• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII MTs DARUSSALAM KROYA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh : WIWI SUSANTI NIM: 073511068. FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011.

(2) PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini:. Nama. : Wiwi Susanti. NIM. : 073511068. Jurusan/Program Studi. : Tadris Matematika. menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.. Semarang, Juni 2011. Saya yang menyatakan,. Wiwi Susanti NIM: 073511068. ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) v.

(6) ABSTRAK Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Wiwi Susanti NIM : 073511068 Skripsi ini membahas tentang efektivitas model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Berdasarkan penuturan guru matematika kelas VIII di MTs Darussalam Kroya menyatakan bahwa pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Ini disebabkan karena peserta didik hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru tanpa membuktikan sendiri kenapa bisa seperti itu. Untuk mengurangi kesulitan dan kekeliruan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal latihan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga dalam pembelajaran. Melalui penelitan ini, akan diimplementasikan penggunaan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “posttest-only control design”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga dalam materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011? Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi dalam 3 kelas sebanyak 112 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Terpilih peserta didik kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas VIII A sebagai kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran kedua kelas diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya di kelas VIII C sebagai kelas uji coba. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara, metode dokumentasi, metode observasi, dan tes. Data dianalisis dengan uji perbedaan ratarata (uji t) pihak kanan. Berdasarkan perhitungan hasil penelitian diperoleh nilai   6,6336, sedangkan 

(7) ,;  1,997. Karena   

(8) ,; maka  ditolak. Artinya rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan pembelajaran dengan. vi.

(9) metode guru sebagai pusat belajar. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 57,55 juga lebih besar dari pada nilai sebelumnya sebesar 55. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ratarata hasil tes kelas eksperimen meningkat dari nilai sebelum eksperimen, di mana nilai tersebut juga lebih besar dari pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar di kelas VIII MTs Darussalam Kroya dan disarankan guru dapat mengembangkan penggunaan model pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lain yang sesuai.. vii.

(10) KATA PENGANTAR. ‫

(11)  ا ا  ا‬ Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subnahu wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. H. Mursyid, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Tadris Matematika Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 3. Hj. Minhayati Shaleh, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Saminanto, S.Pd., M.Sc., selaku dosen wali yang memotivasi dan memberikan arahan selama kuliah.. viii.

(12) 6. Yulia Romadiastri, S.Si., selaku dosen matematika yang memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 8. Drs. H. Yahya, M.A., selaku Kepala MTs Darussalam Kroya yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 9. Masni Afiati, S.Ag., selaku guru pengampu mata pelajaran matematika yang telah berkenan memberi bantuan, informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 10. Bapak dan Ibu guru serta karyawan MTs Darussalam Kroya. 11. Orang tua beserta keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangat. 12. Teman-teman mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi dan semangat. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca demi perbaikan karya berikutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.. Semarang,. Juni 2011. Penulis. Wiwi Susanti 073511068. ix.

(13) DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................ i. PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................. ii. PENGESAHAN .................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I. x. : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1. B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4. C. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4. BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka.............................................................................. 5. B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................. 27 C. Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga Efektif untuk Meningkatkan Hasil Belajar ....................................................... 28 D. Rumusan Hipotesis ..................................................................... 31. BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................... 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 30 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 31 D. Variabel dan Indikator Penelitian................................................ 35 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36 F. Teknik Analisis Data ................................................................... 38. x.

(14) BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................. 44 B. Analisis Data ............................................................................... 44 C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 55 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 55. BAB V : PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................... 57 B. Saran............................................................................................ 57. DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP. xi.

(15) DAFTAR TABEL. Tabel 1 Keterangan gambar 1, 10. Tabel 2 Keterangan gambar 2, 11. Tabel 3 Keterangan gambar 3, 12. Tabel 4 Keterangan gambar 4, 12. Tabel 5 Hasil perhitungan   nilai awal, 48. Tabel 6 Nilai varians, 49. Tabel 7 Kesamaan rata-rata, 50. Tabel 8 Analisis validitas butir soal, 51. Tabel 9 Varians tiap item, 51. Tabel 10Analisis tingkat kesukaran butir soal, 52. Tabel 11Analisis daya pembeda butir soal, 53. Tabel 12Hasil analisis tes, 54. Tabel 13Hasil perhitungan   nilai akhir, 55. Tabel 14Nilai varians, 56. Tabel 15Uji perbedaan dua rata-rata, 57.. xii.

(16) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 Kubus, 10. Gambar 2 Balok, 11. Gambar 3 Kubus besar yang terbuat dari plastik mika dan kubus kecil sebagai isinya yang terbuat dari kayu, 12. Gambar 4 Balok besar yang terbuat dari plastik mika dan kubus kecil sebagai isinya yang terbuat dari kayu, 12. Gambar 5 Jaring-jaring kubus, 24. Gambar 6 Jaring-jaring balok, 25. Gambar 7 Skema Penelitian, 33.. xiii.

(17) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pertemuan I, 62.. Pembelajaran. (RPP). Kelas. Eksperimen. Kelas. Eksperimen. Lampiran 2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) I, 67. Lampiran 3 Alat Tes I Kelas Eksperimen, 69. Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pertemuan II, 70.. Pembelajaran. (RPP). Lampiran 5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) II, 74. Lampiran 6 Alat Tes II Kelas Eksperimen, 76. Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan I, 78. Lampiran 8 Alat Tes I Kelas Kontrol, 82. Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan II, 84. Lampiran 10 Alat Tes II Kelas Kontrol, 88. Lampiran 11 Kisi-kisi Soal Uji Coba, 90. Lampiran 12 Soal Uji Coba, 94. Lampiran 13 Kunci Jawaban Soal Uji Coba, 96. Lampiran 14 Pedoman Penskoran Soal Uji Coba, 102. Lampiran 15 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII A, 103. Lampiran 16 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII B, 104. Lampiran 17 Daftar Nilai MID Semester Gasal Kelas VIII C, 106. Lampiran 18 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII A, 108. Lampiran 19 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII B, 111. Lampiran 20 Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII C, 115. Lampiran 21 Uji Homogenitas Nilai Awal, 119. Lampiran 22 Uji Kesamaan Rata-rata Awal, 121.. xiv.

(18) Lampiran 23 Daftar Nilai Tes Uji Coba, 123. Lampiran 24 Analisis Butir Soal, 125. Lampiran 25 Contoh Perhitungan Validitas Soal Nomor 1, 129. Lampiran 26 Contoh Perhitungan Reliabilitas, 131. Lampiran 27 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Nomor 1, 133. Lampiran 28 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Nomor 1, 135. Lampiran 29 Daftar Kelompok Kelas Eksperimen, 138. Lampiran 30 Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen, 140. Lampiran 31 Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen, 141. Lampiran 32 Hasil Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Kontrol, 142. Lampiran 33 Hasil Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Kontrol, 143. Lampiran 34 Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen, 144. Lampiran 35 Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol, 146. Lampiran 36 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen, 148. Lampiran 37 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol, 151. Lampiran 38 Uji Homogenitas Nilai Akhir, 154. Lampiran 39 Uji Perbedaan Rata-rata Nilai Akhir, 155. Lampiran 40 Tabel Distribusi Normal, 157. Lampiran 41 Tabel Nilai Chi-kuadrat, 158. Lampiran 42 Tabel F, 159. Lampiran 43 Tabel r, 160. Lampiran 44 Tabel t, 161.. xv.

(19) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada sekarang ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sejalan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, peranan pendidikan sebagai usaha sadar untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat,. sehingga. pemerintah. selalu. mengadakan. pembaharuan. untuk. mengembangkan dan meningkatkan pendidikan nasional. Pendidikan adalah suatu hal yang diprioritaskan karena pendidikan merupakan kewajiban yang berlangsung sepanjang hayat, selama seseorang masih hidup dan berakal sehat. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan berpikir logis, bersikap kritis, berinisiatif, unggul, dan menguasai ilmu pengetahuan serta keterampilan dasar. Keberhasilan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan, seperti keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru dan peserta didik dapat saling berinteraksi untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar yang tinggi sangat diharapkan oleh peserta didik, oleh guru maupun orang tua, karena dengan prestasi belajar yang tinggi dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar, serta tercapainya tujuan pendidikan. Terlebih prestasi belajar matematika yang. mana mata pelajaran matematika. merupakan mata pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi peserta didik. Peserta didik kebanyakan menganggap bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan penuh dengan rumus-rumus. Pembelajaran Matematika SMP/MTs mencakup beberapa materi yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri, Statistik, dan Peluang. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah pembelajaran geometri yaitu materi Bangun Ruang Sisi Datar. Idealnya dalam pembelajaran geometri melalui lima tahapan-tahapan perkembangan kognitif dalam memahami geometri. Sama halnya dengan pembelajaran pada materi Bangun Ruang Sisi Datar yang merupakan bagian dari geometri juga melalui lima. 1.

(20) tahapan. Yang pertama tahap visualisasi, pada tahap ini peserta didik hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi, dan bangun-bangun geometri lainnya. Pada tahap ini guru dituntut untuk menggunakan alat peraga. Bila pada tahap visualisasi anak belum mengenal sifat-sifat dari bangunbangun geometri, tidak demikian pada tahap Analisis. Pada tahap ini peserta didik sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Tahap ketiga yaitu tahap deduksi informal. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Selanjutnya tahap deduksi, pada tahap ini peserta didik telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Tahap terakhir dari perkembangan kognitif peserta didik dalam memahami geometri adalah tahap ketepatan. Pada tahap ini peserta didik sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit.1 Namun pada kenyataannya, rata-rata prestasi belajar matematika peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Pucung Kidul Kroya Cilacap masih tergolong rendah dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut kurikulum yakni sebesar 55. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika materi pokok yang dianggap sulit dipahami oleh peserta didik adalah materi Bangun Ruang Sisi Datar terutama pada materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok. Peserta didik seringkali mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Ini disebabkan karena peserta didik hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru tanpa membuktikan sendiri kenapa bisa seperti itu. Sehingga peserta didik tidak memahami konsep dari materi Bangun Ruang Sisi Datar yang penuh dengan rumus. Peserta didik cenderung mengahafalkan rumus-rumus tanpa memahami konsepnya. Selain itu, peserta didik hanya mengenal Bangun Ruang Sisi Datar dengan gambar bukan benda konkret atau alat peraga berbentuk bangun ruang. 1. Purwoko, “Teori Belajar Van Hiele”, dalam edywihardjo.blog.unej.ac.id/…/download.php?...PengembanganPembelajaranMatematika…, diakses 10 Desember 2010.. 2.

(21) Ini menyebabkan materi tersebut tidak begitu mengena di benak peserta didik. Guru juga tidak begitu memperhatikan perkembangan pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari, sehingga ada peserta didik yang belum paham dengan materi yang dipelajari tetapi sudah diberikan materi yang lain. Model pembelajaran Van Hiele mencakup lima fase pembelajaran yaitu fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. Fase-fase tersebut sesuai dengan pembelajaran geometri yang ideal. Sehingga dengan model pembelajaran Van Hiele diharapkan mampu mengatasi masalah yang terjadi di MTs Darussalam Kroya pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Dengan model pembelajaran Van Hiele dengan menggunakan alat peraga, diharapkan peserta didik tidak hanya menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh guru dan materi Bangun Ruang Sisi Datar mengena di benak peserta didik. Dan diharapkan juga dapat menambah nuansa baru bagi pembelajaran matematika materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Agar dalam pembelajarannya, keterampilan proses yang ada dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian eksperimen dengan judul “Efektivitas. Model. Pembelajaran Van Hiele dengan Alat. Peraga untuk. Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII MTs Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011”.. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011?”. 3.

(22) C. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti Menambah. wawasan. dan. pengalaman. keterampilan. dalam. menerapkan. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele. 2. Bagi peserta didik a. Membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. b. Peserta didik lebih memahami materi Bangun Ruang Sisi Datar. 3. Bagi sekolah Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.. 4.

(23) BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Van Hiele a. Pengertian Model pembelajaran van hiele adalah model pembelajaran yang melibatkan lima fase (langkah), yaitu : informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).1 Model pembelajaran ini hanya digunakan pada pembelajaran geometri. Fitur yang paling menonjol dari model tersebut adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukannya berapa banyak pengetahuan yang dimiliki. Perbedaan yang signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran apa yang mampu dipikirkan secara geometris.2 b. Langkah-langkah Pembelajaran 1) Fase 1: Informasi (information) Dengan tanya jawab antara guru dan peserta didik, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar peserta didik dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki. 1. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 2. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151.. 5.

(24) peserta didik, misalnya apa itu kubus, apa itu luas permukaan, apa itu volume, dan seterusnya. Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsikonsepsi awal peserta didik untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak peserta didik, peserta didik mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.3 Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut. a) Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai peserta didik mengenai topik yang dibahas. b) Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.4 2) Fase 2: Orientasi langsung (directed orientation) Sebagai refleksi dari fase 1, peserta didik meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar (alat-alat) yang dirancang guru. Guru mengarahkan peserta didik untuk. meneliti. obyek-obyek. yang. dipelajari.. Kegiatan. mengarahkan. merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus peserta didik. Misalnya, guru meminta peserta didik mengamati alat peraga berbentuk kubus dan balok. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar aktif mengeksplorasi obyek-obyek melalui kegiatan seperti menentukan panjang sisi kubus dan balok. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi peserta didik sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri.5 3. Ferry Ferdianto, “Model Pembelajaran Van Hiele”, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 4. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 5. Ferry Ferdianto, “Model Pembelajaran Van Hiele”, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010.. 6.

(25) 3) Fase 3: Penjelasan (explication) Berdasarkan pengalaman sebelumnya, peserta didik menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu peserta didik menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata.6 4) Fase 4: Orientasi bebas (free orientation) Peserta didik mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para peserta didik dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas.7 Fase pembelajaran ini bertujuan agar peserta didik memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan. pembelajaran. yang. meningkatkan. perolehan. berbagai. performansi peserta didik.8 5) Fase 5: Integrasi (Integration) Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru peserta didik yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara. Guru membimbing peserta didik untuk melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara. Dengan bimbingan guru, peserta didik memberikan definisi/pengertian kemudian menyimpulkan. Peserta didik meninjau kembali 6. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 7. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010. 8. Ferry Ferdianto, “Model Pembelajaran Van Hiele”, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010.. 7.

(26) dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survei secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari peserta didik. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.9 Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian pengetahuan peserta didik dengan meminta membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri peserta didik, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.10 2. Alat Peraga a. Pengertian Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami peserta didik.11. 9. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam diakses 11 http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, Desember 2010. 10. Ferry Ferdianto, “Model Pembelajaran Van Hiele”, dalam http://ferrymath.blogspot.com/2010/03/pembelajaran-geometri-berdasarkan-tahap.html, diakses 11 Desember 2010. 11. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 99.. 8.

(27) b. Fungsi Alat Peraga Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah: 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagaian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. 3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. 4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik. 5) Penggunaan. alat. peraga. dalam. pengajaran. lebih. diutamakan. untuk. mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru . 6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.12 c. Jenis Alat Peraga 1) Alat peraga dua dan tiga dimensi Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi disamping mempunyai ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi. Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain: a) Bagan 12. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 99-100.. 9.

(28) b) Grafik c) Poster d) Gambar mati e) Peta datar f) Peta timbul g) Globe h) Papan tulis13 2) Alat-alat peraga yang diproyeksi Alat peraga yang diproyeksi adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Alat peraga yang diproyeksi antara lain: a) Film b) Slide dan filmstrip14 Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga tiga dimensi yang berbentuk bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok. d. Alat Peraga Bangun Ruang Sisi Datar 1) Alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok Alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok terbuat dari kertas karton. Dan bentuk alat peraga tersebut sesuai dengan gambar di bawah ini.. .. Gambar 1. Tabel 1. Keterangan Gambar 1. Bentuk Kubus. Ukuran 6 cm. Bahan Kertas karton berwarna merah muda. 13. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 101-102. 14. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 102-103.. 10.

(29) Gambar 2. Tabel 2. Keterangan Gambar 2. Bentuk. Ukuran Panjang. Balok. 8. Bahan cm,. lebar 4 cm, dan Kertas karton berwarna kuning tinggi 6 cm. Langkah-langkah penggunaan alat peraga: a) Buatlah bangun tersebut membentuk jaring-jaring b) Hitung luas permukaan bangun tersebut Luas permukaan = jumlah luas seluruh sisi = luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi samping kanan + luas sisi samping kiri + luas sisi atas + luas sisi bawah Luas permukaan kubus. = 6  sisi  sisi  6  . Luas permukaan balok. = 2   2   2  . 2) Alat peraga untuk menemukan rumus volume kubus dan balok Alat peraga untuk menemukan rumus volume kubus dan balok terbuat dari mika transparan untuk kubus dan balok besar, dan untuk kubus satuan terbuat dari kayu.. 11.

(30) Bentuk alat peraga tersebut sesuai dengan gambar di bawah ini.. Gambar 3. Tabel 3. Keterangan Gambar 3. Bentuk. Ukuran. Bahan. Kubus besar. 6 cm. Plastik mika. Kubus satuan. 2 cm. Kayu diberi warna kuning. Gambar 4. Tabel 4. Keterangan Gambar 4. Bentuk Balok besar Kubus satuan. Ukuran Panjang 8 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 6 cm 2 cm. Bahan Plastik mika Kayu diberi warna kuning. Langkah-langkah penggunaan alat peraga: a) Masukkan kubus satuan ke dalam bangun besar sampai penuh. 12.

(31) b) Hitung jumlah kubus satuan pada sisi panjang, lebar, dan tingginya (1)sisi panjang. = … kubus satuan. (2)sisi lebar. = … kubus satuan. (3)sisi tinggi. = … kubus satuan. c) Selanjutnya untuk menentukan volume dikalikan ketiganya sehingga menjadi: = panjang kubus  lebar kubus  tinggi kubus = … kubus satuan. Volume kubus besar. Misalnya sisi kubus adalah  dan karena sisi-sisi kubus sama maka : Volume kubus =      Volume balok besar. = panjang kubus  lebar kubus  tinggi kubus = … kubus satuan. Misalnya panjang balok = , lebar balok = , dan tinggi balok = maka: Volume balok =    3. Hasil Belajar a. Belajar 1) Pengertian Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari.Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.15 Sedangkan menurut Islam, manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui suatu apapun dan Allah SWT memberikan akal untuk belajar dan berfikir membedakan antara yang baik dan yang buruk sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78: 15. Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.. 127.. 13.

(32) Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl ayat 78)16 Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada para hamba, dengan mengeluarkan mereka dari perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezki kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan, dan hati.17 Allah menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian member kalian akal yang dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangkan, menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan antara sebagian dan sebagian yang lain, dan menjadikan perkara-perkara yang kalian butuhkan di dalam hidup ini, sehingga kalian dapat mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rezki dan barang-barang, agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Demikian halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan. Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-Nya dalam tujuannya untuk itu ia diciptakan.18 16. Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hlm. 413. 17. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 210-211. 18. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 211.. 14.

(33) Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman, perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.19 2) Teori Belajar a) Teori Van Hiele (Hierarkis Belajar Geometri) Tidak semua orang berpikir tentang ide-ide geometri dengan cara yang sama. Tentunya, kita semua tak sama tetapi kita semua dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kita untukberpikir dan menimbang dalam konteks geometri. Riset dari dua pendidik, Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof, telah menghasilkan wawasan dalam perbedaan dalam 19. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 84-. 85.. 15.

(34) pemikiran geometri dan bagaimana perbedaan tersebut muncul. Riset dari van Hiele bermula pada tahun 1959 dan langsung menarik perhatian di Uni Soviet.20 Tingkat-tingkat pemikiran geometris menurut teori van Hiele meliputi: (1)Level 0: Visualisasi “Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana “rupa” mereka.”21 Peserta didik-peserta didik pada tingkatan awal ini mengenal dan menamakan bentuk-bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut sebuah pendekatan perwujudan akan bentuk. “Hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau kelompokkelompok dari bentuk-bentuk yang terlihat “mirip”.”22 Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh peserta didik.23 (2)Level 1: Analisis “Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual.”24 Peserta didik pada tingkat analisis dapat menyatakan semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Dalam mengenali sebuah. 20. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 21. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 22. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 23. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151. 24. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 152.. 16.

(35) bentuk, para pemikir tingkat 1 akan menyebutkan sifat-sifat dari bentuk sebanyak mungkin. “Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.”25 Sebuah perbedaan yang berarti antara tingkat 1 dengan tingkat 0 adalah objek dari pemikiran peserta didik. Ketika peserta didik tingkat 1 terus menggunakan model-model dan gambaran dari bentuk-bentuk, mereka mulai menganggapnya sebagai perwakilan kelompok dari bentuk. 26 (3)Level 2: Deduksi Informal “Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk.”27 Jika peserta didik mulai dapat berpikir tentang sifat-sifat objek geometri tanpa batasan dari objek-objek tertentu, mereka dapat membuat hubungan di antara sifat-sifat tersebut. Peserta didik pada tingkat 2 akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal, deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. “Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan di antara sifat-sifat objek geometri.”28 Kegiatan-kegiatan. pada. tingkat. 2. ini. ditandai. dengan. adanya. pencantuman dari pemikiran logis informal. Peserta didik telah mengembangkan pemahaman akan berbagai sifat bentuk.29 (4)Level 3: Deduksi “Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan di antara sifat-sifat objek geometri.”30 25. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 152. 26. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm.152. 27. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153. 28. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153. 29. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 153.. 17.

(36) Pada tingkat 3, peserta didik mampu meneliti bukan hanya sifat-sifat bentuk saja. Pemikiran mereka sebelumnya telah menghasilkan dugaan mengenai hubungan antar sifat-sifat. Ketika analisis pendapat informal ini berlangsung, struktur sebuah sistem lengkap dengan aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran geometri. “Hasil pemikiran pada tingkat 3 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri.”31 Tipe pemikiran yang mengakarakteristikan seorang pemikir pada tingkat 3 sama dengan yang dibutuhkan pada pelajaran goemetri sekolah tinggi tipikal. Di sanalah peserta didik membuat sebuah daftar aksioma dan definisi untuk membuat teorema.32 (5)Level 4: Ketepatan (Rigor) “Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri.”33 Pada tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulan dalam sistem. Terdapat sebuah apresiasi akan perbedaan dan hubungan antara berbagai sistem dasar. Secara umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. “Hasil pemikiran pada tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan di anatara berbagai sistem-sistem geometri dasar.”34. 30. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 31. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 32. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 33. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154.. 18.

(37) Meskipun keadaan tingkatan tidak secara langsung terkait dengan usia, peserta didik TK sampai dengan II SD biasanya berada pada level 0, dan peserta didik kelas III-VI SD biasanya berada pada level 1.35 Level 2 biasanya cocok untuk peserta didik kelas VII dan VIII SMP. Level 3 biasanya cocok untuk peserta didik di SMA.36 b) Menurut Jean Piaget (salah satu penganut aliran kognitif yang kuat) Proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.37 Menurut. Piaget,. proses. belajar. harus. disesuaikan. dengan. tahap. perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu tahap Sensorimotor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap Operasinal Konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap Operasional Formal (14 tahun atau lebih). Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (praoperasional), dan lain lagi yang dialami peserta didik lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional konkret dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka guru seyogyanya memahami tahap-tahap perkembangan anak. 34. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 154. 35. Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 14. 36. Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 16. 37. Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 8.. 19.

(38) didiknya ini, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.38 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele sesuai dengan Teori Belajar menurut Piaget. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele, peserta didik dalam mempelajari geometri juga mengalami perkembangan kemampuan berpikir dengan melalui tingkat-tingkat yaitu tingkat visualisasi, tingkat analisis, tingkat abstraksi, tingkat deduksi formal, dan tingkat rigor. Semua anak mempelajari geometri dengan melalui tingkat-tingkat tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang peserta didik mulai memasuki sesuatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Selain itu, proses perkembangan dari tingkat yang satu ke tingkat berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih tergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui peserta didik. c) Menurut Bruner Bruner mengusulkan teorinya yang disebut “free discovery learning”. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.39 Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele sesuai dengan Teori Belajar menurut Bruner. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Van Hiele, peserta didik dalam mempelajari geometri, aksioma, definisi, teorema, efek, dan postulat mulai berkembang dan dapat dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran geometri.. 38. Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 9. 39. Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 11.. 20.

(39) b. Hasil Belajar 1) Pengertian Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.40 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.41 2) Macam-macam Hasil Belajar “Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.”42 Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. “Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.”43 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 40. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 44.. 41. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 45.. 42. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22. 43. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22.. 21.

(40) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.44 Hasil belajar materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar dengan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga merupakan hasil belajar dalam ranah kognitif tingkat tinggi. Karena dalam pembelajaran materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar mencakup aspek aplikasi, analisis dan evaluasi. 3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah: a) Faktor. jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang. diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 44. I Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22-23.. 22.

(41) b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi: i). Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. ii). Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1)Lingkungan keluarga (2)Lingkungan sekolah (3)Lingkungan masyarakat (4)Lingkungan kelompok b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.45 Sedangkan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga merupakan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan fisik. Karena model pembelajaran itu diperoleh saat proses pembelajaran di kelas dan merupakan fasilitas yang menunjang pembelajaran agar berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.. 45. Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.. 138.. 23.

(42) 4. Materi a. Luas Permukaan dan Volume Kubus. Keterangan:  = sisi. . alas.  . Gambar 5.. Luas permukaan kubus. = 6  sisi  sisi  6    6 . Volume kubus. 46. = sisi  sisi  sisi     47. Contoh: Hitunglah volume sebuah kubus yang memiliki luas sisi 1.176 cm2! Jawab: Luas sisi (luas permukaan). = 6 . 1.176. = 6 . .. = . . 196. = . 46. Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 221. 47. Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 227.. 24.

(43) √196. =. 14. = = . maka volume kubus. = 14 = 2.744 Jadi volume kubus yang memiliki luas sisi 1.176 cm2 adalah 2.744 cm3. b. Luas Permukaan dan Volume Balok. alas. Keterangan:  = panjang = lebar = tinggi. . Gambar 6. Luas permukaan balok. = luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi samping kanan + luas sisi samping kiri + luas sisi atas + luas sisi bawah = 2   2   2  48. Volume balok. = panjang  lebar  tinggi =    49. 48. Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 221. 49. Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih, Matematika SMP dan Mts untuk Kelas VIII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 227.. 25.

(44) Contoh: Sebuah balok dengan luas permukaan 562 cm2, memiliki panjang 15 cm dan tinggi 8 cm. Hitung lebar balok tersebut! Jawab: Luas permukaan balok. = 2   2   2  . 562. = 215   215  8 2  8. 562. = 30 240 16. 562. = 46 240. 562  240. = 46. 322. = 46.  . =. . 7. =. Jadi lebar balok dengan luas permukaan 562 cm2, panjang 15 cm, dan tinggi 8 cm adalah 7 cm. 5. Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele Penerapan model pembelajaran Van Hiele dalam materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Guru menyiapkan alat peraga berupa kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton, kayu, dan plastik mika. Kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton yang mana kubus dengan warna merah muda dan balok dengan warna kuning digunakan untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok. Sedangkan kubus dan balok yang terbuat dari plastik mika digunakan untuk menemukan rumus volume kubus dan balok yang mana diisi dengan kubus satuan yang terbuat dari kayu diberi warna kuning. b. Guru menyampaikan tujuan yaitu menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok. c. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok. d. Guru memberikan alat peraga bangun ruang tersebut kepada masing-masing kelompok dengan jumlah dan bentuk yang sama antara kelompok yang satu dengan yang lain. Kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton diberikan pada. 26.

(45) saat materi Luas Permukaan Kubus dan Balok. Sedangkan kubus besar dan balok besar serta kubus satuan yang terbuat dari kayu diberikan pada saat materi Volume Kubus dan Balok. e. Fase 1: Informasi Dengan tanya jawab guru menyampaikan pengertian luas permukaan dan volume kubus dan balok. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok. Serta untuk menentukan pembelajaran selanjutnya. f. Fase 2: Orientasi langsung Peserta didik membuat jaring-jaring dengan kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton sesuai dengan petunjuk pada LKPD sehingga kemudian menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok. Selanjutnya untuk menemukan rumus volume kubus dan balok, peserta didik memasukkan kubus satuan yang terbuat dari kayu ke dalam kubus besar dan balok besar yang terbuat dari plastik mika sesuai dengan petunjuk pada LKPD. g. Fase 3: Penjelasan Peserta didik menemukan cara menghitung luas permukaan dan volume kubus. h. Fase 4: Orientasi bebas Peserta didik menemukan rumus luas permukaan dan volume balok dengan menghubungkan dengan rumus luas permukaan dan volume kubus yang ditemukan pada fase 3. i. Fase 5: Integrasi Peserta didik mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan dengan dipandu oleh guru menyimpulkan materi yang dipelajari.. B. Kajian Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ini peneliti membaca skripsi yang menggunakan teori ataupun model pembelajaran Van Hiele sebagai tema utamanya, di antaranya adalah: 1. Skripsi Casbari dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Van Hiele Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar. 27.

(46) pada Peserta didik Kelas VIII F SMP Negeri 6 Pekalongan”. Dengan hasil pada siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 70,00, dan 72,50% peserta didik memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 63. Pada siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai 77,20 dan persentase peserta didik yang mencapai batas tuntas belajar 90,00%. Hasil akhir pada siklus III menunjukkan perkembangan yang tidak begitu besar dari hasil siklus II. Kesimpulannya model pembelajaran Van Hiele efektif meningkatkan hasil belajar matematika. 2. Skripsi Dwita Tyasti Asri dengan judul “Penerapan Pembelajaran Geometri Van Hiele pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Segiempat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sumberpucung”. Dengan hasil pada siklus 1 presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 81,25% sedangkan pada siklus 2 presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 96,875%. Kesimpulannya. pembelajaran dengan geometri Van Hiele dalam penelitian. berhasil. 3. Skripsi Rini Sofiyanti dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Segiempat Kelas VII di SMP Taman Siswa (Taman Dewasa) Malang”. Dengan hasil nilai rata-rata peserta didik meningkat 6,6 poin, hasil belajar peserta didik meningkat 11,9 %, penilaian kegiatan guru dan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran meningkat sebesar 10,55% dan 5,5% dari siklus I ke siklus II. Kesimpulannya pembelajaran berdasarkan tahap berpikir Van Hiele pada pembelajaran geometri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.. C. Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga Efektif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar berarti suatu proses mendapatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia, sedangkan pembelajaran berarti upaya untuk membelajarkan peserta didik. Hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran.. 28.

(47) Untuk meningkatkan hasil belajar, dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya memperhatikan teori-teori yang mendukung pembelajaran. Seperti teori belajar menurut Piaget yang mengemukakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Guru seyogyanya memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.50 Dan teori belajar menurut Bruner yang mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.51 Selain teori belajar tersebut khususnya untuk pembelajaran geometri, ada teori yang mendukung yaitu teori pembelajaran geometri menurut van Hiele. Van Hiele mengemukakan bahwa dalam mempelajari geometri, seseorang akan melalui lima tingkatan pemikiran geometris yaitu visualisasi, analisis, deduksi formal, deduksi, dan ketepatan.52 Model pembelajaran yang sesuai dengan teori-teori tersebut adalah model pembelajaran Van Hiele. Model pembelajaran ini mencakup lima fase yaitu fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. Pada fase orientasi langsung, dituntut adanya alat peraga.53 Alat peraga adalah alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.54 Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian dan langkah pemecahan 50. Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 9. 51. Prasetya Irawan, et. al., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, (Pusat Antar Universitas, 1996), hlm. 11. 52. John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008), jil. II, hlm. 151-154. 53. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam diakses 11 http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, Desember 2010. 54. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2009), hlm. 99.. 29.

(48) masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar memecahkannya. Materi Bangun Ruang Sisi Datar merupakan materi yang mencakup kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran Van Hiele adalah merupakan model yang dapat mendidik peserta didik berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi, dan dapat belajar menganalisis suatu masalah. Pembelajaran. matematika. Bangun. Ruang. Sisi. Datar. dengan. model. pembelajaran Van Hiele akan dilakukan sebagai berikut. Fase 1: dengan tanya jawab guru menyampaikan pengertian kubus, balok, luas permukaan, dan volume bangun ruang. Fase 2: peserta didik membuka alat peraga tersebut sesuai dengan instruksi guru sehingga dapat membentuk jaring-jaring. Fase 3: peserta didik menemukan cara menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang. Fase 4: peserta didik menemukan cara menghitung luas permukaan bangun dan volume bangun ruang yang lain dengan menghubungkan dengan cara menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang yang sudah ditemukan pada fase 3. Fase 5: peserta didik mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan dengan dipandu oleh guru menyimpulkan materi yang dipelajari.55 Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas diharapkan apabila peserta didik diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Van Hiele diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran Van Hiele.. 55. AL. Kristiyanto, “Pembelajaran Matematika Berdasar Teori Belajar Van Hiele”, dalam http://kris-21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasar-teori.html, diakses 11 Desember 2010.. 30.

(49) D. Rumusan Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya tahun pelajaran 2010/2011.. 31.

(50) BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Metode penelitian kuantitatif yang dilakukan merupakan metode eksperimen yang berdesain “posttest-only control design”, karena tujuan dalam penelitian ini untuk mencari pengaruh treatment. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut. R R. X. O1 O2. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2).1. 1. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm. 112.. 32.

(51) Skema penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Data nilai mid matematika semester gasal kelas VIII MTs Darussalam Uji normalitas dan homogenitas Secara random cluster dipilih 3 kelas. Dari 3 kelas dipilih 2 kelas untuk uji kesamaan dua rata-rata Kelas VIII B dengan model pembelajaran Van hiele sebagai kelas eksperimen. Kelas VIII C sebagai kelas uji coba. Kelas VIII A dengan model pembelajaran biasa. Uji coba instrumen tes. PBM pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Tes tentang materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Analisis untuk menentukan instrumen. Analisis tes tentang materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar Membandingkan tes tentang materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Menyusun hasil penelitian. Gambar 7.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Darussalam Kroya Cilacap. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011.. 33.

(52) C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.”2 Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Darussalam Kroya Cilacap tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 112 peserta didik yang terbagi dalam 3 kelas yaitu: a. kelas VIII A sebanyak 28 peserta didik, b. kelas VIII B sebanyak 41 peserta didik, dan c. kelas VIII C sebanyak 43 peserta didik. 2. Sampel “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”3 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu dari keseluruhan kelas diambil dua kelas secara acak. Pengambilan dilakukan secara acak karena keadaan dari masing-masing kelas relatif sama. Asumsi tersebut didasarkan pada alasan bahwa peserta didik mendapatkan materi berdasarkaan kurikulum yang sama, peserta didik yang menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama, dan pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. Pertimbangan yang lain didasarkan pada uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Data nilai awal yang digunakan adalah nilai mid semester gasal.. 2. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 130. 3. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 131.. 34.

(53) Tujuan tiga analisis tersebut adalah sebagai uji prasyarat dalam menentukan obyek penelitian. a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitasnya menggunakan rumus Chi-kuadrat. Langkah-langkah kerja. 1) Mencari skor terbesar dan terkecil. 2) Mencari nilai Rentangan (R).   Skor terbesar – Skor terkecil 3) Mencari Banyaknya Kelas (BK).   1  3,3 log (Rumus Sturgess). 4) Mencari nilai panjang kelas . =. . . 5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong. 6) Mencari rata-rata (mean).  =. ∑  . Keterangan:  = rata-rata (mean).  = frekuensi.  = nilai tengah. = jumlah total frekuensi. 7) Mencari simpangan baku (standard deviasi). =. .∑ ! "∑  ! ."#. Keterangan:  = simpangan baku (standard deviasi)  = frekuensi.  = nilai tengah. = jumlah total frekuensi. 35.

(54) 8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara. a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5. b) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: &=. '(') *+')", ). c) Mencari luas 0 - & dari Tabel Kurve Normal dari 0 - & dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas d) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0 - & yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya. e) Mencari frekuensi yang diharapkan . dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden. 9) Mencari chi-kuadrat hitung /0 1 2(34 5. 0 1 = ∑7 8#. 6"*1 *. 10) Membandingkan 0 1 2(34 dengan 0 1 ('9*+. Dengan membandingkan 0 1 2(34 dengan nilai 0 1 ('9*+ untuk :  0,05 dan derajad kebebasan ;<  < - 1.. Jika 0 1 2(34 = 0 1 ('9*+ , artinya distribusi data tidak normal dan Jika 0 1 2(34 > 0 1 ('9*+ , artinya data berdistribusi normal.4. b. Uji homogenitas Di samping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel juga perlu. 4. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 121-124.. 36.

(55) dilakukan, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.5 Ada bermacam-macam cara untuk mengadakan pengujian homogenitas sampel, namun dalam penelitian ini digunakan varians terbesar dibanding varians terkecil menggunakan Tabel F. Langkah-langkah kerja. 1) Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus: ?2(34 =. @'A') (*A9*)'A @'A') (*A7*B+. 2) Membandingkan nilai ?2(34 dengan ?('9*+ , dengan rumus: ;< pembilang = - 1 (untuk varians terbesar). ;< penyebut = - 1 (untuk varians terkecil). Taraf signifikan :  0,05, maka dicari pada Tabel F. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika ?2(34 = ?('9*+ , berarti tidak homogen Jika ?2(34 > ?('9*+ , berarti homogen6. c. Uji kesamaan dua rata-rata Uji kesamaan rata-rata pada tahap awal digunakan untuk menguji apakah ada kesamaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut. 1) Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu: H0: C#  C1 (tidak ada perbedaan rata-rata awal kedua kelas sampel). H1: C# D C1 (ada perbedaan rata-rata awal kedua kelas sampel) 2) Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji-t dua pihak. 3) Menentukan taraf signifikan yaitu :  5%.. 5. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 320-321. 6. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 120.. 37.

(56) 4) Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila-F('9*+ G F2(34 G F('9*+ , #. dimana F('9*+ diperoleh dari daftar distribusi Student dengan peluang /1 - :5 dan ;<  #  1 - 2.. 1. 5) Menentukan statistik hitung menggunakan rumus: F=. ,I ",! I. I. ). K J J I. !. dengan 1 =. I "#)I ! K! "#)! ! I K! "1. Keterangan: # = rata-rata data kelas eksperimen 1 = rata-rata data kelas kontrol. # = banyaknya data kelas eksperimen. 1 = banyaknya data kelas kontrol.  1 = simpangan baku gabungan. Menarik kesimpulan yaitu jika-F('9*+ G F2(34 G F('9*+ , maka kedua kelas. mempunyai rata-rata sama.7. D. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 1. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.9 Dalam penelitian ini, yang. 7. Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Transito, 2002), hlm. 239.. 8. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm. 38.. 38.

(57) menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga. Dan indikatornya adalah: a. Pengetahuan awal peserta didik mengenai topik yang dibahas. b. Topik dipelajari melalui alat-alat yang disiapkan (alat peraga). c. Keberanian peserta didik dalam menyatakan pandangan atau pendapat dengan bahasa yang tepat. d. Cara peserta didik untuk menyelesaikan soal. e. Kesimpulan peserta didik mengenai materi yang dipelajari. 2. Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.10 Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Darussalam dalam materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar.. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.11 Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan mengenai masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas VIII MTs Darussalam Kroya.. 9. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2008) hlm. 39. 10. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2008) hlm. 39. 11. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 155.. 39.

(58) 2. Metode Dokumentasi “Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.”12 Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai nilai mid semester gasal mata pelajaran matematika kelas VIII MTs Darussalam Kroya sebagai data awal. 3. Metode Observasi “Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.”13 Metode observasi menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan peserta didik yang diharapkan muncul dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga. 4. Metode Tes “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”14 Metode ini dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar yaitu dengan dilakukan tes, yaitu tes uraian. Data ini digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.. 12. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 158. 13. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 156. 14. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 150.. 40.

(59) F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. 1. Validitas Karakteristik pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrument evaluasi, yaitu karakteristik valid (validity). Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.15 Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument dengan rumus Pearson Product Moment adalah. L2(34 =. ∑ M"∑ ·∑ M. OP·∑  ! "∑ ! Q·P·∑ M ! "∑ M! Q. Dimana: L2(34 = koefisien korelasi. ∑. = jumlah skor item. ∑R. = jumlah skor total (seluruh item). = jumlah responden. Setelah diperoleh nilai L2(34 selanjutnya dibandingkan dengan hasil L pada. tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan valid jika L2(34 S L('9*+ . Jika instrumennya itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut: Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi. Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah. 15. Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),. hlm. 30.. 41.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena bahan pencampur yaitu sekam padi yang digunakan dalam pembuatan filter tembikar dapat memperbesar pori-pori filter sehingga memperbesar

perumusan masalah dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Secara bersama-sama kompetensi guru, budaya organisasi sekolah, pembiayaan pendidikan, kepemimpinan kepala

Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan ( value of the firm ) yang menggunakan hutang

Berdasarkan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini difokuskan pada objek pembahasan kajian tentang konsep kurikulum pendidikan Islam dalam perspektif

Berbeda dari CPracR, GMM sendiri berbicara mengenai etika yang berusaha memberi pendasaran pada metafisika moral, yaitu semacam garis besar prinsip-prinsip murni

kode benda uji Benda uji 2 Berat benda uji (kg) Berat Volume (t/m³) Beban Maksimum (kN) Kuat Desak (Mpa) Angka Konversi Umur Kuat Desak umur 28 Laboratorium Bahan

Rencana Teknis Pusat Kota Terpadu Mandiri yang telah disusun, menghasilkan Rencana Tata Letak Pusat KTM Bungku yang mengalokasikan sedikitnya 54 elemen sarana dan prasarana yang

Populasi dari spesies r memiliki kecenderungan untuk meningkatkan ukuran mereka secara eksponensial pada saat tidak terdapat pembatasan oleh faktor lingkungan.. Populasi