• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 TM Peluang Investasi Proses Bisnis dan Kondisi Investasi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "6 TM Peluang Investasi Proses Bisnis dan Kondisi Investasi di Indonesia"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

© 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

Disampaikan oleh: Drs. Siswantoro MM

(Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan, BKPM)

PELUANG INVESTASI, KEMUDAHAN SISTEM

PERIZINAN dan KERINGANAN RETRIBUSI OLEH

(2)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

(3)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 3

(4)

Kondisi saat ini:

PDB nominal/kapital: $ 20.600

– 25.900

Kekuatan ekonomi 10 besar

dunia

2030

2011

PDB nominal : ˜US$ 1.206 B

PDB nominal/kapital: $ 4.803

Kekuatan ekonomi 14 besar

dunia

PDB nominal/kapital: $ 12.855

– 16.160

2050

PDB nominal : ˜US$ 26.679 B

PDB nominal/kapital: $ 78.478

Kekuatan ekonomi 6 besar

dunia

*

“Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan

kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun

2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan

berkelanjutan”

VIS

I:

**

Proyeksi Goldman Sachs

*

Proyeksi tidak resmi dari

pemerintah

Source:”Masterplan percepatan & perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2025”, Bappenas.

Source:”Masterplan percepatan & perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2025”, Bappenas.

4

(5)

Indonesia Investment Coordinating Board

Target Investasi Swasta Besar Yang Ditangani BKPM (Renstra BKPM

2010-2014)

(Dalam Triliun Rupiah)

*) Peran Swasta, termasuk Rumah

Tangga, & Sektor Keuangan

Total Kebutuhan Investasi 5

tahun: Rp 12.460 Triliun

berubah

menjadi

Rp.

14.705,6 Triliun (100%)

Peran Investasi Pemerintah:

Rp. 1.766,2 Triliun - Rp

1.816,7

Triliun

(12%)

/nominal tetap

Peran

Investasi

Swasta*

berubah dari Rp 10.146,9

Triliun – Rp 10.643,3 Triliun

(85,4%)

menjadi

Rp.

12.897,9

Triliun-

Rp.

12.939,4 Triliun (88%)

Peran

BKPM

Dalam

Mendorong

Investasi

(6)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 6

(7)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 7

PRINSIP

DASAR

UU NO.

25/2007

PERLAKUAN YANG SAMA

Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing dengan tetap memperhatikan

kepentingan nasional

JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN

KEUNTUNGAN

Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan

repatriasi dalam valuta asing

SEKTOR BISNIS

Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi

kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau

jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

persyaratan (Daftar Negatif)

FASILITAS PENANAMAN MODAL

Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal

Fasilitas Fiskal dan Nonfskal

PELAYANAN PENANAMAN MODAL

Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan

pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan

fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan

pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)

UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal

(8)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 8

Kebijakan Nasional Penanaman Modal

ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

1. Perbaikan Iklim Penanaman

Modal

2. Mendorong Persebaran

Penanaman Modal

3. Fokus Pengembangan Pangan,

Infrastruktur, dan Energi

4. Penanaman Modal yang

Berwawasan Lingkungan (

Green

Investment

)

5. Pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil, Menengah, dan Koperasi

(UMKMK)

6. Pemberian Fasilitas,

Kemudahan, dan/atau Insentif

Penanaman Modal

7. Promosi Penanaman Modal

RUP

M

202

5

Sampai dengan

(9)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 9

Diversifkasi

Diversifkasi

Ekonomi

Ekonomi

Lebih banyak

Lebih banyak

Nilai Tambah

Nilai Tambah

Daya Saing

Daya Saing

Source: BKPM, 2011

Didukung oleh sektor

Didukung oleh sektor

manufaktur

manufaktur

(

(

melalui

melalui

backward & forward

backward & forward

linkages)

linkages)

Kebijakan Nasional Penanaman Modal

(10)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 10

Roadmap Implementasi Penanaman Modal

FASE

I

FASE

II

FASE

III

FASE

IV

202

5

Sampai dengan

Catatan : Fase dapat berlangsung secara

paralel dan simultan

(11)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 11

Tertutup Mutlak untuk Dalam Negeri dan Asing

Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

Kemitraan

Batasan Kepemilikan Modal Asing

Lokasi Tertentu

Perizinan Khusus

Modal Dalam Negeri 100%

Kepemilikan Modal Asing dan Lokasi

Perizinan Khusus dan Kepemilikan Modal Asing

Modal Dalam Negeri 100% dan Perizinan Khusus

Persyaratan Kepemilikan Modal Asing dan/atau Lokasi Bagi Penanaman

Modal dari negara ASEAN

PENGATURAN DALAM DAFTAR NEGATIF INVESTASI

DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES No. 36/2010)

(12)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Strategi negara pesaing,

bagaimana negara lain

melakukannya

Intensitas persaingan

merebut

Foreign Direct

Investment (FDI)

Praktek terbaik internasional

Komitmen internasional

PERTIMBANGAN INTERNAL

Strategi/kebijakan

pembangunan ekonomi dan

sektoral;

Kepentingan pengembangan

wilayah;

Tujuan pemberian fasilitas,

kemudahan, dan insentif;

Pengaruh (

importance

) dari

sektor yang bersangkutan dari

segi keterkaitan dengan sektor

lain, besaran sektor secara

ekonomi, penyerapan tenaga

kerja;

Sinkronisasi dengan kebijakan

lain yang terkait.

KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL

Pionir;

Prioritas tinggi;

Menyerap banyak tenaga kerja;

Pembangunan infrastruktur;

Melakukan alih teknologi;

Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal,

daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap

perlu;

Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,

dan inovasi;

Bermitra dengan UMKMK;

Menggunakan barang modal dalam negeri.

KRITERIA KLASIFIKASI

Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau

Insentif Penanaman Modal

(13)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 13

Fasilitas

Pembebasan

atau

Pengurangan

Pajak

Penghasilan Badan

Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Keuangan,

PMK

No.

130/PMK.011/2011 yang dikeluarkan pada 15 Agustus tahun

2011.

Fasilitas yang diberikan:

Pembebasan pajak 5 - 10 tahun setelah perusahaan /proyek

mulai produksi komersial (100 realisasi% & memiliki IUT).

Setelah periode ini, wajib pajak dapat diberikan pengurangan

PPh 50% dari PPh terutang selama 2 tahun setelah masa

bebas pajak (tarif PPh 12,5% selama 2 tahun).

Lima sektor prioritas:

1. Logam dasar;

2. Kilang minyak bumi dan / atau bahan kimia organik dasar

berasal dari minyak

bumi dan gas alam;

3. Mesin industri,

4. Industri sumber daya terbarukan, dan

5. Industri peralatan telekomunikasi.

Syarat :

Minimum investasi Rp. 1 triliun, berbentuk badan hukum

Indonesia yang telah ditetapkan setidaknya 12 bulan sebelum

PMK Tax Holiday dikeluarkan, dan harus deposit minimal 10%

dari investasi di perbankan Indonesia.

INSENTIF FISKAL

TAX

HOLIDAY

(14)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 14

Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di

Bidang Usaha Tertentu

dan/atau di Daerah Tertentu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2007 jo No. 62

Tahun 2008 jo No. 52 Tahun 2011

Fasilitas yang diberikan:

Pengurangan pendapatan bersih 30% dari total investasi,

dibebankan dalam 6 tahun dengan masing-masing 5% per

tahun.

Pembebanan biaya penyusutan dan amortisasi yang

dipercepat (bangunan dan non-bangunan)

Kompensasi kerugian diperpanjang dari 5 tahun menjadi

paling lama 10 tahun.

Ketentuan khusus dalam PP No. 52 Tahun 2011:

Fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang

telah mendapat izin

penanaman modal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah

ini sepanjang:

a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp1

Triliun; dan

b. Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011

diundangkan.

TAX

ALLOWANC

E

INSENTIF FISKAL

(15)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 15

Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan

bahan untuk

pembangunan atau pengembangan industri dalam

rangka penanaman modal

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

176/PMK.011/2009 jo PMK Nomor 76/PMK.011/2012

Diberikan kepada industri yang menghasilkan barang dan

industri yang menghasilkan jasa.

Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin, barang

dan bahan tersebut :

a. Belum diproduksi di dalam negeri;

b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi

spesifkasi

yang dibutuhkan; atau

c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum

mencukupi

kebutuhan industri

Daftar Industri Jasa yang mendapat Fasilitas Pembebasan Bea

Masuk:

1.

Pariwisata dan Kebudayaan

2.

Transportasi/Perhubungan (untuk Jasa Transportasi

Publik)

3.

Pelayanan Kesehatan Publik

4.

Pertambangan

5.

Konstruksi

6.

Industri Telekomunikasi

7.

Kepelabuhan

IMPOR

BARANG

MODAL

INSENTIF FISKAL

(16)

The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

16

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan

Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.

Pemberian insentif dapat berbentuk:

a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak

daerah;

b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan

retribusi daerah;

c. pemberian dana stimulan; dan/atau

d. pemberian bantuan modal.

Pemberian kemudahan dapat berbentuk:

a.penyediaan data dan informasi peluang penanaman

modal;

b. penyediaan sarana dan prasarana;

c. penyediaan lahan atau lokasi;

d. pemberian bantuan teknis; dan/atau

e. percepatan pemberian perizinan

INSENTIF

LAINNYA

INSENTIF FISKAL

(17)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 17

Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan

suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau

pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki

kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya

dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya

dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan

suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau

pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki

kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya

dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya

dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

PTS

P

PTS

P

Permohonan

Permohonan

Proses

Proses

Izin/non-izin

Izin/non-izin

PELAYANAN TERPADU SATU

PINTU

(18)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

KEWENANGAN

SELURUH

IZIN PENANAMAN MODAL

PELIMPAHAN/PENDELEGASIAN

KEWENANGAN

SELURUH

IZIN PENANAMAN MODAL

(19)

The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

19

19

(20)

Indonesia Investment Coordinating Board

20

Perizinan Daerah

1.Izin Lokasi

2.Izin Mendirikan bangunan 9IMB)

3.Izin UUG/HO

4.Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Fasilitas Non-fskal

1.Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)

2.Izin kerja tenaga asing

3.Rekomendasi VISA, dll

Izin Usaha

Aplikasi izin

prinsip

Aplikasi Izin

Usaha

TAHAP SIAP

PRODUKSI /

OPERASI

TAHAP

PERSIAPAN

TAHAP

KONSTRUKSI

Prosedur Perizinan Investasi

INVESTO

R

Sumber: Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 tahun 2013

Izin Prinsip

3 Hari Kerja

(21)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 21

(22)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 22

*) Renstra BKPM 2010 –

2014

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan

III Tahun 2013

Nilai investasi Triwulan III 2013 merupakan realisasi investasi yang dilakukan selama 3 bulan

periode laporan (Juli – September 2013) berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)

yang diterima BKPM

Di luar investasi Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan

Industri Rumah Tangga

Nilai investasi dalam Rp. Triliun (T) dan Kurs US$.1 = Rp.9.300,- untuk TW I dan TW II (sesuai

dengan APBN 2013) serta Kurs US$.1 = Rp.9.600,- untuk TW III (sesuai dengan APBNP 2013)

Realisasi investasi pada Triwulan III 2013: Rp. 100,5 T, meningkat 0,7% dari Triwulan II 2013 (Rp.

99,8 T) atau meningkat 22,9% dari Triwulan III 2012 (Rp.81,8 T)

Realisasi investasi pada Januari–September 2013: Rp. 293,3 T, meningkat 27,6% dari tahun

sebelumnya yaitu Januari–September 2012 (Rp.229,9 T)

PMDN : penanaman modal dalam negeri

PMA : penanaman modal asing

(23)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 23

*) Renstra BKPM 2010 –

2014

**) Terhadap target

2013

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan

III Tahun 2013

2012

2013

Target

2013*)

Capaian

**)

TW I

TW II

TW III

Jan-

Sep

TW

I

TW II

TW III

Jan-

Sep

PMDN

19,7

20,8

25,2

65,7

27,5

33,1

33,5

94,1

117,7

79,9%

PMA

51,5

56,1

56,6

164,2

65,5

66,7

67,0

199,2

272,6

73,1%

TOTAL

71,2

76,9

81,8

229,9

93,0

99,8

100,5

293,3

390,3

75,1%

Triwulan III dan Januari – September 2013 :

Dibanding Tahun 2012

Triwulan III 2013

y-o-y

q-o-q

PMDN

32,9%

1,2%

PMA

18,4%

0,4%

TOTAL

22,9%

0,7%

Jan-Sep 2013

y-o-y

PMDN

43,2%

PMA

21,3%

(24)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 24

Januari–September 2013 :

Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi

Realisasi Januari–September 2013 :

Berdasarkan

Sektor

PMDN

PMA

M=

Miliar

T=

(25)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 25

PMA

PMDN

Realisasi Januari–September 2013 :

Berdasarkan

Lokasi

M=

Miliar

T=

Triliun

(26)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 26

NO LOKASI (US$. Juta)INVESTASI PROYEK

1 Jawa Barat 5.198,1 852

NO LOKASI (Rp. Miliar)INVESTASI PROYEK

1 Jawa Timur 28.319,8 249

(27)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 27

Realisasi Januari–September 2013 :

Berdasarkan

Negara Asal

NO NEGARA ASAL (US$. Juta)INVESTASI PROYEK

1 Jepang 3.637,0 548

NO NEGARA ASAL (US$. Juta)INVESTASI PROYEK

36 Samoa Barat 1,7 4

(28)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 28

PMDN

PMA

PMDN dan PMA

Berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode

Januari–September 2013, realisasi PMDN dan

PMA tertinggi ada di Koridor Jawa. Realisasi

PMDN terbesar berikutnya berada di Koridor

Kalimantan,

Sumatera,

Bali

dan

Nusa

Tenggara, Sulawesi, serta Maluku dan Papua.

Sedangkan PMA terbesar berikutnya berada di

Koridor

Sumatera,

Maluku

dan

Papua,

Kalimantan, Sulawesi serta Bali dan Nusa

Tenggara.

Koridor Ekonomi

T=

Triliun

(29)

The Investment Coordinating Board of the Republic of

Indonesia 29

(30)

Indonesia Investment Coordinating Board

Sektor – Sektor Yang Didorong Bagi Penanaman Modal 2013-2014

1.

Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah

(value added) dalam rangka program hilirisasi atau

pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan,

pertanian, perikanan dan kehutanan

Contoh: industri smelter, industri pengolahan lanjutan CPO,

pengolahan lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan.

2.

Sektor-sektor industri yang jenis produksinya

masih diimpor sangat tinggi sebagai barang modal

dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya

(substitusi impor barang modal dan barang baku)

Contoh: industri besi dan baja, industri komponen otomotif, industri

kimia dasar dan industri permesinan

3.

Sektor-sektor industri yang jenis produksinya

masih diimpor sangat tinggi sebagai konsumsi

masyarakat Indonesia (substitusi impor barang

konsumsi)

Contoh: Industri Makanan dan Minuman (makanan olahan), Industri

Peralatan Rumah Tangga, Industri Oil Refnery (BBM, Pelumas).

4.

Sektor-sektor industri yang trend konsumsi dalam

negeri meningkat

Contoh: Industri semen, bahan bangunan

5.

Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan

menggunakan bahan baku dan barang modal

impor yang relatif kecil.

Contoh: Industri tekstil, Hilirisasi Industri pengolahan kelapa/kelapa

sawit (minyak nabati), Industri pengolahan karet, produk kayu,

budidaya udang, industri kakao, kopi, rumput laut, industri makanan,

dll

6.

Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannya

didorong oleh pemerintah melalui pola KPS

Contoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan),

pembangunan jalan tol, pelabuhan udara dan laut, penyediaan air

minum, pengolahan sampah dan pembangunan rel kereta api.

7.

Sektor Pariwisata dan industri kreatif

Pengembangan Industri Prioritas

2010 - 2014

NO

KELOMPOK

INDUSTRI

JENIS INDUSTRI

1

Industri Padat

Karya

Tekstil, Alas Kaki, Kulit,

Furniture

2

IKM

Fesyen, Kerajinan,

batu mulia, keramik,

minyak atsiri, dll

3

Industri

Barang Modal

Permesinan, Galangan

Kapal

4

Industri

berbasis SDA

Makanan dan

minuman, CPO, Kakao,

Karet, Baja &

Alumunium Hulu,

Industri Gula, Industri

Pupuk, Industri

(31)

Indonesia Investment Coordinating Board

1. Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam rangka

program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan,

pertanian, perikanan dan kehutanan

Sources: London Metal Exchange/LME, 2011 (Processed)

(32)

Indonesia Investment Coordinating Board

Sektor Pertambangan Mineral

Mining Investment Climate in

Indonesia

Survey Result

Source: Fraser Institute and Metal Economics Group

No

Status

Compa

ny

1

Processing & Refning Existing

7

2

Processing & Refning Proposal Before

Ministry of Energy and Mineral Resources

(MEMR) Regulation No 7 Year 2012

24

3

Processing & Refning Proposal After MEMR

Regulation No 7 Year 2012

186

Total

217

Timeline Of Mineral Processing And Refning

MARKET OUTLOOK:

CAUTIOUS

INVESTMENT

OPPORTUNITIES:

Smelter

Industry

(Processing

and

Refning)

Recapitulation of Processing & Refning Plan

(33)

Indonesia Investment Coordinating Board

Sektor Pertambangan Batubara

Source: Ministry of Energy and Mineral Resources, 2012

2011

MARKET

LEADERS

(MIO

TONS)

MARKET OUTLOOK:

CAUTIOUS

Indonesian coal production will be fat in 2013 as

the downturn in the market continued. The

slowdown in China's economic growth is cutting

deeper into Indonesia's coal sector, forcing

producers to reduce output and slash costs.

INVESTMENT OPPORTUNITIES:

1.Coal Infrastructure: Coal Hauling network ,

railways , stockpile & Seaport, Coal Blending

facility

2.Mine mouth power plant development

3.Coal processing plant development: coal

upgrading and conversion

REALIZATION

PLANNI

NG

(34)

Indonesia Investment Coordinating Board

Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

WOOD

WORKING,

FURNITURE

KAYU DAN

ROTAN

Industri furniture merupakan salah satu industri berbasis kayu/rotan yang memiliki nilai tambah tinggi,

menyerap banyak tenaga kerja, dan memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap perekonomian,

baik dalam bentuk kontribusi pada PDB maupun dalam perolehan devisa (ekspor).

Negara tujuan ekspor utama: Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris dan Belanda.

PULP/KERTAS

industri pulp dan kertas Indonesia merupakan penyumbang terbesar di pasar internasional, yaitu industri

pulp yang menempati nomor 9 dan industri kertas nomor 11 di dunia.

Keunggulan Indonesia terletak pada bahan baku kayu berdaun lebar, yang menghasilkan pulp serat pendek

dengan produksi 6,52 juta ton dan sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun untuk kebutuhan

pulp serat panjang, Indonesia masih mengimpor.

KARET

(CRUMB

RUBBER)

Indonesia merupakan produsen nomor 2 terbesar di dunia setelah Thailand, tetapi dari sisi luas area no 1 di

dunia dengan luas mencapai 3,40 juta ha. Total produksi tahun 2012 mencapai 2,8 juta ton atau sekitar

27,91% dari total produksi karet dunia sebanyak 10,21 juta ton.

Sebagian besar karet alam tersebut diekspor dalam bentuk crumb rubber untuk memenuhi kebutuhan

karet alam dunia. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah karet alam menjadi produk hilir perlu didorong

peningkatan investasi di bidang industri pengolahannya.

INDUSTRI

HILIR KELAPA

SAWIT

Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO) terbesar di dunia, dengan produksi

pada tahun 2012 mencapai 29.5 juta atau 54% dari total produksi CPO di dunia. Sebagian besar CPO masih

diekspor dalam bentuk mentah, sementara itu permintaan dunia terhadap produk turunan minyak kelapa

sawit semakin besar.

Tiga lokasi potensial untuk dikembangkan klaster industri hilir kelapa sawit: Sei Mangke (Sumatera Utara),

Dumai (Riau), dan Maloy (Kalimantan Timur).

COKLAT

(KAKAO)

Kakao termasuk salah satu komoditas perkebunan yang prospektif di dunia. Kakao menghasilkan devisa

terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk kategori perkebunan. Devisa dari kakao pada 2010

mencapai USD 1,6 miliar.

Indonesia adalah produsen biji kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading.

Konsumsi coklat Amerika Serikat 2,25 ka/kapita/tahun, Konsumsi coklat eropa 1,87kg/kapita/tahun,

Konsumsi cokelat Asia 0.06 kg/kapita/tahun dan Indonesia 0,3 Kg/kapita/tahun.

RUMPUT LAUT

Rumput Laut adalah salah satu dari komoditas utama nasional dengan produksi 4,3 juta ton pada tahun

2011 dan akan semakin meningkat ditahun mendatang. Saat ini sebagian besar masih diekspor sebagai

bahan baku dalam bentuk rumput laut kering; Sedangkan tingkat utilisasi industri pengolahan yang ada

baru mencapai 50% dari kapasitas terpasang bahkan ada yang idle.

(35)

Indonesia Investment Coordinating Board

2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi

sebagai barang modal dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya

(substitusi impor barang modal dan barang baku)

NO

URAIAN

2009

2010

2011

2012

GROWTH

2012

SHARE

2012

1

Besi Baja, Mesin-

mesin dan Otomotif

31,684 43,219 52,472 62,605

19.3%

45%

2

Elektronika

10,497 14,176 16,117 16,701

3.6%

12%

3

Kimia Dasar

8,095 11,432 15,413 16,076

4.3%

12%

4

T e k s t i l

3,397 5,031 6,735 6,805

1.0%

5%

5

Makanan dan

Minuman

2,811 4,514 6,852 6,159

-10.1%

4%

6

Alat-alat Listrik

2,106 3,143 3,769 4,190

11.2%

3%

7

Pulp dan Kertas

1,883 2,732 3,263 3,020

-7.4%

2%

8

Barang-barang

Kimia lainnya

1,662 2,199 2,592 2,757

6.3%

2%

9

Makanan Ternak

1,679 1,872 2,221 2,800

26.1%

2%

10

Pengolahan

Tembaga, Timah dll.

1,027 1,822 2,195 2,377

8.3%

2%

11

P u p u k

929 1,509 2,707 2,918

7.8%

2%

12

Pengolahan

Aluminium

  1,398 1,937 1,973

1.9%

1%

Total 12 Besar Industri

66,804 93,047 116,272 128,381

10.4%

92%

Industri Lainnya

5,734 8,069 9,828 11,333

15.3%

8%

Total Industri

Pengolahan

72,398 101,115 126,100 139,714

10.8%

100%

12 BESAR IMPOR HASIL INDUSTRI (USD JUTA)

ARAH PENGEMBANGAN INVESTASI:

(36)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Besi dan Baja

STEEL CONSUMPTION

MARKET OUTLOOK:

STABLE

Until now, the domestic steel market is still in defcit. There is

over demand both in the upstream, intermediate and

downstream.

National steel demand to reach 10 million tons per year. While

the national steel products reached 5.5 million tons. The rest,

amounting to 4.5 million tonnes, supported by imports.

Electricity and gas supply constraints are an obstacle for the

production of the national steel industry.

West Sumatera

East Java Bante

n

South Kalimantan

Potential Locations

(37)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Alat Berat

In Indonesia, the major demand of HE is on

three sectors such as Mining, Agriculture and

Construction.

Despite there are many players in HE Industry,

the market only focuses in four big companies

that are PT Komatsu Indonesia, PT Caterpillar

Indonesia, PT Hitachi Construction Machinery

of Indonesia and PT Kobelco.

Major production of HE are Eskavator (80%),

Buldozer (18%), and Mining truck (2%)

DEMAND OF HE IN

INDONESIA (%)

MARKET SHARE OF HE

SALES BY BRAND (%)

CONSTRUCTION & MINING EQUIPMENT

PRODUCTION AND DEMAND (UNIT)

Sumber: HINABI & United Tractor 2012,

diolah

(38)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Kimia Dasar (Petrokimia)

INDONESIA PETROCHEMICAL

INDUSTRY

(EXISTING CONDITION)

MARKET OUTLOOK: PROSPECTIVE

INVESTMENT

OPPORTUNITIES

:

Indonesia is still sufering an insufcient

supply of petrochemical products (net

importers)

SUPPLY VS DEMAND (YEAR

2011)

PETROCHEMICAL CLUSTER

1. Anyer, Merak, Cilegon, Serang And Bojanegara – Banten Province (Olefn Center)

2. Gresik, Lamongan, Tuban Dan Cepu – East Java

(Aromatic Center)

3. Bontang Dan Balikpapan, East Kalimantan (Methane Center)

4. Balongan – West Java 5. Cilacap – Central Java

(39)

Indonesia Investment Coordinating Board

3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi

sebagai konsumsi masyarakat Indonesia (substitusi impor barang

konsumsi)

1. Sektor pertanian

(buah-buahan, beras, sayur

sayuran)

2. Industri Makanan dan

Minuman (makanan

olahan)

3. Industri Peralatan Rumah

Tangga

4. Industri Otomotif

5. Industri Oil Refnery (BBM,

Pelumas)

 SEKTOR

(JUTA USD)

NILAI SHARE

1

Makanan dan Minuman

(Olahan) Untuk Rumah

Tangga

2,837

21%

2

Barang Konsumsi Setengah

Tahan Lama

1,954

15%

3

Barang Konsumsi Tidak

Tahan Lama

1,927

14%

4

Barang Konsumsi Tahan

Lama

1,585

12%

5

Makanan dan Minuman

(Belum Diolah) Untuk Rumah

Tangga

1,541

11%

6 Mobil Penumpang

1,515

11%

7

Bahan Bakar dan Pelumas

(Olahan)

1,435

11%

8

Alat Angkutan bukan untuk

Industri

350

3%

9

Barang Yang Tidak

Diklasifkasikan

264

2%

BARANG KONSUMSI

13,409

100%

(40)

Indonesia Investment Coordinating Board

4. Sektor-sektor Industri Yang Trend Konsumsi Dalam Negeri Meningkat

(Domestic Based Industry)

PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA

SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG

(RUPIAH), 2010-2012

1. Industri pertanian

2. Industri makanan dan

minuman

3. Industri semen

4. Industri tembakau

(41)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Semen

CEMENT CAPACITY COULD ALMOST DOUBLE

IN THE NEXT 5 YEARS

DOMESTIC MARKET CONSUMPTION (2011)

Retail (residential) sector is the

largest

consumer of cement in

Indonesia

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

Key Drivers of Domestic cement demand:

1.National Economic Growth

2.Favorable Interest Rate Environment

3.Infrastructure Expansion

(42)

Indonesia Investment Coordinating Board

5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan menggunakan bahan baku

dan barang modal impor yang relatif kecil

NO

10 MAIN

COMMODI

TY

DESTINATION COUNTRY

DEPENDENCY OF

IMPORTED RAW MATERALS

1

TEXTILE

AND

TEXTILE

PRODUCT

United States, Japan, Germany, Turkey, Korea,

MEDIUM

2

ELECTRONIC Singapore, United States, Japan, Hong Kong, China,

HIGH

3

RUBBER

United States, Japan, China, Korea, Singapore,

LOW

4

PALM OIL

India, China, Malaysia, Bangladesh, Netherlands,

LOW

5

FOREST

PRODUCTS

Japan, China, United States, Korea, Australia,

LOW

6

FOOTWEAR

United States, Belgium, Germany, United Kingdom,

Netherlands,

MEDIUM

7

AUTOMOTIV

E

Thailand, Japan, Saudi Arabia, Philippines, Malaysia,

HIGH

8

SHRIMPS

United States, Japan, China, United Kingdom,

Belgium,

LOW

9

COCOA

Malaysia, United States, Singapore, China, Spain,

LOW

10

COFFEE

United States, Japan, Germany, Italy, Malaysia,

LOW

“Indonesia as Production Hub For

International Market”

ARAH PENGEMBANGAN INVESTASI:

(43)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Tekstil dan fashion

Potential Location: Focus on

Java Island

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

INVESTMENT OPPORTUNITIES

Indonesia has great potential in developing products

garments, yarn, textile products as well as other man-made

fbers.

a.Garment products: male and female clothes, jackets,

underwear and wedding dress.

b.For yarn products: sewing thread, yarn for knitting fabric

and yarn.

c.other textile products: rugs, tablecloths, net curtains,

towels, socks, embroidery, and curtains.

(44)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Karet

WORLD RUBBER CONDITION

Consumption is higher than production

The world market is dominated by 6 countries

are: Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China,

and Vietnam.

The largest rubber consumer in the world are:

China, United States, and Europe.

INDONESIA RUBBER CONDITION

Indonesia is the largest area of rubber in the

world.

From the production side, Indonesia is the No. 2

as a major producer of rubber in the world 24% of

market share) under Thailand (33%)

Sumatra is the largest producer of raw rubber in

Indonesia: 65% share of the national rubber

production.

Based on BPS data (2011) the largest plantation

area (top 3) are:

1.

South Sumatra: 665 thousand ha

2.

North Sumatra: 463 thousand ha

3.

Jambi: 443 thousand ha.

Potential areas for rubber plantation: Sumatra

dan Kalimantan.

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

INVESTMENT OPPORTUNITIES:

DOWNSTREAM INDUSTRY

1.Manufacture of motor vehicle tires

2.Latex industry

3.Rubber goods industry

4.Engineering goods for industrial and automotive

Indonesia Rubber Production And Consumption (Source:

(45)

Contoh: Industri Kelapa Sawit

Production and Consumption of Palm Oil World

Production

Consumption

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

Indonesia is the largest producer and exporter of

palm oil / CPO in the world previously dominated by

Malaysia.

INVESTMENT OPPORTUNITIES: PALM OIL

INDUSTRY

1.Primary Industries: Crude Palm Oil (CPO), Palm

Nucleus Oil (PKO), shell, fber, empty fruit bunches,

and sludge

2.Upstream Industry: carotene, tocoperol, oil cake,

soap stock

3.Manufacture of: pro-vitamin A, pro-vitamin E, cocoa

butter

4.Downstream Industry: bio diesel oil.

POTENTIAL LOCATION FOR PALM OIL

INDUSTRY:

Sei Mangkei in North Sumatera, Dumai in Riau

Province , and Maloy in East Kalimantan.

0.00

Crude oil ($/bbl)

CPO ($/MT)

PKO ($/MT)

(46)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Kokoa

MARKET OUTLOOK:

STABLE

Total area of Indonesia cocoa

increased

sharply

to

reach

1,677,254 ha in 2011. This

condition is expected to continue

to increase to 1,805,986 ha in

2014.

In

2011,

Indonesian

cocoa

production amounted to 712,231

tons.

Potential Locations :

1. Sulawesi

(South

Sulawesi,

Southeast

Sulawesi,

Central

Sulawesi and West Sulawesi)

2. Other provinces (North Sumatra,

West Sumatra, Aceh and East

Java)

INVESTMENT

OPPORTUNITIES

:

PROCESSING

INDUSTRY

Indonesia's

cacao

agribusiness

development geared

to increase

value-added cocoa with

integrated

agribusiness

development

from

upstream

to

(47)

Indonesia Investment Coordinating Board

6. 24 (dua puluh empat) Proyek KPS Yang Siap Difasilitasi

NO

.

PROJECTS

(US$ JUTA)

INVESTASI

STATUS PROYEK

1.

Cisumdawu Toll Road

1.015,8

FS selesai, Pembebasan tanah 23%

2.

Pandaan – Malang Toll Road

420

Pembebasan tanah 10%

3.

Kertajati International Airport

130

Pra FS, Masterplan dan Business plan selesai, Izin

koordinat telah disetujui, Pembebasan lahan s/d 2012 :

715 Ha, target s/d 2014 : 1800 ha

4.

KulonProgo International Airport

500

Pra FS (lokasi) sudah selesai, tapi status proyek belum

mendapat penetapan dari Kemenhub

5.

Perluasan Pelabuhan Tanjung

Priok- Cilamaya, Karawang Barat

1.032

Pra FS sudah selesai

6.

Soekarno Hatta – Manggarai

International Railway

Development

2.000

Studi kelayakan secara lengkap sedang dikerjakan (Amdal

dan proses perijinan lainnya)

7.

Integrated Terminal Gedebage

Railway, Bandung

133

Sudah ada FS

8.

Revitalisasi Yogyakarta Rail Station

dan

Pedestrianisasi Malioboro

870

Sudah ada FS

9.

Lamongan Regency Water Supply

16,67

- OBC selesai 2012

- FBC dalam tahun 2013

10.

West Semarang Water Supply

78

- VGF sedang dibahas oleh Kemenkeu

- investor yang berminat Singapura, Spanyol, Cina,

Malaysia, Korsel dan Jepang

- Akan launching sekitar bulan Juli - Agustus 2013

11.

Solid Waste Treatment & Final

Disposal Putri Cempo, Solo

30

12.

Solid Waste Treatment & Final

Disposal Bandung Raya

80

- FS (JICA) selesai

- JICA mau membiayai konstruksi dan teknologi

pengolahan sampah

13.

Solid Waste Treatment & Final

Disposal Bogor - Depok

40

- FS (JICA) selesai

- Dokumen tender selesai

(48)

Indonesia Investment Coordinating Board

24 Proyek KPS Yang Siap Difasilitasi

KORIDOR

SUMATER

A

NO

.

PROYEK

(US$ JUTA)

INVESTASI

STATUS PROYEK

1.

Pelabuhan Kuala Tanjung , Sumatera Utara

-

Pra FS sudah selesai

2.

Jambi Coal Fired Power Plant

1.040

-3.

Geothermal Bengkulu

-Perijinan sedang progess oleh pihak

Kementerian ESDM

4.

Batam Municipal Solid Waste

60 – 120

- Pra FS sudah selesai

- Outline Business Case sudah selesai

- AMDAL sedang disusun (6-8 bulan

ke depan)

- Jaminan pemerintah sedang

dianalisis oleh PT. PII

- Ada investor yang berminat invest

dari Perancis, New York dan Jepang

KORIDOR

KALIMANT

AN

1.

Balikpapan – Samarinda Toll Road

1.20

- FS sudah selesai

- Izin pembangunan jalan menembus

Hutan Lindung masih dalam proses

di Kementerian Kehutanan

- Kendala LSM

2.

Development Maloy International Port

2.130

Studi Pra FS sudah selesai

3.

Greater Pontianak Water Supply

143

FS sudah ada

KORIDOR

SULAWESI

1.

Manado – Bitung Toll Road

353

Pembebasan lahan 25%

2.

Pelabuhan Makasar Baru

-

Pra FS sudah selesai

3.

Karama Hydro Power Plant

1.336

(49)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Panas Bumi (Geothermal)

Geothermal Project in Indonesia ( Installed

Capacity) 2011

Target Of National Energy Mix

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

Geothermal power in Indonesia

is an

increasingly signifcant source of renewable

energy. Indonesia has 40% of the world's

potential geothermal resources, estimated at

29,000 GWe.

Currently Indonesia is the world's third largest

geothermal electricity producer after the

United States and the Philippines. Installed

production capacity (2011) is almost 1,226 MW

from seven geothermal felds in Java, North

Sumatra and North Sulawesi.

In 2007, geothermal energy represented 1.9%

of the country's total energy supply and 3.7%

of its electric power.

(50)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Pelabuhan Laut

(51)

Indonesia Investment Coordinating Board

Contoh: Industri Pelayaran

MARKET OUTLOOK:

PRESPECTIVE

(52)

Indonesia Investment Coordinating Board

7. Sektor Pariwisata dan Industri Kreatif:

Sektor Pariwisata

Year

9

13.02

9.02

107.7

970.98 5345.98

20.19

2008

6,234,49

7

13.24

8.58

137.38 1178.54

7347.6

37.44

2009

6,323,73

0

1.43

7.69

129.57

995.93 6297.99

-14.29

2010

7,002,94

4

10.74

8.04

135.1 1085.75 7603.45

20.73

2011

7,649,73

1

9.24

7.84

142.69 1118.26 8554.39

12.51

2012

Seven Special Interest Tourism

Areas

1.Cruise tourism

2.Meetings, Incentive,

Convention, Exhibition/ Event

3.Nature based and ecotourism

4.Culture and historical based

tourism

5.Shopping and culinary

6.Wellness and medical tourism

7.Recreational sports: golf,

diving, etc

NUMBER OF PASSENGER

CRUISE TOURISM

(53)

Indonesia Investment Coordinating Board

16 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas 2012 –

2014

(54)

Indonesia Investment Coordinating Board

(55)

Indonesia Investment Coordinating Board

ECONOMIC VALUE (USD BILLION)

MARKET OUTLOOK:

PROSPECTIVE

In Indonesia, the creative industries are defned as

industry derived from the utilization of creativity, skills

and individual talents of individual to make create

wealth and generate employment by producing and

exploiting individual creativity.

Creative industry accounted for 7.29 percent of

Indonesia’s GDP. In 2012, Indonesia’s creative

industries have employed 11. 57 million people,

accounting for 10.63 percent to the nation's overall

employment ( rank 3 on employment absorption).

the creative industries have a bright export prospects

in the future. In 2011, exports of creative industries to

reach of USD 800 million. Targeted in 2015 to exceed

UUD 1.5 billion.

Majority export comes from fashion (60% of market

share) and crafts (36.5% market share)

*)Data until Aug 12

FILM PRODUCTION IN

INDONESIA 1992 – 2012

(56)

Indonesia Investment Coordinating Board

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

V. PROFIL KAWASAN INDUSTRI (KI)

1. KAPET BANDA ACEH DARUSALAM

Penetapan : Keppres No. 171/1998

Lokasi : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Luas Wilayah : 55.390 km²

Cakupan Wilayah : Banda Aceh (Seluruh kecamatan dalam Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar ( Kecamatan Lhok Nga, Darussalam, Kuta Baro, Peluka Bada, Seulimeum dan Kecamatan Mesjid Raya) dan Kabupaten Pidie (Kecamatan Batee, Padang Tiji, Muara Tiga dan Kota Sigli).

Sektor Unggulan : Pertanian,Perikanan, Industri, Pariwisata

2. KAPET NATUNA

Penetapan : Keppres 17/1999 jo Keppres No 71/1996

Lokasi : Provinsi Kepulauan Riau

Luas Wilayah : n.a

Cakupan Wilayah : seluruh wilayah Pulau Natuna dan pulau-pulau disekitarnya yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Riau

3. KAPET KHATULISTIWA

Penetapan : Keppres No.13/1998

Lokasi : Provinsi Kalimantan Barat

Luas Wilayah : 5,3545 juta Ha

Cakupan Wilayah : Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, Kabupaten Kapuas Hulu

Sektor Unggulan :Pertanian,Kehutanan,Pertambangan, Perkebunan

Penetapan Kawasan Industri Mandor dgn 3 sentral potensi : Sentral Agribisnis Senakin (padi), sebangki Komplek (tanaman pangan), Sompak Komplek (sentral produksi padi) dan Kawasan Wisata Air besar Kuala Behe.

4. KAPET DAS KAKAB

Penetapan : Keppres No.168/1998

Lokasi : Provinsi Kalimantan Tengah

Luas Wilayah : 236,73 km²

Cakupan Wilayah : DAS Kahayan Kapuas dan Barito, Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Kapuas.

Sektor Unggulan : Pertanian, Perkebunan, Industri, Peternakan, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan .

5. KAPET Batulicin

Penetapan : Keppres 11/1998

Lokasi : Provinsi Kalimantan Selatan

Luas Wilayah : 14.489,69 Km2

Cakupan Wilayah : Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu

Sektor Unggulan : Perkebunan, Kehutanan,Pertambangan

6. KAPET Sasamba

Penetapan : Keppres 12/1998

Lokasi : Provinsi Kalimantan Timur

Luas Wilayah : 4413 km²

Cakupan Wilayah : Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kertanegara

Sektor Unggulan : Pertanian, Perikanan, Industri,Peternakan, Pertambangan

7. Kapet Palapas

Penetapan : Keppres 167/1998

Lokasi : Provinsi Sulawesi Tengah

Luas Wilayah : 462.037 ha

Cakupan Wilayah : Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi Moutong.

Sektor Unggulan :Pertanian, Perikanan,Perkebunan, Pertambangan, Pariwisata, Kehutanan

9. KAPET Bank Sejahtera SULTRA

Penetapan : Keppres 168/1998

Lokasi : Provinsi Sulawesi Tenggara

Luas Wilayah : 937.295 Ha

Cakupan Wilayah : Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kendari

Sektor Unggulan : Pertambangan, Kehutanan, Perikanan 8. Kapet Parepare

Penetapan : Keppres 164/1998

Lokasi : Provinsi Sulawesi Selatan

Luas Wilayah : 6.905,08 km²

Cakupan Wilayah : Kota Parepare, Kabupaten Baru, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Enrekang

Sektor Unggulan : Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Pertambangan, Pariwisata

10. KAPET Manado Bitung

Penetapan : Keppres 14/1998

Lokasi : Provinsi Sulawesi Utara

Luas Wilayah : 251.138 ha

Cakupan Wilayah : Kota Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara.

Sektor Unggulan : Pariwisata, Perikanan,Pertambangan, Agro Industri

11 KAPET Bima

Penetapan : Keppres 166/1998

Lokasi : Provinsi Nusa Tenggara Barat

Luas Wilayah : 6.921,45 km²

Cakupan Wilayah :Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu

Sektor Unggulan : Pertanian, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan, Perkebunan

12. KAPET MBAY

Penetapan : Keppres 15/1998

Lokasi : Provinsi Nusa Tenggara Timur

Luas Wilayah : 3.038 km²

Cakupan Wilayah : seluruh wilayah Kabupaten Ngada di bagian tengah pulau Flores

(57)

Indonesia Investment Coordinating Board

(58)

Indonesia Investment Coordinating Board

Daftar Kawasan Industri di Indonesia

Provinsi

Jumlah

Luas Lahan (ha)

Anggota

HKI

Lainnya

Anggota

HKI

Lainnya

Aceh

-

2

-

450

Sumatera Utara

3

9

1.403,0

1.568,0

Kepulauan Riau

9

22

1.663,0

290,4

Bangka Belitung

-

1

-

1.442

Lampung

-

1

-

301

Sumatera Barat

1

-

200,0

-Riau

2

6

1.590,0

9.059

DKI Jakarta

3

1

1.089,8

n.a

Jawa Barat

22

52

13.034,7

21.382

Banten

6

32

2.790,6

5.791,6

Jawa Tengah

7

17

1.766,0

952

Jawa Timur

4

28

1.415,0

5.648

Kalimantan Timur

2

-

546,0

-Sulawesi Tengah

1

-

1.500,0

-Sulawesi Selatan

1

-

322,5

-TOTAL

61

171

27.320,6

46.884

(59)

Indonesia Investment Coordinating Board

(60)

Indonesia Investment Coordinating Board

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

SEI MANGKEI

(61)

THANK YOU

Invest

in...

© 2011 by Indonesian Investment Coordinating Board. All

rights reserved

CONTACT US

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

(BKPM)

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190

P.O. Box 3186, Indonesia

P   : +62 21 5292 1334

F   : +62 21 5264 211

E   : 

info@bkpm.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Setelah software Pelaksana berhasil booting dari komputer (client) yang akan digunakan oleh peserta uji, maka hal pertama yang harus dilakukan

“Menurut saya di perpustakaan ini banyak unsur hiburannya mulai dari wahana bermain anak sampai buku-buku seperti komik, novel untuk hiburan orang dewasa atau

Kemudian dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang juga sudah cukup baik, Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu

Penelitian yang dilakukan ini merupakan deskripsi mengenai ragam dialek bahasa Sigulai pada masyarakat Simeulue perantauan di Kota Medan, adapun ragam dialek bahasa Sigulai

Orang-orang Eropa yang pertama tiba di Amerika Utara pada abad ke 16 menyebut orang Asia yang sebelumnya telah menempati daerah tersebut sebagai orang Indian, karena mengira

Tiiak hanya untuk pelacakan data, dalam perkembangannya juga untuk pengedit-sm apa yang telah diternukan oleh pegutas referensi yang selanjutnya bisa dikirirn langsung ke

Tulisan ini menganalisa situasi terkini mengenai kemandirian pangan Indonesia dalam gejolak meroketnya harga pangan dunia yang dipicu oleh kenaikan harga minyak

Jenis Kamar pada Hotel Berbintang Empat di Kota Semarang Error.. Bookmark