GRAD DS 646 . 47 .W461 2007
Cjar
ah
&
Kebudayaan
Minahasa
JESSY
WENAS
O
F
M
E
O F MV
E
R
S
I
T
SI TW
E
U
N
T
,
C
H
I
G
A
N
S V UH
I
G
A
N
I K I CIES
H
I
L
L
I
A
R
I
E
S
SEJARAH
DAN
KEBUDAYAAN
MINAHASA
SEJARAH
DAN
KEBUDAYAAN
MINAHASA
Oleh : Jessy Wenas
Penerbit :
GRAD
DS
64647
,W461
2007
Sejarah dan Kebudayaan Minahasa
Terbitan Pertama, April 2007
Lay Out dan Design Cover : Djery Warokka
Dilarang memperbanyak karya tulis ini tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Hak cipta dilindungi oleh Undang -Undang
Diterbitkan oleh :
GRAD NPACY100 seasi
07 - 21 - 08
N A LASAMBUTAN
GUBERNUR
SULAWESI UTARA
Seorang putra daerah telah menyusun buku sejarah dan kebudayaan Minahasa. Sungguh suatu upaya yang wajar diberi pengakuan serta penghargaan yang tinggi dari masyarakat Minahasa dimana pun mereka berada di dunia ini. Persembahan karya penulis menggambarkan kepedulian dan cinta mendalam akan bumi serta penduduk di dan dari Minahasa yang kita cintai.
Penulis Jessy Wenas dan saya termasuk keturunan Lukas Wenas, pemimpin walak yang hidup pada tahun 1808 - 1881. Ketika muda saya sempat tinggal di rumah opah Herman (Herman Jacob Wenas) (Keturuna Lukas Wenas lainnya ) dan Oma Roos ( Rosalia Helena Pande -Iroot) serta beberapa cucu mereka. Opa Herman senang mendata silsilah Wenas dan ini diturunkan pada salah satu putrinya . Jessy sering hadir pada acara kumpulan Wenas , banyak mendengar dan mencatat sejarah keluarga dan cerita tradisi Minahasa . Salah satu hasil adalah ceritamengenai silsilah keluarga dimulai dariLukasWerwerWenas yang diterbitkan oleh keluarga J. A . W .I. Rotinsulu - E . M . L . Rotinsulu -Wenas (putri Opa Herman ? oma Roos) . Dedikasi Jessy sebagaiputra Minahasa yang ingin menunjukan propinsi Sulawesi Utara dengan
a sendiri, yaitu mengamati dan membagi hasil pengamatannya kepada khalayak ramai, tidak diragukan lagi. Kita telah membaca tulisannya seputar hidup dan kehidupan manusia Minahasa dimedia massa . Kita juga melihat keterlibatannya menjadi juri dalam berbagaimacam festivalbudaya Minahasa serta menyaksikan semangatnya ketika berdikusi tentang kebudayaan Minahasa .
Kulminasi dari pengamatan dan kecintaannya dituangkan dalam satu karya berjudul Sejarah dan Kebudayaan Minahasa - Catatan Seorang Putra Daerah . Hendaknya buku ini dapat dibaca oleh sebanyak mungkin warga Minahasa dan mereka yang sudah sempat jatuh hatipada daerah dan warga Minahsa . Juga diharapkan agar karya inibisa mendapat tempat di sebanyak mungkin
perpustakaan pribadi, umum , instansi pendidikan dan di mana saja di seluruh Indonesia .
Alangkah indahnya jika lebih banyak lagi penulis Minahasa muncul dengan beraneka karya tentang masa lalu serta proses perkembangan selanjutnya di bidang kegiatan kehidupan apa pun dari suku bangsa ini. Dengan demikian masyarakat Minahasa khususnya dan bangsa Indonesia umunya dapat lebih mengenal asal usul serta jati dirinya sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya . Ada orang Minahasa yang tidak mengetahui sejarah maupun kebudayaan mereka sendiriwalaupun mereka bertempat tinggal diMinahasa . Ada juga Manado " kaart ", atau mereka yang lahir dan dibesarkan di luar Minahasa , dan tidak pernah sempat mengunjunginya . Untuk mereka , buku ini akan membantu mengisi kekosongan yang ada ,
sekaligus membantu untuk lebih menghargai diri sendiri dan merasa bangga sebagai orang Minahasa .
Akhirnya perkenankanlah saya atas nama semua orang Minahasa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan menyampaikan penghargaan setingi- tinginya atas prakarsa dan usaha untuk menerbitkan karya buku yang sungguh sangat bermanfaat bagi masyarakat Minahasa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya .
12 April 2007
Gubernur Sulayesi Utara , pa
WESTUD
Drs . Sinyo H . Sarundajang‘Demi Kebudayaan '
Sambutan oleh Bpk. Benny J. Mamoto
Budaya suatu masyarakat — di dalam mana senimenjadi salahsatu lokomotif utama pembentukannya — merupakan penentu kualitas bahkan kadar
kebahagiaan manusia -manusia dalam masyarakat itu . Budayanyalah yang
akan menentukan kualitas politik suatu negara serta daerahnya , sehatnya sistem demokrasi, tegaknya penegakan hak asasi manusia , kerukunan antargolongan masyarakat,berkembangnya sistem hukum yang lebih benar, adil, tertib dan berkepastian . Demikian halnya dalam bidang ekonomi,sejarah
sejumlah bangsa maju telah membuktikan betapa nilai-nilaibudayanya telah
berperan sangat determinan dalam membangun sumber daya manusianya yang lebih produktif dan inovatif meskipun di tengah keterbatasan sumber daya alamnya .
Sedemikian besar dan pentingnya peran kebudayaan , namun sayang sekali sedemikian pula ia
sangat sering tak memperoleh perhatian yang memadai. Seni budaya terlalu sering hanya
diperlakukan sebagai“ faktor tambahan ”, faktor yang nanti diberi perhatian belakangan , setelah
semua perhatian , dana dan tenaga tercurah pada aktivitas ekonomimaupun politik yang serba
mahal dan menyita segenap perhatian . Sehingga seni budaya yang tumbuh umumnya hanya
sebatas budaya pop (pop culture ) yang kita sangat tak bisa diharap berlebih untuk menjalankan peran mulia dan strategisnya sebagai penumbuh kualitas masyarakat, sebab senibudaya pop tersebut sepenuhnya diarahkan oleh dan untuk kepentingan pasar. Sementara kegiatan seni budaya yang lebih serius terus terlalaikan , atau terlalu kurang dikembangkan dan difungsikan
secara cukup berarti.
Bertolak dari kenyataan yang memprihatinkan itulah kami bersama teman -teman selama
beberapa tahun terakhir inibersatu hatimelakukan sedapat yang kamibisa , demimembangun kebudayaan . Kebudayaan dalam makna dan fungsinya yang hakiki.
Suatu gerakan kebudayaan — yang antaranya ditandai serangkaian program penelitian , seminar dan simposium , konservasi dan dokumentasi, pelatihan /workshop , apresiasi seni dan festival/ lomba yang meliputi setiap cabang seni tradisional Sulawesi Utara — kami tujukan tak lain
untuk melestarikan dan mengembangkan senibudaya warisan leluhur yang di atas mana dapat
dibangun secara lebih kokoh kebudayaan generasi hari ini dan generasi-generasimendatang.
Buku Sejarah & Kebudayaan Minahasa karya Jessy Wenas, yang tersaji di hadapan Pembaca yang kami muliakan , ini adalah wujud dari upaya kita bersama mendokumentasikan serta
melestarikan kebudayaan warisan leluhur kita .
Bila di masa lampau orang Minahasa telah terbukti unggul di hampir setiap bidang kehidupan
dibandingkan dengan umumnya etnis lain di seluruh Nusantara , nilai- nilai budaya apa saja yang melatarbelakanginya ? Sejumlah nilaibudaya tradisional Minahasa sangatlah relevan dan penting untuk dihayati serta dilestarikan generasi kini dan nanti. Sebut sebagai misal, nilai-nilai budaya tumani o rumapar (keluar dari kampung halaman untuk membuka lahan penghidupan
semangat outward looking yang merupakan syaratmentalitas untuk bisa ungguldi era globalisasi. Pendek kata , tak putus-putusnya kamimengajak kita semua , siapapun kita dan dari latarbelakang apapun kita , mari bersama- sama membangun kebudayaan daerah kita tercinta untuk membangun bangsa serta kemanusiaan universal.
KATA PENGANTAR
Seni dan Budaya Minahasa banyak mengalami perubahan ketika Minahasa memasuki alam modernisasi abad 18 . Penulis DR . Hetty Palm mengemukakan analisanya , bahwa tidak ada
daerah di Indonesia yang kebudayaan aslinya begitu cepatmenghilang seperti yang terjadi di
Minahasa .
Oleh karena itu penulis menempatkan tulisan Seni Budaya Minahasa dalam kerangka Sejarah
Dari Jaman Purba hingga Masa Kini, agar tahap - tahap perubahan masyarakat Minahasa lebih mudah dapat di identifikasi.
Pada mulanya buku ini merupakan bahagian dari buku Sejarah Maesa atas prakarsa Ny, Poppy Suhandinata - Tumengkol, kemudian dikoreksi oleh Keluarga Besar J .A . W .I (Dolf) Rotinsulu -E . M .L . (Dede ) Wenas. Kemudian atas saran dan dana dari Benny J. Mamoto dan isteri Iyarita
W .Mamoto -Mawardi, karya tulis dengan judul“ Sejarah dan Kebudayaan Minahasa ” ini diterbitkan .
Anak -anak saya , Ingkit, Ina dan Nopo beserta isteri Winny, banyak memberi motifasi lahirnya Karya tulis ini. Dan kepada semua pihak yang telah membantu mewujudkan karya tulis saya dalam bentuk buku ini, saya ucapkan banyak terima kasih .
Jakarta , 5 April 2007
Penulis
DAFTAR ISI
. . . .. . . .
Bab
1 .
LINGKUNGAN HIDUP
...
a . Pegunungan
. . . .b . Sungai dan Danau ...
c . Pulau -pulau ...
d. Tanjung, Teluk dan Pantai
...
0 00 ... . ... ..
Bab 2 . POPULASI DAN MIGRASI ...
a . Populasi Purba
b . Sub -etnik Utama ...
c . Sub -etnik Minoritas ...
d . Sub - etnik Imigran
...
...... ...
Bab 3 . SEJARAH .... ...
a . Jaman Pra Sejarah ...
b . Jaman Purba ....
c . Jaman Portugis - Spanyol ...
d . Jaman Belanda
e . Jaman pendudukan Jepang ( 1942- 1945)
f. Jaman Hindia Belanda 1945 -1950
g . Jaman Kemerdekaan Republik Indonesia
...
. .. .. . .. . .. .. . .. ... . .... .... ...
Bab 4 .
SENI DAN BUDAYA
...
a . Religi keagamaan ( Ethnic Religion ) ...
b . Organisasi Masyarakat ...
c . Bahasa ... ... ... ... ... ... ...d . Sistem
Ilmu Pengetahuan ...
e . Sistem Mata Pencaharian
f. Teknologi Peralatan
.. .. .. ...g . Kesenian
.. . .. . ..
....a
. . . .
Bab 5 .
Misi KRISTEN DI MINAHASA
...
a . Misi Agama Kristen
. .. . .. . .. .. . .. . .. ..b . Pendidikan dan Sekolah Kristen
. ...
... 130
III ... .. ... 10 . 00 . 1010000000000000000000000000000000 ... .
Bab 6 .
LINGKARAN HIDUP
a . Kelahiran Bayi
...
b . Perkawinan ...
Bab 7 . KESEHATAN
... 151 . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. .. . . 154 155 ... .. 155 .. . . . 155 .. !!.. On uBab
8 .
FAUNA DAN FLORA
FAUNA
a. Serangga
... ...
b . Binatang Terbang ...c . Binatang Berkantung ...
d . Binatang Menyusui
e . Binatang melata
f. Ikan
.. .. . .. . .. . .. 158 ... 158.. ...
.... ..
159 . . . . 161 FLORA ... . ... 162 IIIIIIIII ... .. .. ... .. 000 . 000. 000 . 000 . 00 0 . 000 ... . 168 .. .... 170 ... .... 171 173 Bab 9 . MINAHASA MASA KINI ....a . Misi Kristen
b . Kesenian
...
c . Peternak , Petani dan Perikanan
d . Berburu binatang liar ...
e . Pengobatan Alternatif dengan Upacara Adat
f. Pariwisata taman Purbakala .... ...g . Daerah Administratif
.... .. ... 175... 175
176
.... 176Daftar Pustaka
1. LINGKUNGAN HIDUP
Minahasa yang dulunya disebut Malesung terletak di P . Sulawesi bagian utara pada posisi 0°
55' sampai 1° 55' Lintang Utara, dan 124° 20 ' sampai 125° 22' Bujur Timur 1) (GAMBAR 1). Luas
tanah Minahasa sekitar 5 .273 km2, termasuk di dalamnya kota administratif Bitung (luas = 300
km2) dan kota Madya Manado (luas = 300 km2). Batas utara dengan kabupaten Kepulauan
Sangihe -Talaud, batas selatan dengan kabupaten Bola 'ang -Mangondouw , batas Timur dengan
lautMaluku, dan batas barat dengan laut Sulawesi.
n peta jelas terlihatbahwa batas timur, barat dan utara adalah lautan . Orang Minahasa
pertama datang ke tanah Minahasa pada jaman purba dari arah lautan , dan dari arah lautan
juga datangnya bangsa -bangsa asing seperti dari Cina mulai abad ke - 7, dari P. Jawa abad ke
13 (jaman kerajaan Majapahit), dari Eropa bangsa Portugis abad ke - 15 , dari Spanyol abad ke
16 dan dari Belanda abad ke -17 .
Naik perahu layar dari kota Manado ke Filipina hanya memerlukan waktu dua hari dua malam
berlayar ke arah utara ; waktu yang sama bila berlayar ke timur, akan mencapai P . Tafure dan P .
Mayu , setengah perjalanan ke Ternate .
Tahun 2001 Kabupaten Minahasa mulai dimekarkan yang kemudian terbagi menjadi Kab .
Minahasa , Kab. Minahasa Utara, Kab . Minahasa Selatan , Kota Tomohon dan Kab . Minahasa
Tenggara .
Luzon
THAILAND
VIETNAM
BURMAN
VIETNAM
R PHILIPPINES
Indonesia
International boundary National capital Railroad Road trang Andaman Sea .Philippine
Sea
God- Mànhto
seº :
".
200 400 kilometerNeorea 09 400 Mdes Thailand Nathons Thammarat SPRATLY . Palawan ISLANDS Ichi na Sulu Sea Mindanao Kudur PALAU Kata Bahar Banda Aceh
andar Seri Begawan BRUNET AYSIA
MALAYSIA
Celebes See PACIFICOCEAN
de SINGAPORE Singapore Molucca Soa Tamat Halmahera Equator alima Se BenjamGREATER SUNDA ISLANDS
Jakarta 1 Java Spa
batu Banda Soa
INDIAN
OCEAN
Arafura Sea Weingapu TimorSumo Timor Sea
Christmas Island
AUSTRAUR LESSER SUNDA ISLANDS
Ashmore and
Cartier Islands AUSTRAUV
AUSTRALIA
Boundary representation isS orter 100Gambar 1 . Peta
A . PEGUNUNGAN
Tanah Minahasa berbentuk pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan. Pegunungan terpanjang disebutpegunungan Lembean , terbentang mulai dari Kema di Tonsea dan berakhir di Belang, daerah Ratahan . Banyak di antara gunung itu masih tergolong gunung berapi aktif dan masih mengeluarkan asap . Di sebelah utara terdapat G . Kalabat yangmempunyaiketinggian 2 .021 meter dari permukaan laut dan adalah gunung tertinggi diMinahasa yang bukan gunung
berapi.
Gunung Rua Matuari berbentuk lengkungan karena mempunyai dua puncak gunung ( tinggi 1 . 338 meter) dan dikenal juga dengan nama G Dua Sudara. Sekitar 3 abad yang lalu , mulai tanggal 29 Januari sampai tanggal 9 Februari 1694, gunung ini meletus dan mengguncangkan seluruh Sulawesi bagian utara 3). Langit Sulawesi bagian utara dari Gorontalo sampai Ternate tertutup awan debu selama seminggu , dan letusan -letusan gunung ini terdengar sampai ke
Ambon yang berjarak 95 mil laut. Sekarang gunung ini nampak tenang dan menghijau , tapi kalau kita menggali tanah sekitar tiga jengkal dikakigunung iniseperti diwilayah kota administratif
Bitung, maka kita masih dapat melihat lapisan pasir tebal dan berlapis -lapis , yang diakibatkan
hujan pasir selama seminggu lebih yang menimbun wilayah itu . Di sebelah utara gunung ini juga terdapat daerah bekas-bekas lahar hitam yang membentuk bukit sehingga disebut G Batu Angus (699 m ) karena terlihat sepertibatu yang hangus ;mungkin telah meletus berabad -abad yang silam sebelum abad 17 .
Gunung lainnya adalah G Empung yang bersebelah dengan G Lokon ( 1598 m ). Dibandingkan dengan G . Lokon , G . Empung terlihat puncaknya seperti terpotong ; diperkirakan telah meletus di jaman purba sehingga kehilangan puncak gunungnya . Di G . Lokon ,kawah lubang api terletak
di kaki gunung , dan tidak terletak di puncak gunungnya. Sampai sekarang gunung tersebut ini masih menyemburkan debu ke udara sampai setinggi 5 km .
Dua buah gunung di dekat G . Lokon bernama Kasehe dan Tatawiran termasuk bukan gunung berapi. Ke sebelah timur terdapat dua gunung yang lebih kecil bernama Mahawu (1265 m ) dan Masarang ( 1200 m ). G . Mahawu memiliki lubang kepundan yang menghasilkan belerang, dan
sekali -sekali juga meletus , seperti pada tahun 1958 .
DiMinahasa Tengah terdapat G . Tolangkouw (992 m ), G Tampusu (1. 173 m ), dan G Kaweng yangmempunyai dua puncak gunung dengan tinggi 1.049 meter serta G . Kawatak (1 .209 m ). Pada jaman lampau , puncak gunungnya disebut Sinayawan, artinya tempat roh leluhur yang meninggal naik ke surga di langit 4). Pegunungan Lolombulan memiliki tiga puncak gunung : yang tertinggi bernama Sinonsayang ( 1.425 m ), lalu G Tonderukan (1495 m ) dan G . Kililonde ( 1470 m ), dimana ketiga -tiganya terdapatmata air panas . Di lokasi ini terdapat batu suci orang Minahasa jaman tempo dulu yang disebutWatu Pinawetengan / Batu Pinawetengan . Diwilayah selatan Minahasa terdapat G Soputan ( 1.818 m ) yang meletus hebat tahun 1832 , merusak tanaman diMinahasa selatan sampai Mangondouw dengan abu panas dan hingga sekarang ini masih sering menyemburkan api dan debu.
Satu - satunya dataran rendah yang agak luas diMinahasa terletak di antara kaki G . Kalabat dan kaki G .Mahawu ,memanjang dari timur ke barat, dariKemake- kota Manado . Dengan banyaknya gunung api di Minahasa , maka tanahnya termasuk yang paling subur di kawasan Sulawesi Utara dibandingkan dengan daerah sekitarnya .
Arti beberapa nama gunung yang terkenal diMinahasa adalah sebagai berikut. Dua Sudara
artinya kakak adik dua bersaudara , yaitu Dewi Kourensina' dan Dewi Siwinpili, yang selalu bertengkar karena memiliki satu suamiyakni Dewa Pangerapan 5). Gunung Kalabat asal nama
hewan liar babi-rusa yang disebut Kalawatan ; nama lain adalah G . Tamporok ( tanu = seperti ; porong = topi) karena bentuknya yang seperti topi tertelungkup . Lokon artinya besar nama dan
besar suara , maksudnya bersuara rendah (bariton ), mungkin diambil daribunyi gemuruh dari lubang api gunung ini. Mahawu mempunyai asal kata Awu yang artinya abu (karena suka menyemburkan abu ). Masarang asal kata Sarang artinya gelambir mahkota ayam janta
Tampusu asalkata Pusu ', artinya jantung pohon pisang, karena bentuknya seperti jantung . Lolombulan asal kata Lolo = melihat ke atas, maksudnya tempat melihat bulan purnama. Tolangkouw asal kata Langkouw artinya sapi hutan Anoa , menjelaskan wilayah gunung ini adalah tempat sapi hutan melintas menyeberang ke utara atau ke selatan . Soputan asalkata Seput artinya menyemprot, maksudnya menyemburkan api. Ada pegunungan yang disebut Wulur Mahatus, asal kata atus artinya seratus . Pegunungan ini tidak memiliki puncak gunung
tertinggi, tetapi terdiri dari puluhan gunung - gunung kecil yang sama tinggi sehingga sulit dise
butkan ketinggiannya . B . SUNGAI DAN DANAU
Apabila ada gunung tentu ada sungai, karena air hujan yang jatuh ke pegunungan akan mengalir ke lautan melalui sungai. Ada sungaibesar, sungaikecil, dan ada juga anak sungai. Sungai yang terpanjang bernama Ranoyapo singkatan dari kata Rano lapo artinya air dari dewa leluhur (maksudnya Dewa To 'ar dan dan DewiLumimu ’ut yang menurunkan orang Minahasa ) karena hulu sungai iniberasal dari pegunungan WulurMahatus tempat kediaman kedua leluhur pertama Minahasa tersebut. Sungai yang panjangnya 53 ,80 km ini,mengalir ke barat dan bemuara di teluk Amurang . Sungai yang nomor dua panjangnya di Minahasa juga berlokasi diwilayah ini,
yakni S . Poigar (50 , 40 km ). Nomor tiga adalah S . Tondano (41, 10 km ), dari D . Tondano bermuara
di kota Manado . Ketiga sungai terpanjang di Minahasa ini bermuara di pantai Barat, yang menunjukkan bahwa letak pegunungan di bagian timur Minahasa , lebih tinggi dari bagian
baratnya .
Dua buah sungai yang mengalir ke arah Utara yang berasal dari kaki G Kalabat adalah sungai Talawa 'an (31,70 km ) dan sungai Likupang (21, 20 km ). Keduanya terletak diwilayah Tonsea Sungai-sungai kecil atau anak -anak sungai yang airnya mengalir ke sungai Likupang adalah sungai : Matoro , Wangurer, Taimaselah , Kaweruan , Kokoikoian ,Winurer, Wawayongan , Molmol, Kamanga, Toto 'oren , Wariwowoh, dan Kokoleh Kecil. Sungai-sungai kecil yang mengalir ke
Minahasa Utara dan bermuara di selat Bangka adalah : Madidih , Batu, Marowung, Maen ,
Pangisan, Marinsouw , Kalinoan , Sapiran , Araran, Batu Putih , dan Aerprang. Dari nama- nama sungai ini terlihat ada dua sungai yang telah memakai bahasa Melayu Manado yakni Batu Putih artinya batuan kerang atau karang warna putih dan Aerprang maksudnya mengambil air untukberperang (dari jaman perang dunia pertama,ketika kapal perang Jerman mengambil air minum di tempat itu ).
Sungai-sungai yang mengalir ke arah barat laut yang terletak antara Likupang dan S . Tondano di Teluk Manado adalah : Tiwoho, Tinaman , Paniki, termasuk juga S . Talawa 'an. Sungai Tondano
yang mengalirke kota Manado adalah termasuk sungai legendaris yang memiliki cerita rakyat
mengenaikedatangan orang-orang Cina jaman kaisar Kubilai Khan di Cina ? abad ke - 13 . Mereka disebut Tounipus , artinya manusia berekor,maksudnya kaum prianya memakai rambut panjang yang dianyam di belakang kepala , sehingga nampak seperti ekor. Mereka telah berperahu sampai Tanggari dan naik ke tepi D . Tondano .
Antara S. Tondano di Manado dan sungai Ranowangko di Tanawangko terdapat sungai-sungai kecil bernama : Sariow , Malalayang, Ranorepet, Tateli, Mokupa, dan Tambala . Yang terkenal dari ke - enam sungai ini adalah S . Sariouw yang memiliki cerita rakyat gadis mutiara bernama
Simban Sariouw (Simban artinya kulit mutiara ) 8). Gadis inimenikah dengan lelaki yang suka
berlayar ke utara bernama Sangian Lawanan yang kemungkinan besar berasal dari P. Sangihe
abad ke- 14 . Sungai-sungai kecil yang mengalir ke pantai antara S . Ranowangko di Tanawangko dan S . Minanga di teluk Amurang adalah sungai : Mange Tasik (artinya pergi ke laut), Rona , Po 'opo (artinya pohon kelapa ), Kumu , Kilat, dan Popareng. Sungai-sungai kecil antara S .
Ranowangko di Tanawangko dan sungaibesar Ranoyapo adalah sungai Rano Tua 'na yang
berair deras, Pentu , dan Ranomea (artinya sungai yang banyak terdapat capung terbang). Sungai-sungai kecil yang terdapat di antara sungai besar Ranoyapo dan S . Poigar di pantai barat Minahasa Selatan adalah : Moinit, Liwason , Tongop , Lolowing, Molinow , dan Sidate . Kita beralih ke pantai Timur Minahasa dengan nama-nama sungai yang mengalir ke laut Maluku , mulai dari wilayah utara dekat Kema sampai ke perbatasan pantai Mangondouw di selatan . Mulai dengan sungai Girian, Tasik okih , Sawangan, Kema, Lilang makalisung, Tinggian , Wulo , Tula ’un , Kawis, Kamenti, Pakaretan, Pinanungean, Atep , Parentek , Tarandi, Karor, Makali, Malompar, Basan , dan Totok sampai Buyat.
Nama-nama sungai di Minahasa ini diambil dari data tahun 1898 tulisan N . Graafland 9 . Danau Tondano mempunyaibanyak sungai-sungai kecil yang airnya mengalirke dalam danau. Sungai sungai itu ada yang telah mengering , sedangkan yang masih ada sekarang adalah sungai : Koya , Tombokoi, Leleko , Panasen , Linouran , Toulumuten , Atep , Taweng, Tounipus, Na'ayamen , Ranomerut, dan Sumalangka. Dalam beberapa buku mengenai Minahasa sekarang ini, ada sungai- sungai yang telah berganti nama.
Duah buah sungai besar yang memiliki air terjun adalah S . Tondano yang mengalir dari D . Tondano , kemudian membentuk air terjun di Tanggari yang disebut Tutu 'unan . Air terjun yang sekarang dinamakan " Air Terjun Tonsea Lama" ini digunakan sebagai pembangkit listik tenaga air untuk seluruh Minahasa . Sungai lainnya adalah S . Minanga yangmengalir dari Sarongsong ,
Tomohon , melalui desa Timbukar kemudian membentuk air jatuh di Pinaras (asal kata Pina 'timperas artinya percikan air yang jatuh ke bawah ).
Danau terbesar di Minahasa adalah D . Tondano yang ketika ukurannya diambil tahun 1898 mempunyai panjang 15 km dan lebar 6 ,75 km 10). Bentuknya bulat seperti penampang buah
mangga . Di danau ini hidup ikan langka yang jarang ditemukan di dunia , disebut Payangka berwarna merah hitam kuning. Juga hidup udang kecil disebut Wahor yang termasuk jenis
udang laut yang hidup di danau .
Danau nomor dua besar terdapat di perbatasan Minahasa dan Bola 'ang-Mangondouw bernama D . Moat; dalam ceritera Minahasa disebut Tasik Tondei. Bahagian utara danau inimasuk wilayah Modoinding Minahasa Selatan , dan selatannya masuk wilayah Mokitompia , Bola 'ang Mangondouw . Ikan khas danau ini adalah belut berukuran besar. Menurut legenda Minahasa -Tonsea 11) di danau inilah leluhurpertama Minahasa To 'ar dan Lumimu'ut telah berjalan berkeliling danau ke arah yang saling berlawanan , kemudian bertemu di satu titik untuk kemudian menjadi suamiistri.
Danau ketiga adalah D . Linouw yang terdapat di atas negeri (= desa ) Sonder,Minahasa Tengah . Airnya kadang berubah warna, dan hasil tangkapan dari danau ini disebut Sayok (sebenarnya Sayok bukan termasuk jenis ikan tetapi larva capung yang hidup di dalam air dalam jumlah
banyak, bila tertangkap akan nampak seperti udang, dan orang memasaknya seperti memasak udang ). Banyak lagi danau kecil di Minahasa tapi sudah mengecil,bahkan m
kemarau , seperti D . Wulilin di Tonsawang dan D . Linou Pali' di G . Masarang. C . PULAU - PULAU
Tanah Minahasa dikelilingi oleh pulau- pulau kecil yang jika dijumlahkan luasnya mencapai 169
km2. Tanah Minahasa terdiri dari Tanah Jasirah Kalabat di bagian utara , Tanah Masif Wawo di
bagian tengah , dan Tanah Masif Manimporok dibagian selatan . Lebar tanah Minahasa adalah
67 km dari Tanjung Pasir Putih di Amurang bagian barat, sampai ke Atep di pantai Tondano bagian timur. Ukuran lebar yang paling kecil adalah jarak dari pantai kota Manado di bagian Barat ke pantai Kema di bagian Timur (57,50 km ).
Pulau -pulau di sekitar Minahasa terbentuk dari tanjung-tanjung yang terlalu menjorok ke laut hingga terpisah dari daratan . Contoh tanjung yang hampir putus dan menjadi pulau adalah Batu Nona di depan Kema. Pulau -pulau itu telah terpisah dari daratan Minahasa secara perlahan lahan mulai 10 juta tahun lalu , ketika air laut turun sampai 100 m dari permukaan lautsekarang ini. Kemudian turun -naik terus berlangsung. Dan 4 .000 tahun lalu permukaan laut naik 5 meter
lebih tinggi dari permukaan laut sekarang ini, mengakibatkan tanjung -tanjung terkikis arus laut
lalu menjadi pulau . Tanah Minahasa sekarang ini sedang bergerak perlahan -lahan dengan kecepatan 10 centimeter tiap tahun ,mengarah ke selatan mendekatiLuwuk -Banggai, Sulawesi Tengah 12).
Kita mulai dari pulau-pulau yang terletak di pantai Barat Minahasa yakni dari Teluk Amurang ke arah Utara . Di depan teluk ini terdapat P . Tatapa'an yang berarti menjemur ikan laut (karena pulau ini tempat nelayan membuat ikan asin untuk kemudian dibawa pulang dan dijual di pasar Amurang). Antara Teluk Amurang dan Teluk Manado terdapat banyak pulau yakni : Manado Tua , Bunaken , Siladen ,Mantehage (Mantraow ), Nain Besar dan Nain Kecil.Menurut cerita rakyat, nama P . Manado Tua baru muncul ketika orang kulit putih ( Spanyol) menjadikan pulau itu sebagai kantor dan gudang tempatmenyimpan barang dagangan di abad ke - 15 . Pulau itu
sebelumnya bernama P . Kima, namakerang besar yang terdapat di tepi pantaibagian selatan pulau itu . Orang Minahasa lalu pergi menemui orang Spanyol di pulau itu untuk berdagang . Karena itu pulau tersebut lalu diberi nama "Winaror In Tasikela ” 13 ) ; kata Winaror dari kata bahasa Minahasa Tombulu ', asal kata arur artinya berunding saling membujuk . Kemudian kata Winarormengalami perubahan ucapan menjadi Minaror lalu Manaror, Manaro , dan akhirnya disebutManado sampai VOC (Verenigde Oostindische Compagnie ) Belanda datang ke Minahasa tahun 1678 . Pulau Manado Tua , Bunaken , dan Siladen letaknya seperti batu segi tiga , sehingga
laut dibagian tengahnya terlindung dari gelombang angin Barat. Oleh karena itu sejak jaman
kedatangan bangsa barat Spanyol dan Belanda , lokasi itu digunakan sebagai pelabuhan yang aman ,yang disebut oleh penduduk diketiga pulau ini dengan nama Pelabuhan Lama. Sedangkan pantai P. Bunaken langsung menukik terjal ke dalam laut dan pada dinding batu dalam laut tumbuh karang laut aneka warna, tempat tinggal ikan -ikan kecil beraneka bentuk dan warna. Dari semua pulau di Minahasa , P . Manado Tua adalah pulau yang paling tinggi gunungnya sehingga para pelaut Eropa abad 15 - 16 langsung dapat melihatnya dari jarak jauh .Pulau -pulau yang terletak diMinahasa Utara adalah pulau Talise , Gangga , Lehaga, Tindila , Bangka (asal kata Wangkai), dan Kinabohutan . Pulau Bangka adalah pulau yang terbesar di Minahasa . Di jaman lampau banyak terdapat babi hutan . Pada abad 17 pelautMangindanau
di Philipina Selatan menjadikan P . Bangka sebagai tempat persinggahan selama beberapa
minggu sebelum melanjutkan pelayaran ke Ternate . Jaman lampau orang - orang yang berpenyakit
Lepra (Kusta ) di seluruh Sulawesi Utara datang berkumpul di tempat ini. Nanti pada jaman Hindia -Belanda mereka dipindahkan ke Malalayang, Manado, setelah ada rumah sakit khusus . Karena pulau inimempunyaipadang rumput yang luas,maka digunakan untuk berternak kuda
dengan tanpa membangun kandang.
Di P . Talise banyak terdapat sarang burung layang-layang. Oleh sebab itu pulau ini juga dinamakan P. Salimburung tapi sekarang jumlah burung sudah berkurang. Di sekitar pantai P . Gangga (Gangal) terdapatberbagai jenis ikan laut ; di P . Tindila banyak kelelawar, sedangkan
P . Kinabohutan bentuknya rata sehingga sangatbaik untuk pertanian . Selain pulau -pulau besar
ada juga pulau -pulau yang sangatkecil yang nampak menyembul dari dalam laut di tepi pantai.
Pulau -pulau kecil itu bernama Batu Bandera, Batu Pandita , Bulangitam , dan Batu Putih . Pulau -pulau yang terletak di pantai timur Minahasa yang menghadap ke laut Maluku mulai dari Utara ke Selatan adalah P . Lembe yang jaman lampau disebut “ Punten niRumoyong Porong"
14 ) (Punten = pulau ; Rumoyong Porong = nama leluhur panglima angkatan lautpertama orang
Minahasa, yang jaman purbamemiliki armada perahu bercadik ). Di bagian timur pulau inipada
abad 18 terdapat banyak sarang burung walet (= burung Pisok ) yang jadi rebutan antara pemerintahan di Manado dan Kema. Berderet ke arah selatan ditemukan pulau : Susulina, Puloudua, Pakalor , Bentenan , Punten , Bangkoan , Baleng -Baleng, Tulang , Hogau , Babi, dan Dako Kayu . Pulau Susulina dan Puloudua terletak dekat P . Lembe dekat Kema ; lima pulau berikutnya mulai dari P . Pakalor berada di selatan depan Ratahan , dekat pantai dengan P . Bentenan yang terbesar ; empat pulau lainnya letaknya berderet dekat perbatasan Minahasaouw . Bila kita berlayar dengan kapal PELNIdari Jakarta menuju Pelabuhan Bitung melalui Ujung Pandang dan Bau -Bau ,maka sebelum sampaike Pelabuhan Bitung akan melewati pulau-pulau ini. Pulau-pulau tersebut banyak ditumbuhi pohon kayu dan bambu , sehingga penduduk Belang sering datang mengambil kayu dan bambu di pulau -pulau itu . Pulau Bentenan dimasa lampau dijadikan benteng pertahanan dari serangan bajak lautoleh penduduk di pantai Belang termasuk Ratahan . Pulau ini juga pernah dijadikan tempat pelarian bagi orang -orang
Ternate , Sangihe dan Mangondouw yang berselisih dengan raja mereka , setelah bersembunyi di pulau -pulau itu mereka lalu masuk ke pedalaman Minahasa Selatan 15).
Apabila laut sedang tenang di wilayah pulau -pulau ini,maka laut akan nampak seperti permukaan kaca , tapi arus laut di bawah permukaan laut tetap saja sangat kuat. Arus tersebutberasal dari lautMaluku yang menuju Teluk Tomini atau sebaliknya.
D . TANJUNG , TELUK DAN PANTAI
Teluk adalah bagian pantai yang melengkung ke dalam , sehingga terlindung dari gelombang
laut terbuka . Bagian sisi kiri dan kanan dari teluk disebut tanjung yang dalam bahasa Minahasa
dinamakan Tongkeina. Karena orang Minahasa termasuk manusia pegunungan , maka apabila
mereka ingin membuat garam di tepi pantai atau berdagang tukar dengan orang asing yangdatang ke Minahasa ,maka mereka harus turun dari pegunungan ke tepi pantai. Tempat mereka turun dari gunung disebut Tumpa'an asal kata Tumpa artinya turun ke bawah .
Ada empatteluk di pantaiMinahasa yang berfungsi sebagai pelabuhan dijaman lampau . Pertama Tumpa 'an Amurang yang terletak di teluk Amurang, lalu Tumpa'an Wenang yang terletak di Teluk Wenang yang kemudian berubah nama menjadi Teluk Manado ; keduanya terletak di pantai barat Minahasa . Yang terletak di pantai timur Tumpa 'an Kayuwatu dan Tumpa' an Watulinei, sedangkan Tumpa 'an Tonsea tadinya berada di tepi pantai lalu berpindah ke
pedalaman . Bahasa Minahasa tidak mengenal kata teluk tapimengenal kata pelabuhan yang
disebutMandolang asal kata ondol artinya keluar, maksudnya tempat perahu keluar masuk. Tanjung-tanjung Minahasa Selatan mulai dari pantaibarat adalah Tanjung Powunak, Walintouw , dan Bintangar 16). Ketiga tanjung kecil ini dinamakan Tg. Sapa 'dalam peta tahun 1853 17), Tanjung di depan Teluk Amurang bernama Moinit, Kapitu , Sangket, dan Pasir Putih yang tempo dulu bernama Tg . Popareng . Ke arah Utara di depan Teluk Tanawangko terdapat Tanjung Raprap , Lalaya , Kalapa, dan Mokupa. Di depan Teluk Manado terdapat Tanjung Tateli,Mandolang, dan Pisok . Tanjung pantai barat yang paling utara bernama Tg . Papalumpungen menurut petaHindia Belanda tahun 1853, karena tanjung berikutnya sudah masuk pantai utara Minahasa .
Tanjung berikutnya sudah terletak di pantai Utara Minahasa . Tanjung -tanjung di pantai Utara
Minahasa mulai dari barat ke timur adalah Tg . Tora Witan , kemudian Tg . Bohoi, Asa , Pulisan ,
dan Batu Angus dekat P . Lembe. Tanjung Pulisan adalah tanjung legendaris bagiorang Minahasa,
(O J e s s y W e n a s : S e j a r a h D a n B u d a y a M i n a h a s a
karena tanjung itu dijaman purba menjadi tempat perdagangan pertama dengan pelaut dari Mindanau , Filipina Selatan . Lokasi ini tempat persinggahan perahu -perahu yang berlayar dari nuju Ternate dan sebaliknya. Tercatat saudagar pertama orang Minahasa bernama Pangerapan dan syahbandarpertama orang Minahasa di abad ke- 7 adalah Ponto Mandolang 18). Nama Tg . Batu Angus berasal dari bahasa Melayu , artinya batu yang hitam seperti hangus terbakar. Nama aslinya dalam bahasa Minahasa adalah Kalinaon .
Tanjung pantai timur Minahasa mulai dari utara ke selatan adalah Tg . Merah dan Tg . Kaburukan di dekat Bitung dan Kema. Kaburukan asal kata Wuruk artinya busuk. Berasal dari ceritera Tonsea abad 16 , seorang panglima perang Tonsea bernama Lengkong Wuaya telah menghalau serangan bajak laut di tanjung itu . Pihak penyerang yang mati terbunuh dibiarkan
membusuk di tanjung tersebut yang pada jaman lampau tidak dihunimanusia .
Ke arah selatan sampaike pantai Tondano ada Tanjung Kine 'ongan , sekarang disebutAtep , kemudian Tg. Ipus lalu Tg . Tengger Watu . Tanjung Kine'ongan berasal dari kata Kine 'ongan u
londei artinya tempatmenarik perahu -perahu dari pantaike daratan , berasal dari cerita jaman purba . Ketika penduduk Tolour ( our = laut) kembali dari pengembaraan mereka ke pulau -pulau
Nusa Utara , dipimpin oleh leluhur bernama Kumambong dengan istrinya Mongilauwan ,mereka mendarat di tanjung tersebut 19 ). Perubahan nama dari Tg. Kine'ongan menjadi Tg. Atep mungkin
terjadi pada tahun 1808, ketika tanjung yang jaman lampau banyak ditumbuhipohon Atep (nipa fructicans) dijadikan tempat oleh Inggris untuk memasukkan senapan , mesiu dan meriam untuk membantu pihak Tondano berperang dengan Hindia Belanda 1808 - 1809 20). Ke selatan lagi
sampai di Belang, Ratahan , terdapat Tg . Tumbak , Tg. Merah dan Tg . Wia 'u , kemudian Tg . Buyat. Kata " tanjung " harus ditulis karena nama Tumbak , Wia 'u dan Buyat adalah juga nama negeri dan sungai.
Pantai laut dibagian timur Minahasa tidak memiliki karang laut, karena umumnya tepi pantai itu
langsung menghujam ke dalam laut. Pantai lautbagian Timur ada bagian -bagian yang landai dan ditumbuhi karang laut seperti pantai Mokupa , Wori dan kalasei dekatManado . Pada waktu
waktu tertentu permukaan air laut turun melebihi batas yang biasanya , sehingga karang muncul dari permukaan air ; pasang- surut ini dinamakan Tandusan. Penduduk tepi pantaidapat berjalan
jalan sampai ke tengah laut yang kering , tapi tidak boleh berlama-lama karena bila air lautnaik
lagi akan terjadi serentak, dimana dalam waktu singkat air laut sudah kembali ke batas garis pantai.Mereka yang belum kembali ketepi pantaidapatmati tenggelam bila tidak dapat berenang.
antai Minahasa mulai berbahaya ketika angin muson baratmulai bertiup : Bulan November sampai bulan April memasuki musim hujan yang sering diikuti badaidan angin topan . Tamasya di tepi pantai pada bulan -bulan ini sebaiknya dibatalkan , karena laut dapat tiba - tiba berubah menjadi ganas dengan gelombang besar. Bulan Mei sampai Oktober bertiup angin
muson Timur dari daratan Australia . Dan Sulawesi Utara termasuk Minahasa memasukimusim panas. Pada tahun tertentu musim kemarau sangat lama sehingga rumpun -rumpun pohon bambu terutama diMinahasa Selatan dapatmenjadi kering .Musim panas yang lama yang terjadi sebelum tahun 1900 dicatat oleh penulis N . Graafland dan dialamiMinahasa pada tahun 1855, 1866 ,
1877 , 1888 dan 1899 . Musim hujan disertai badai topan yang dasyat terjadi tahun 1882 , 1886 dan 1889 21). Walaupun tidak hujan , tetapi sering terjadi angin puting beliung yang dapat menerbangkan sebuah rumah .
2 . POPULASIDAN
MIGRASI
A . POPULASI PURBA
Menurut cerita rakyat Minahasa yang ditulis oleh J . G . F . Riedel 22) dalam bahasa Minahasa Tombulu ', keluarga -keluarga orang Minahasa yang pertama ada , bermukim di pegunungan Wulur-Mahatus . Dari sana lalu menyebar ke arah utara dan selatan , mengisi wilayah Sulawesi
Utara . Mereka berpindah dari pegunungan Wulur-Mahatus dalam bentuk kelompok kecil , kemudian mendirikan desa yang disebut Wanua. Lalu dari desa utama, beberapa penduduknya
pergimendirikan desa baru yang disebut Tumanik . Wilayah dari desa -desa yang warganya masih punya ikatan hubungan darah disebut Walak 23). Pemimpinnya disebut Tu 'a Umbalak .
Dalam perjalanan waktu yang panjang, Walak tersebut lalu menguasai wilayah tertentu dan nantinya beberapa walak bersatu dan membentuk Pakasa 'an (asal kata Esa , artinya satu 24). Mula -mula terbentuk tiga Pakasa 'an , (GAMBAR 2 ) yaitu :
1. Tombulu ' asalkata Tou'un = orang, Wuluk = bambu .
2. Tontewoh asal kata Tou 'un = orang, Tewoh = tanaman jelaga (kano -kano ). 3. Tongkimbut asalkata Tou 'un = orang, Kimbut = cawat, cidako .
Oo
Makarua Siouw (rua = dua , siouw = sembilan )
Pemerintahan purba dinamakan Makarua Siouw (2 x 9 ), dan nama-nama 18 leluhurkelompok
itu adalah 25);
MANDEI, seorang prajurit petani dengan istrinya RAWENBENE serta anak lelakinya adalah PORONG PUREKET, LINEMOUW WILAYAH SUBETHNIK
MINAHASA PURBA UMBENE , NGIRI NGIRIAN , KASO 'ON ,
di Sulawesi Utara dan RORONG KERE ; pergi menetap di
Lomparen .
PINONTO ' AN adalah prajurit petani pandai besi dengan istrinya KATI AMBILINGAN . Dan anak lelaki, RARANG PONGAYOUW , TUMUNDO , WORANG WATA , TU 'AH dan anak perempuan WARANGKIRAN dan WINURONTON ; mereka menuju kaki G . Lokon .
RUMENGAN , seorang prajurit petani pandaibesi. Istrinya KATIWEY serta anak
laki-laki TOTOKAI, WALASENDOUW ,
MASININDENG , SININDENGAN . Anakperempuannya , KOURENSIA bersuami PANGERAPAN dari Tg . Pulisan ;mereka menetap di G . Mahawu , Tomohon .
MANARANGSANG , seorang ahli bertani
Gambar 2 . Peta Wilayah Sub -Ethnik pemimpin upacara persembahan kurban Tiga Pakasaan Minahasa Purba ; istrinya bernama WINENE 'AN mempu
-T o u m b u l u k T o u n t e w o n 3 . T o u n g k i m b u t i
nyai 11 anak lelaki dan 9 anak perempuan . Keluargabesar inipergimenetap di G . Wawo dekat Tomohon . Ke 20 anak tersebut adalah :
anak lelaki : 1 . I WIWITAN
2 . I SISIKEP
3 . IWUWULENG WAWI
4 . IWEWENG WENE
5 . MAKA TEKEN TAWER
6 . RAPUNG SIOW 7 . RA’UNG PITU 8 . RA’UNG LIMA
9. RA’ UNG TELU 10 . RA ’UNG ESA 11. RA’UNG LAMBOT anak perempuan : 1. MA'TONDEILAWI 2 . EYO WENE 3 . ZETA WENE ' 4 . YAYAT WENE 5 . ESU ‘WENE 6 . ZUMANI 7 . TUMAHAP 8 . LIWUN 9 . MAH UKUI
5 . KUMIWEL , seorang pria berperangai pemarah , dukun obat penyakit ; istrinya bernama PAI'IZANGEN , beranak lelakiMENANAKUL ,MAMISAN dan MENGANGALUK ; pergimene
tap diKuranga, dekat Tula 'u , Saronsong.
6 . LOLOLING ,banyak akal, ahli ramuan tanaman . Loling (artinya telinga babi) ; istrinya bernama RINEROTAN , anak lelakinya bernama LOKON WOROTIKAN , dan anak perempuan bemama INAMUZAN dan TUMAMIEY ; pergimenetap di wilayah Mu'ung, Tomohon .
7 . MAKALIWEY, juga disebut dewa pohon enau (Leway artinya busa minuman saguer) ; keluarganya pergi ke wilayah yang sekarang bernama Mangondouw , dan turunannya ber
nama SUAWA pergi ke tempat yang sekarang bernama Gorontalo .
8 . MANGALU 'UN (Kalu 'un artinya upacara tarian sembilan orang gadis ), tukang kayu ahli membuat perahu , juga disebut PANDEILONDEI ; istrinya bernama PINU 'PURAN , anak lelakinya RAWUNG PONTOH dan MANIKOLOR , pergi menetap di Tewasen Amurang. 9 . MANAMBEKA (Dewa angin Utara ), pemimpin upacara membuat api unggun dengan kayu
bakar sambeka, kayu bakar di tepi pantai; istrinya bernama WINENE 'AN , beranak MANGARIRON , menuju pantai utara Minahasa Likupang sampai P . Siauw .
10 . MANAMBE'ANG (Dewa angin Timur) ke pantai Timur Minahasa (Sambe 'ang artinya tanda larangan di pohon- pabon sebagai tanda ada pemiliknya ) ; istri dan anak tidak diketahui. 11. MANAWA'ANG (Dewa angin Selatan ) menuju Selatan gunung Wulur-Mahatus . Tawa 'ang
adalah pohon tanda batas tanah atau wilayah ; anak dan istri tidak diketahui.
12 . MANALEA (Dewa angin Barat) menuju pantai Barat Minahasa dan menetap di Tanawangko ,
anak dan istri tidak diketahui.
13 . TOTOKAI, sebagai panglima perang seluruh jasirah Minahasa. Hanya dia yang boleh menggunakan hiasan daun -daunan seperti Tawa'ang, Ririndeng, Werot, dan Sarayar di badannya ; istrinya bernama TOMBARIAN , anak lelakinya PORONG SULING , SUMANTI,
dan PORONG TOKAI; keluarga iniberkedudukan di Senduk Tanawangko .
14 . TINGKULENDENG , ahli bunyi-bunyian , seperti mendengar arti bunyiburung, ahli bangunan kayu, dewa musik kolintang kayu. Beristri WOWORIEY, anak lelakinya SOKO , TUMEWANG ,
TUMEWAS , TUMERUNG dan PANGKEI. Keluarga inimenetap di Woloan dikaki G Lokon . 15 . SOPUTAN , berperangai galak , ahli pandaibesi. Istrinya bernama PARIWUAN ,anak lelakinya
semua pandai besi, yakni LUMA'AK WATU , MENGKU ENGKU ', RUMIKELUNG , TUMONGKO ' RERIS , LUMENGDENG WATU , WATU LUMAYAS , dan TUPA'LANGIT ; anak
perempuannya KAWERUAN dan KATIMBAWAN ;mereka menuju ke gunung yang kemudian
dinamakan G
Soputan .
16 . MAKAWALANG , ahliberburu babi hutan dan sapi hutan (anoa ). Namanya berasal dari kata Kewal (artinya rotan ) ; istrinya bernama TARETINIMBANG , anak lelakinya bemamaKAPU 'NA
WURIdan KAPU 'NA PUNTI, anak perempuannya SALAMERO dan TOULAHUNUI. Keluarga
inimemilih tempat tinggal di dalam sebuah gua di kaki G . Mahawu.
17 . WINAWATAN , suka memimpin peperangan ; istrinya bernama MANGINDAUWAN . Anak lelakinya semuanya adalah prajurit perang : DAKIAN , SUMANTI, TINURAS , MANEMBIR , dan TONDEIWARONGAN .Keluarga inimemilih tinggal di Paniki.
18 . KUMAMBONG , pemimpin upacara agama purba yang suka mengembara ke pulau- pulau
Nusa Utara . Mempunyai dua orang istri yakni MONGILAUWAN dan INAWATAN ; anak lelaki dari INAWATAN bernama ROYOR dan RO 'OR ; bertempat tinggal dipantai Tondano sekitar Atep , Kapataran .
Inilah populasi orang Minahasa yang pertama ketika Minahasa disebut Malesung (asal kata Lesung, artinya alatuntuk menumbuk 25) terbuat dari bongkahan batu atau kayu yang dilubangi). Delapan belas nama leluhur dan keluarganya inimeninggalkan pegunungan Wulur-Mahatus secara bergelombang dan masa hidup mereka tidak satu generasi. Karena masyarakat purba Minahasa yang hidup di pegunungan Wulur -Mahatus mengikuti DewiIbu pertama Lumimulut, maka bentuk masyarakatnya adalah “Matrilineal”, mengikuti hukum keibuan . Seharusnya nama nama leluhur wanitalah , yakni para istri , yang masuk daftar kelompok Makarua Siouw . Fungsi mereka adalah sebagai Walian Mangorai dengan nama lainnya Walian Tu 'ah dan Walian
Peposanan 27) : Walian Mangorai adalah pemimpin upacara tarian sakral keagamaan ; Walian Tu 'ah pemimpin upacara pertanian , pergi berperang dan pesta kesuburan :Walian Peposanan memberikan peraturan -peraturan dan larangan -larangan pada masyarakat.
Selanjutnya penulis DR . J. F. G . Riedelmenuliskan bahwa fungsi para Tona 'as yang dijabat kaum pria Minahasa jaman purba hanya sebagai pemimpin perang, membangun rumah dan
pemukiman , berburu , dan menangkap ikan . Pemimpin masyarakat purba Minahasa jaman tempo
dulu hanya ada dua klasifikasi yakniWalian dan Tona'as. Keduanya dapat dijabat oleh kaum
pria maupun wanita ; misalnya istri Dewa Totokai bernama Tombarian adalah juga panglima perang pasukan wanita .
Makatelu Pitu (telu = tiga , pitu = tujuh )
Pemerintahan masyarakatpurba Minahasa kemudian beralih pada golongan Makatelu Pitu ( 3
X7 ) dimana dalam periode ini ada yang tidak lahir di Tu ’ur in tanah yaitu pegunungan Wulur
Mahatus. Contohnya adalah Dewa Makarawung lahir di elehan ni Endo , artinya tempat matahari terbenam dipantai baratMinahasa , yangmenunjukan bahwa periode ini, orang Minahasa sudah menyebar ke seluruh pelosok Minahasa. Kemungkinan besar pemerintahan golongan Makatelu
Pitu sudah berbentuk " Patrilinial" mengikuti garis lelaki atau ayah , dimana kaum lelaki boleh
beristri lebih dari satu . Ada tiga dewa yang tidak boleh punya istri sah , tetapiboleh punya turunan
yakni Dewa SIOUW KURUR , RUMIMBU 'UK , dan TUMEWANG , karena mereka harus berperang
sampaimati kalau perlu .
Lokasi kediaman kelompok yang kedua ini juga tidak menjelaskan tempat tertentu , tapihanya
disebutkan tepi pantai atau dataran tinggi. Kemudian ada seorang dewa yang mengangkat diri
menjadimahadewa , kepala dari semua dewa-dewi yakni dewa MUNTU -UNTU yang menunjukkan munculnya pemusatan kekuasaan di tangan satu orang. Ke 21 nama leluhur dari periode
golongan Makatelu Pitu adalah 28):
1 . RUMOYONG PORONG , asalkata Royong yang artinya pusaran air laut diteluk. Jabatannya
sebagai panglima laut yang armada perahunya berpusat di selat Lembe ; istrinya yang bernama PAPAROYA 'AN PORONG beserta anak perempuannya MAPA RAWEN mengusahakan pertanian dan tidak ikut berperang ; anak lelakinya bernamaMAPA ROGA ,
MAPA LEMBO , dan RUMINI' (Zuni'= pelangi).
2 . TUMEWANG , tidak boleh menikah tapi boleh punya turunan ; pembantu dewa RUMOYONG PORONG bidang mata -mata (intelejen ), berasal dari wilayah Kapoya.
3 . RIMUMBU 'UK , tidak boleh menikah , tapi boleh punya turunan , pembantu dewa RUMOYONG PORONG sebagai pelaksana hukuman mati.
4 . SIOUW KURUR , tidak boleh menikah juga , tapi boleh punya turunan , sebagai penghubung dewa RUMOYONG PORONG dengan maha dewa Muntu -Untu di pegunungan ; berasal dari Pinaras, Saronsong .
5 . RORING SE 'EPANG , ahli pikir dan banyak pengetahuan ; istrinya bemamaSUNDEY, punya empat anak lelaki : MONTOLALU , RONDONUWU , PANDEY-GIROT, dan PANGEMANAN ;
bertempat tinggal di Tamporok , G . Kalabat.
6 . PANGERAPAN , sebagai pedagang antar pulau , beristri dua yakni KOURENSINA ' dan
SIWINPILI, tapi tidak punya anak ; kawin lagi dengan bekas istri dewa PONTO MANDOLANG , tapi juga tidak punya anak ; bertempat tinggal di Tg . Pulisan .
7 . PONTOH MANDOLANG , sebagai Syahbandar pengatur pelabuhan di Tg . Pulisan ; beristri
dua yakni kakak adik RAMEY PATOLA dan RAUM
PATOLA ; kemudian RAMEY PATOLA
bercerai dan menikah dengan PANGERAPAN , tapi juga tidak punya anak.8 . TALUMANGKUN , beristri dua yakni SINDOU WENE ' dan RUMOI-ROI ; anak dengan SINDOU WENE ' bernama TORAR ; bertempat tinggal di kaki G . Kalabat ; ahli membuat
penangkap ikan di sungai yang disebut lgi (Roreng ).
9 . SUMENDAP , sebagai panglima perang yang kemungkinan berlokasi di Kapoya dekat
Kawangkoan ;beristriMATINEMPUNG anak lelakinya semua prajurit perang : ERAERASEN , RUMUORUOW , SUMONDAK , RUMAMPEN , NIMA'MA , TUMEWANG , NIMATOH ,
TIMALONG , NIMONGKOL , NGIMAHING , dan NIMAWI'.
10 . MAKA RAWUNG , lahir di pantai Barat Minahasa, pemimpin upacara potong kepala ; istrinya bernama MA' TINDUNG KERE , anak lelakinya : RUMAWUNG , LAILUMEILEI, SIMONDAK ,
MA'RORORPANGKEY, MA'ROROR WEKU '. Semuanya ahli mencari kepala orang untuk upacara adat.
11. REPI, sebagai pemimpin upacara adat ; mempunyai dua istri yakniMATINONTONG dan TOTONAN WENE ', punya anak lelaki : LEI LEI WALIAN , PANGITAPAN . Dan anak
perempuan :RUMA'IREKISAN dan TUMATINGKAU ; bertempat tinggal dekat Lahendong,
Sonder.12 . PANGIMBATAN , pemimpin upacara adat yang berhubungan dengan berperang ; istrinya
bernama TINORANG ; empat anak lelaki : RUMIKELUNG , LUMENGKEY, WAWOH dan MONDORINGIN ; anak perempuannya bernama WULAUAN , bertempat tinggal di selatan
Rano, Lahendong.
13 . MUNTU -MUNTU , dalam keadaan gawat dia akan menjadi pemimpin dari semua para
pemimpin , sehingga disebutMaha Dewa ; istrinya bemama RINUNTUNAN (artinyamemakai
jambulbulu burung ). Tiga anak lelakinya adalah WAWO LUMAYA , WAWO RAMUNDUNG ,dan WAWO LUMEMPOUW , bertempat tinggal di sekitar Tompaso .
14 . MARINOYA , ahli obat-obatan dukun menyembuhkan penyakit, mempunyai dua istri bernama
SININDEMAN dan SININDENGAN (sendem = manik -manik emas ). Anak lelakinya TANEM
UNDAM , SEMPOH dan KERIR UNDAM ; anak perempuannya PANO 'TOLAN (To'tol =
upacara ).
15 . PANA'ARAN , sebagai petani yang ahli membaca tanda -tanda bintang di langit (Ra'ar = musim panas) ; istrinya bernama SENDANG KATI. Dua anak lelaki RUMINGKAP dan GERUNG GERUNGAN , tiga anak perempuan REY-REY, WATOK , dan TENDEN . Bertempat
tinggal di dataran rendah dekatpantai.
16 . TAMA TULAR , pendeta militer yang mengurus roh yang mati dalam perang ; istrinya bernama MERAIKUNDAP ; dua anak perempuan MEILALO ANGKUDAP dan MEILALO ANREMBIT,
dengan anak lelaki MEILALO AMBULUR . Bertempattinggal di dataran rendah pantai barat. 17 . MIO - IOH , juga disebut MIOYOH , ahli meramal nasib keberuntungan manusia , meramal masa depan ; istrinya bernama TENDE 'WENE ; tiga anak perempuannya adalah
TUMETELIWUN , MA'OKAT, MAHUKUI, dan TUMAHU ; keluarga ini bertempat tinggal di dataran rendah .
18 . MAINALO , sebagai wakil darimaha dewa MUNTU -UNTU bila Minahasa sedang gawat ; istrinya bernama LINGKAN WENE ' ; dua anak perempuannya adalah LUMALUNDUNG
dan PINGKAN PANULU 'AN ; tempatkediaman mereka di Kumelembuai, Tonsea .
19 . MAMARIMBING , ahli mendengar tanda bunyiburung , namanya asal kata warimbing artinya bulu leher ayam jantan ; istrinya bernama TINA'ATALAN ;anak lelakinya adalah MATULANDI,
TASUMONDAK dan TARUMAMPEN ; keluarga ini bertempat tinggal di Tumaratas.
20 . MAKARA'U , juga disebut RUMA'U OPAH (artinya membuat sagu ), dewa ini ahli bertani
menanam padi dan membuat sagu ; istrinya bernama SINAMPERAN , tiga anak perempuannya adalah MA'SUKAR WENE', MA’TEMBAR WENE ' dan MA'WUA' WENE '.
Keluarga inibertempat tinggal di dataran tinggi.
21. TUMILA 'AR , ahli bertani dan mengolah tanah ; istrinya bernama KALEWLEWAN ; beranak lima lelaki : TUMATANGKAR , MA'PANGKONG , TUMOT'OREN , KUKUK WENE ', dan OHOY WENE ' ; lima anak perempuan : ALIAN WENE ', WELAZAN WENE ', LINOUW WENE ', KEMBU 'AN WENE , dan UKEZAN WENE '.
Semua leluhur inimemiliki pekerjaan dan jabatan serta gelar yang mereka dapatkan semasa mereka hidup di bumi; bila pemah menjadi panglima perang maka akan mejadi dewa perang.
Pasiouwan Telu
Golongan kelompok leluhur yang ketiga disebut Pasiouwan Telu , atau keturunan dari tiga wanita Pasiouwan atau ibu sumber keturunan . Ketiga wanita Pasiouwan iniberasal dari tiga wilayah Pakasa' an purba yakni Tombulu ', Tontewoh , dan Tongkimbut. Keturunan yang memiliki
kedudukan setengah dewata adalah TA 'AR , TIKEM , PALES , RAMPUK -PATAH SU 'EL , dan LUMAINANG LUNTUNG 29). Leluhur golongan ini adalah rakyat biasa , yang tidak mendapat
jabatan dalam pemerintahan purba maupun jabatan pemimpin agama suku . Sayang sekali penulis bangsa Barat jaman tempo dulu tidak mengumpulkan data mengenai sistem dewa dewa Minahasa versi Tonsea , Tondano, dan Tonsawang. Yang ada hanyalah versi Tombulu ' tulisan J. G . F. Riedel dan versi Tontemboan tulisan J. Alb . T. Schwarz 30) yang walaupun sama tapi ada juga sedikit perbedaan . Ini menunjukkan bahwa orang Minahasa jaman Malesung
berasal dari satu sub -etnik , tapi kemudian menjadi tiga sub -etnik yakni :
1 . Tombulu ' 2 . Tontewoh 3 . Tongkimbut
Tapipenduduknya memiliki tiga lapisan masyarakat yakni :
1 . Makarua Siouw (2 x 9 ) golongan agama.
2 .Makatelu Pitu ( 3 x 7 ) golongan militer.
3 . Pasiouwan Telu , golongan masyarakatbiasa .
Wilayah penghidupan para leluhur ini dijaman purba atau jaman Malesung meliputi pulau -pulau
12
utara di Sangihe - Talaud, Bola 'ang-Mangondouw , dan Gorontalo . Cerita tentang leluhur Minahasa yang mulai ditulis J. G . F. Riedel tahun 1862 dan diterbitkan tahun 1870 berbentuk cerita turun temurun yang tidak memiliki unsur waktu kapan terjadinya cerita itu . Data lain yang penting dari cerita leluhur Minahasa ini adalah usaha untuk menyatukan seluruh wilayah Malesung oleh
seorang leluhur dari golongan Makatelu Pitu ( 3 x 7 ) bernama Muntu -Untu . Leluhur ini disebut
sebagai pemimpin dari semua leluhur dewa -dewi yang namanya tertulis dalam daftar nama leluhur. Nama jabatannya inimenunjukkan adanya usaha untuk bersatu yang disebutMa' esa
(yang kemudian disebut Minahasa ), artinya bersatu 31). Nama dewa-dewi orang Minahasa ternyata dijadikan nama famili seperti Pinontoan , Makaliwey, Sumendap dan sebagainya . Hal
inimenunjukkan bahwa dewa-dewi orang Minahasa adalah leluhur orang Minahasa yang pernah hidup di masa lampau dan bukan dewa-dewi dari luar seperti dewa -dewi di P. Jawa yang menggunakan nama-nama Hindu dari India , misalnya seperti dewa Brahma, Wisnu , dan Syiwa .
Dewa -dewiMinahasa ini yang disebut Opo '. B . SUB -ETNIK UTAMA
Pengertian sub - etnik adalah kelompok masyarakatMinahasa yang memiliki dialek bahasa dan
adat kebiasaan tertentu dan mendiamiwilayah tertentu di Minahasa . Sub -etnik utama adalah
anak suku Minahasa yang berhasil mempertahankan kehidupan kelompoknya dalam satu wilayah serta satu bahasa dan adat kebiasaan . Kelompok sub - etnik ini punya penduduk yang cukup banyak mendiamiwilayah yang cukup luas sehingga memenuhi syarat untuk disebut sebagai kesatuan kelompok atau Pakasa 'an .
Subetnik Tombulu '
Sub -etnik ini sejak jaman purba tidak mengalami perubahaan nama. Leluhur dalam periode ini yang menjadikan Mai'esu ', dekat Tomohon , sebagai pusat pemerintahan yang dipimpin oleh Belung dan Kakemkeman . Para kepala negeri atau Walak adalah Walean , Tumurang , dan
Mandagi di Saronsong , Tumbel Woto di Tombariri, Lumongdong di Kakaskasen , Mokoagouw di Kinilow , Mangundap di Tanawangko , dan Lolong di Wenang yang sekarang bernama Manado . Pakasa 'an Tombulu ' terdiri dari tiga walak, yakni : Tonsarongsong di selatan , Tomohon di tengah ,
dan Tombariri di utara , dan tidak pernah berubah hingga sekarang ini 32).
Sub -etnik Tontewoh
Sub - etnik Tontewoh dalam perjalanan waktu mengalamibanyak perubahan ketika membelah
dua menjadi Tonsea dan Tondanouw . Pihak Tonsea meninggalkan tepi utara D . Tondano menuju
Tanggari. Leluhur mereka dalam periode iniadalah Umboh yang mendirikan Ni'aranan (A 'aran = tangga ), sekarang Tanggari, sebagaipusat pemerintahan . Para kepala -kepala negerinya adalah
Rurugala di Walantakan ,We'enas di Sinalahan (Siniwoan ), Roring Tudus di Tiwoho, Maramis di Kinarepu 'an , Roring Waidan di Kuhun , Maidangkai di Ma'aron , Sigarlaki di Kumelembuai (Airmadidi), dan Dotulong di Kema 33).
Sampai abad 18 nama Tontewoh masih melekat sebagai sebutan lain untuk penduduk Tonsea , yang menyebutkan bahwa P. Lembe milik Tontewoh (maksudnya Tonsea ) 34). Padahal,mereka telah lama meninggalkan tempat pemukiman yang lama di utara D . Tondano yang banyak ditumbuhi pohon Tiwoho ( jenis tumbuhan kano-kano atau jelagah ditepi danau itu ). Yang menjadi asal nama kata Tontewoh adalah kata Tou (artinya orang) dan Tiwoho ; jadi maksudnya masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah yang banyak ditumbuhi pohon jelagah . Mereka berganti nama Tonsea karena mereka melanjutkan perjalanan dengan berbelok ke arah utara ( sea = belok ) lalu menduduki wilayah barat Minahasa bagian utara . Pengertian menduduki
wilayah adalah menyatukan wilayah dalam satu pemerintahaan adat, sehingga menjadi satu kesatuan Pakasa'an Tonsea sampai sekarang ini.
Sub - etnik Tondanouw adalah masyarakat Minahasa yang mendiami tepi D . Tondano dan D . Wulilin ,Kawelaan , dan Sosong di wilayah selatan yang sekarang bemama Tonsawang . Beberapa
danau di selatan D . Tondano itu sekarang telah mengering menjadidaratan , dimana penduduknya hingga sekarang ini masih menamakan wilayah itu Tondanouw 35 ). Dengan demikian kita dapat mengetahui wilayah Tondanouw purba meliputi sekitar D . Tondano sampai ke selatan Minahasa
di wilayah Tonsawang dan Tombatu . Ada cerita leluhur yang berimigrasi dari tepi D . Tondano
dipimpin Sumual, Momuat, Kolantung , dan Moniaga menuju Tombatu . Kemudian leluhur di Tombatu bernama Kobayan dari Mamosey mendirikan Tounsawah yang berubah menjadi Tonsawang 36). Tounsawang dari kata Tou dan sawah (= ular Piton atau ular Patola ), karena penduduknya suka memelihara ular Piton yang dikurung dalam batang pohon untuk dikomsumsi. Dengan melihat kenyataan sekarang ini, nampak bahwa sub - etnik Tondanouw dimasa lampau telah membelah diri menjadi Tondano dan Tombatu . Dengan munculnya Tondano sebagai
Pakasa 'an yang berhasilmenyatukan seluruh penduduk yang mendiamisekitar D . Tondano,
maka nama Tondanouw menghilang dari ingatan penduduk setempat. Sekarang ini cerita leluhur tempo dulu masyarakat Tombatu - Tonsawang lebih dekat dengan cerita rakyat Pasan -Ratahan (yang dulunya bernama Touwutu = pegunungan ), dan Toulumawa' di tepi pantai 37),menunjukkanbahwa wilayah Tombatu jaman lampau meliputi pegunungan sampai ke pantaiBelang , Ratahan .
Jadi wilayah Tontewoh jaman purba meliputi seluruh bagian Timur Minahasa . Dengan demikian Sub - etnik Tontewoh dapat terbagi seperti dibawah ini:
1.
TONSEA , terbagi atas :
- Likupang (pantai utara )
- Kumelembuai ( Airmadidi) daratan tengah - Kema (pantai timur)
2 . TONDANOUW , terbagi atas : a . Tondano :
- Tolour (Touliang- Toulimambot) - Kakas
- Remboken b . Tombatu :
- Touwuntu (Ratahan -pasan -Mandolang )
•
Tonsawang (daratan tengah )
Populasi terpadat jaman Tontewoh berada di sekitar danau - danau di pegunungan yakni D . Tondano dan D .Wulilin di Tonsawang . Dari sini lalu mereka turun ke pantai. Mengapa Pakasa 'an Tombulu ' tetap utuh sedangkan Tontewoh mengalami banyak perubahan dengan melahirkan
Pakasa 'an Tonsea dan Tondano , sedangkan Pakasa'an Tombatu hancur berantakan menjadi
walak-walak kecil ? Barangkali kita harus melihat dari segi letak di pantai timur yang langsung menghadap ke Ternate dan Tidore yang menjadi pusat perdagangan dunia sejak abad pertama. Leluhur jaman purba yang bernama Kumambong dari golongan Makarua Siouw (2x9) dikatakan sudah menjadikan Atep pantai Tondano sebagai pangkalan perahu . Leluhur Tolour yang bernama Tou Singal keturunan dari Makarua Siouw 38 ) telah berlayar sampaike P . Tafure antara pantai Timur Minahasa dan Ternate , tapiberkedudukan di Tg. Pulisan . Di wilayah Tonsea inimereka membentuk masyarakat Tolour Touliang dan Tolour Toulimambot yang kemudian pindah melalui
Tanggari dan pantai Atep. Mereka masuk menempati bagian utara D . Tondano . Kemungkinan besar Tou Singal adalah keturunan leluhur Kumambong yang suka berlayarmeninggalkan pantai
Minahasa . Dengan demikian cerita rakyat yang mengisahkan leluhur Tou Singal datang dari Tg .
14
Jessy Wenas : Sejarah Dan Budaya Minahasa
-Pulisan ke tepi D . Tondano , sebenarnya merupakan perjalanan kembali ke tepi danau tersebut untuk menempati hulu sungai yang mengalir dari D . Tondano ke arah utara menuju Tanggari,
sebuah lokasi yang bernama Temberan .
Tolour Touliang menempati wilayah barat sungai tersebut dan Tolour Toulimambotmenempati bagian timur sungai. Karena lokasi itu berada di lintasan jalan menuju wilayah Tombulu ' dan wilayah Tonsea , maka berdirilah sebuah pusat pemukiman yang ramai bernama KOTA
TONDANO 39 ). Leluhur Tombulu ' dari kaki G . Lokon bernama Boyoh , Kawengian , dan Tambahani turun ke tepi D . Tondano , berbaur dengan turunan Tou Singalmembangun negeri Remboken 40), Leluhur yang mendirikan negeri Kakas adalah Runturambi, Laki, dan Tarumetor. Kemudian dari negeri ini leluhur Runtunuwu dan Mamahit mendirikan negeri Rumbia , Watu , dan Kaweng 41). Pengertian mendirikan negeri dalam cerita rakyat bukanlah mengusir penduduk setempat, tapi mengikat tali perkawinan lalu menyatukan beberapa keluarga dalam satu kepemimpinan . Arti kata Tondano adalah dari gabungan kata Tou , artinya orang dan Rano dalam bahasa Tombulu ’
Zano artinya air,maksudnya penduduk yang bermukim sekitar air danau . Sedangkan kata Tolour asal kata Lour yang artinya laut, maksudnya penduduk Tondano yang suka berlayar di lautan dan menganggap D . Tondano sebagailautkecil. Pada mulanya nama ini ditujukan pada kelompok masyarakat yang mendiami sekitar danau , kemudian digunakan untuk menyebutkan nama
danau , yakni D . Tondano yang mungkin dijaman purba bernama Linouw , yang artinya kumpulan air . Kemudian dijadikan nama kota , yaknikota Tondano yang jaman tempo dulu mungkin bernama
Minawanua.
Pada jaman lampau penduduk Tolour pernah menjadi bajak laut di pantai timur Minahasa dari P. Lembe sampai P . Bentenan di selatan Minahasa disebut orang Tolour asal Tondano 42).
Sub - etnik Tombatu purba yang waktu lampau terdiri dari walak - walak
Tonsawang di pegunungan , dan juga Touwuntu - Toulumawa di dataran ren dah dekat pantai nampaknya , tidak berhasil membentuk satu kesatuan wilayah satu Pakasa ' an seperti halnya Pakasa 'an Tondano, tapi pecah menjadi walak -walak kecil . Oleh karena itu penu - lisan wilayah ini dimasukkan dalam pada diskusi Sub - etnik Minoritas . Mungkin kehancuran wilayah ini juga disebabkan dari dalam Minahasa sendiri itu juga , yaknipersaingan an -tar Pakasa 'an , karena walaupun
Pakasa 'an Minahasa yakni Tombulu ',
Tonsea , Tondano dan Tontem -boan
telah berikrar dengan sumpah di batu
Pinawetengan (GAMBAR 3 ) yaitu batu suci orang Minahasa purba untuk bersatu , tetap saja mereka harus siap siaga untuk mempertahankan wilayah
Gambar 3 . Watu Pinawetengan nya dari serangan tetangga 43).
Sub -etnik Tongkimbut
Sub -etnik Tongkimbut berkedudukan di
wilayah Tumaratas dekatbatu Pinawetengan , kemudian dipimpin kepala -kepala keluarga mereka
bernama Kopero , Pandeirot, Kalangi, dan Mamusung. Mereka mendiami hutan kayu pohon Wasian lalu disebut Tombasian 44).
Ketika terjadi perselisihan antara Tombatu dengan Tonsawah , lalu leluhur bernama Tangkilisan dan Tambuwun meninggalkan wilayahnya dan mengantar rombongan pindah ke Tombasian . Perkembangan selanjutnya adalah leluhur Wantah atau yang juga disebut Manampiring ber pindah ke mata air panas, (diikuti seluruh keluarga pimpinan: Wewengkang, Lempou, Rawung,
dan Sumondak ) disebut dengan nama Tompaso , asal kata paso (panas = mata air panas ). Karena penduduk mulai padat lalu keluarga yang dipimpin Piyai dan Karengis pindah ke Kayu Uwi, lalu wilayah dari Tontering menjadi ramai karena banyak penduduk pindah ke sana . Rombongan -rombongan keluarga yang dipimpin Kariso ,Mangentas, Lalawi, dan Rontas datang berkumpulmembentuk sebuah pemukiman yang besar lalu dinamakan Kawangkoan (wangko
= besar).
Penduduk Tombasian yang pergi berburu sapi hutan (disebut Langkouw ) bertemu dengan keturunan Dewa Soputan , penguasa dari wilayah Touwuntu pantai Bentenan , yang juga ingin berburu sapi-hutan . Nama leluhur dari Selatan itu adalah Karundeng,Watulo , Tumbuan , Tendean , dan Ruata yang bercampur baur di tempat perburuan ,membentuk negeri Langouwan .
Dari Tompaso leluhur bernama Lampus, Serey , Ringkap , Wahani, dan Palengdeng pergi ke Teluk Rumoyong yang berganti nama Rumo'ong di Teluk Amurang . Raja Bola 'ang menikah dengan Teteon yang juga disebut Rintek Wa'ang atau gigi halus. Ketika gadis itu makan buah pabon Pakewa , bekas gigitan dibuang ke tanah lalu buah itu ditemukan Raja Bola 'ang bernama Damapoli'ih yang lalu mencari gadis itu dan kemudian mereka menikah , sehingga wilayah itu
dinamakan Tompakewa . Sebagian penduduk Tombasian di pegunungan lalu turun ke pantai,
karena senang makan pucuk muda daun pabon Rotan yang disebut Uwur terutama bila musim panas yang panjang atau musim berperang. Tempat mereka berkumpul lalu disebut Wasian Uwuran , yang menjadi Amurang .
Walaupun sub - etnik ini banyak mengalami peperangan dan penyerangan , bahkan wilayah Tompakewa pernah diduduki kerajaan Bola 'ang-Mangondouw , tetapimereka tetap bersatu dalam adat kebiasaan dan bahasa sub - etnik , yakni kebiasaan menghormati Dewi Lumimu’ut dengan persembahan padi pertama yang dipetik . Padi tersebut dimasukkan dalam peti yang kecil untuk upacara Tumembo 45). Oleh karena itu seluruh sub - etnik ini dinamakan Tontemboan , sebuah istilah yang mengandung pengertian sub -etnik , seni budaya , dan bahasa serta teritorial wilayah . Penulis bangsa barat Abad 18 lebih cenderung menghubungkan arti kata Tontemboan dengan
kebudayaan sub -etnik daripada teritorial wilayah . Dalam kenyataannya pemakai bahasa Tontemboan adalah yang terbesar di Minahasa . Perkembangan sub - etnik Tongkimbutmenjadi Tontemboan dapat kita susun sebagai berikut :
1. TOMPAKEWA, terdiri dari : - Tombasian
- Tumpaan - Pinamorongan
2 . TOMPASO , terdiri dari : - Tontering (Kawangkoan )
- Rumoong
3 . LANGOUWAN (daratan timur)
Ketiga wilayah ini kemudian disebut “TONTEMBOAN ”.
Dengan demikian Sub- etnik utamaMinahasa yang ditulis N . Graafland 46) harus kita perbaiki :
( 1 ) TOMBULU ' 1 . Tombulu '
(2 ) TONSEA ' 2 . Tonsea '
(3 ) TOLOUR Menjadi 3 . Tondano
(4 ) TOMPAKEWA 4 . Tontemboan
Wilayah Sonder dalam tulisan penulis barat satu abad yang lalu , baru terbentuk setelah tahun
1800 . Sonder yang sekarang baru menjadi Negeri pada tahun 1847. Penulis N . Graafland
memberi data bahwa abad 17 wilayah Sonder masih termasuk wilayah Tombulu '47), tapikelompok sub - etnik utama ini tidak dijadikan dasar pembentukan pemerintahan yang disebutDistrik pada jaman Hindia Belanda seperti yang ditunjukkan pada peta lengkap Minahasa yang terbit tahun 1853 48). Apabila distrik -distrik atau yang sekarang ini disebut kecamatan kita beri data dialek bahasa yang digunakan oleh penduduk distrik tersebut, akan tersusun sebagai berikut :
1 . Distrik Manado berbahasa Tombulu '
2.
Distrik Likupang berbahasa
Tonsea'
3. Distrik Tonsea berbahasa Tonsea'4 . Distrik Tondano berbahasa Tondano ( Tolour, Kakas, Remboken )
5 . Distrik Belang berbahasa Ratahan , Ponosakan , dan Tombatu 6 . Distrik Amurang berbahasa Tontemboan
7 . Distrik Tanawangko berbahasa Tombulu '
Pembagian pemerintahan ini jelas tidak berdasarkan populasi sub - etnik, tetapi berdasarkan pelabuhan pantai dan kota besar di wilayah pegunungan . Ketika pemerintah Hindia Belanda melakukan kolonisasi, wilayah Dumoga di Minahasa Selatan masuk wilayah sub - etnik Ton temboan sekitar tahun 1940 . Karena penduduk Minahasa mulai padat, penduduk tidak boleh
dipindahkan ke wilayah sub - etnik lain , kecuali sub - etnik itu membiarkan sebagian wilayahnya tanpa terjaga. Wilayah kolonisasi Dumoga sejak lama dibiarkan dan ditelantarkan oleh sub etnik Tontemboan dan hanya beberapa keluarga asal Tompaso mendiamiwilayah itu . Malahan sub - etnik Tontemboan lebih cenderung bermigrasi ke arah pantai Timur Minahasa , sehingga mereka memiliki lokasi pemukiman dari pantai Amurang sampai desa Temboan dipantai Timur Minahasa . Program kolonisasimengakibatkan seluruh sub - etnik Minahasa Tombulu ', Tonsea', Tondano, dan sub - etnik minoritas bermigrasike wilayah itu yang kemudian bernama Tompaso Baru . Inilah salah satu contoh perpindahan penduduk Minahasa di jaman modern sekarang ini,
dimana semua sub - etnik Minahasa boleh berpindah ke salah satu wilayah tertentu milik sub
etnik yang lain , dalam contoh inimilik Tontemboan . C . SUB -ETNIK MINORITAS
Sub -etnik minoritas terbentuk dari pecahan sub -etnik utama, lalu membentuk walak -walak kecil yang berbeda bahasa dan adat kebiasaan dengan sub - etnik utama. Semua sub- etnik utama Tombulu ', Tonsea, Tondano , dan Tontemboan masih memiliki persamaan bahasa dan cara
membentuk kata , hanya berbeda dialek . Sedangkan sub - etnik minoritas selain mempunyai bahasa yang berbeda dengan sub - etnik utama, juga agak berbeda dengan sub- etnik lainnya. Yang termasuk sub - etnik minoritas adalah : Bantik , Tonsawang - Tombatu , Ratahan -Pasan , Ponosakan serta penduduk P . Siauw di utara Minahasa. Kalau kita melihat peta lokasi tempat kediaman sub - etnik minoritas Tonsawang Tombatu , Pasan -Ratahan , Ponosakan di Minahasa Selatan (GAMBAR 4 ), nampak dengan jelas bahwa sub - etnik minoritas itu pada jaman lampau merupakan satu kesatuan Pakasa'an Tombatu purba, yang kemudian mengalami perpecahan menjadiwalak -walak kecil.
TIL
uid( 10)(
USMOT
ībaino
. .YX . IL VYT SlydespaguigMINAHAJBA
songe
малкіNoctista * BC NESIBIKTIE60 biel
usa
80
nslias MCLNADOngono
1909 .Ogos
*
svisliy
i
Schutiny
796
P . nanu3 MELVILL A CANSPEE .
USED 1833 . 91
by to w in to downloaded rigmand ww do your anawa's
hope you enggolongani AL AS A Tipkowe
Www : : Lepto low , de kid Stenstrady Kombit P a XX.Ante categorien du.L in . .
nua B asude Naal
Xuvad Thomasya Snow sheria
* L
E
13
B
o
p
l
e
AN VW AS NO NA ansiseshis line
nel98 sibi
PressANIま
S
たnsoristudi.
man nem
Saison
araw . *TEOTbine du
Iremiano
A1019
Gasts
2
sbc song
se is
a delini tha
montrentHou
1
1
a
c
ID
CO
Y
1
Kendo omnemsib serien
VSI Bobins Lang