dagang itu dikenal orang.
Kelemahan Franchise Deskripsi
Berbagi keuntungan Sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada pemberi izin waralaba, penerima izin
(franchisee) harus berbagi keuntungan waralaba dengan pemberi izin (franchisor). Biaya
tahunan yang harus dibayar sampai 8% atau lebih dari penerimaan laba yang dihasilkan oleh franchisee.
waralaba sangat tergantung kepada peraturan ini. Franchisee tidak diperbolehkan mengubah beberapa peraturan tersebut.
Sumber : (Hutagalung, 2010)
2.1.5 Sifat–sifat Wirausaha
Ada beberapa sifat wirausaha yang telah dikelompokkan menjadi enam sifat unggul,yaitu :
Tabel 2.3
Sifat-sifat Wirausaha
Percaya Diri 1. Yakin dan Optimisme
2. Mandiri
3. Kepemimpinan dan Dinamis
Originalitas 1. Kreatif
2. Inovatif
3. Inisiatif/proaktif
Berorientasi Manusia 1. Sifat suka bergaul dengan orang lain
2. Komitmen
3. Responsive terhadap saran dan kritik
Berorientasi Hasil Kerja 1.Ingin berprestasi
2.Berorientasi keuntungan 3.Teguh, tekun, dan kerja keras 4.Penuh semangat dan penuh energi Berorientasi Masa Depan 1. Sifat pandangan ke depan
2.Ketajaman persepsi Berani Ambil Risiko 1.Mampu ambil risiko
2.Suka tantangan Sumber : (Hutagalung, 2010)
yang sama. Pelanggan akan mencari produk lain dari perusahaan lain yang dirasakan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Untuk itulah diperlukan adanya inovasi terus menerus jika perusahaan akan berlangsung lebih lanjut dan tetap berdiri dengan usahanya. Inovasi adalah sesuatu yang berkenaan dengan barang, jasa atau ide yang dirasakan baru oleh seseorang. Meskipun ide tersebut telah lama ada tetapi ini dapat dikatakan suatu inovasi bagi orang yang baru melihat atau merasakannya.
Perusahaan dapat melakukan inovasi dalam bidang: a. Inovasi produk (barang, jasa, ide dan tempat).
b. Inovasi manajemen (proses kerja, proses produksi, keuangan pemasaran, dll).
2.1.6 Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Agar Sukses Memulai Usaha
Menurut Soegoto (2009:51) kunci sukses memulai suatu usaha yaitu : 1. Modal
Sesuaikan kondisi keuangan / modal awal dengan sasaran usaha awal yang akan kita buka. Modal awal yang ada cukup dibelanjakan untuk keperluan awal usaha.
2. Keahlian / Skill
Membuka usaha sesuai keahlian yang kita miliki merupakan kunci awal suksesnya usaha tersebut. Dengan keahlian kita lebih siap menghadapi medan dan mampu menetralisir ancaman yang mungkin timbul dengan tindakan yang cepat.
Pilih lokasi usaha yang strategis, mudah dijangkau, dan ramai pengunjung. Hal ini mempengaruhi animo konsumen untuk berbelanja sehingga usaha lebih cepat berkembang.
4. Promosi
Usaha yang baru dibuka, memerlukan upaya-upaya promosi / pemasaran, minimal melalui tampilan depan tempat usaha yang didesain semenarik mungkin.
5. Merek / Brand
Brand usaha meliputi logo dan nama usaha yang merupakan daya tarik calon konsumen untuk mampir dan berbelanja.
6. Membangun Sistem
Sistem usaha yang baik dibangun sejak awal memulai usaha, yang meliputi manajemen usaha, organisasi dan pengelolaan keuangan. 7. Karyawan
Dalam merekrut karyawan akan lebih baik jika telah memiliki keahlian sesuai dengan bidang usaha yang kita buka. Penambahan karyawan disesuaikan dengan perkembangan usaha.
2.1.7 Penyusunan Rencana Usaha
Apapun pilihan usaha seseorang, untuk menjamin keberhasilan usahanya, maka harus dilaksanakan persiapan secara matang. Setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan pilihan usaha, langkah berikutnya adalah menyiapkan rencana bisnis.
Business plan merupakan dokumen yang disiapkan secara seksama, yang menerangkan mengenai pola dari usaha kecil yang digeluti, sasaran dari
entrepreneur dan rencana tindakan untuk mencapai sasaran.
Rencana bisnis ini selain berguna sebagai alat untuk mengajukan permohonan modal, juga mengandung informasi-informasi penting yang diperlukan untuk mengambil sebuah keputusan strategis sebelum memulai suatu bidang usaha.
Tidak semua entrepreneur menyiapkan business plan sebelum memulai bisnis mereka. Namun, manfaat business plan jauh lebih besar. Dengan business plan, wirausaha diharuskan untuk berpikir kreatif. Dengan demikian isu-isu kritis yang muncul akan bisa ditangani dengan baik.
Menurut Anoraga (2002), suatu rencana usaha (business plan) disusun berdasarkan fungsi-fungsi operasional usaha, yaitu:
1. Rencana Pemasaran
serta daerah pemasarannya, program pemasaran yang mencakup bauran pemasaran dan kebijaksanaan harga jual yang dikaitkan dengan harga produk / jasa pesaing.
2. Rencana Produksi
merupakan rencana yang berisi tentang perkiraan dan taksiran mengenai mesin atau alat-alat yang digunakan dalam proses menghasilkan barang atau jasa, mengenai pemasok dan kapasitas pemasok, pemilihan lokasi tempat usaha, desain proses produksi dan karakteristik proses produksi yang dipakai, cara pengaturan persediaan bahan baku, tenaga kerja yang dibutuhkan, serta persoalan peralatan yang digunakan.
3. Rencana Organisasi dan Manajemen
Merupakan rencana yang berisi tentang perkiraan dan taksiran yang mencakup struktur organisasi yang sesuai dengan besarnya usaha, banyaknya tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan operasional usaha dan kualifikasi keahlian yang diperlukan, gaji / upah dan jaminan / fasilitas lain yang diberikan serta pembagian tugas dan jadwal kerja.
4. Rencana Keuangan
2.2 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2009) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus Pada Rumah Kue Maisyaroh dan Al-Baik Bakery and
Cakes Medan)” menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mendorong
keberhasilan usaha baru adalah penerapan yang diikuti pengimplementasian keempat faktor dari rencana usaha (bussiness plan) yaitu rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan manajemen serta rencana keuangan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa rencana organisasi dan manajemen merupakan faktor yang paling dominan sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha baru.
Ritonga (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kewirausahan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan Di
Lingkungan Pajak USU” dimana peneliti menggunakan empat indikator untuk mengukur kewirausahaan yaitu, perencanaan, resiko, peluang, dan adaptasi. Keberhasilan usaha akan diukur dengan tiga indikator yaitu keuntungan usaha, jumlah usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. berdasarkan penelitian diperoleh yaitu bahwa kewirausahaan bukan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha mikro non makanan di Pajak USU atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha yang signifikan.
Ulina (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus Pada Crispo
yaitu rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan manajemen serta rencana keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dalam mendorong keberhasilan baru yaitu faktor pemasaran.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,
observasi, dan survei literatur. (Kuncoro, 2003 : 44).
Seorang wirausaha adalah seorang yang mempunyai visi, semangat dan melakukan tindakan-tindakan nyata dalam usaha menciptakan dan
mengembangkan sendiri sumber-sumber income-nya tanpa tergantung semata-mata pada orang lain (Hutagalung 2010: 76).
Setiap saat seorang wirausaha mencapai targetnya, maka segera dibuat impian-impian baru yang dapat memacu semangat serta antusiasme untuk mencapainya. Untuk menjadi seorang wirausaha muda, harus memiliki visi dan semangat serta melakukan tindakan nyata (action) saat ini juga, sehingga akan meningkatkan rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam mengatasi segala tantangan.
Pada kerangka penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa variabel yang mendorong keberhasilan usaha baru, yaitu melalui rencana bisnis (bussiness plan) yang terdiri atas : Rencana Pemasaran (X1), Rencana Produksi (X2), Rencana Organisasi dan Manajemen (X3), dan Rencana Keuangan (X4).
Berdasarkan variabel tersebut, maka kerangka konseptual dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Keberhasilan Usaha Baru (Y) Rencana Usaha
(Business Plan) dan Implementasinya Rencana Pemasaran
(X1)
Rencana Produksi (X2)
Rencana Organisasi dan Manajemen (X3)
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian (Sugiyono, 2005 : 51).
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor – faktor yang mendorong wirausahawan meraih keberhasilan dalam usaha barunya adalah rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan manajemen serta rencana keuangan yang tergabung dalam rencana usaha (bussiness plan) dan pengimplementasian dari keempat rencana dalam bussiness plan tersebut.