• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN KUSTA DI RS KUSTA SUMBERGLAGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN KUSTA DI RS KUSTA SUMBERGLAGAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN KUSTA DI RS KUSTA SUMBERGLAGAH

YUMANTORO 1212010052

Subject : Dukungan psikososial, Kusta, Kepatuhan berobat, Penderita Kusta

Descriptions :

Stigma negatif yang berkembang dimasyarakat menyebabkan dukungan psikososial keluarga pada anggota keluarga yang sakit kusta menjadi berkurang bahkan tidak jarang keluarga menutupi anggota keluarga yang sakit tersebut. Penyakit kusta dapat diminimalkan jika adanya dukungan psikososial keluarga yang optimal terhadap kepatuhan berobat pada pasien kusta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan psikososial keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien kusta di RS Kusta Sumberglagah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita kusta yang berobat di RS Kusta Sumberglagah. Sampel dalam penelitian sebanyak 12 responden yang dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan indikator dukungan keluarga. Analisa menggunakan uji statistik uji Pearson.

Hasil uji pearson product moment diperoleh p 0.030 < 0,05 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga terhadap kepatuhan berobat di RS Kusta Sumberglagah Tahun 2015.

Penelitian ini merekomendasikan untuk keluarga memberikan dukungan yang optimal terhadap responden secara emosi, penghargaan, serta instrumental (materi).

ABSTRACT

(2)

treatment compliance in RS Kusta Sumberglagah in 2015.The study recommends for families provide optimal support to the respondent emotionally, awards, as well as instrumental (material).

Keywords: Psychosocial support, Leprosy, treatment compliance.

Contributor : 1. Budi Prasetyo, M.Kep, Ns

2. Dr. Nurwidji, MHA.,M.Si

Date : 29 Juli 2015

Type Material : Laporan Penelitian Identifier :

Right :

Summary :

Pendahuluan

Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak terdiagnosis dan diobati secara dini akan menimbulkan kecacatan menetap (Subdirektorat Kusta dan Frambusia, 2007). Penyakit ini dapat menyebabkan masalah yang kompleks, bukan hanya dari segi medis seperti cacat fisik tetapi juga sampai masalah sosial, ekonomi dan budaya (Kaur & Van Brakel, 2006). Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang sebenarnya tingkat penularannya sangat rendah, namun karena dampak penyakit tersebut dapat menimbulkan berbagai kecacatan pada penderitanya sehingga terbentuk stigma atau rumors di masyarakat yang tidak menguntungkan dalam proses pemulihannya. Berbagai hal yang sering kali menjadikan penyakit ini dianggap sebagai “kartu mati” bagi penderitanya adalah karena tidak jarang ditemukan berbagai kasus kemanusiaan, seperti dalam percobaan bunuh diri (tentamen suicide) pada penderita kusta, tidak mau berobat ke dokter atau puskesmas dan atau terisolir dari kehidupan masyarakat (Fajar, 2010). Penyakit ini sendiri juga merupakan salah satu gambaran nyata kemiskinan di masyarakat Indonesia, karena kenyataannya sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah. Penyakit Kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan tuhan (Kemenkes RI, 2011).

(3)

Papua. Sepertiga lebih dari total jumlah penderita kusta nasional berada di Provinsi Jawa Timur (Frambusia, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 di RS Kusta Sumberglagah melalui 5 orang yang melakukan kunjungan untuk berobat peneliti melakukan wawancara dengan hasil bahwa 3 orang diantaranya (60%) jarang melakukan kunjungan, saat itu hanya karena ada anjuran dari dokter untuk melakukan pengobatan, setelah peneliti wawancarai mereka mengatakan bahwa keluarga tidak pernah memberikan saran atau dorongan untuk pengobatan penyakitnya. Namun 2 orang (40 %) melakukan kunjungan karena atas dasar keinginan sendiri dan dorongan dari pihak keluarga.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penderita kusta berhenti berobat yakni disebabkan karena tidak kuatnya penderita kusta dalam menahan beban sosial yang dihadapinya. Selain itu faktor ketidak patuhan berobat juga dapat dipengaruhi oleh pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan, kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan keluarga, tingkat ekonomi, dukungan sosial, perilaku sehat, dukungan profesi keperawatan (kesehatan) (Suparyanto, 2010). Masalah psikososial yang timbul akibat penyakit kusta dapat dirasakan baik oleh penderita kusta maupun keluarganya, seperti perasaan malu dan ketakutan akan kemungkinan terjadi kecacatan karena kusta, ketakutan penderita menghadapi keluarga maupun masyarakat karena sikap penerimaan yang kurang wajar, upaya keluarga untuk menyembunyikan anggota keluarganya yang menderita kusta karena dianggap aib, atau bahkan mengasingkan anggota keluarga karena takut ketularan (fajar, 2010). Respon dari anggota keluarga terhadap penderita kusta karena ketakutan akan kemungkinan penularan penyakit tersebut akan mempengaruhi partisipasi anggota keluarga dalam hal perawatan kesehatan anggota keluarga yang menderita kusta sehingga keluarga kurang memberikan dukungan kepada penderita untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengobati penyakitnya tersebut (Fadilah, 2012).

Susanto (2010) dalam penelitiannya mengenai arti dan makna penderita kusta yang menjalani perawatan di Jember memperoleh data mengena dampak psikologis yang dialami klien akibat kusta seperti malu, menarik diri dengan bersembunyi dalam rumah, dan beberapa anggota keluarga dan masyarakat menganggap jijik terhadap kondisi yang dialami oleh klien. Dampak yang mungkin muncul dengan adanya isolasi diri ini, penderita akan mengurung diri dalam rumah sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan tidak kan bisa dijangkau. Masalah sosial yang dapat muncul dalam keluarga adalah rasa takut apabila diasingkan oleh masyarakat dan berusaha menutupi penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya agar tidak diketahui oleh masyarakat. Sementara penderita dan keluarganya adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat dan diterima oleh mereka. Permasalahan ini muncul akibat ketakutan klien kusta di komunitas (leprophobia) karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi kepada masyarakat terhadap penderita kusta.

(4)

tentang hubungan persepsi dukungan keluarga dengan kepatuhan penderita kusta dalammenjalani pengobatan MDT menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan keluarga dengan kepatuhan berobatpenderita kusta dalam menjalani pengobatan MDT (Fadilah, 2012).

Bentuk dukungan yang bisa diberikan keluarga adalah dukungan psikososial. Psychocosial support (dukungan psikososial) berhubungan dengan pentingnya konteks sosial dalam menghadapi dampak psikososial yang dihadapi individu karena kejadian yang membuat stress. Dalam prakteknya ini berarti memfasilitasi struktur lokal sosial (keluarga, kelompok komunitas, sekolah) yang kemungkinan sudah tidak berfungsi lagi sehingga dapat kembali memberikan support yang efektif kepada orang yang membutuhkan terkait pengalaman hidup yang membuat stress. Bentuk dukungan yang diberikan kepada anggota keluarga yang menderita kusta dalam bentuk dukungan psikososial diharapkan mampu mengatasi masalah psikososial yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Dukungan yang diberikan keluarga merupakan suatu bentuk intervensi yang melibatkan keluarga sebagai support system penderita. Seperti diketahui bahwa keluarga merupakan unit yang paling kecil dan paling dekat dengan klien, yang mampu menjadi caregiver bagi klien. Hal tersebut yang menyebabkan peran keluarga sangatlah besar dalam memberikandukungan bagi klien dalam menjalani pengobatan dan perawatan yang biasanya memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, sehingga apabila keluarga tidak memberikan dukungan baiksecara fisik maupun psikologis maka penderita kusta tidak akan dapat menjalani pengobatannyahingga tuntas (Rahayu, 2012).

Upaya yang dapat dilakukan keluarga adalah membantu klien dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya, memberi dukungan, motivasi atau mengindikasikan bahwa anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama mekanisme koping penderita kusta. Selain hal tersebut peran perawat sangat dibutuhkan dalam pemberian konseling atau penyuluhan kepada keluarga tentang stigma yang salah terhadap penyakit kusta, menunjang kualitas hidup para penderita dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biopsikososial dan spiritual pada penderita kusta (Rahayu, 2012).

METODE PENELITIAN

(5)

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan data bahwa hampir setengah responden berusia 23-35 tahun sebanyak 5 orang (41,7%). Data menurut jenis kelamin didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (58,3%). Hasil penelitian didapatkan data bahwa hampir setengah responden mendapatkan informasi tentang kepatuhan berobat dari keluarga/teman sebanyak 5 orang (41,7%) sebagian kecil mendapatkan informasi dari media cetak sebanyak 1 orang (8,3%). Data bahwa sebagian besar responden mempunyai mempunyai dukungan psikososial keluarga positif sebanyak 8 orang (66,7%). Hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden patuh dalam berobat sebanyak 8 orang (66,7%). Hasil penelitian didapatkan data bahwa dari 8 responden yang mendapat dukungan psikososial keluarga dalam kategori positif sebagian besar responden patuh dalam berobat sebanyak 7 responden (58,3%) dan sisanya 1 responden (8,3%) tidak patuh. Sedangkan dari 4 responden yang dukungan psikososial keluarga negatif terdapat 4 responden (33,3) tidak patuh dalam berobat dan hanya 1 responden (8,3%) yang patuh dalam berobat. Hasil uji pearson product moment diperoleh p 0.030 < 0,05 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga terhadap kepatuhan berobat di RS Kusta Sumberglagah Tahun 2015.

Hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar responden mempunyai dukungan psikososial keluarga positif sebanyak 8 orang (66,7%). Hasil ini menunjukkan bahwa keluarga responden memberikan dukungan psikososial pada anggota keluarganya yang menderita penyakit kusta.

Dukungan keluarga sangat penting bagi anggota keluarganya yang sakit, terutama bagi anggota keluarga yang menderita penyakit kusta. Keluarga yang takut tertular penyakit kusta, akan mempengaruhi partisipasinya dalam hal perawatan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita kusta, sehingga keluarga kurang memberikan dukungan kepada penderita dalam hal pemberian informasi maupun fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit tersebut. (Rahayu, 2011) .

Kurangnya dukungan dari keluarga akan mempengaruhi perasaan responden karena merasa tidak berharga, diacuhkan dan tidak dihargai maka mereka akan mengalami perasaan negatif terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, keluarga sebagai orang pertama yang dekat dengan responden seharusnya memberikan dukungan keluarga dengan baik. Bentuk dukungan psikososial yang diberikan keluarga oleh responden berdasarkan wawancara yaitu berupa keluarga selalu dekat, mendengarkan keluhan, memberikan dukungan, perhatian dan memotivasi untuk rutin dalam menjalani pengobatan serta mengingatkan keteraturan terapi pada responden. Sehingga pasien akan merasa selalu termotivasi untuk segera sembuh karena merasa di perhatikan oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden patuh dalam berobat sebanyak 8 orang (66,7%). Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh dalam berobat.

(6)

berobat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kecacatan penderita kusta karena jika pasien tidak patuh berobat maka kuman kusta dapat aktif kembali sehingga menimbulkan cacat yang lebih parah.

Kebanyakan penderita kusta yang semakin parah dan bertambah luas di berbagai bagian anggota tubuhnya disebabkan karena kurangnya kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan, hal ini menunjukkan bahwa dengan patuh melakukan pengobatan maka dapat mengurangi resiko kecacatan atau mencegah cacat yang lebih lanjut pada penderita kusta. Upaya meningkatkan kepatuhan berobat pada penderita kusta antara lain adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang efek samping dan resiko jika tidak patuh dalam berobat. Petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan sebaiknya tidak menggunakan bahasa teoritis, tetapi menggunakan bahasa sehari – hari sehingga pasien dapat menerima informasi dengan jelas.

Penelitian didapatkan data bahwa dari 8 responden yang mendapat dukungan psikososial keluarga dalam kategori positif sebagian besar responden patuh dalam berobat sebanyak 7 responden (58,3%) dan sisanya 1 responden (8,3%) tidak patuh. Sedangkan dari 4 responden yang dukungan psikososial keluarga negatif terdapat 3 responden (33,3) tidak patuh dalam berobat dan hanya 1 responden (8,3%) yang patuh dalam berobat.

Penelitian Susanto (2010) tentang pengalaman klien dewasa dalam perawatan kusta diketahui bahwa klien yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan lebih teratur dalam melakukan pengobatan dibandingkan dengan klien yang tidak mendapatkan dukungan. Penelitian tentang pentingnya dukungan psikososial caregiver penderita kusta yang dilakukan oleh Rahayu (2011) menunjukkan adanya pengaruh dukungan keluarga terhadap proses penyembuhan pasien secara tidak langsung.

Hasil ini menunjukkan besarnya peran keluarga hingga mempengaruhi kepatuhan berobat. Ketika anggota keluarga memberikan support positif pada anggota keluarga yang sakit, maka dapat mempengaruhi perilaku penderita untuk patuh berobat. Karena mereka merasa diperhatikan, sehingga rasa optimis untuk sembuh pada penderita akan timbul. Rasa optimis yang dimiliki oleh penderita tentu akan menyebabkan penderita itu rajin dan bersemangat dalam berobat karena percaya akan bisa sembuh dan banyak orang yang mendoakan kesembuhannya.

Penderita yang patuh dan memiliki dukungan psikososial yang baik dari keluarga akan terlihat saat dilakukan wawancara. Penderita akan mengatakan hal positif tentang dirinya sehingga penderita sangat antusias untuk melakukan pengobatan

Dukungan keluarga yang bisa diberikan oleh keluarga terhadap responden yakni meliputi dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. 4 komponen dukungan ini memberikan pengaruh pada tingkat kepatuhan responden dalam berobat. Hasil penelitian menunjukkan dukungan yang terendah adalah dukungan informasi, sedangkan dukungan yang tertinggi diperoleh adalah dukungan emosi. Hal ini dikarenakan keluarga kurang memahami pentingnya pemahaman penderita akan penyakitnya yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dan mendukung proses penyembuhan.

(7)

kepedulian dan perhatian dari keluarga kepada anggota keluarga penderita kusta, serta selalu mendengarkan keluhan dari penderita. Keluarga yang peduli pada keadaan penderita, akan selalu mengingatkan penderita untuk berobat secara teratur (Syakira 2009).

Dukungan emosi dari pihak keluarga yang positif terlihat adanya motivasi secara emosional dari keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien atas penyakit yang diderita. Dukungan emosi yang bisa diterima oleh penderita kusta dapat berupa kepedulian dan perhatian dari keluarga kepada anggota keluarga penderita kusta, selalu mendengarkan keluhan dari penderita, keluarga peduli apabila penderita mengalami nyeri, menyiapkan obat untuk penderita serta selalu mengingatkan penderita untuk berobat secara teratur.

Sedangkan dukungan penghargaan yang diberikan pihak keluarga negatif sebanyak 7 responden (58,3%). Dengan kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat memicu munculnya masalah psikologis gangguan konsep diri yang dialami oleh penderita kusta. Dukungan sosial yang kurang diberikan kepada penderita kusta juga akan memicu munculnya masalah psikososial yang lain (Widyastuti, 2009).

Kurangnya dukungan penghargaan dikarenakan keluarga tidak menganggap penghargaan atau pujian itu sebagai suatu hal yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita kusta. Sehingga keluarga jarang memberikan ungkapan pujian pada penderita kusta yang telah melakukan keteraturan berobat dan minum obat. Bahkan pujian karena telah merubah perilaku yang dapat mendukung proses penyembuhan. Keluarga jarang menyadari kekuatan sebuah pujian (penghargaan), pujian dapat menimbulkan perasaan dihargai, dan memberikan semangat positif pada penderita kusta.

Sebagian besar responden mempunyai dukungan instrumental (materi) oleh pihak keluarga negatif sebanyak 7 responden (58,3%). Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres. Menurut Friedman (2003) dukungan instrumental merupakan dukungan keluarga untuk membantu secara langsung bagi penderita, memberi kenyamanan dan adanya kedekatan dengan penderita

Pada dasarnya dukungan keluarga dalam bentuk materi sangat penting untuk kelangsungan pengobatan pasien kusta. Namun ada berbagai hal yang dapat mempengaruhi kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan instrumental. Dukungan ini secara tidak langsung berhubungan dengan ekonomi keluarga. Keluarga yang penghasilan bulanannya cukup besar, biasanya tidak terlalu memberikan perhatian dan dukungan kepada penderita kusta, karena mereka mempercayakan sepenuhnya pada keputusan dokter dalam hal pengobatan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan psikososial kepada anggota keluarganya yang menderita kusta.

(8)

Dukungan keluarga sesungguhnya termasuk dalam faktor karakteristik personal pasien yang sangat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi. Keluarga seringkali tidak memberikan penjelasan pada penderita kusta tentang proses pengobatannya, karena beranggapan bahwa penderita kusta mengerti. Padahal ada beberapa penderita yang belum memahami tentang penyakitnya, meskipun sudah diberikan penjelasan oleh tenaga kesehatan. Sehingga informasi akan lebih mudah dipahami oleh penderita jika keluarga juga mampu menjelaskan kembali tentang penyakitnya. Pemahaman yang benar akan membentuk kepatuhan penderita kusta. Dukungan informasi dari keluarga akan membentuk pemahaman yang menimbulkan kepatuhan dalam berobat.

SIMPULAN

Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan psikososial keluarga terhadap kepatuhan berobat di RS Kusta Sumber Glagah Tahun 2015. Dengan demikian jika dukungan keluarga positif maka pasien akan semakin patuh dalam menjalankan pengobatan.

SARAN

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menambahkan beberapa variabel tentang faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien kusta, misalnya pemahaman, tingkat pendidikan, kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap maupun kepribadian pasien.

Diharapkan Rumah Sakit mempromosikan dukungan psikososial pada keluarga pasien kusta dengan menambah media informasi terkait hal tersebut

Diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan emosi yang di tunjukkan dalam bentuk kepedulian dan perhatian kepada pasien, dukungan penghargaan, serta dukungan instrumental.

Alamat Correspondensi :

Alamat : RT/RW 012/002 Dsn Pudakpulo Ds Puloniti Kec Bangsal Kab Mojokerto

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.1 Pengujian Login Pengujian Session Data Inputan Yang Diharapkan Hasil Pengujian Kesimpulan Username: admin Password: admin. Jika pada ren- tang waktu yang

Dalam hal terjadi kondisi dimana seluruh Transaksi Pembelian tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah, maka Pemerintah dapat membuka kesempatan bagi calon

Setelah hasil klasifikasi dari metode Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) dan Fuzzy k-Nearest Neighbor in Every Class (FK-NNC) didapatkan, langkah selanjutnya adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) proses produksi pakan ternak unggas serta input produksinya, (2) penerimaan dan pendapatan perusahaan

Nama Jalan Status Jalan Fungsi Jalan Rumija (Terhitung dari Pagar Kiri Jalan ke Kanan Jalan) GSB Minimal (Terhitung Dari Dinding Terluar Bangunan ke As Jalan) GSS

telah YAHWEH ucapkan mengenai kamu hai bani Israel: Mengenai semua kaum yang telah Aku pimpin keluar dari negeri Mesir, dengan mengatakan:!. 2 Hanya kamu yang telah Aku kenal

e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator

Dari hasil pengujian, program penampil digital daya reaktor berhasil menampilkan daya reaktor dari orde kW sampai dengan MW dan perhitungan faktor konversi