• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI BIAYA PROYEK DITINJAU DARI PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFISIENSI BIAYA PROYEK DITINJAU DARI PEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI BIAYA PROYEK DITINJAU DARI PENJADUALAN TENAGA

KERJA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN KERJA

Susapto1, Siti Safiatus R.2

1,2Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang 1susapto@polinema.ac.id, 2ririssafiatus@gmail.com

Abstrak

Kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan suatu anggaran biaya proyek tergantung dari realita perencanaan yang sesuai dengan kondisi proyek secara riel dan kegiatan pengendalian dalam pelaksanaan yang rutin harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati, tentunya untuk mendapatkan suatu perencanaan yang realistis perlu adanya pengalaman yang cukup banyak juga dapat menaksirkan faktor- faktor risiko yang sering muncul didalam pelaksanaan proyek .

Salah satu bentuk perencanaan yang dapat menunjukkan suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait dan logis dilakukan adalah jaringan kerja yang baik dan realistis dan kalau jaringan kerja tersebut direncanakan dengan baik dan dilakukan dengan pengendalian yang rutin secara teoritis dipastikan terjadi efisiensi biaya.

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan keberadaan jaringan kerja dalam pelaksanaan proyek cukup berpengaruh dengan dapat menunjukkan jalur kritis sebagai bahan pengendalian dalam pelaksanaan dan dapat menghasilkan efisiensi biaya proyek khusus upah kerja sebesar 17% lebih murah jika dibandingkan dengan upah borong kerja tanpa membuat jaringan kerja.

Data penelitian berupa kegiatan pelaksanaan proyek perumahan/ gedung diwilayah kota malang untuk type kecil dan sedang. Data diperoleh dari 4 lokasi perumahan

Metoda analisis data dilakukan dengan cara menganalisa penjadwalan tenaga kerja dari hasil penjadualan mandor dan analisa jaringan kerja yang dibuat.

Kata Kunci: efisiensi, biaya, tenaga kerja, jaringan kerja, proyek perumahan

Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, menurut data induk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.641.326 jiwa. Pertambahan penduduk tersebut selalu diiringi dengan minat manusia untuk memiliki tempat tinggal. Laju permintaan rumah secara nasional mencapai 800.000 unit pertahun, sementara kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah hanya sebesar 200.000 unit pertahun ( data BPS 2011-2013 ). Selisih jumlah untuk ketersediaan kebutuhan rumah tinggal tersebut mendorong developer perumahan untuk kompetisi membangun perumahan.

Kota Malang merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa timur yang mengalami perkembangan cukup pesat pada sektor pariwisata dan pendidikan. Setiap tahun pertambahan penduduk di Kota Malang juga selalu meningkat. Berdasarkan data rekapitulasi penduduk yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kota Malang, jumlah penduduk Kota Malang pada tahun 2015 sebanyak 873.716 jiwa. Bersamaan dengan itu, terjadi peningkatan pendapatan perkapita di Kota Malang. Peningkatan pendapatan penduduk ini mempengaruhi

permintaan terhadap rumah atau tempat tinggal yang layak. Rumah atau hunian merupakan kebutuhan primer manusia dalam kaitannya dengan pertumbuhan jumlah penduduk disuatu wilayah. Dewasa ini rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal semata, tetapi juga menjadi sebuah gaya hidup dan identitas bagi penghuninya. Semakin tinggi gaya hidup di Kota Malang terutama untuk kalangan masyarakat menengah keatas, menjadi perhatian khusus para pengembang (Developer) untuk mewujudkan solusi dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan mewah dan berkelas. Dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat saat ini pengembang berlomba- lomba untuk menarik perhatian masyarakat yang ingin bermukim di Kota Malang dengan menawarkan keunggulan- keunggulan tertentu dengan harga yang semakin bersaing.

(2)

penaksiran anggaran biaya yang sudah mendekati pasti dan sesuai dengan dana yang dipunyai pemilik.

Penjadwalan proyek merupakan salah satu langkah awal yang dimulai dari pembuatan jaringan kerja yang selalu menyesuaikan kemampuan sumberdaya yang ada, demikian juga metoda yang dipilihpun disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kemampuan sumberdaya juga. Pembuatan jaringan kerja harus riel dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait satu dengan yang lain dan merupakan poligon tertutup. Penjadwalan sumberdaya dilakukan setelah jaringan kerja terbentuk dengan sempurna, logis dan realistis sesuai dengan metoda kerja yang dipilih dan sumberdaya yang yakin dapat tersedia. Penjadwalan sumberdaya dimulai dari penempatan sumberdaya pada kegiatan kritis dulu, sedangkan untuk kegiatan yang tidak kritis ditempatkan sesuai dengan kondisi sumberdaya dengan batasan- batasan yang ada dan waktu luang yang tersedia dari masing- masing kegiatan/pekerjaan. Memastikan penempatan kegiatan yang tidak kritis disesuaikan dengan prioritas sumberdaya, apakah peralatan fokus kekesinambungan penggunaan alat atau kemampuan waktu penyediaan peralatan, atau tenaga kerja yang fokus sesuai kurva normal penggunaan tenaga yang

dikehendaki atau juga dana fokus kebentuk kurva “S”

nya, atau mungkin juga kekemampuan pendanaan setiap minggunya, sedangkan untuk bahan biasanya kalau ada kesulitan jenis bahan yang ada di pasaran maupun bahan khusus yang sulit didapatkan.

Kebiasaan pembuatan jadwal dalam bentuk diagram batang jarang yang diawali dengan pembuatan jaringan kerja dulu, sehingga sulit untuk membedakan mana kegiatan kritis dan mana yang tidak kritis serta ini akan mempersulit pengaturan dalam penempatan batang- batang guna mendapatkan pengelolaan sumberdaya yang dikehendaki. Pembuatan jadwal yang demikian dimungkinkan banyak terjadi pembengkakan biaya dalam pelaksanaan nantinya, dengan alasan tersebutlah peneliti sangat tertarik dan ingin tahu seberapa besar dampak dari pengaruh jaringan kerja terhadap pengeluaran biaya pelaksanaan yang nantinya akan dikeluarkan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, juga ingin mengetahui faktor risiko yang mungkin akan muncul dalam pelaksanaan dikarenakan pembuatan barchart tanpa diawali dengan keberadaan jaringan kerja yang reaslistis dan logis.

Pengaruh keberadaan jaringan kerja dalam penetapan anggaran biaya proyek , paling tidak kita akan mengetahui biaya konstruksi/ langsung dari proyek tersebut, sehingga akan jelas perbedaan biaya langsung dan tidak langsung dan akan lebih mudah dalam pengelolaan pelaksanaannya.

Analisa penggunaan BOW masih dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun Anggaran Biaya Bangunan. Hal ini diperkuat dengan hasil resume kuesioner dari empat instansi Badan Usaha Milik

Negara (Sumber: artikel Wahyu Wuryanti dengan

judul “Kajian indeks biaya konstruksi pekerjaan beton bertulang dan baja untuk Konstruksi Bangunan

Gedung”) yang menyimpulkan bahwa panduan yang digunakan masih banyak yang menggunakan analisa BOW meskipun para estimator menganggap bahwa indeks atau koefisien pengali tidak relevan lagi dengan kebutuhan analisis pekerjaan Selain BOW, terdapat juga peraturan tentang Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) pada Tahun 2002. Tentunya terdapat perbedaan antara standart SNI dengan BOW. Standar yang dikeluarkan oleh BSN merupakan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman pada tahun 1988 hingga tahun 1991. Tentunya penggunaan standar tersebut sudah kurang tepat digunakan sekarang ini karena metode kerja, peralatan, pengawasan dan faktor-faktor lain seperti letak geografis, iklim, keterampilan dan pengalaman kerja yang tentunya berbeda dengan kondisi ketika standar tersebut disusun.

Standar produktivitas yang up to date yang dapat dijadikan acuan oleh industri konstruksi khususnya di kota Malang dalam menyusun anggaran biaya proyek belum tersedia, sehingga melakukan penelitian yang berkaitan dengan produktifitas guna mendapatkan data- data yang lebih baru dan realistis, dari hasil penelitian diharapkan dapat memilah biaya konstruksi/langsung dan biaya tidak langsung juga seberapa besar bobot yang dapat diijinkan untuk menentukan besaran biaya tidak langsungnya.

Keberadaan SNI dapat dipakai acuan untuk perhitungan biaya, dalam koefisien yang tercantum dalam SNI sudah termasuk faktor risiko dan peluang efisiensi, sedangkan kalau kita menggunakan perhitungan biaya yang mengacu dari jaringan kerja masih riel biaya langsung yang berwujud ke bendanya/barangnya, sehingga wajar jika hasil harga satua dari kedua cara tersebut berbeda.

Identifikasi yang dilanjutkan dengan analisa yang dilakukan dengan baik dapat mandukung meningkatnya kemungkinan pencapaian performace. Selanjutnya hasil penelitan dapat digunakan bagi pemilik usaha Jasa Konstruksi untuk menganalisa risiko serta mengambil langkah yang tepat untuk menangani risiko tersebut dalam mengerjakan proyek-proyek yang ditanganinya.

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

(3)

Jenis Penelitian

Mendasarkan atas sifat-sifat masalah maka penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, dengan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.

Populasi

Proyek Bangunan Gedung/ Perumahan yang tidak mempergunakan peralatan modern atau alat berat yang berada di Kota Malang, yang beredar pada 4 lokasi

Data

Data adalah hal-hal yang diamati atau diperoleh dari suatu sumber penjadwalan yang sudah dibuat di proyek tanpa melihat jaringan kerja dan teruraikan dalam jaringan kerja. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini menurut jenisnya antara lain:

1. Data primer

Data primer diambil pada saat penelitian berlangsung yakni:

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data (instrumen) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi atau pengamatan.

Observasi atau pengamatan bertujuan untuk mengetahui keadaan sesungguhnya yang terjadi di proyek. Pengamatan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan serta mengadakan pencatatan data secara langsung. Data yang didapatkan dari pencatatan langsung itu merupakan data mentah yang kemudian diolah menjadi suatu tabel pengamatan kerja di lapangan (data hasil olahan).

Metode dan Rancangan Penelitian

Alur pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan alir (flow chart) seperti pada Gambar 1.

Mulai

Pengumpulan data

· Jadwal (Bar Chart)

· Kurva “S” yang ada

· Kuantitas pekerjaan

· Metode kerja yang dipakai

Mencari produktivitas tenaga kerja sesuai pelaksanaan di lapangan

Produktivitas Produktivitas

Perbandingan

Biaya upah tenaga kerja (berdasarkan sni)

Biaya upah tenaga kerja/Kurva (pelaksanaan di lapangan)

Perbedaan biaya upah tenaga kerja (perencanaan vs pelaksanaan)

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan rencana biaya berdasarkan SNI dengan rencana biaya pelaksanaan di lapangan berdasarkan jaringan kerja. Output Penelitian berupa biaya upah tenaga kerja yang merupakan keluaran dari pengolahan data. Langkah-langkah dalam keluaran pengolahan data.

Hasil dan Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini berlanjut dari setiap lokasi proyek dengan tahapan sebagai berikut:

Lokasi 1

Pengambilan sampel untuk penelitian ini yang ada pada lokasi 1 meliputi komplek pembangunan perumahan untuk type 36, 45, 54, dan 70 , Adapun yang peneliti ambil dalam pembangunan satu blok lokasi perumahan type 36 gandeng yang dikerjakan oleh satu mandor.

(4)

Tabel 1. Bentuk penjadwalan lokasi 1 Dari Tabel 1 dengan melihat jumlah tenaga kerja yang digunakan sepanjang proyek ada 2 tukang batu , 2 tukang kayu dan 2 tukang besi serta 6 pekerja yang merupakan tenaga kerja yang sudah rutin mengikuti mandor tersebut dalam setiap pelaksanaan proyek, juga mandor ataupun pihak developer tidak membuat jaringan kerja, tetapi hanya ada jadwal pekerjaan dengan bentuk diagram batang atau barchart seperti tersebut yang dibuat oleh mandor.

Adapun data hasil pengamatan lapangan untuk lokasi 1 didapatkan seperti Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan lapangan lokasi 1

Rincian pekerja

penga matan (hari)

Kuantitas pekerjaan (m2,m3,kg)

penga matan

(kali) Ket.

1 A mobilisasi 4 hari 3 pekerja 2 lump sum 2 2 B pengukuran dan pasang bowplang 2 hari 1 tk batu + 3 pekerja 1 22 titik 2 3 C galian tanah utk pondasi 4 hari 4 pekerja 1 26 m3 2 4 D pasang pondasi batu kali 6 hari 2 tk batu + 4 pekerja 1 23.1 m3 2 5 E beton sloof 4 hari 1 tk besi + 1 tk batu + 4 pekerja 1 2.3l m3 2

6 F kolom praktis 4 hari 1 tk besi + 1 tk batu + 4 pekerja 1 1.08 m3 2 7 G pasang dinding 12 hari 2 tk batu + 4 pekerja 2 34 m3 2 8 H ring balk 4 hari 1 tk besi + 1 tk batu + 4 pekerja 1 2.31 m3 2

9 I kosen pintu & jendela 8 hari 2 tk kayu 1 18 set 2 10 J daun pintu dan jendela 6 hari l tk kayu + l pekerja 1 19 set 2 11 K engsel,alat gantung dan kunci 2 hari l tk kayu + l pekerja 1 20 set 2 12 L kuda-kuda dan rangka atap 10 hari 2 tk kayu + 2 pekerja 1 84 m2 2

13 M penutup atap 4 hari l tk kayu + 2 pekerja 1 85 m2 2 14 N plesteran dan acian 6 hari 2 tk batu + 4 pekerja 1 154 m2 2

15 O benangan 6 hari 2 tk batu + l pekerja 1 114 m1 2

16 P plafond 4 hari l tk kayu + 2 pekerja 1 84 m2 2 17 Q instalasi air bersih 4 hari 1 tk inst air + 1 pekerja 1 54 m' 2 18 R instalasi air kotor 8 hari 1 tk inst air + 1 pekerja 1 2'4m2 2

19 S dinding keramik 6 hari 2 tk batu +2 pekerja 1 24 m2 2 20 T lantai keramik 6 hari 2 tk batu + 2 pekerja 1 72 m2 2 21 U kloset dan wastafel 5 hari l tk batu + l pekerja 1 2 2 22 V instalasi listrik 5 hari 1 tk listrik + 1 pekerja 1 26 titik 2 23 W pengecatan 6 hari 2 tk cat 1 154 m2 2

Kode Macam Pekerjaan

Produkti vitas (Analisa

SNI)

Produktivitas (pelaksanaan di lapangan)

No.

(5)

Keterangan:

A Pekerjaan Mobilisasi M Penutup Atap

B Pengukuran & Pasang Bouwplang N Plesteran Dan Acian

C Galiantanah O Benangan

D Pondasi Batu Kali P Plafond

E Betonsloof Q Instalasi Air Bersih

F Kolom Praktis R Instalasi Air Kotor

G Pasang Dinding S Dinding Keramik

H Beton Ring Balk T Lantai Keramik

I Kosen Pintu Dan Jendela U Kloset Dan Wastafel

J Daun Pintu Dan Jendela V Instalasi Listrik

K Engsel, Kaca, Kunci Dan Alat Gantung W Pengecatan

L Kuda-Kuda Dan Rangka Atap

Langkah selanjutnya dari hasil jaringan diatas dijadwalkan sumberdayanya dengan bentuk bar chart/ diagram batang dan prioritas pada penjadwalan tenaga kerjanya, dengan selalu menjaga supaya jadwal tenaga kerja dapat kurva normal atau mendekati.

Cara mengatur supaya kurva normal dengan menggeser- geser posisi pekerjaan yang tidak kritis sesuai dengan batasan total float yang dipunyai.

Penjadwalan sumberdaya, dalam hal ini tenaga kerja mengacu pada kurva tenaga kerja yang secara standarisasi diharapkan kurva normal yang menunjukkan penggunaan tenaga kerja yang berkesinambungan mulai sedikit ke banyak dan turun lagi ke sedikit tanpa ada pemutusan hubungan kerja sesaat, tetapi jika tidak memungkinkan paling tidak sudah dipersiapkan tentang pengurangan dan penambahan tenaga kerja dan harapannya pembengkakan biaya di pelaksanaan dapat dicegah, dikurang, syukur dapat dihilangkan.

Langkah diatas itulah yang peneliti coba untuk mengatur penempatan pekerjaan yang tidak kritis pada posisi dimana penggunaan tenaga kerja dapat dikelola dengan baik tanpa menimbulkan pembengkakan biaya nantinya di pelaksanaan.

Lokasi 2

Pengambilan sampel untuk penelitian ini yang ada pada lokasi 2 meliputi komplek pembangunan perumahan untuk type 36 dan 54 , Adapun yang peneliti ambil dalam pembangunan satu blok lokasi perumahan type 36 gandeng yang dikerjakan oleh satu mandor juga, sama dengan lokasi 1.

Untuk lokasi 2 bentuk penjadwalan mandor seperti

Tabel 3.

Tabel 3. Bentuk penjadwalan mandor pada lokasi 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 10 Pekerjaan daun pintu dan jendela 11 Pekerjaan Pengecatan 12 Pekerjaan Instalasi Listrik 13 Pekerjaan Penutup Atap 14 Pekerjaan Finishing

No Jenis Pekerjaan Qty Unit Minggu Keterangan

1

No Qty Unit

Dari Tabel 3 peneliti mencoba membuat jaringan kerjanya dengan didukung data- data lapangan yang peneliti dapatkan dari pengamatan di lokasi dan tanya jawab dengan tukang dan pegawai lapangan

Bentuk jaringan kerjanya dengan Precedence Diagram Method (PDM) sebagai berikut:

Keterangan:

A Pekerjaan mobilisasi I1 Kuda-kuda

B Pengukuran & pasang bouwplang I2 Rangka atap

C Galian tanah I3 Penutup atap

D Urugan pasir dibawah pondasi J1 Plesteran dan acian

E Pondasi batu kali J2 Benangan

F1 Pondasi beton setempat K Plafond

F2 Beton kolom struktur L Instalasi air bersih

F3 Beton sloof M1 Septik tank

F4 Kolom praktis M2 Peresapan

F5 Balok latai N1 Dinding keramik

F6 Ring balk N2 Lantai keramik

G1 Kosen pintu dan jendela O Kloset jongkok/ duduk

G2 Daun pintu dan jendela P Wastafel G3 Engsel, alat gantung dan kunci Q Instalasi listrik

H1 Dinding trasram R Cat dinding

H2 Dinding biasa S Finishing akhir

Perbandingan upah borong untuk tanpa jaringan dengan yang menggunakan jaringan kerja seperti pada

Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan upah borong tanpa jaringan

kerja dengan yang menggunakan jaringan kerja

Lokasi Alternatif Rata-rata Lokasi

Jumlah 2,838,333 4,723,869

Rata-rata 709,583 590,484

Selisih\beda (119,100)

(6)

Kesimpulan

Hasil dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaruh jaringan kerja dalam rencana pelaksanaan cukup terasa, karena keberadaan jaringan dapat menunjukkan kita jalur pekerjaan yang kritis dan yang tidak kritis, juga dapat mengkoondisikan setiap pekerjaan secara tepat guna menjaga efisiensi sumberdaya manusia dalam hal ini jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan . 2. Efisiensi biaya upah yang didapatkan dengan

adanya jaringan kerja sebesar 17 %

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) ; Data Induk , tahun 2010 BOW, Analisis B.O.W. Perhitungan Untuk

Menentukan Rencana Biaya Bangunan. H.R. Sugihardjo. BAE Yogyakarta.

Ibrahim, Bachtiar., 2003. Rencana Dan Estimate Real of Cost. Bumi Aksara. Jakarta.

Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

Putti, Joseph M., 1989. Memahami Produktivitas. Binarupa Aksara. Jakarta.

Redaksi Bumi Aksara, 2004. Analisa Upah Dan Bahan (Analisis BOW).PT. Bumi Aksara. Jakarta. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Pemukiman

Undang undang no: 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pemukimam

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Rancangan Penelitian
Tabel 1. Bentuk penjadwalan lokasi 1
Tabel 3 Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam penelitian ini adalah tingkat senioritas yang dilihat dari masa kerja, diketahui bahwa cukup banyak pegawai yang memiliki masa kerja yang lama dan pangkat yang

Pada waktu tanpa penyimpanan yang diikuti dengan konsentrasi larutan asam sulfat optimum sebanyak 0.67% memberikan bobot kering tanaman tertinggi sebesar 28.193 gram..

PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN LAMONGAN REKAPITULASI DATA DAN JUMLAH PETUGAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH (PANTARLIH. PANITIA PEMUNGUTAN SUARA DESA :

Hasil penelitian ini menunjukkan makna jamak secara sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab dibentuk dengan adanya kata sandang, numeralia, adverbia, dan kata

Gambar bentuk pupil kucing dalam keadaan cahaya redup dan terang A. Bentuk pupil mata kucing pada

(A) Jika hujan maka saya tidak jadi nonton sepak bola.. (B) Jika hari ini hujan maka saya nonton

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik PCA (Principal Component Analisis). Pada tahap ini akan diketahui sejumlah faktor yang layak mewakili variabel

Perkembangan perumahan yang dibangun oleh masyarakat merupakan secara perorangan dengan sistim kerja sederhana tanpa perorganisasian yang resmi dalam penyediaan