PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG
MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
KONSELING PRE OPERASI
Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.**
*) Dosen Akper Pamenang Pare
**) Perawat Magang RSUD Kabupaten Kediri–Kediri
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada individu. Tindakan operasi itu sendiri apabila tidak dipersiapkan dengan baik akan memiliki resiko pembedahan seperti terjadinya infeksi, perdarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perilaku pasien post operasi yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain static group comparisson. Populasi yang diteliti adalah pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri pada bulan Oktober-Desember 2012 sebanyak 28 orang dengan teknik samplingConvinience sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 -21 Mei dengan jenis penelitian pra Eksperimental dengan metode deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan lembar observasi dengan melakukan pengamatan dan kepada pasien.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien yang diberikan Konseling pre operasi akan berperilaku lebih baik daripada yang tidak diberikan konseling.
Berdasarkan hasil penelitian maka perlu peningkatan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam bentuk konseling agar bermanfaat bagi penyembuhan pasien.
Kata kunci:Konseling, Pre operasi, Perilaku, Post operasi
LATAR BELAKANG
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada individu. Tindakan operasi itu sendiri apabila tidak dipersiapkan dengan baik akan memiliki resiko pembedahan seperti terjadinya infeksi, perdarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian.
Adapun beberapa resiko pembedahan atau operasi adalah syok. Syok merupakan komplikasi yang sangat serius. Syok dapat digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenisasi seluler yang disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekskresikan produk sampah metabolisme kedua adalah perdarahan, jika tidak diatasi menyebabkan pasien jatuh pada kondisi yang sangat lemah dan tidak sadar yang menyebabkan kematian. Menurut hasil studi pendahuluan pada bulan oktober 2010 melalui metode tanya jawab oleh peneliti didapatkan 3 pasien post operasi. 2 diantaranya (66,6%) tidak tahu mengenai prosedur
operasi, sedangkan 1 pasien (33,4 %) tahu mengenai prosedur post operasi.
Perilaku post operasi pasien merupakan bagian dari fase operasi yang harus dilakukan pasien, perilaku ini meliputi; pasien mampu melakukan batuk dan napas dalam secara efektif, pasien mampu melakukan ambulasi dan melaksanakan aktivitas sehari-hari secara lebih awal, pasien menyatakan rasa sehat secara psikologis,yang lebih besar, dan pasien menunjukan kecemasan tentang nyeri yang lebih rendah. (Perry & Potter, 2002, dalam Brunner dan sudadart.: Buku Ajar Kepeawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC. Untuk itu adanya konseling pre operasi diharapkan dapat mempengaruhi keberhasilan ataupun mengurangi resiko kompliksi operasi. (Brunner & suddart, 2002)
memfasilitasi penyembuhan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. (Depkes RI, 2002). Maka dari itu konseling tentang pre operasi sangat diperlukan untuk membantu mengurangi rasa takut akibat tidaktahuan pasien dan akan mengurangi masa rawat di rumah sakit, mengurangi analgesik paska operasi dan dapat mematuhi aturan paska operasi. (Dalayon, 1994, dalam.: Long C. Barbara.: Keperawatan Medikal Bedah, Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Bandung
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan petugas kesehatan yang mempunyai pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude). Hal ini akan membantu pasien termotivasi untuk melakukan (practice) segala prosedur pre operasi yang dianjurkan. Selain itu mengingatkan perlunya peran pasien dalam melakukan prosedur pre operasi maka sebagai solusi dari kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi tersebut agar dapat berperilaku sesuai prosedur perlu dilaksanakan bimbingan konseling oleh perawat. Dari uraian tersebut diatas peniliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Perbedaan Perilaku post Operasi Pada Pasien
Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi di Ruang Seruni RSUD KabupatenKediri”.
Rumusan Masalah
”Adakah Perbedaan Perilaku post Operasi pada
Pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi di Ruang Seruni RSUD KabupatenKediri”?
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan perilaku post operasi pada Pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi di Ruang Seruni RSUD kabupaten Kediri
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
b. Mengidentifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi c. Menganalisa perbedaan perilaku post operasi
pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pra eksperimental yang digunakan adalahStatic group comparison. Desain Static group comparrison adalah jenis desain pra eksperimental yang melibatkan dua kelompok dimana satu kelompok diberi intervensi dan kelompok lainnya tidak dilakukan intervensi. Lalu dilakukan evaluasi pada akhir intervensi. (Nursalam, 2003).
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel independen konseling pre operasi dan variabel dependen perilaku Post operasi pasien fraktur
Penelitian dilaksanakan di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri, pada Oktober-Desember 2012.
Populasi penelitian ini adalah pasien pre operasi di Ruang Seruni RSUD Kabupaten Kediri pada bulan Mei 2011 yang ada sebanyak 28 orang. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian pasien pre operasi di Ruang Seruni RSUD yang sesuai dengan kriteria baik inklusi maupun eksklusi. Dengan cara pengambilan sampel multistage sampling yaitu penentuan sampling secara bertahap,yaitu teknik convinence sampling dan purposive sampling . Convinence sampling adalah pemilihan sampel dengan mencari subyek yang kebetulan ditemui ditempat dan waktu yang bersamaan pada pengumpulan data. Setelah subyek ditemui kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok sampling ,yaitu yang diberi konseling dan yang tidak diberi konseling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kehendak peneliti (Notoatmodjo, 2008).
Cara pengumpulan data menggunakan lembar observasi, yang kemudian dilakukan analisis data. Instrumen penelitian dirancang oleh peneliti berdasarkan kajian teori.
Hasil Penelitian
Data Umum
1. Usia Responden
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden yang diteliti 4 responden dengan umur 16 - 25 tahun, 4 responden dengan umur 26 - 35 tahun, 2 responden dengan umur 36– 45 tahun, dan 4 responden dengan umur 46 - 65 tahun.
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden yang diteliti yang berpendidikan tamat SD sebanyak 4 responden dan 3 responden tamat SMP, dan 7 responden tamat SMA. Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa responden paling banyak yang berpendididkan tamat SMA.
3. Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 14 responden yang diteliti laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Responden perempuan berjumlah 4 orang , sedangkan laki-laki berjumlah 10 orang.
Data Khusus
1. Identifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
Tabel 1 : Skor Perilaku Pasien Post Operasi Yang Tidak Dilakukan Konseling di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 7 responden yang diteliti jumlah dari skor keseluruhan yaitu 630,00. Nilai Mean 90,00 Median 90,00 dan Standart deviasi 31,62278
2. Identifikasi perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi
Tabel 2 : Skor Perilaku Pasien Post Operasi Yang Mendapatkan Konseling di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011
No Responden Skor perilaku yang dikonseling
1 260
2 220
3 280
4 210
5 230
6 200
7 210
Total 1610
Mean 230
Median 220
Standart Deviasi 29,43920
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 7 responden yang diteliti jumlah dari skor keseluruhan yaitu 1610. Nilai Mean 230 Median 220 dan Standart deviasi 29,43920.
3. Analisa perbedaan skor perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi.
Tabel 3 : Perbedaan Skor Perilaku Pasien Post Operasi pasien fraktur Yang Mendapatkan Konseling dan
No Responden Skor perilaku yang tidak dikonseling
1 110
2 140
3 40
4 90
5 100
6 80
7 70
Total 630,00
Mean 90,00
Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi di Ruang Seruni RSUD Pare Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nampak bahwa terjadi perbedaan pengetahuan responden. Dengan uji statistik deskriptif di peroleh responden yang tidak dilakukan dilakukan konseling nilai mean 90,00 nilai median 90,00 dan standart deviasi 31,62278. Dan pada responden yang dilakukan konseling nilai mean 230,00 nilai median 220,00 dan standart deviasi 29,43920. Nilai perbedaanya menunjukkan nilai mean 150,00 nilai median 140,00. Hal ini menunjukkan ada perbedaan Skor Perilaku Post Operasi Pasien Fraktur Yang Mendapatkan Konseling Dan Yang Tidak Mendapatkan Konseling Pre Operasi Di Ruang Seruni RSUD Kab Kediri
Pembahasan
1. Perilaku post operasi pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
Dari hasil penilitian yang dilakukan, diperoleh hasil dari 7 responden yang tidak mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung kurang sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 110, 140, 40, 90, 100, 80, 70.
Perubahan perilaku dibentuk oleh ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessbility of information), (Snehandu B. Kar, 1983). Dalam teori ini dengan kurangnya informasi yang didapatkan pasien dapat mempengaruhi perilaku dan pengetahuan yang seharusnya didapatkan.
Menurut peneliti, perilaku post operasi pasien yang tidak mendapatkan konseling pre operasi masih kurang, hal ini disebakan kurangnya informasi yang diperoleh pasien dari perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan informasi mengenai prosedur/perilaku post operasi.
2. Perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling pre operasi
Dari hasil penilitian yang dilakukan, diperoleh hasil dari 7 responden yang mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung lebih banyak/sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 260, 220, 280, 210, 230, 200, 210.
Menurut Lawreence green (1980) pembentukan perilaku salah satunya dibentuk oleh faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam teori bahwa dengan adanya sikap dan perilaku dari petugas kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan berupa konseling, diharapkan dapat mengubah perilaku pasien.
Menurut peniliti, perilaku post operasi pasien yang mendapatkan konseling pre operasi sudah sesuai dengan prosedur. Hal ini disebabkan karena informasi yang didapatkan pasien lebih lengkap dan metode yang dipakai lebih dapat memberikan solusi terhadap permasalahan pasien.
3. Perbedaan skor perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pada responden yang diberikan konseling, melakukan perilaku post operasi yang lebih banyak. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor pada 7 responden sebesar 260, 220, 280, 210,230,200,210 sedangkan pada pasien yang tidak diberikan konseling, melakukan perilaku post operasi yang lebih sedikit. Sedangkan dari 7 responden yang tidak mendapatkan konseling pre operasi melakukan prosedur/perilaku post operasi yang cenderung kurang sesuai prosedur, hal ini dibuktikan dengan perolehan skor sebesar 110, 140, 40, 90, 100, 80, 70.
Sedangkan menurut Lawrence green (1980) perilaku dibentuk oleh salah satunya faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Menurut peneliti, perilaku post operasi pasien yang mendapat konseling dan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi sangat berbeda. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang didapat pasien dari perawat masih kurang dibandingkan dengan yang diberikan oleh peneliti karena informasi yang diperoleh dari konseling dan metode yang digunakan seperti pasien diberikan leaflet dapat mempengaruhi perilaku pasien sehingga pasien tahu apa yang harus dilakukan setelah menjalani operasi.
Kesimpulan
1. Perilaku pasien fraktur yang tidak mendapatkan konseling pre operasi menunjukkan bahwa dari 7 responden yang diteliti jumlah dari skor keseluruhan yaitu 630,00. Nilai Mean 90,00 Median 90,00 dan Standart deviasi 31,62278. 2. Perilaku pasien fraktur yang mendapatkan
konseling pre operasi menunjukan bahwa dari 7 responden yang diteliti jumlah dari skor keseluruhan yaitu 1610. Nilai Mean 230 Median 220 dan Standart deviasi 29,43920.
3. Perbedaan skor perilaku post operasi pasien fraktur yang mendapatkan konseling dengan yang tidak mendapatkan konseling pre operasi nilai perbedaanya menunjukkan nilai beda mean 150,00 nilai median 140,00 dan skor total menunjukan perbedaan 980,00.
Saran
1. Lakukan koseling sesuai standart operasional yang telah ditetapkan pada setiap pasien yang akan di operasi dengan menggunakan
metode dan media yang lebih menarik, sehingga pasien tidak hanya tahu secara pengetahuan tetapi juga akan meningkatkan sikap dan psikomotor pasien dalam melakukan perawatan setelah operasi.
2. Lakukan pembinaan dan pelatihan tentang konseling secara berkala kepada perawat sehingga dapat meningkatkan kemampuan pelayanan yang diberikan
3. Lakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hasil penelitian yang telah ada dengan melakukan berbagai perbaikan di dalam metode penelitiannya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan suddart. (2002). Buku Ajar Kepeawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.
Long C. Barbara. (1996).Keperawatan Medikal Bedah, Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Bandung. Notoadmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam dan Pariani, S. (2001). Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
R. I. Depkes. (2001).Tenaga Kesehatan. Jakarta. Tamsuri, Anas. (2006). Komunikasi Dalam
Keperawatan. Jakarta: EGC