© 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved
Disampaikan oleh: Drs. Siswantoro MM
(Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan, BKPM)
PELUANG INVESTASI, KEMUDAHAN SISTEM
PERIZINAN dan KERINGANAN RETRIBUSI OLEH
The Investment Coordinating Board of the Republic of
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 3
Kondisi saat ini:
PDB nominal/kapital: $ 20.600
– 25.900
Kekuatan ekonomi 10 besar
dunia
2030
2011
PDB nominal : ˜US$ 1.206 B
PDB nominal/kapital: $ 4.803
Kekuatan ekonomi 14 besar
dunia
PDB nominal/kapital: $ 12.855
– 16.160
2050
PDB nominal : ˜US$ 26.679 B
PDB nominal/kapital: $ 78.478
Kekuatan ekonomi 6 besar
dunia
*
“Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan
kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun
2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan
berkelanjutan”
VIS
I:
**
Proyeksi Goldman Sachs
*
Proyeksi tidak resmi dari
pemerintah
Source:”Masterplan percepatan & perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2025”, Bappenas.
Source:”Masterplan percepatan & perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2025”, Bappenas.
4
Indonesia Investment Coordinating Board
Target Investasi Swasta Besar Yang Ditangani BKPM (Renstra BKPM
2010-2014)
(Dalam Triliun Rupiah)
*) Peran Swasta, termasuk Rumah
Tangga, & Sektor Keuangan
Total Kebutuhan Investasi 5
tahun: Rp 12.460 Triliun
berubah
menjadi
Rp.
14.705,6 Triliun (100%)
Peran Investasi Pemerintah:
Rp. 1.766,2 Triliun - Rp
1.816,7
Triliun
(12%)
/nominal tetap
Peran
Investasi
Swasta*
berubah dari Rp 10.146,9
Triliun – Rp 10.643,3 Triliun
(85,4%)
menjadi
Rp.
12.897,9
Triliun-
Rp.
12.939,4 Triliun (88%)
•
Peran
BKPM
Dalam
Mendorong
Investasi
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 6
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 7
PRINSIP
DASAR
UU NO.
25/2007
PERLAKUAN YANG SAMA
Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional
JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN
KEUNTUNGAN
Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan
repatriasi dalam valuta asing
SEKTOR BISNIS
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau
jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan (Daftar Negatif)
FASILITAS PENANAMAN MODAL
Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal
Fasilitas Fiskal dan Nonfskal
PELAYANAN PENANAMAN MODAL
Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan
fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 8
Kebijakan Nasional Penanaman Modal
ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL
1. Perbaikan Iklim Penanaman
Modal
2. Mendorong Persebaran
Penanaman Modal
3. Fokus Pengembangan Pangan,
Infrastruktur, dan Energi
4. Penanaman Modal yang
Berwawasan Lingkungan (
Green
Investment
)
5. Pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK)
6. Pemberian Fasilitas,
Kemudahan, dan/atau Insentif
Penanaman Modal
7. Promosi Penanaman Modal
RUP
M
202
5
Sampai dengan
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 9
•
Diversifkasi
Diversifkasi
Ekonomi
Ekonomi
•
Lebih banyak
Lebih banyak
Nilai Tambah
Nilai Tambah
•
Daya Saing
Daya Saing
Source: BKPM, 2011
Didukung oleh sektor
Didukung oleh sektor
manufaktur
manufaktur
(
(
melalui
melalui
backward & forward
backward & forward
linkages)
linkages)
Kebijakan Nasional Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 10
Roadmap Implementasi Penanaman Modal
FASE
I
FASE
II
FASE
III
FASE
IV
202
5
Sampai dengan
Catatan : Fase dapat berlangsung secara
paralel dan simultan
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 11
Tertutup Mutlak untuk Dalam Negeri dan Asing
Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
Kemitraan
Batasan Kepemilikan Modal Asing
Lokasi Tertentu
Perizinan Khusus
Modal Dalam Negeri 100%
Kepemilikan Modal Asing dan Lokasi
Perizinan Khusus dan Kepemilikan Modal Asing
Modal Dalam Negeri 100% dan Perizinan Khusus
Persyaratan Kepemilikan Modal Asing dan/atau Lokasi Bagi Penanaman
Modal dari negara ASEAN
PENGATURAN DALAM DAFTAR NEGATIF INVESTASI
DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES No. 36/2010)
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Strategi negara pesaing,
bagaimana negara lain
melakukannya
Intensitas persaingan
merebut
Foreign Direct
Investment (FDI)
Praktek terbaik internasional
Komitmen internasional
PERTIMBANGAN INTERNAL
Strategi/kebijakan
pembangunan ekonomi dan
sektoral;
Kepentingan pengembangan
wilayah;
Tujuan pemberian fasilitas,
kemudahan, dan insentif;
Pengaruh (
importance
) dari
sektor yang bersangkutan dari
segi keterkaitan dengan sektor
lain, besaran sektor secara
ekonomi, penyerapan tenaga
kerja;
Sinkronisasi dengan kebijakan
lain yang terkait.
KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL
Pionir;
Prioritas tinggi;
Menyerap banyak tenaga kerja;
Pembangunan infrastruktur;
Melakukan alih teknologi;
Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal,
daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap
perlu;
Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,
dan inovasi;
Bermitra dengan UMKMK;
Menggunakan barang modal dalam negeri.
KRITERIA KLASIFIKASI
Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau
Insentif Penanaman Modal
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 13
Fasilitas
Pembebasan
atau
Pengurangan
Pajak
Penghasilan Badan
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan,
PMK
No.
130/PMK.011/2011 yang dikeluarkan pada 15 Agustus tahun
2011.
Fasilitas yang diberikan:
•
Pembebasan pajak 5 - 10 tahun setelah perusahaan /proyek
mulai produksi komersial (100 realisasi% & memiliki IUT).
•
Setelah periode ini, wajib pajak dapat diberikan pengurangan
PPh 50% dari PPh terutang selama 2 tahun setelah masa
bebas pajak (tarif PPh 12,5% selama 2 tahun).
Lima sektor prioritas:
1. Logam dasar;
2. Kilang minyak bumi dan / atau bahan kimia organik dasar
berasal dari minyak
bumi dan gas alam;
3. Mesin industri,
4. Industri sumber daya terbarukan, dan
5. Industri peralatan telekomunikasi.
Syarat :
Minimum investasi Rp. 1 triliun, berbentuk badan hukum
Indonesia yang telah ditetapkan setidaknya 12 bulan sebelum
PMK Tax Holiday dikeluarkan, dan harus deposit minimal 10%
dari investasi di perbankan Indonesia.
INSENTIF FISKAL
TAX
HOLIDAY
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 14
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di
Bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2007 jo No. 62
Tahun 2008 jo No. 52 Tahun 2011
Fasilitas yang diberikan:
•
Pengurangan pendapatan bersih 30% dari total investasi,
dibebankan dalam 6 tahun dengan masing-masing 5% per
tahun.
•
Pembebanan biaya penyusutan dan amortisasi yang
dipercepat (bangunan dan non-bangunan)
•
Kompensasi kerugian diperpanjang dari 5 tahun menjadi
paling lama 10 tahun.
Ketentuan khusus dalam PP No. 52 Tahun 2011:
Fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang
telah mendapat izin
penanaman modal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah
ini sepanjang:
a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp1
Triliun; dan
b. Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011
diundangkan.
TAX
ALLOWANC
E
INSENTIF FISKAL
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 15
Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan
bahan untuk
pembangunan atau pengembangan industri dalam
rangka penanaman modal
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
176/PMK.011/2009 jo PMK Nomor 76/PMK.011/2012
Diberikan kepada industri yang menghasilkan barang dan
industri yang menghasilkan jasa.
Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin, barang
dan bahan tersebut :
a. Belum diproduksi di dalam negeri;
b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi
spesifkasi
yang dibutuhkan; atau
c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum
mencukupi
kebutuhan industri
Daftar Industri Jasa yang mendapat Fasilitas Pembebasan Bea
Masuk:
1.
Pariwisata dan Kebudayaan
2.
Transportasi/Perhubungan (untuk Jasa Transportasi
Publik)
3.
Pelayanan Kesehatan Publik
4.
Pertambangan
5.
Konstruksi
6.
Industri Telekomunikasi
7.
Kepelabuhan
IMPOR
BARANG
MODAL
INSENTIF FISKAL
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
16
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan
Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.
Pemberian insentif dapat berbentuk:
a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak
daerah;
b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan
retribusi daerah;
c. pemberian dana stimulan; dan/atau
d. pemberian bantuan modal.
Pemberian kemudahan dapat berbentuk:
a.penyediaan data dan informasi peluang penanaman
modal;
b. penyediaan sarana dan prasarana;
c. penyediaan lahan atau lokasi;
d. pemberian bantuan teknis; dan/atau
e. percepatan pemberian perizinan
INSENTIF
LAINNYA
INSENTIF FISKAL
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 17
Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan
suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan
suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
PTS
P
PTS
P
Permohonan
Permohonan
Proses
Proses
Izin/non-izin
Izin/non-izin
PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU
The Investment Coordinating Board of the Republic of
KEWENANGAN
SELURUH
IZIN PENANAMAN MODAL
PELIMPAHAN/PENDELEGASIAN
KEWENANGAN
SELURUH
IZIN PENANAMAN MODAL
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
19
19
Indonesia Investment Coordinating Board
20
Perizinan Daerah
1.Izin Lokasi
2.Izin Mendirikan bangunan 9IMB)
3.Izin UUG/HO
4.Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Fasilitas Non-fskal
1.Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)
2.Izin kerja tenaga asing
3.Rekomendasi VISA, dll
Izin Usaha
Aplikasi izin
prinsip
Aplikasi Izin
Usaha
TAHAP SIAP
PRODUKSI /
OPERASI
TAHAP
PERSIAPAN
TAHAP
KONSTRUKSI
Prosedur Perizinan Investasi
INVESTO
R
Sumber: Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 tahun 2013
Izin Prinsip
3 Hari Kerja
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 21
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 22
*) Renstra BKPM 2010 –
2014
Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan
III Tahun 2013
Nilai investasi Triwulan III 2013 merupakan realisasi investasi yang dilakukan selama 3 bulan
periode laporan (Juli – September 2013) berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)
yang diterima BKPM
Di luar investasi Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan
Industri Rumah Tangga
Nilai investasi dalam Rp. Triliun (T) dan Kurs US$.1 = Rp.9.300,- untuk TW I dan TW II (sesuai
dengan APBN 2013) serta Kurs US$.1 = Rp.9.600,- untuk TW III (sesuai dengan APBNP 2013)
Realisasi investasi pada Triwulan III 2013: Rp. 100,5 T, meningkat 0,7% dari Triwulan II 2013 (Rp.
99,8 T) atau meningkat 22,9% dari Triwulan III 2012 (Rp.81,8 T)
Realisasi investasi pada Januari–September 2013: Rp. 293,3 T, meningkat 27,6% dari tahun
sebelumnya yaitu Januari–September 2012 (Rp.229,9 T)
PMDN : penanaman modal dalam negeri
PMA : penanaman modal asing
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 23
*) Renstra BKPM 2010 –
2014
**) Terhadap target
2013
Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan
III Tahun 2013
2012
2013
Target
2013*)
Capaian
**)
TW I
TW II
TW III
Jan-
Sep
TW
I
TW II
TW III
Jan-
Sep
PMDN
19,7
20,8
25,2
65,7
27,5
33,1
33,5
94,1
117,7
79,9%
PMA
51,5
56,1
56,6
164,2
65,5
66,7
67,0
199,2
272,6
73,1%
TOTAL
71,2
76,9
81,8
229,9
93,0
99,8
100,5
293,3
390,3
75,1%
Triwulan III dan Januari – September 2013 :
Dibanding Tahun 2012
Triwulan III 2013
y-o-y
q-o-q
PMDN
32,9%
1,2%
PMA
18,4%
0,4%
TOTAL
22,9%
0,7%
Jan-Sep 2013
y-o-y
PMDN
43,2%
PMA
21,3%
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 24
Januari–September 2013 :
Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi
Realisasi Januari–September 2013 :
Berdasarkan
Sektor
PMDN
PMA
M=
Miliar
T=
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 25
PMA
PMDN
Realisasi Januari–September 2013 :
Berdasarkan
Lokasi
M=
Miliar
T=
Triliun
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 26
NO LOKASI (US$. Juta)INVESTASI PROYEK
1 Jawa Barat 5.198,1 852
NO LOKASI (Rp. Miliar)INVESTASI PROYEK
1 Jawa Timur 28.319,8 249
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 27
Realisasi Januari–September 2013 :
Berdasarkan
Negara Asal
NO NEGARA ASAL (US$. Juta)INVESTASI PROYEK1 Jepang 3.637,0 548
NO NEGARA ASAL (US$. Juta)INVESTASI PROYEK
36 Samoa Barat 1,7 4
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 28
PMDN
PMA
PMDN dan PMA
Berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode
Januari–September 2013, realisasi PMDN dan
PMA tertinggi ada di Koridor Jawa. Realisasi
PMDN terbesar berikutnya berada di Koridor
Kalimantan,
Sumatera,
Bali
dan
Nusa
Tenggara, Sulawesi, serta Maluku dan Papua.
Sedangkan PMA terbesar berikutnya berada di
Koridor
Sumatera,
Maluku
dan
Papua,
Kalimantan, Sulawesi serta Bali dan Nusa
Tenggara.
Koridor Ekonomi
T=
Triliun
The Investment Coordinating Board of the Republic of
Indonesia 29
Indonesia Investment Coordinating Board
Sektor – Sektor Yang Didorong Bagi Penanaman Modal 2013-2014
1.
Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah
(value added) dalam rangka program hilirisasi atau
pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan,
pertanian, perikanan dan kehutanan
Contoh: industri smelter, industri pengolahan lanjutan CPO,
pengolahan lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan.
2.
Sektor-sektor industri yang jenis produksinya
masih diimpor sangat tinggi sebagai barang modal
dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya
(substitusi impor barang modal dan barang baku)
Contoh: industri besi dan baja, industri komponen otomotif, industri
kimia dasar dan industri permesinan
3.
Sektor-sektor industri yang jenis produksinya
masih diimpor sangat tinggi sebagai konsumsi
masyarakat Indonesia (substitusi impor barang
konsumsi)
Contoh: Industri Makanan dan Minuman (makanan olahan), Industri
Peralatan Rumah Tangga, Industri Oil Refnery (BBM, Pelumas).
4.
Sektor-sektor industri yang trend konsumsi dalam
negeri meningkat
Contoh: Industri semen, bahan bangunan
5.
Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan
menggunakan bahan baku dan barang modal
impor yang relatif kecil.
Contoh: Industri tekstil, Hilirisasi Industri pengolahan kelapa/kelapa
sawit (minyak nabati), Industri pengolahan karet, produk kayu,
budidaya udang, industri kakao, kopi, rumput laut, industri makanan,
dll
6.
Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannya
didorong oleh pemerintah melalui pola KPS
Contoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan),
pembangunan jalan tol, pelabuhan udara dan laut, penyediaan air
minum, pengolahan sampah dan pembangunan rel kereta api.
7.
Sektor Pariwisata dan industri kreatif
Pengembangan Industri Prioritas
2010 - 2014
NO
KELOMPOK
INDUSTRI
JENIS INDUSTRI
1
Industri Padat
Karya
Tekstil, Alas Kaki, Kulit,
Furniture
2
IKM
Fesyen, Kerajinan,
batu mulia, keramik,
minyak atsiri, dll
3
Industri
Barang Modal
Permesinan, Galangan
Kapal
4
Industri
berbasis SDA
Makanan dan
minuman, CPO, Kakao,
Karet, Baja &
Alumunium Hulu,
Industri Gula, Industri
Pupuk, Industri
Indonesia Investment Coordinating Board
1. Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam rangka
program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan,
pertanian, perikanan dan kehutanan
Sources: London Metal Exchange/LME, 2011 (Processed)
Indonesia Investment Coordinating Board
Sektor Pertambangan Mineral
Mining Investment Climate in
Indonesia
Survey Result
Source: Fraser Institute and Metal Economics Group
No
Status
Compa
ny
1
Processing & Refning Existing
7
2
Processing & Refning Proposal Before
Ministry of Energy and Mineral Resources
(MEMR) Regulation No 7 Year 2012
24
3
Processing & Refning Proposal After MEMR
Regulation No 7 Year 2012
186
Total
217
Timeline Of Mineral Processing And Refning
MARKET OUTLOOK:
CAUTIOUS
INVESTMENT
OPPORTUNITIES:
Smelter
Industry
(Processing
and
Refning)
Recapitulation of Processing & Refning Plan
Indonesia Investment Coordinating Board
Sektor Pertambangan Batubara
Source: Ministry of Energy and Mineral Resources, 2012
2011
MARKET
LEADERS
(MIO
TONS)
MARKET OUTLOOK:
CAUTIOUS
Indonesian coal production will be fat in 2013 as
the downturn in the market continued. The
slowdown in China's economic growth is cutting
deeper into Indonesia's coal sector, forcing
producers to reduce output and slash costs.
INVESTMENT OPPORTUNITIES:
1.Coal Infrastructure: Coal Hauling network ,
railways , stockpile & Seaport, Coal Blending
facility
2.Mine mouth power plant development
3.Coal processing plant development: coal
upgrading and conversion
REALIZATION
PLANNI
NG
Indonesia Investment Coordinating Board
Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
WOOD
WORKING,
FURNITURE
KAYU DAN
ROTAN
Industri furniture merupakan salah satu industri berbasis kayu/rotan yang memiliki nilai tambah tinggi,
menyerap banyak tenaga kerja, dan memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap perekonomian,
baik dalam bentuk kontribusi pada PDB maupun dalam perolehan devisa (ekspor).
Negara tujuan ekspor utama: Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris dan Belanda.
PULP/KERTAS
industri pulp dan kertas Indonesia merupakan penyumbang terbesar di pasar internasional, yaitu industri
pulp yang menempati nomor 9 dan industri kertas nomor 11 di dunia.
Keunggulan Indonesia terletak pada bahan baku kayu berdaun lebar, yang menghasilkan pulp serat pendek
dengan produksi 6,52 juta ton dan sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun untuk kebutuhan
pulp serat panjang, Indonesia masih mengimpor.
KARET
(CRUMB
RUBBER)
Indonesia merupakan produsen nomor 2 terbesar di dunia setelah Thailand, tetapi dari sisi luas area no 1 di
dunia dengan luas mencapai 3,40 juta ha. Total produksi tahun 2012 mencapai 2,8 juta ton atau sekitar
27,91% dari total produksi karet dunia sebanyak 10,21 juta ton.
Sebagian besar karet alam tersebut diekspor dalam bentuk crumb rubber untuk memenuhi kebutuhan
karet alam dunia. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah karet alam menjadi produk hilir perlu didorong
peningkatan investasi di bidang industri pengolahannya.
INDUSTRI
HILIR KELAPA
SAWIT
Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO) terbesar di dunia, dengan produksi
pada tahun 2012 mencapai 29.5 juta atau 54% dari total produksi CPO di dunia. Sebagian besar CPO masih
diekspor dalam bentuk mentah, sementara itu permintaan dunia terhadap produk turunan minyak kelapa
sawit semakin besar.
Tiga lokasi potensial untuk dikembangkan klaster industri hilir kelapa sawit: Sei Mangke (Sumatera Utara),
Dumai (Riau), dan Maloy (Kalimantan Timur).
COKLAT
(KAKAO)
Kakao termasuk salah satu komoditas perkebunan yang prospektif di dunia. Kakao menghasilkan devisa
terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk kategori perkebunan. Devisa dari kakao pada 2010
mencapai USD 1,6 miliar.
Indonesia adalah produsen biji kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading.
Konsumsi coklat Amerika Serikat 2,25 ka/kapita/tahun, Konsumsi coklat eropa 1,87kg/kapita/tahun,
Konsumsi cokelat Asia 0.06 kg/kapita/tahun dan Indonesia 0,3 Kg/kapita/tahun.
RUMPUT LAUT
Rumput Laut adalah salah satu dari komoditas utama nasional dengan produksi 4,3 juta ton pada tahun
2011 dan akan semakin meningkat ditahun mendatang. Saat ini sebagian besar masih diekspor sebagai
bahan baku dalam bentuk rumput laut kering; Sedangkan tingkat utilisasi industri pengolahan yang ada
baru mencapai 50% dari kapasitas terpasang bahkan ada yang idle.
Indonesia Investment Coordinating Board
2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi
sebagai barang modal dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya
(substitusi impor barang modal dan barang baku)
NO
URAIAN
2009
2010
2011
2012
GROWTH
2012
SHARE
2012
1
Besi Baja, Mesin-
mesin dan Otomotif
31,684 43,219 52,472 62,605
19.3%
45%
2
Elektronika
10,497 14,176 16,117 16,701
3.6%
12%
3
Kimia Dasar
8,095 11,432 15,413 16,076
4.3%
12%
4
T e k s t i l
3,397 5,031 6,735 6,805
1.0%
5%
5
Makanan dan
Minuman
2,811 4,514 6,852 6,159
-10.1%
4%
6
Alat-alat Listrik
2,106 3,143 3,769 4,190
11.2%
3%
7
Pulp dan Kertas
1,883 2,732 3,263 3,020
-7.4%
2%
8
Barang-barang
Kimia lainnya
1,662 2,199 2,592 2,757
6.3%
2%
9
Makanan Ternak
1,679 1,872 2,221 2,800
26.1%
2%
10
Pengolahan
Tembaga, Timah dll.
1,027 1,822 2,195 2,377
8.3%
2%
11
P u p u k
929 1,509 2,707 2,918
7.8%
2%
12
Pengolahan
Aluminium
1,398 1,937 1,973
1.9%
1%
Total 12 Besar Industri
66,804 93,047 116,272 128,381
10.4%
92%
Industri Lainnya
5,734 8,069 9,828 11,333
15.3%
8%
Total Industri
Pengolahan
72,398 101,115 126,100 139,714
10.8%
100%
12 BESAR IMPOR HASIL INDUSTRI (USD JUTA)
ARAH PENGEMBANGAN INVESTASI:
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Besi dan Baja
STEEL CONSUMPTION
MARKET OUTLOOK:
STABLE
Until now, the domestic steel market is still in defcit. There is
over demand both in the upstream, intermediate and
downstream.
National steel demand to reach 10 million tons per year. While
the national steel products reached 5.5 million tons. The rest,
amounting to 4.5 million tonnes, supported by imports.
Electricity and gas supply constraints are an obstacle for the
production of the national steel industry.
West Sumatera
East Java Bante
n
South Kalimantan
Potential Locations
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Alat Berat
In Indonesia, the major demand of HE is on
three sectors such as Mining, Agriculture and
Construction.
Despite there are many players in HE Industry,
the market only focuses in four big companies
that are PT Komatsu Indonesia, PT Caterpillar
Indonesia, PT Hitachi Construction Machinery
of Indonesia and PT Kobelco.
Major production of HE are Eskavator (80%),
Buldozer (18%), and Mining truck (2%)
DEMAND OF HE IN
INDONESIA (%)
MARKET SHARE OF HE
SALES BY BRAND (%)
CONSTRUCTION & MINING EQUIPMENT
PRODUCTION AND DEMAND (UNIT)
Sumber: HINABI & United Tractor 2012,
diolah
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Kimia Dasar (Petrokimia)
INDONESIA PETROCHEMICAL
INDUSTRY
(EXISTING CONDITION)
MARKET OUTLOOK: PROSPECTIVE
INVESTMENT
OPPORTUNITIES
:
Indonesia is still sufering an insufcient
supply of petrochemical products (net
importers)
SUPPLY VS DEMAND (YEAR
2011)
PETROCHEMICAL CLUSTER
1. Anyer, Merak, Cilegon, Serang And Bojanegara – Banten Province (Olefn Center)
2. Gresik, Lamongan, Tuban Dan Cepu – East Java
(Aromatic Center)
3. Bontang Dan Balikpapan, East Kalimantan (Methane Center)
4. Balongan – West Java 5. Cilacap – Central Java
Indonesia Investment Coordinating Board
3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi
sebagai konsumsi masyarakat Indonesia (substitusi impor barang
konsumsi)
1. Sektor pertanian
(buah-buahan, beras, sayur
sayuran)
2. Industri Makanan dan
Minuman (makanan
olahan)
3. Industri Peralatan Rumah
Tangga
4. Industri Otomotif
5. Industri Oil Refnery (BBM,
Pelumas)
SEKTOR
(JUTA USD)
NILAI SHARE
1
Makanan dan Minuman
(Olahan) Untuk Rumah
Tangga
2,837
21%
2
Barang Konsumsi Setengah
Tahan Lama
1,954
15%
3
Barang Konsumsi Tidak
Tahan Lama
1,927
14%
4
Barang Konsumsi Tahan
Lama
1,585
12%
5
Makanan dan Minuman
(Belum Diolah) Untuk Rumah
Tangga
1,541
11%
6 Mobil Penumpang
1,515
11%
7
Bahan Bakar dan Pelumas
(Olahan)
1,435
11%
8
Alat Angkutan bukan untuk
Industri
350
3%
9
Barang Yang Tidak
Diklasifkasikan
264
2%
BARANG KONSUMSI
13,409
100%
Indonesia Investment Coordinating Board
4. Sektor-sektor Industri Yang Trend Konsumsi Dalam Negeri Meningkat
(Domestic Based Industry)
PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA
SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG
(RUPIAH), 2010-2012
1. Industri pertanian
2. Industri makanan dan
minuman
3. Industri semen
4. Industri tembakau
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Semen
CEMENT CAPACITY COULD ALMOST DOUBLE
IN THE NEXT 5 YEARS
DOMESTIC MARKET CONSUMPTION (2011)
Retail (residential) sector is the
largest
consumer of cement in
Indonesia
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
Key Drivers of Domestic cement demand:
1.National Economic Growth
2.Favorable Interest Rate Environment
3.Infrastructure Expansion
Indonesia Investment Coordinating Board
5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan menggunakan bahan baku
dan barang modal impor yang relatif kecil
NO
10 MAIN
COMMODI
TY
DESTINATION COUNTRY
DEPENDENCY OF
IMPORTED RAW MATERALS
1
TEXTILE
AND
TEXTILE
PRODUCT
United States, Japan, Germany, Turkey, Korea,
MEDIUM
2
ELECTRONIC Singapore, United States, Japan, Hong Kong, China,
HIGH
3
RUBBER
United States, Japan, China, Korea, Singapore,
LOW
4
PALM OIL
India, China, Malaysia, Bangladesh, Netherlands,
LOW
5
FOREST
PRODUCTS
Japan, China, United States, Korea, Australia,
LOW
6
FOOTWEAR
United States, Belgium, Germany, United Kingdom,
Netherlands,
MEDIUM
7
AUTOMOTIV
E
Thailand, Japan, Saudi Arabia, Philippines, Malaysia,
HIGH
8
SHRIMPS
United States, Japan, China, United Kingdom,
Belgium,
LOW
9
COCOA
Malaysia, United States, Singapore, China, Spain,
LOW
10
COFFEE
United States, Japan, Germany, Italy, Malaysia,
LOW
“Indonesia as Production Hub For
International Market”
ARAH PENGEMBANGAN INVESTASI:
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Tekstil dan fashion
Potential Location: Focus on
Java Island
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
INVESTMENT OPPORTUNITIES
Indonesia has great potential in developing products
garments, yarn, textile products as well as other man-made
fbers.
a.Garment products: male and female clothes, jackets,
underwear and wedding dress.
b.For yarn products: sewing thread, yarn for knitting fabric
and yarn.
c.other textile products: rugs, tablecloths, net curtains,
towels, socks, embroidery, and curtains.
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Karet
WORLD RUBBER CONDITION
Consumption is higher than production
The world market is dominated by 6 countries
are: Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China,
and Vietnam.
The largest rubber consumer in the world are:
China, United States, and Europe.
INDONESIA RUBBER CONDITION
Indonesia is the largest area of rubber in the
world.
From the production side, Indonesia is the No. 2
as a major producer of rubber in the world 24% of
market share) under Thailand (33%)
Sumatra is the largest producer of raw rubber in
Indonesia: 65% share of the national rubber
production.
Based on BPS data (2011) the largest plantation
area (top 3) are:
1.
South Sumatra: 665 thousand ha
2.
North Sumatra: 463 thousand ha
3.
Jambi: 443 thousand ha.
Potential areas for rubber plantation: Sumatra
dan Kalimantan.
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
INVESTMENT OPPORTUNITIES:
DOWNSTREAM INDUSTRY
1.Manufacture of motor vehicle tires
2.Latex industry
3.Rubber goods industry
4.Engineering goods for industrial and automotive
Indonesia Rubber Production And Consumption (Source:
Contoh: Industri Kelapa Sawit
Production and Consumption of Palm Oil World
Production
Consumption
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
Indonesia is the largest producer and exporter of
palm oil / CPO in the world previously dominated by
Malaysia.
INVESTMENT OPPORTUNITIES: PALM OIL
INDUSTRY
1.Primary Industries: Crude Palm Oil (CPO), Palm
Nucleus Oil (PKO), shell, fber, empty fruit bunches,
and sludge
2.Upstream Industry: carotene, tocoperol, oil cake,
soap stock
3.Manufacture of: pro-vitamin A, pro-vitamin E, cocoa
butter
4.Downstream Industry: bio diesel oil.
POTENTIAL LOCATION FOR PALM OIL
INDUSTRY:
Sei Mangkei in North Sumatera, Dumai in Riau
Province , and Maloy in East Kalimantan.
0.00
Crude oil ($/bbl)
CPO ($/MT)
PKO ($/MT)
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Kokoa
MARKET OUTLOOK:
STABLE
Total area of Indonesia cocoa
increased
sharply
to
reach
1,677,254 ha in 2011. This
condition is expected to continue
to increase to 1,805,986 ha in
2014.
In
2011,
Indonesian
cocoa
production amounted to 712,231
tons.
Potential Locations :
1. Sulawesi
(South
Sulawesi,
Southeast
Sulawesi,
Central
Sulawesi and West Sulawesi)
2. Other provinces (North Sumatra,
West Sumatra, Aceh and East
Java)
INVESTMENT
OPPORTUNITIES
:
PROCESSING
INDUSTRY
Indonesia's
cacao
agribusiness
development geared
to increase
value-added cocoa with
integrated
agribusiness
development
from
upstream
to
Indonesia Investment Coordinating Board
6. 24 (dua puluh empat) Proyek KPS Yang Siap Difasilitasi
NO
.
PROJECTS
(US$ JUTA)
INVESTASI
STATUS PROYEK
1.
Cisumdawu Toll Road
1.015,8
FS selesai, Pembebasan tanah 23%
2.
Pandaan – Malang Toll Road
420
Pembebasan tanah 10%
3.
Kertajati International Airport
130
Pra FS, Masterplan dan Business plan selesai, Izin
koordinat telah disetujui, Pembebasan lahan s/d 2012 :
715 Ha, target s/d 2014 : 1800 ha
4.
KulonProgo International Airport
500
Pra FS (lokasi) sudah selesai, tapi status proyek belum
mendapat penetapan dari Kemenhub
5.
Perluasan Pelabuhan Tanjung
Priok- Cilamaya, Karawang Barat
1.032
Pra FS sudah selesai
6.
Soekarno Hatta – Manggarai
International Railway
Development
2.000
Studi kelayakan secara lengkap sedang dikerjakan (Amdal
dan proses perijinan lainnya)
7.
Integrated Terminal Gedebage
Railway, Bandung
133
Sudah ada FS
8.
Revitalisasi Yogyakarta Rail Station
dan
Pedestrianisasi Malioboro
870
Sudah ada FS
9.
Lamongan Regency Water Supply
16,67
- OBC selesai 2012
- FBC dalam tahun 2013
10.
West Semarang Water Supply
78
- VGF sedang dibahas oleh Kemenkeu
- investor yang berminat Singapura, Spanyol, Cina,
Malaysia, Korsel dan Jepang
- Akan launching sekitar bulan Juli - Agustus 2013
11.
Solid Waste Treatment & Final
Disposal Putri Cempo, Solo
30
12.
Solid Waste Treatment & Final
Disposal Bandung Raya
80
- FS (JICA) selesai
- JICA mau membiayai konstruksi dan teknologi
pengolahan sampah
13.
Solid Waste Treatment & Final
Disposal Bogor - Depok
40
- FS (JICA) selesai
- Dokumen tender selesai
Indonesia Investment Coordinating Board
24 Proyek KPS Yang Siap Difasilitasi
KORIDOR
SUMATER
A
NO
.
PROYEK
(US$ JUTA)
INVESTASI
STATUS PROYEK
1.
Pelabuhan Kuala Tanjung , Sumatera Utara
-
Pra FS sudah selesai
2.
Jambi Coal Fired Power Plant
1.040
-3.
Geothermal Bengkulu
-Perijinan sedang progess oleh pihak
Kementerian ESDM
4.
Batam Municipal Solid Waste
60 – 120
- Pra FS sudah selesai
- Outline Business Case sudah selesai
- AMDAL sedang disusun (6-8 bulan
ke depan)
- Jaminan pemerintah sedang
dianalisis oleh PT. PII
- Ada investor yang berminat invest
dari Perancis, New York dan Jepang
KORIDOR
KALIMANT
AN
1.
Balikpapan – Samarinda Toll Road
1.20
- FS sudah selesai
- Izin pembangunan jalan menembus
Hutan Lindung masih dalam proses
di Kementerian Kehutanan
- Kendala LSM
2.
Development Maloy International Port
2.130
Studi Pra FS sudah selesai
3.
Greater Pontianak Water Supply
143
FS sudah ada
KORIDOR
SULAWESI
1.
Manado – Bitung Toll Road
353
Pembebasan lahan 25%
2.
Pelabuhan Makasar Baru
-
Pra FS sudah selesai
3.
Karama Hydro Power Plant
1.336
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Panas Bumi (Geothermal)
Geothermal Project in Indonesia ( Installed
Capacity) 2011
Target Of National Energy Mix
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
Geothermal power in Indonesia
is an
increasingly signifcant source of renewable
energy. Indonesia has 40% of the world's
potential geothermal resources, estimated at
29,000 GWe.
Currently Indonesia is the world's third largest
geothermal electricity producer after the
United States and the Philippines. Installed
production capacity (2011) is almost 1,226 MW
from seven geothermal felds in Java, North
Sumatra and North Sulawesi.
In 2007, geothermal energy represented 1.9%
of the country's total energy supply and 3.7%
of its electric power.
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Pelabuhan Laut
Indonesia Investment Coordinating Board
Contoh: Industri Pelayaran
MARKET OUTLOOK:
PRESPECTIVE
Indonesia Investment Coordinating Board
7. Sektor Pariwisata dan Industri Kreatif:
Sektor Pariwisata
Year
9
13.02
9.02
107.7
970.98 5345.98
20.19
2008
6,234,49
7
13.24
8.58
137.38 1178.54
7347.6
37.44
2009
6,323,73
0
1.43
7.69
129.57
995.93 6297.99
-14.29
2010
7,002,94
4
10.74
8.04
135.1 1085.75 7603.45
20.73
2011
7,649,73
1
9.24
7.84
142.69 1118.26 8554.39
12.51
2012
Seven Special Interest Tourism
Areas
1.Cruise tourism
2.Meetings, Incentive,
Convention, Exhibition/ Event
3.Nature based and ecotourism
4.Culture and historical based
tourism
5.Shopping and culinary
6.Wellness and medical tourism
7.Recreational sports: golf,
diving, etc
NUMBER OF PASSENGER
CRUISE TOURISM
Indonesia Investment Coordinating Board
16 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas 2012 –
2014
Indonesia Investment Coordinating Board
Indonesia Investment Coordinating Board
ECONOMIC VALUE (USD BILLION)
MARKET OUTLOOK:
PROSPECTIVE
In Indonesia, the creative industries are defned as
industry derived from the utilization of creativity, skills
and individual talents of individual to make create
wealth and generate employment by producing and
exploiting individual creativity.
Creative industry accounted for 7.29 percent of
Indonesia’s GDP. In 2012, Indonesia’s creative
industries have employed 11. 57 million people,
accounting for 10.63 percent to the nation's overall
employment ( rank 3 on employment absorption).
the creative industries have a bright export prospects
in the future. In 2011, exports of creative industries to
reach of USD 800 million. Targeted in 2015 to exceed
UUD 1.5 billion.
Majority export comes from fashion (60% of market
share) and crafts (36.5% market share)
*)Data until Aug 12
FILM PRODUCTION IN
INDONESIA 1992 – 2012
Indonesia Investment Coordinating Board
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
V. PROFIL KAWASAN INDUSTRI (KI)
1. KAPET BANDA ACEH DARUSALAM
Penetapan : Keppres No. 171/1998
Lokasi : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Luas Wilayah : 55.390 km²
Cakupan Wilayah : Banda Aceh (Seluruh kecamatan dalam Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar ( Kecamatan Lhok Nga, Darussalam, Kuta Baro, Peluka Bada, Seulimeum dan Kecamatan Mesjid Raya) dan Kabupaten Pidie (Kecamatan Batee, Padang Tiji, Muara Tiga dan Kota Sigli).
Sektor Unggulan : Pertanian,Perikanan, Industri, Pariwisata
2. KAPET NATUNA
• Penetapan : Keppres 17/1999 jo Keppres No 71/1996
• Lokasi : Provinsi Kepulauan Riau
• Luas Wilayah : n.a
• Cakupan Wilayah : seluruh wilayah Pulau Natuna dan pulau-pulau disekitarnya yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Riau
3. KAPET KHATULISTIWA
• Penetapan : Keppres No.13/1998
• Lokasi : Provinsi Kalimantan Barat
• Luas Wilayah : 5,3545 juta Ha
• Cakupan Wilayah : Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, Kabupaten Kapuas Hulu
• Sektor Unggulan :Pertanian,Kehutanan,Pertambangan, Perkebunan
• Penetapan Kawasan Industri Mandor dgn 3 sentral potensi : Sentral Agribisnis Senakin (padi), sebangki Komplek (tanaman pangan), Sompak Komplek (sentral produksi padi) dan Kawasan Wisata Air besar Kuala Behe.
4. KAPET DAS KAKAB
• Penetapan : Keppres No.168/1998
• Lokasi : Provinsi Kalimantan Tengah
• Luas Wilayah : 236,73 km²
• Cakupan Wilayah : DAS Kahayan Kapuas dan Barito, Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Kapuas.
•Sektor Unggulan : Pertanian, Perkebunan, Industri, Peternakan, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan .
5. KAPET Batulicin
• Penetapan : Keppres 11/1998
• Lokasi : Provinsi Kalimantan Selatan
• Luas Wilayah : 14.489,69 Km2
• Cakupan Wilayah : Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu
• Sektor Unggulan : Perkebunan, Kehutanan,Pertambangan
6. KAPET Sasamba
• Penetapan : Keppres 12/1998
• Lokasi : Provinsi Kalimantan Timur
• Luas Wilayah : 4413 km²
• Cakupan Wilayah : Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kertanegara
• Sektor Unggulan : Pertanian, Perikanan, Industri,Peternakan, Pertambangan
7. Kapet Palapas
• Penetapan : Keppres 167/1998
• Lokasi : Provinsi Sulawesi Tengah
• Luas Wilayah : 462.037 ha
• Cakupan Wilayah : Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi Moutong.
• Sektor Unggulan :Pertanian, Perikanan,Perkebunan, Pertambangan, Pariwisata, Kehutanan
9. KAPET Bank Sejahtera SULTRA
• Penetapan : Keppres 168/1998
• Lokasi : Provinsi Sulawesi Tenggara
• Luas Wilayah : 937.295 Ha
• Cakupan Wilayah : Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kendari
• Sektor Unggulan : Pertambangan, Kehutanan, Perikanan 8. Kapet Parepare
• Penetapan : Keppres 164/1998
• Lokasi : Provinsi Sulawesi Selatan
• Luas Wilayah : 6.905,08 km²
• Cakupan Wilayah : Kota Parepare, Kabupaten Baru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Enrekang
• Sektor Unggulan : Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Pertambangan, Pariwisata
10. KAPET Manado Bitung
• Penetapan : Keppres 14/1998
• Lokasi : Provinsi Sulawesi Utara
• Luas Wilayah : 251.138 ha
• Cakupan Wilayah : Kota Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara.
• Sektor Unggulan : Pariwisata, Perikanan,Pertambangan, Agro Industri
11 KAPET Bima
• Penetapan : Keppres 166/1998
• Lokasi : Provinsi Nusa Tenggara Barat
• Luas Wilayah : 6.921,45 km²
• Cakupan Wilayah :Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu
• Sektor Unggulan : Pertanian, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan, Perkebunan
12. KAPET MBAY
• Penetapan : Keppres 15/1998
• Lokasi : Provinsi Nusa Tenggara Timur
• Luas Wilayah : 3.038 km²
• Cakupan Wilayah : seluruh wilayah Kabupaten Ngada di bagian tengah pulau Flores