• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Kajian Tentang Green Port Dalam Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper Kajian Tentang Green Port Dalam Ko"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN TENTANG PELABUHAN LAUT

“HIJAU”

DALAM KONTEKS

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Wulfram I. Ervianto

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta E-mail: ervianto@mail.uajy.ac.id

Abstrak

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta . Karakteristik negara kepulauan adalah berpotensi terjadinya perbedaan harga komoditas di setiap daerah dan persoalan ketersediaannya di berbagai daerah. Adanya fenomena ini, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk mengurangi disparitas harga antar daerah dengan cara meninjau sistim distribusi nasional berbagai komoditas. Pendekatan yang digunakan adalah melakukan kajian dwelling time di berbagai pelabuhan laut di Indonesia. Untuk menyelesaikan persoalain ini, digunakan pendekatan pelabuhan cerdas dan ramah lingkungan sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam melaksanakan dokumen Agenda 21 yang telah dipublikasikan. Meskipun hasil implementasi konsep ini belum memperlihatkan hasil yang jelas, namun diyakini bahwa dalam waktu mendatang akan dirasakan manfaatnya, baik bagi lingkungan, dan lebih jauh untuk keberlangsungan kehidupan di Bumi.

Kata kunci: pelabuhan laut, green, berkelanjutan.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta yang terdiri dari 2,01 juta daratan (25,736%); 3,25 juta lautan (41,613%); dan 2,55 juta (32,650%) Zona Ekonomi Eksklusif, yaitu zona yang luasnya 200 mil laut ( 321.8688 km) dari garis dasar pantai, dimana dalam zona tersebut sebuah negara mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Jumlah pulau di Indonesia berdasarkan data BPS yang di-update 21 November 2017 adalah 1.860 pulau. Sedangkan jumlah pelabuhan laut di Indonesia saat ini adalah 140 pelabuhan (gambar 1). Jika dihitung rasio antara banyaknya pulau terhadap jumlah pelabuhan yang ada adalah sekitar 1 : 13 (setiap 13 pulau tersedia 1 pelabuhan laut).

(2)

2 kebutuhannya. Pendekatan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu untuk pembangunan pelabuhan baru dan untuk pelabuhan eksisting. Namun sampai dengan saat ini belum semua jenis infrastruktur terdefinisikan secara jelas mengenai prinsip berkelanjutan di tingkat aspek, faktor, dan indikator termasuk pelabuhan laut. Secara umum proyek yang termasuk dalam proyek strategis nasional diperlihatkan dalam Tabel 1. Persentase proyek pelabuhan laut yang termasuk dalam proyek strategis nasional adalah ± 5,75%. Meskipun secara jumlah tidak terlalu besar namun tetap diperlukan formulasi mengenai pelabuhan ”hijau” (green port) untuk mengakomodasi isu dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pelabuhan_di_Indonesia

Diakses tanggal 14 januari 2018.

Gambar 1. Jumlah Pelabuhan Laut di Indonesia

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Proyek Strategis Nasional

No. Jenis Proyek Jumlah Proyek

1 Bendungan 60

2 Jalan raya 52

3 Kawasan industri 24

4 Jalan kereta api 19

5 Bandar udara 17

6 Pelabuhan laut 13

7 Air minum 8

8 Gedung 7

9 Oil and gas 6

10 Industri 6

11 Perumahan 3

12 Jangkauan broadband 3

13 Pertanian/kelautan 3

14 Energi 2

15 Air limbah 1

16 Tanggul banjir 1

17 Pariwisata 1

Jumlah Proyek 226

Sumber : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

55

17 16 13 13

10 8 8

(3)

3 Studi Pustaka

Berdasarkan data dalam tabel 1., meskipun proyek pelabuhan tidak terlalu besar namun perlu dilakukan kajian komprehensif terkait dengan aspek keberlanjutannya agar dapat memberikan sumbangan terhadap isu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hal ini berpotensi menciptakan pengetahuan baru bagi pengelola proyek saat merencanakan, mengadakan, pelaksanaan, operasional, dan dekonstruksi infrastruktur pelabuhan laut.

Sistem Distribusi Logistik Nasional

Dalam peraturan menteri perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 51 Tahun 2015 dinyatakan bahwa sistem distribusi logistik terdari dari sejumlah pelabuhan rakyat, tujuh pelabuhan pengumpan, 36 pelabuhan pengumpul, dan tujuh pelabuhan utama yang terintegrasi dengan jaringan tol laut dari 24 pelabuhan utama yang ada di Indonesia. Disisi lain, kapasitas infrastruktur, peralatan di terminal dan sistem merupakan bagian penting untuk mengurangi biaya logistik (gambar 2).

Gambar 2. Keterkaitan Antara Kapasitas Terminal, Infrastruktur, dan Peralatan Dalam Menurunkan Biaya Logistik

Kajian Pustaka

Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) terbagi menjadi tiga fase, yaitu: (a) Fase 1, tahun 2011 s/d 2015: implementasi quick wins. (b) Fase 2, tahun 2015 s/d 2020: memperkuat basis ekonomi dan investasi, salah satu agendanya adalah “mempercepat pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang”. (c) Fase 3, tahun 2020 s/d 2025: melaksanakan pertumbuhan berkelanjutan, salah satu agendanya adalah “penerapan teknologi tinggi untuk pembangunan berkelanjutan”. Meskipun isu tentang pembangunan berkelanjutan diagendakan untuk tahun 2020 s/d 2025, namun perlu diformulasikan segera terkait dengan knowledge khususnya untuk pelabuhan.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, menyebutkan pembangunan berkelanjutan didefinisikan ”Upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”. Turunan dari pembangunan berkelanjutan adalah green. Di tingkat green inilah yang bersifat operasional, antara lain green building, green road, green infrastructure, dan green port atau pelabuhan hijau.

(4)

4 atau di sungai. Jenis pelabuhan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) Pelabuhan Utama, adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi. (b) Pelabuhan Pengumpul, adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi. (c) Pelabuhan Pengumpan, adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkuatan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Penyelenggara pelabuhan adalah otoritas pelabuhan atau unit penyelenggara pelabuhan. Otoritas ini yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pelabuhan yang diusahakan secara komersial.

Dalam perspektif transportasi, pelabuhan merupakan interface antara moda transportasi laut dan transportasi darat yang merupakan bagian dari proses transportasi. Selain itu, pelabuhan merupakan gerbang utama (gateway) arus keluar masuk barang perdagangan dari dan ke daerah belakang pelabuhan (hinterland). Misalnya pelabuhan Tanjung Priok dengan daerah hinterland-nya adalah Purwakarta berupa industri tekstil, Sukabumi dengan rubber plantation, Cianjur dengan tea plantation. Pelabuhan merupakan pemicu terjadinya pengembangan di daerah pelabuhan yang berorientasi ekspor.

Pendekatan ramah lingkungan untuk infrastruktur pelabuhan didasarkan pada proses bisnisnya, yaitu pelabuhan sebagai gerbang utama keluar masuk barang dan manusia. Misalnya, lokasi pelabuhan ikut menentukan besar kecilnya emisi produk yang akan di eksport ke luar negeri atau sebaliknya yang diukur dalam emisi carbon dioksida ( ekivalen). Hal lainnya adalah efisien tidaknya sistem bongkar muat barang dari pelabuhan ke kapal atau sebaliknya dari kapal ke pelabuhan.

Mekanisme pemindahan barang dari angkutan darat ke angkutan laut (loading port) untuk keperluan exsport atau pemindahan barang dari angkutan laut ke angkutan darat (discharging port) merupakan aktivitas utama dalam persoalan pelabuhan. Hal ini memerlukan infrastruktur fisik, antara lain gedung dan peralatan yang memadai guna proses pembongkaran hingga penimbunan container di lokasi yang telah disediakan. Aktivitas ini memerlukan peralatan yang tepat sesuai jenis dan kapasitasnya agar tercapai kondisi terbaik dalam perspektif waktu, biaya dan ramah lingkungan yang diukur besar kecilnya emisi yang dihasilkan akibat proses tersebut. Selain itu, efisien dan tidaknya aktivitas ini dipengaruhi oleh sistem yang digunakannya. Panjang pendeknya dalam proses ini disebut dengan dwelling time. Saat ini waktu tunggu layanan terkait dwelling time secara nasional adalah 3,7 hari. Durasi ini dipandang terlalu lama oleh pemerintah, sehingga perlu dilakukan tindakan efisiensi menjadi tidak lebih dari dua hari. Pendekatan yang memungkinkan untuk mengakomodasi hal ini, salah satunya adalah mengimplementasikan konsep green port dan smart port.

Pelabuhan Ramah Lingkungan

(5)

5 Pertama, pengelolaan peralatan dan fasilitas. Isu dalam kategori ini mencakup : (a) penerapan power management system untuk bangunan, jalan, dan lokasi penyimpanan. (b) pemakaian bahan bakar ramah lingkungan, antara lain Bahan Bakar Gas (BBG) atau Compressed Natural Gas (CNG), (c) pemakaian energi listrik untuk keperluan bongkar muat, (d) tersedianya fasilitas pengumpulan dan pengolahan limbah, (e) pemakaian energi terbarukan, (f) tersedianya gas power plants, (g) penggunaan lampu Light Emitting Diode (LED), (h) penggunaan solar cell sebagai sumber energi, (i) penggunaan freon ramah lingkungan untuk pendingin udara (air conditioning). (j) mengutamakan aspek keselamatan dalam bekerja.

Kedua, penghijauan. Isu dalam persoalan ini mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) memenuhi persyaratan Ruang Terbuka Hijau dan kewajiban yang terkait dengan lingkungan. (b) tindakan untuk mereduksi polutan. (c) melakukan penghijauan melalui penanaman pohon, misal satu karyawan menanan tiga pohon.

Ketiga, aspek lingkungan. Isu dalam hal ini adalah penerapan program lingkungan, yang mencakup : (a) program bina lingkungan. (b) minimalisasi penggunaan kertas di kantor. (c) gerakan hemat energi dan air. (d) menerapkan prinsip reduce, reuse, recycle. (e) mengelola limbah. (f) tersedianya fasilitas incinerator, (g) menggunakan Oily Water Separator (OWS) adalah alat yang mampu memisahkan air dari air buangan yang mengandung minyak sampai hasil pemisahaannya mencapai kurang dari 15 ppm.

Pelabuhan Cerdas (Smart Port)

Selain ketiga hal yang terkait dengan pelabuhan ramah lingkungan tersebut diatas, perlu mempertimbangkan untuk mengakomodasi prinsip pelabuhan cerdas (smart port) berupa otomatisasi di lokasi terminal, antara lain adalah : (a) otomatisasi sistem Combine Terminal Tractor (CTT). (b) gerbang otomatis saat kendaraan masuk maupun keluar dari terminal. (c) Automated Stacking Crane (ASC), dimana satu operator dapat mengoperasikan tiga sampai dengan empat ASC secara bersamaan yang dikendalikan dari menara. (d) menggunakan sistem lift otomatis on/off di docking station. Dengan sentuhan teknologi dan sistem yang efisien maka berpotensi mengurangi dwelling time di pelabuhan. Secara tidak langsung akan berdampak pada pengurangan biaya logistik dan berpotensi mejaga ketersediaan berbagai komoditas di seluruh wilayah Indonesia.

Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam kajian ini adalah sebagai berikut :

a. Pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan sudah seharusnya memberdayakan moda transportasi laut secara optimal, terutama untuk menjaga ketersediaan logistik di seluruh daerah di Indonesia dan menjaga kestabilan harga komoditas.

b. Kedua, untuk mengurangi dwelling time dapat diterapkan konsep smart port yang berbasis teknologi dan sistem yang efisien.

c. Ketiga, guna mengakomoadasi isu keberlanjutan yang telah dipublikasikan oleh pemerintah Indonesia maka dapat diimplementasikan pendekatan green, mulai dari perencanaan, pengadaan, proses konstruksi, dan operasional infrastruktur.

Daftar Pustaka

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : PM 51 Tahun 2015, Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.

(6)

6 Wulansari, N.Z.,2016, Analisis Kelayakan Pelabuhan Hub Nasional Guna Mendukung Konsep Tol Laut Indonesia.

https://www.bps.go.id/

Gambar

Gambar 1. Jumlah Pelabuhan Laut di Indonesia
Gambar 2. Keterkaitan Antara Kapasitas Terminal, Infrastruktur, dan Peralatan  Dalam Menurunkan Biaya Logistik

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ditemukan bahwa Permasalahan aspek komunikasi disini merupakan proses yang sangat penting untuk menentukan tujuan sebuah kebijakan, selama ini

Secara umum skema pengukuran pada alat AWLR ini sesuai dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu menggunakan rumus pengukuran jarak gelombang suara (lihat Persamaan 1)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan unsur fisik yang terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh Sinom; (2) mendeskripsikan unsur batin yang terdapat

1) Peneliti akan berusaha dengan maksimal untuk menerapkan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe benar salah berantai dengan baik, agar aktivitas

Perancangan dilakukan dengan membuat topologi jaringan dengan menggunakan software Packet Tracer dan sistem keamanan pada PT Rekayasa Industri dengan meneliti

Setiap kelompok peserta didik mempresentasikan kesimpulan tentang konsep yang telah mereka temukan tentang pengertian bahan pangan serealia dan umbi, pengertian makanan pokok,

Resistensi primer adalah keadaan resistensi terhadap OAT pada penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT sebelumnya atau telah minum obat anti

Kantor Layanan Lazismu Al Ummah mendukung penuh seluruh kegiatan Lembaga dan Ortom Muhammadiyah di Kalimantan Selatan berupa bantuan kegiatan,. diantaranya adalah