• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI

DAN CARA APLIKASI CaCl

2

TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM

‘WOXINIA’

Asti Adha Perdani

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

PENGARUH KONSENTRASI

DAN CARA APLIKASI CaCl

2

TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM

‘WOXINIA’

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : Asti Adha Perdani

A34303060

DEPARTEMEN AGRONOMI dan HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

ASTI ADHA PERDANI. Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl2 terhadap Vase Life Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’. Dibimbing oleh DEWI SUKMA

Salah satu kendala yang biasa dihadapi dalam agribisnis bunga potong adalah sifat komoditi bunga potong yang mudah rusak. Pada kondisi umum dalam suhu ruangan, bunga potong tidak dapat bertahan lama. Untuk mempertahankan bunga tetap segar dan menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perlakuan konsentrasi CaCl2 dan metode pengaplikasian CaCl2 terhadap vase life dan kualitas bunga anggrek potong

Dendrobium ‘Woxinia’.

Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap satu faktor dengan 6 taraf perlakuan yaitu (P0) kontrol tanpa aplikasi CaCl2 langsung disimpan dalam aquades; (P1) aplikasi CaCl2 40 ppm dengan cara disemprot; (P2) aplikasi CaCl2 80 ppm dengan cara disemprot; (P3) aplikasi CaCl2 40 ppm dengan cara direndam; (P4) aplikasi CaCl2 80 ppm dengan cara direndam (pada perlakuan P1, P2, P3, P4 setelah diberi perlakuan CaCl2, bunga langsung dimasukkan dalam larutan pengawet); dan (P5) tanpa aplikasi CaCl2 dan langsung direndam dalam larutan pengawet. Larutan pengawet (holding) yang digunakan pada perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah larutan asam salisilat 150 ppm ditambah dengan sukrosa 3%. setiap perlakuan percobaan diulang sebanyak 15 ulangan dimana tiap ulangan terdiri dari 1 tangkai bunga. Dengan rata-rata jumlah kuntum bunga per tangkai adalah sekitar 16 kuntum. Pengamatan dilakukan dengan peubah-peubah: jumlah kuntum bunga awal, jumlah bunga yang mekar, persentase bunga yang mekar, jumlah kuntum yang layu, persentase kuntum bunga yang layu, jumlah kuntum bunga yang gugur, persentase bunga yang gugur, persentase tanaman yang terserang cendawan atau bakteri, volume larutan holding yang terserap pada akhir pengamatan, vase life bunga untuk semua perlakuan, pH larutan holding pada akhir pengamatan.

(4)

Dari hasil percobaan diketahui bahwa rata - rata antara kuntum mekar dan kuntum yang masih kuncup jumlahnya berimbang, yaitu 7.9 (50%) kuntum mekar dan 8.1 (50%) kuntum kuncup. Kondisi ini mengalami perubahan selama penelitian karena adanya kuncup bunga yang mekar, layu, dan gugur. Perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dengan metode perendaman walaupun hasilnya tidak sebaik perlakuan P5 yang hanya direndam dalam larutan holding tanpa perlakuan CaCl2. Penyemprotan dengan konsentrasi 40 ppm memberikan hasil lebih baik dalam mempertahankan jumlah kuntum mekar, yaitu sekitar 10 kuntum mekar selama 15 hari dan mampu mempertahankan kesegaran kuntum dengan menekan persentase gugur kuntumnya. Vase life terlama yaitu sekitar 21 hari pada tiga perlakuan yaitu bunga yang disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm (perlakuan P1), perlakuan bunga yang disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm (perlakuan P2), dan bunga hanya disimpan dalam larutan pengawet (perlakuan P5). Bunga yang direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm (perlakuan P3) dan bunga yang direndam dengan larutan CaCl2 80 ppm (perlakuan P4) hanya sekitar 18 hari. Perlakuan kontrol tanpa perlakuan CaCl2 dan bunga hanya disimpan dalam akuades (P0) memiliki

vase life tersingkat yaitu 16 hari. Dari penelitian ini terlihat bahwa hanya dengan merendam bunga anggrek potong dalam larutan asam salisilat 150 ppm dan 3% sukrosa (perlakuan P5) pada saat peragaan saja sudah mampu memberikan hasil yang sama dengan penambahan perlakuan penyemprotan CaCl2 40 ppm. Oleh karena itu perlakuan menggunakan CaCl2 belum cukup efektif dalam memperpanjang vase life dan meningkatkan jumlah kuntum mekar pada anggrek

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:

PENGARUH KONSENTRASI

DAN CARA

APLIKASI CACL

2

TERHADAP VASE LIFE

BUNGA ANGGREK DENDROBIUM

’WOXINIA’

Nama

: Asti Adha Perdani

NRP

: A34303060

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr Dewi Sukma, SP MSi NIP. 197004041997022001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian.

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 195712221982031002

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ‘Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl2 terhadap Vase life Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’’. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus hingga September di Laboratorium Pendidikan Hortikultura, FAPERTA, IPB.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu yang selalu mendoakan, memotivasi, memberi kasih sayang, dan membantu penelitian.

2. Prof. Dr. Ir. G.A. Wattimena MSc selaku dosen pembimbing akademik 3. Ibu Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberi banyak saran, ilmu yang bermanfaat, serta motivasi bagi penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Sandra A. aziz, MS dan Ibu Juang Gema Kartika, SP sebagai dosen penguji sidang skripsi.

5. Keluarga dan para sahabat yang terus memberi dukungan serta doanya. 6. Cahya, Yani, Lisa, Pemi, Nadya, dan teman–teman Horti 40 atas bantuan

dan motivasinya.

7. Staf laboratorium terutama Ibu Juju, Ibu Iip, dan Bapak Pardi yang telah banyak memberi bantuan.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cempaka Putih, Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1985 dari pasangan Agus Mulyadi dan Sri Hartini. Anak pertama dari dua bersaudara ini menyelesaikan sekolah dasarnya di SDN Ciputat 6 pada tahun 1997.

Setelah lulus dari SLTPN 1 Pamulang pada tahun 2000, penulis melanjutkan belajarnya ke SMUN 1 Ciputat. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMU dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Program Studi Hortikultura pada tahun 2003. Selama masih berkuliah di IPB, sejak tingkat akhir penulis mulai bekerja sebagai guru privat, guru bimbingan belajar dan staff administrasi.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ... ... 1 Tujuan ... ... 2 Hipotesis ... ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium .. ... 3

Penanganan Pasca Panen Bunga Potong ... 5

CaCl2 ... ... 9

DAN METODE Tempat dan Waktu ... ... 11

Bahan dan Alat ... ... 11

Metode Percobaan ... ... 11

Pelaksanaan Percobaan ... ... 12

Pengamatan ... ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... ... 15

Kondisi Awal Penelitian ... ... 15

Jumlah Kuntum ... ... 15

Jumlah Kuntum Mekar ... ... 16

Persentase Kuntum Mekar ... ... 17

Jumlah Kuntum Layu ... ... 18

Persentase kuntum Layu ... ... 20

Jumlah Kuntum Gugur ... ... 22

Persentase Kuntum gugur ... ... 23

Volume dan pH pada Akhir Pengamatan ... 24

Vaselife Anggrek untuk Semua perlakuan ... 24

Infeksi Cendawan ... ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 30

Saran ... ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Rata-Rata dan Presentase Jumlah Kuntum Total, Jumlah Kuntum Mekar Total dan Jumlah Kuntum Kuncup Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’

Pada Awal Pengamatan (0 HSP) ... 15

2. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP ... 16

3. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Mekar pada 0–21 HSP ... 17

4. Rata-Rata Jumlah dan Persentase Kuntum Mekar Total Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ ... 18

5. Persentase Kuntum Mekar Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP ... 19

6. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Layu Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP ... 20

7. Jumlah dan Persentase Kuntum Layu Total dan Persentase Kuntum Layu Bunga Anggrek Dendrobium ’Woxinia’ pada 0–21 HSP ... 21

9. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Gugur pada 0–21 HSP ... 22

10. Rata-Rata Jumlah dan Persentase Kuntum Gugur Total Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia’ ... 22

11. Persentase Kuntum Gugur Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ 0–21 HSP ... 23

12. Rata-Rata Volume Larutan yang Terserap dan pH Akhir Larutan ... 24

13. Vase life Anggrek untuk Semua Perlakuan ... 25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum, Jumlah Kuntum Mekar, dan

Persentase Kuntum Mekar... 34 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum Gugur, Persentase Kuntum Gugur,

Jumlah Kuntum Layu dan Persentase Kuntum Layu. ... 35 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Infeksi Cendawan, Vaselife, Volume dan pH ... 36 4. Denah Percobaan ... 37

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor ` Halaman

Teks

1. Bagian – Bagian Bunga Anggrek ... 4 2. Bunga Anggrek Setelah Panen Di Rendam dalam Air Hangat ... 13 3. Bunga Anggrek Setelah Diberi Perlakuan di Letakan dalam

Larutan Peraga ... 14 4. Kuncup Bunga Yang Mengalami Plasmolisis ... 25 5. Penampilan bunga potong

anggrek Dendrobium ”Woxinia” pada berbagai perlakuan pada 5 HSP ...26 6. Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium ”Woxinia”

pada berbagai perlakuan pada 21 HSP ... 27 7. Batang yang Terserang Jamur Upas ... 29 8. Kondisi Anggrek Potong yang Terserang Jamur Upas ... 29

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari masyarakat. Nilai estetikanya yang tinggi menjadi daya tarik bagi para pecinta tanaman hias. Widyawan (1994) menyatakan bahwa bunga potong jenis anggrek lebih tahan lama dibandingkan dengan bunga potong non-anggrek. Daya tahannya yang lama menjadi salah satu keunggulan bunga potong anggrek sehingga menjadi pilihan utama untuk bahan rangkaian bunga.

Anggrek memiliki potensi yang lebih besar untuk dikembangkan jika dibandingkan dengan bisnis bunga potong non-anggrek. Sumber data Deptan (2008) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2003 hingga 2007, rata – rata produksi anggrek di Indonesia hanya 5.36 tangkai/m2 pertahunnya. Jumlah ini masih rendah jika dibandingkan dengan produksi bunga potong lain yang produksinya dapat mencapai 16 tangkai/ m2 seperti pada mawar dan krisan. Pada tahun 2008, volume ekspor anggrek potong sebanyak 166.930 kg atau senilai 740.751 US$. Jumlah ini menurun drastis jika dibandingkan dengan tahun 2005 dimana volume ekspornya mencapai angka 525.468 kg (1.430.296 US$). Adapun volume impor anggrek pada tahun 2008 adalah sebanyak 34.651 kg (78.265 US $). Jumlah ini menurun empat kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2004, yaitu sebanyak 138.781 kg (350.047 US $).

Data-data tersebut menunjukkan potensi agribisnis anggrek potong masih terbuka luas. Meski demikian, masih banyak masalah dan hambatan yang perlu dikaji ulang dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi anggrek, terutama anggrek potong dalam memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu kendala yang biasa dihadapi dalam agribisnis bunga potong adalah sifat komoditi bunga potong yang mudah rusak. Pada kondisi umum dalam suhu ruangan, bunga potong tidak dapat bertahan lama. Padahal banyak orang mengharapkan bisa menikmati keindahannya dalam jangka waktu yang lama. Untuk mempertahankan

(13)

bunga tetap segar dan menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya.

Menurut Astuti (1993), beberapa cara dapat dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan bunga potong, yaitu dengan perlakuan fisik atau kimia. Salah satu perlakuan fisik adalah dengan cara pemotongan tangkai bunga dalam air hangat setelah panen untuk menghilangkan embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh udara dan mikroorganisme) pada ujung batang, sedangkan upaya lain melalui perlakuan kimia adalah dengan menggunakan larutan pengawet. Tanpa pengawetan, kehilangan produksi akibat layu dan sebagainya dapat mencapai 30–60 %.

Kader (1992) mengemukakan bahwa kalsium terbukti dapat menghambat proses senecens pada buah dan sayuran seperti pada tomat, lettuce, dan kembang kol. Halevy et al. (1979) mengemukakan bahwa perlakuan CaCl2 dapat mendorong pemekaran pada kuntum bunga mawar dan menghambat terjadinya senesen. Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, diharapkan CaCl2 juga dapat memberi efek yang sama terhadap bunga anggrek potong dan dapat memperpanjang vase life anggrek potong.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perakuan konsentrasi CaCl2 dan metode pengaplikasian CaCl2 terhadap vase life dan kualitas bunga anggrek Dendrobium ‘Woxinia’.

Hipotesis

Terdapat konsentrasi dan metode aplikasi CaCl2 tertentu yang berpengaruh dalam memperpanjang vase life dan meningkatkan kualitas bunga anggrek Dendrobium ‘Woxinia’.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek

Menurut Sheehan (1992) anggrek merupakan tanaman hias yang unik. Tanaman ini memiliki perbedaan vegetatif yang luas. Berdasarkan taksonomi, anggrek termasuk famili yang besar. Tiap jenisnya digolongkan berdasarkan karakter bunga. Orchidaceae terdiri lebih dari 800 genus dan jumlah spesies lebih dari 25000. Darmono (2007) mengemukakan sistem klasifikasi anggrek menurut Lawrence (1959) dan Dessler Dodson (1960), yaitu anggrek termasuk divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, dan famili Orchidaceae.

Anggrek memiliki dua jenis pola pertumbuhan yaitu monopodial (tegak) dan simpodial (menjalar). Anggrek Dendrobium memiliki pola pertumbuhan simpodial. Pertumbuhan umbi semu (pseudobulb) pada jenis anggrek ini akan terhenti jika telah mencapai ukuran maksimal. Setelah itu, didasar batang akan muncul tunas baru yang akan tumbuh. Setiap tunas saling berhubungan karena dihubungkan oleh semacam rhizoma. Tangkai bunga pada pola pertumbuhan ini keluar dari ujung dan sisi samping pseudobulb. Akar akan keluar dari dasar

pseudobulb atau sepanjang rhizoma. Dendrobium merupakan jenis anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari 50–60%.

Menurut Williams (1989), anggrek Dendrobium hidup menempel pada batang atau cabang pepohonan. Dendrobium bertangkai panjang dan memiliki jumlah kuntum bunga yang ideal sebagai bunga potong yaitu sekitar 10–16 kuntum bunga.

Akar anggrek Dendrobium berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah dengan ujung akar yang licin dan sedikit lengket karena mempunyai velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel (sel-sel korteks) yang berongga dan transparan. Velamen tersebut berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses penguapan, menyerap air, melindungi bagian dalam akar dan membantu melekatnya akar pada benda-benda yang ditumpanginya. Hanya pada bagian ujung akar inilah air dan hara dapat diserap dan disalurkan ke dalam jaringan tanaman (Darmono, 2007).

(15)

Pada bagian akar anggrek epifit biasanya terdapat cendawan mikoriza. Jamur ini bersimbiosis dengan anggrek dengan mengambil zat-zat organik dari humus lalu mengubahnya menjadi makanan untuk anggrek (Iswanto, 2002).

Batang jenis anggrek Dendrobium memiliki bentuk menggelembung dan berdaging. Pada batang terdapat nodus tempat menempelnya daun dan bunga. Pertumbuhan batang anggrek Dendrobium bertipe simpodial. Batang tipe ini memiliki batang utama dan mengalami batas pertumbuhan Daun Dendrobium berbentuk lanset dan agak kaku, hanya terdapat pada bagian atas umbi semu. Ujung daunnya meruncing dan terkadang berbelah dua, panjang daun berkisar 2– 10 cm. daun tumbuh pada tiap nodus dimana setiap nodus terdapat satu helai daun. Daun anggrek terletak saling berhadapan satu sama lain (Gunadi, 1977).

Struktur bunga anggrek memiliki bagian utama yang sama dengan bunga lainnya, akan tetapi yang membuatnya terlihat istimewa adalah petal ketiga yang mengalami modifikasi menjadi labellum (struktur seperti bibir). Labellum anggrek umumnya berwarna lebih cerah daripada sepal dan petal. Pada labellum terdapat gumpalan gumpalan seperti massa sel (kalus) yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga dan membantu proses polinasi atau penyerbukan

Gambar 1. Bagian – bagian Bunga Anggrek ( sumber : Nurcahyawati) Petal Labellum Pollinia Sepal tengah Sepal lateris

(16)

Buah anggrek berbentuk kapsular atau dalam dunia botani dikenal sebagai kotak berbelah enam dengan tiga karpel. Biji–biji anggrek tidak memiliki endosperma sehingga terjadinya perkecambahan diperlukan tambahan nutrisi dari dalam dan lingkungan serta membutuhkan bantuan jamur yang disebut “mycorhyza” yang bersimbiosis dengan biji– biji anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai hifa mycorhyza akan menembus embrio anggrek melalui sel suspensor. Jamur tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai tambahan energi untuk pertumbuhkembangan kecambah anggrek tersebut (Darmono, 2007).

Penanganan Pasca Panen Anggrek Potong

Panen dan penanganan pasca panen pada bunga potong merupakan tahap terpenting dalam produksi bunga potong. Tahap ini sangat menentukan vase life.

Vase life merupakan periode mulai dari saat panen hingga petal kehilangan turgor dan absisi atau terjadi bent neck (Farooq, 2004). Periode vase life dihitung hingga 50% bunga layu. Banyak yang harus diperhatikan dalam proses pemanenan agar kesegaran bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan pisau yang tajam dan bersih agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta penentuan usia bunga yang tepat untuk dipanen. Anggrek biasanya dipanen jika 70% bunga telah mekar dan 30% masih berbentuk kuncup, dan untuk pemekaran diperlukan asupan karbohidrat yang tinggi sebagai substrat respirasi. Oleh karena itu kandungan karbohidrat sangat berpengaruh terhadap vase life (Ichimura et al., 2002). Jika bunga di panen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak akan bertahan lama, namun jika terlalu awal persediaan makanan yang terkandung hanya sedikit (Larson, 1992) dan juga dapat menyebabkan pembengkokan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunga akan gagal mekar.

Menurut Sutiyoso (2003), anggrek potong yang baik adalah yang memiliki panjang tangkai dan malai sekitar 60 cm untuk kelas A, 50 cm untuk kelas B dan 40 cm utuk kelas C. Tangkai bunga tegak ke atas dan tidak melengkung lemah. Panjang tangkai dari tangkai hingga awal malai sebaiknya 1/3 panjang total tangkai bunga. Panjang malai sebaiknya 2/3 dari total tangkai bunga. Malai penuh dengan bunga dan tidak “ompong”. Jumlah kuntum bunga antara

(17)

10-16 kuntum sampai ke ujung malai. Bila jumlah kuntum berlebih dan melebihi ukuran panjangnya maka kuncup di ujung dikurangi tanpa mengurangi penampilannya. Kuntum bunga tegak menengadah dan tidak tunduk serta semakin ke ujung ukurannya semakin kecil. Mahkota bunga terletak diatas dan labellum terletak dibawah. Bunga siap dipanen jika warna mantap, tetap cerah dan tidak memudar selama pengiriman dan memiliki daya tahan 7–10 hari.

Setelah dipetik, batang anggrek direndam dalam air untuk menghilangkan panas lapang. Air yang digunakan untuk perendaman pun harus diperhatikan kualitasnya. Kadar pH, kadar garam, dan jasad renik air harus diperhatikan. Kadar garam dalam air sangat mempengaruhi kualitas dan umur kesegaran bunga. Air dengan pH rendah (3-4) lebih baik karena pada kondisi pH rendah pertumbuhan mikroba dapat ditekan dan dapat mencegah embolisme karena penyumbatan pembuluh oleh mikroba.

Terdapat dua faktor yang menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu faktor internal (faktor genetik) dan faktor eksternal selama penyimpanan seperti suhu, kelembaban, cahaya, sirkulasi udara tempat penyimpanan. Suhu rendah sangat baik karena akan menekan kehilangan air, menghambat infeksi bakteri dan cendawan dan memperlambat proses penuaan. Prince dan Tayama (1998) mengatakan bahwa pada suhu rendah, enzim–enzim yang berperan dalam proses respirasi dapat diperlambat sehingga kualitas bunga terjaga dan memperpanjang ketahanan masa simpan bunga mawar.

Manu (2007) mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas bunga segar antara lain adalah ketidakmampuan batang menyerap air karena terjadi embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh udara atau mikroorganisme) yang disebabkan mikroorganisme atau reaksi fisiologisnya sendiri. Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan bent neck karena asupan air ke bunga terhambat. Manu (2007) berpendapat bahwa kandungan karbohidrat yang rendah sehingga respirasi terhambat, faktor ketiga karena suhu lingkungan yang tinggi. Produksi etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak akan mempercepat penuaan. Faktor terakhir adalah serangan penyakit dan hama.

(18)

Untuk memperpanjang kesegaran dan juga kualitas bunga potong perlu dilakukan pengawetan. Tanpa pengawetan, kehilangan produksi bunga akibat layu dan faktor lainnya dapat mencapai 30-60 %. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengawetkan bunga potong antara lain denga memberi tambahan nutrisi, menurunkan pH air dan menambahkan zat penghambat pertumbuhan bakteri (Astuti 1993).

Zat pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu conditioning,

pulsing, pembukaan kuncup (bud opening) dan holding. Conditioning dilakukan untuk menjaga turgiditas bunga potong dengan merendam bunga dalam air hangat pada suhu ruang setelah mengalami stress air selama penanganan, penyimpanan dan transportasi dan pada malam hari disimpan dalam pendingin (Roger dalam Halevy & Mayak 1981). Perlakuan pulsing merupakan perendaman segera setelah bunga dipanen dengan kondisi konsentrasi larutan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Perlakuan ini dapat memperpanjang vase life. Komponen utama dari larutan pulsing adalah sukrosa dengan konsentrasi tinggi (Halevy & Mayak, 1981). Pengaturan lama perlakuan, suhu, dan cahaya selama pulsing sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Bud opening merupakan cara memanen bunga pada tingkat yang lebih awal dari pemanenan biasa, kemudian memekarkan bunga terpisah dari tanamannya (Halevy & Mayak 1979). Larutan dan kondisi lingkungan yang digunakan untuk bud opening hampir sama dengan yang digunakan untuk pulsing, namun waktu yang dibutuhkan untuk bud opening lebih lama dan konsentrasi gulanya lebih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk pulsing. Adapun larutan holding merupakan larutan untuk merendam bunga potong sampai terjual atau selanjutnya digunakan konsumen untuk bunga yang telah dirangkai dalam vas. Larutan holding umumnya mengandung gula, germisida, dan unsur lain (Halevy & Mayak 1981). Menurut penelitian Nurfitria (2004), sukrosa 3 % yang ditambah dengan asam salisilat 150 ppm dapat mempertahankan vase life anggrek Dendrobium ’parung Diamond’ sampai 21 hari.

Konsentrasi gula yang digunakan dalam zat pengawet berbeda, tergantung dari jenis perlakuan dan jenis bunganya. Secara umum semakin lama perlakuan maka konsentrasi gula yang digunakan lebih rendah. Oleh karena itu konsentrasi

(19)

yang tinggi digunakan untuk pulsing, konsentrasi gula sedang untuk pembukaan kuncup, dan konsentrasi gula rendah untuk larutan holding (Halevy dan Mayak,, 1981). Sukrosa telah digunakan untuk meningkatkan masa kesegaran beberapa jenis bunga karena berfungsi sebagai sumber energi dan sustrat respirasi.

Lebih lanjut lagi, Nowak dan Rudnicki (1990) serta Capedeville et al. (2003) mengatakan bahwa gula menyediakan energi bagi proses seluler yang penting seperti pemeliharaan struktur dan fungsi mitokondria dan organel lainnya. Sukrosa juga membantu regulasi masuknya air dan mineral ke dalam pembuluh

xilem dengan mengontrol transpirasi. Reid (1992) juga menyatakan bahwa gula merupakan komponen penting dalam larutan pengawet untuk meningkatkan mekarnya kuncup bunga.

Sukrosa sebaiknya dilakukan pemanasan pendahuluan pada suhu 40–43 °C. untuk menghindari zat–zat yang tidak diinginkan (Tirtosoekotjo et al., 1995). Menurut Halevy dan Mayak (1981) konsentrasi gula yang digunakan dalam zat pengawet berbeda tergantung dari jenis perlakuan dan jenis bunga. Secara umum pada jenis bunga tertentu semakin lama perendaman maka konsentrasi bunga yang digunakan semakin rendah. Menurut Tirtosoekotjo (1996), larutan sukrosa 2–3% yang digunakan sebagai sumber energi dan substrat respirasi, pada suhu 1-5 °C terkonsumsi oleh bunga potong mawar secara perlahan–lahan dan yang terbaik adalah pada larutan sukrosa 3% terkonsumsi hingga hari ke –80.

Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et

al., 1996). Menurut English dan Cassidy (1956) asam salisilat merupakan bahan dasar dari beberapa obat serta germisida yang efektif. Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar.

Menurut Capedeville et al., (2003) asam salisilat dapat digunakan untuk mengontrol penyakit pasca panen. Pada konsentrasi 100, 500, and 1000 µl/l-1 efektif dalam mengontrol paling sedikit empat patogen jeruk dan kentang. Capedeville et al., (2003) mengatakan bahwa sebagian besar penelitian

(20)

menggunakan asam salisilat untuk menginduksi secara langsung kemampuan ketahanan sistemik tanaman dalam menanggulangi serangan patogen.

Kalsium Klorida (CaCl2)

Kalsium merupakan zat yang penting untuk pembentukan dinding sel dan memperkuatnya dengan membentuk kalsium pektat. Kalsium juga berperan dalam menjaga permeabilitas dinding sel. Permeabilitas dinding sel sangat penting agar sel tak mudah mengalami kerusakan akibat faktor lingkungan seperti transpirasi dan evaporasi, sehingga kekurangan kalsium dapat mengakibatkan sel memiliki permeabilitas yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan sel mudah terdehidrasi dan mati (Prawinata et al.,1994). Kalsium berperan penting dalam pembelahan sel dan mempertahankan integritas membran sel selain itu juga sebagai second messenger dalam respon terhadap hormon dan lingkungan (Peter, 2006). Kalsium merupakan zat yang agak sulit ditransportasikan jaringan pembuluh tanaman, sehingga pengaplikasiannya dilakukan langsung terhadap organ yang menunjukkan gejala defisiensi kalsium (Vitosh, 2003).

Beberapa peneliti telah mengevaluasi efek kalsium pada buah dan bunga. Ion kalsium baik berupa kalsium sulfat (CaSO4), kalsium klorida (CaCl2), ataupun kalsium nitrat (CaNO3) dapat digunakan untuk mengontrol serangan penyakit Botrytis cinerea (Volpin & Elad (1991); Conway et al., (1993); Capedeville et al., (2003)). B. cinerea lebih menyukai jaringan yang sedang mengalami senescence (Jarvis (1977), Capedeville et al., (2003)). Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa kalsium dapat meningkatkan ketahanan jaringan dan menunda senescence dengan menghambat sintesis dan pengaruh etilen (Torre et

al., (1999); Capedeville et al., (2003)). Berdasarkan penelitian Kader (1992)

senecence pada tomat, lettuce, dan kembang kol dapat ditunda dengan pemberian kalsium.

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada bulan September hingga bulan November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah bunga potong anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang dipanen langsung dari Koperasi Puspa Anggrek, Serpong. Bahan lain yang digunakan adalah akuades, sukrosa 3%, asam salisilat, kalsium klorida (CaCl2), lilin malam, air hangat, plastik, dan karet sedangkan alat alat yang digunakan adalah penggaris, gunting stek, botol, corong, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml, pH meter, termometer, dan timbangan.

Metode Percobaan

Rancangan yang digunakan adalah adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan yang diulang sebanyak 15 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah:

• P0: kontrol, tanpa perlakuan CaCl2, bunga disimpan dalam larutan pengawet) • P1: bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu bunga disimpan

dalam larutan pengawet

• P2: bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet

• P3: bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet

• P4: bunga direndam dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet

(22)

Larutan pengawet yang digunakan pada perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah larutan asam salisilat 150 ppm ditambah dengan sukrosa 3%. Setiap satuan percobaan terdiri dari 1 tangkai bunga per botol, dengan rata-rata jumlah kuntum bunga pertangkainya adalah sekitar 16 kuntum.

Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada system SAS (Statistical analysis system). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Adapun model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y

ij

= µ + α

i

+ ε

ij Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j µ = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh perlakuan bunga dengan atau tanpa CaCl2 taraf ke-i εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Bunga Potong

Bunga anggrek sebanyak 90 tangkai (dengan rentang jumlah kuntum bunga 13–18 kuntum) yang telah dipanen, dicelupkan tangkainya ke dalam air untuk menghilangkan panas lapang (Gambar 2). Selanjutnya, bunga dikelompokkan 10 batang dan di bungkus dengan kertas agar tidak rusak karena pergesekan saat pengangkutan. Dasar tangkai bunga dibungkus plastik berisi air lalu diangkut ke laboratorium. Di laboratorium, bunga di kelompokkan sesuai perlakuan dan tangkai bunga dipotong sepanjang 1-2 cm dalam air hangat (41°C) untuk mencegah terjadinya embolisme.

Persiapan Larutan Perendaman (Pulsing) dan Larutan Peraga (Holding) Larutan pulsing untuk perlakuan perendaman dibuat sebanyak 10 liter untuk tiap konsentrasi CaCl2. CaCl2 ditimbang untuk masing–masing perlakuan yaitu 0.4 g dan 0.8 g lalu dilarutkan dengan konsentrasi 40 mg/l dan 80 mg/l. Masing-masing larutan diambil 150 ml untuk perlakuan penyemprotan CaCl2 dan sisa larutan digunakan untuk perlakuan perendaman CaCl2.

(23)

Komposisi larutan pengawet sebagai larutan holding selama pengamatan adalah 150 ppm asam salisilat dan 3% sukrosa. Larutan holding dimasukkan ke dalam botol saus bervolume sekitar 330 ml dengan setiap botol menggunakan 300 ml larutan holding.

Gambar 2. Bunga anggrek setelah panen direndam bagian dasar tangkainya dalam air hangat

Perlakuan dengan (CaCl2) dan Penyimpanan pada Larutan Holding

Untuk perlakuan perendaman, bunga direndam dalam larutan CaCl2 dalam konsentrasi 40 ppm dan 80 ppm (masing–masing berisi 15 tangkai bunga) selama 30 menit. Setelah itu bunga di letakkan dalam larutan holding. Sedangkan untuk perlakuan semprot, anggrek di semprot dengan larutan CaCl2 (40 dan 80 ppm) dengan volume semprot 150 ml per 15 tangkai batang. Setelah perlakuan dengan CaCl2 bunga disimpan dalam larutan holding (Gambar 3).

(24)

Gambar 3. Bunga Anggrek Setelah Diberi Perlakuan Disimpan dalam Larutan Peraga (Sumber : Nurcahyawati, 2010)

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga dan kondisi larutan pengawet. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali. Peubah yang diamati antara lain adalah :

1. Jumlah kuntum bunga awal :

Jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu tangkai bunga anggrek, terdiri atas jumlah kuntum bunga mekar dan jumlah kuntum yang kuncup. 2. Jumlah bunga yang mekar :

Jumlah kuntum bunga yang mekar pada satu tangkai bunga. 3. Persentase bunga yang mekar :

Persen kuntum yang mekar = jumlah kuntum bunga mekar x 100% jumlah total kuntum bunga

4. Jumlah kuntum yang layu :

Jumlah kuntum bunga yang layu pada satu tangkai bunga saat pengamatan (jumlah kuntum bunga layu tidak termasuk kuntum bunga yang bent neck karena serangan cendawan)

Bunga potong anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ Mulut Botol Ditutup Plastik, Diikat Karet dan

Lilin Malam

Volume larutan pengawet 300 ml

(25)

5. Persentase kuntum bunga yang layu :

(persentase kuntum bunga layu tidak termasuk kuntum bunga yang bent

neck karena serangan cendawan)

Persen kuntum yang layu = jumlah kuntum bunga layu x 100% jumlah total kuntum bunga

6. Jumlah kuntum bunga yang gugur :

Jumlah bunga gugur tiap pengamatan dihitung dari jumlah kuntum total pengamatan sebelumnya dikurangi dengan jumlah kuntum total pada pengamatan saat itu.

7. Persentase bunga yang gugur :

Persen kuntum yang gugur = jumlah kuntum bunga gugur x 100% jumlah total kuntum bunga

8. Jumlah dan persentase tanaman yang terserang cendawan atau bakteri 9. Volume larutan holding yang terserap pada akhir pengamatan. Dihitung

dari volume awal larutan holding di kurangi volume larutan holding di akhir pengamatan.

10. pH larutan holding pada akhir pengamatan

11. Vase life bunga untuk semua perlakuan (vase life dihitung dari jumlah kuntum mulai dari awal panen hingga kurang lebih 50 % kuntum bunga mengalami kelayuan.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Awal Penelitian

Pada awal penelitian rata-rata jumlah kuntum total bunga sekitar 15.8 kuntum. Jumlah antara kuntum mekar dan kuntum kuncup pun berimbang, yaitu rata-rata jumlah kuntum mekar 7.9 (50%) sedangkan rata-rata jumlah kuntum yang masih kuncup adalah 8.1 (50%). Kondisi bunga jika dilihat secara visual masih terlihat segar dan aroma segar bunga pun masih tercium.

Tabel 1. Rata-Rata dan Persentase Jumlah Kuntum Total, Jumlah Kuntum Mekar Total, dan Jumlah Kuntum Kuncup Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ Pada Awal Pengamatan (0 Hari Setelah Perlakuan)

Perlakuan Kuntum Total Kuntum Mekar Kuntum Kuncup

P0 15.5 (100%) 8.3 (54.2%) 7.2 (45.8%) P1 16.1 (100%) 7.5 (46.8%) 8.6 (53.2%) P2 15.4 (100%) 8.3 (54.2%) 7.1 (45.8%) P3 16.6 (100%) 7.9 (47.4%) 8.7 (52.6%) P4 15.7 (100%) 7.3 (47.7%) 8.4 (52.3%) P5 16.5 (100%) 8.1 (49.6%) 8.4 (50.4%) Keterangan :

P0 = kontrol (tanpa perlakuan CaCl2) bunga disimpan dalam larutan pengawet

P1 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P2 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P3 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P4 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P5 = bunga tanpa perlakuan CaCl2, disimpan dalam larutan pengawet

Anggrek biasanya dipanen jika 70% bunga telah mekar dan 30% masih berbentuk kuncup, dan untuk pemekaran diperlukan asupan karbohidrat yang tinggi sebagai substrat respirasi. Oleh karena itu, kandungan karbohidrat sangat berpengaruh terhadap vase life (Ichimura et a., 2002). Jika bunga di panen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak akan bertahan lama, namun jika terlalu awal dipanen persediaan makanan yang terkandung hanya sedikit (Larson. 1992), selain itu pemanenan yang terlalu awal juga dapat menyebabkan pembengkokan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunga akan gagal mekar.

(27)

Jumlah Kuntum

Perlakuan sangat nyata mempengaruhi jumlah kuntum anggrek pada 12, 15, 18, dan 21 HSP (seperti terlihat pada Tabel 2). Jumlah kuntum antara anggrek yang diberi perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan dan perendaman mulai terlihat berbeda sangat nyata saat memasuki 18 HSP (Hari Setelah Perlakuan). Bunga potong anggrek dengan perlakuan penyemprotan lebih mampu mempertahankan jumlah kuntumnya jika dibandingkan dengan perlakuan perendaman. P1 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet) dan P2 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, bunga hanya disimpan dalam larutan pengawet) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5 yaitu anggrek yang hanya direndam dalam larutan

holding tanpa diberi perlakuan CaCl2. Jumlahkuntum bunga pada perlakuan P4 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan jumlah kuntum bunga pada P0 (anggrek yang tanpa perlakuan CaCl2, hanya direndam dalam air akuades)

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP HSP (hari setelah perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 15.5 16.1 15.5 16.6 15.7 16.5 tn 3 15.2 16.1 15.3 16.6 15.7 16.5 tn 6 13.9 15.2 14.8 15.4 14.2 15.7 tn 9 12.6 13.9 14.0 13.1 12.1 14.5 tn

12 9.9d 13.0ab 12.5abc 11.5bcd 10.6cd 13.8a ** 15 7.8d 12.3ab 11.9ab 10.3bc 9.3cd 13.3a ** 18 6.4c 11.8a 11.0a 8.7b 8.2bc 12.1a ** 21 5.4c 10.9a 9.3ab 7.1bc 6.8c 10.7a ** Keterangan :

P0 = kontrol (tanpa perlakuan CaCl2) bunga disimpan dalam larutan pengawet

P1 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P2 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P3 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P4 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P5 = bunga tanpa perlakuan CaCl2, disimpan dalam larutan pengawet

tn = tidak berbeda nyata; * = berbeda nyata pada taraf uji F 5% (P<0.05); **= berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1% (P<0.01)

(28)

Perlakuan P5 (bunga tidak diberi perlakuan CaCl2 dan hanya disimpan dalam larutan pengawet) sejak awal pengamatan hingga 21 HSP, dapat mempertahankan jumlah kuntumnya di urutan teratas. Jumlah kuntum P3 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet) mulai mengalami penurunan jumlah kuntum yang cukup signifikan pada 9 HSP hingga akhir pengamatan jumlah kuntumnya hanya tersisa setengah dari jumlah kuntum awal begitu pula halnya dengan P4 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet). Memasuki 9 HSP P1, P2 dan P5 masih dapat mempertahankan jumlah kuntumnya tetap tinggi lebih dari setengah jumlah kuntum awal hingga akhir pengamatan. Perlakuan P0 tidak mengandung larutan pengawet apapun dan tidak mengandung sukrosa. Anggrek pada P0 tidak mendapatkan energi untuk mempertahankan kesegaran kuntumnya, sehingga pada akhir pengamatan jumlah kuntum P0 tinggal kurang dari setengah jumlah kuntum awal yaitu sekitar 5 kuntum. Berkurang drastisnya jumlah kuntum bunga pada P0 juga disebabkan oleh banyaknya batang yang terserang cendawan, cendawan menyumbat jaringan pembuluh xilem sehingga asupan air terhambat.

Jumlah Kuntum Mekar

Hasil pengamatan jumlah kuntum mekar (seperti terlihat pada Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 mulai terlihat berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 6 HSP dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 9 HSP hingga 21 HSP. Jumlah kuntum mekar antara anggrek yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan dan perendaman mulai terlihat berbeda sangat nyata saat memasuki 15 HSP.

Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Mekar pada 0–21 HSP

HSP (hari setelah perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 8.2 7.4 8.2 7.8 7.3 8.0 tn 3 9.4 9.2 9.6 9.6 9.1 10.2 tn

(29)

9 7.6c 10.0ab 10.3a 8.6abc 8.2bc 10.6a ** 12 7.2c 10.0ab 10.0ab 8.0bc 7.4c 10.9a ** 15 6.4b 10.2a 9.8a 7.8b 6.5b 11.0a ** 18 5.5b 10.1a 9.3a 7.0b 6.4b 10.6a **

21 4.6b 10.0a 8.5a 5.8b 5.6b 9.8a **

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Jumlah kuntum mekar pada P1 dan P5 sejak 6 HSP hingga menjelang akhir pengamatan cukup tinggi yaitu sekitar 10 kuntum mekar dan mampu bertahan selama 15 hari. Jumlah kuntum mekar tertinggi dicapai oleh P5 pada 15 HSP yaitu sekitar 11 kuntum mekar. Jumlah kuntum mekar P0, P3, dan P4 tertinggi pada 6 HSP, selanjutnya pada 9 HSP hingga 21 HSP jumlah kuntum mekar pada P0, P3, dan P4 terus menurun (Tabel 3).

Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Kuntum Mekar Total pada Bunga Anggrek

Dendrobium ‘Woxinia’

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Jumlah kuntum mekar total pada perlakuan CaCl2 antara metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman, dimana pada metode penyemprotan memiliki jumlah kuntum mekar total 2 kuntum lebih banyak jika dibandingkan dengan metode perendaman. Jumlah total kuntum mekar P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5, sedangkan perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0.

Perlakuan Jumlah Persentase

Kuntum Mekar Total Kuntum Mekar Total (%)

P0 7.2 b 70 a P1 9.7 a 70 a P2 9.5 a 80 a P3 8.1 b 70 a P4 7.5 b 70 a P5 10.3 a 70 a Respon * tn

(30)

Persentase Kuntum Mekar

Hasil pengamatan persentase kuntum mekar masing-masing perlakuan dari 0-21 HSP (seperti terlihat pada Tabel 5), menunjukkan bahwa perlakuan pada 0– 21 HSP tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar. Persentase kuntum mekar tertinggi dicapai pada 21 HSP untuk semua perlakuan kecuali untuk P0 yang mulai menurun jumlah kuntum mekarnya saat memasuki 21 HSP. Persentase kuntum mekar tertinggi adalah P1, P2 dan P5 sebesar 92% dan terendah adalah P0 72%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Persentase kuntum mekar total tertinggi adalah P2 yaitu 80%, lebih tinggi 10% dibandingkan perlakuan lainnya bahkan lebih tinggi dari P5.

Tabel 5. Persentase Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Mekar pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 54 46 54 47 47 49 tn 3 63 58 63 58 59 62 tn 6 60 68 70 64 69 70 tn 9 68 73 74 67 70 73 tn 12 69 78 82 71 73 80 tn 15 77 84 84 76 73 83 tn 18 78 86 85 81 81 88 tn 21 72 92 92 86 84 92 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Perlakuan P0 memiliki persentase kuntum mekar terendah, dimana pada akhir pengamatan hanya 72% kuntum yang berhasil mekar. Hal ini diperkirakan karena P0 banyak yang terserang cendawan. Pada bagian bawah batang terdapat

misellium cendawan yang berwarna putih, misellium ini menyumbat jaringan pembuluh xilem pada bagian batang sehingga penyerapan air terhambat (Anjum et

al., 2001). Larutan holding pada P0 hanya berisi akuades dan tidak mengandung asam salisilat. Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et

(31)

al., 1996). Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar.

Jumlah Kuntum Layu

Hasil pengamatan jumlah kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 6), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 berpengaruh nyata pada 9 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 6, 12, 15 HSP. Jumlah kuntum layu terbanyak adalah P1 pada 21 HSP yaitu 3.4 kuntum bunga. Kuntum dengan perlakuan P1, P2 dan P5 lebih mampu mempertahankan kesegarannya dari 0 HSP hingga 15 HSP dan mulai layu pada 21 HSP, sebaliknya kuntum P0, P3 dan P4 sudah banyak mengalami kelayuan pada 6 HSP. Hasil pengamatan untuk jumlah kuntum layu total (seperti terlihat pada Tabel 7), menunjukkan berbeda nyata untuk semua perlakuan. Perlakuan P3 mengalami jumlah kuntum layu terbanyak yaitu 3.7 sedangkan terendah adalah pada P1, P2 dan P5 yaitu 3.1.

Menurut Havely dan Mayak (1979) kelayuan terjadi karena perubahan potensial air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyebabkan perubahan elastisitas jaringan membuat jaringan menjadi terkulai dan mengkerut. Memasuki 6 HSP kuntum yang paling banyak mengalami kelayuan adalah pada kuntum yang diberi perlakuan CaCl2 dengan menggunakan metode perendaman (P3 dan P4), hal ini diperkirakan karena pada perlakuan dengan metode perendaman kuntum bunga tertumpuk–tumpuk dengan bunga lainnya sehingga kerusakan mekanis akibat gesekan dapat menyebabkan lecet–lecet pada bagian– bagian bunga dan menstimulasi produksi etilen. Etilen dapat mempercepat kelayuan sehingga mengurangi kualitas bunga (Reid 1985).

(32)

Tabel 6. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Layu pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

6 1.1c 1.3c 1.2c 2.4ab 2.6a 1.3bc ** 9 1.9a 0.9ab 1.2ab 1.5a 1.5a 0.5b *

12 3.0a 1.4b 1.1b 2.5a 2.7a 1.3b **

15 2.9a 1.1c 1.6bc 2.7ab 1.8abc 2.2abc **

18 1.7 2.0 2.3 2.9 2.4 2.0 tn

21 2.1 3.4 2.8 2.0 2.5 3.0 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Persentase Kuntum Layu

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 7), berbeda nyata pada 18 HSP dan berbeda sangat nyata pada 6, 9, 12, 15 HSP. Persentase kuntum layu tertinggi adalah P0 pada 21 HSP (40%) dan persentase kuntum layu terendah adalah P1 dan P2 yaitu 30% pada 21 HSP.

Tabel 7. Persentase Kuntum Layu Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0-21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0 0 0 0 0 0 -

3 0 0 0 0 0 0 -

6 8c 8bc 8c 15ab 19ab 9cb **

9 15a 6cb 8abc 12ab 13a 4c **

12 34a 10c 9c 21b 26ab 9c **

15 41a 9c 13c 27b 18bc 16bc **

18 40a 17b 21ab 34a 29ab 16b *

21 40 31 31 28 32 26 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tingginya persentase kelayuan pada P0 disebabkan karena larutan

holding pada P0 hanyalah berisi akuades, bunga tidak mendapatkan sumber karbohidrat untuk metabolisme selain dari sisa cadangan makanan pada batang.

(33)

Hal ini menyebabkan rendahnya laju respirasi sehingga kelayuan dapat terjadi. Selain itu kelayuan dapat terjadi karena hambatan penyerapan air yang disebabkan oleh bakteri, Cendawan dan mikroorganisme lainnya (Nelson, 1981). Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan Bent neck karena asupan air ke bunga terhambat.

Tabel 8. Jumlah Kuntum Layu dan persentase Kuntum Layu Total pada Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’

Perlakuan Jumlah

Kuntum Layu Total

Persentase

Kuntum Layu Total (%)

P0 3.5 ab 40a P1 3.1 b 30b P2 3.1 b 30b P3 3.7 a 40a P4 3.6 ab 40a P5 3.1 b 30b Respon * **

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan untuk persentase kuntum layu total (disajikan pada Tabel 8), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kuntum total. Persentase kuntum total tertinggi adalah pada perlakuan P0, P3 dan P4 yaitu sebesar 40% sedangkan terendah pada P1, P2, dan P5 sebanyak 30% kuntum layu.

Jumlah Kuntum Gugur

Hasil pengamatan jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 9), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12 dan 15 HSP. Jumlah kuntum gugur terbanyak adalah perlakuan P0 yaitu 2.7 kuntum bunga pada 1 HSP, sedangkan jumlah kuntum gugur terendah adalah P1 sebanyak 0.9 kuntum bunga pada 12 HSP. Perlakuan penyemprotan di setiap pengamatan memiliki jumlah kuntum gugur lebih rendah jika dibandingkan perlakuan perendaman, namun jumlah kuntum gugurnya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan P5.

(34)

Tabel 9. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Gugur pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

3 0.3 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 tn

6 1.3 0.9 0.5 1.2 1.5 0.8 tn

9 1.3ab 1.3ab 0.8b 2.3a 2.1a 1.2ab * 12 2.7a 0.9bc 1.5bc 1.6ab 1.5bc 0.7c ** 15 2.1a 0.7bc 0.6c 1.1bc 1.3b 0.5c ** 18 1.4a 0.4b 0.9ab 1.6a 1.1ab 1.3a *

21 1.0 1.0 1.7 1.7 1.4 1.4 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Kuntum Gugur Total Bunga Anggrek

Dendrobium ‘Woxinia’

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Jumlah kuntum gugur total terbanyak adalah P0 yaitu sebanyak 3.1 kuntum bunga, sedangkan terendah adalah P1 dan P5 sebanyak 2.2 kuntum bunga gugur. Jumlah kuntum gugur total pada kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan berbeda nyata dengan kuntum yang diberi perlakuan dengan metode perendaman, dimana perlakuan dengan metode penyemprotan lebih mampu mempertahankan jumlah kuntumnya.

Persentase Kuntum Gugur

Hasil pengamatan persentase jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 11), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah kuntum gugur pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12

Perlakuan Jumlah Persentase

Kuntum Gugur Total Kuntum Gugur Total

P0 3.1 a 60 a P1 2.2 b 50 b P2 2.4 b 50 b P3 3.0 a 60 a P4 2.9 a 60 a P5 2.2 b 50 b Respon * *

(35)

dan 15 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi adalah pada perlakuan P4 yang mencapai 61% pada 21 HSP dan persentase kuntum gugur terendah adalah pada P1 sebesar 11% pada 9 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi pada akhir pengamatan adalah perlakuan P4 sebesar 61% dan terendah adalah pada P1 sebesar 10%. Dari awal pengamatan hingga 18 HSP kuntum bunga anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang diberi perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan baik dengan konsentrasi 40 ppm maupun dengan konsentrasi 80 ppm lebih mampu mempertahankan kesegaran kuntumnya sehingga jumlah kuntum gugurnya cukup rendah jika dibandingkan dengan bunga anggrek Dendrobium yang diberi perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman yang lebih tinggi jumlah kuntum gugurnya.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Persentase kuntum gugur total tertinggi adalah pada P0, P3 dan P4 sebesar 60%, lebih tinggi 10% dari P1, P2 dan P5.

Tabel 11. Persentase Kuntum Gugur Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP HSP (hari setelah perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 2 0 1 0 0 0 tn

6 10ab 6ab 4b 9ab 14a 6ab tn

9 12abc 11abc 7c 20a 22ab 9bc *

12 36a 7b 13b 16b 16b 5b **

15 41a 6bc 5bc 11bc 17b 4c **

18 22ab 3c 9bc 26a 15abc 13abc *

21 26 10 26 38 61 22 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Volume dan pH Larutan Holding pada Akhir Pengamatan

Volume dan pH larutan holding diukur pada akhir pengamatan. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap volume dan pH larutan holding (seperti terlihat pada Tabel 12). Perlakuan P0 memiliki volume larutan terserap paling rendah yaitu hanya 6.8 ml, sedangkan volume serapan tertinggi adalah pada P5 yaitu 9.9 ml.

(36)

Tabel 12. Rata –Rata Volume Larutan Yang Terserap dan pH Akhir Larutan Perlakuan Volume pH P0 6.8 b 4.6 a P1 9.8 a 2.1 c P2 9.8 a 2.0 c P3 9.7 a 2.0 c P4 9.5 a 2.0 c P5 9.9 a 2.4 b

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Volume larutan yang terserap oleh P0 lebih sedikit dan pH P0 lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan lainnya. Volume larutan terserap yang lebih rendah pada P0 dapat disebabkan oleh terhambatnya jaringan karena mikroorganisme, mengingat hampir seluruh perlakuan P0 terserang cendawan pada bagian ujung batang bunga. Derajat kemasaman (pH) pada P0 juga sangat tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 4.6 sedangkan pH terendah adalah P2, P3 dan P4 yaitu 2.0. Kondisi pH rendah pada larutan holding sangat penting agar larutan holding lebih mudah untuk diserap oleh jaringan pembuluh xilem pada batang dan menghambat berkembangbiaknya Cendawan dan bakteri pada larutan holding.

Vase life Bunga Potong Anggrek

Vase life adalah lamanya waktu (hari) bunga layak pajang diperagaan, dihitung dari awal panen hingga kurang lebih 50% bunga mengalami kelayuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap

vase life kuntum anggrek. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman (seperti terlihat pada Tabel 13), dimana kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan memiliki vase life yang lebih lama jika dibandingkan dengan metode perendaman.

(37)

Tabel 13. Vase life Anggrek untuk Semua Perlakuan

Perlakuan Vase life (hari)

P0 16.4 b P1 20.6 a P2 20.6 a P3 18.4 b P4 17.8 b P5 20.8 a respon *

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Vase life P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5 (vase life ± 20 hari), sedangkan perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0 (vase life 16-18 hari). Menurut Anjum et al., (2001) mikroorganisme yang tumbuh dalam larutan pengawet seperti cendawan dan bakteri dapat memacu produksi etilen dan racun yang dapat mempercepat senecens serta mengurangi masa kesegaran bunga potong.

Gambar 4. Kuncup Bunga yang menunjukkan gejala menguning

Anggrek dengan perlakuan CaCl2 menunjukkan gejala menguning (Gambar 4) yang diduga disebabkan oleh konsentrasi penggunaan larutan CaCl2

(38)

yang terlalu tinggi. Gejala ini muncul pada kuntum anggrek yang masih kuncup dan biasanya adalah kuncup yang terletak diantara kuntum mekar dan kuntum kuncup. Kuncup tersebut sebelum sempat mekar telah menguning dan gugur terlebih dahulu. Gejala menguning ini pun muncul pada penelitian yang dilakukan oleh Mardiansah (2007) yang melakukan aplikasi penyemprotan CaCl2 dengan konsentrasi 40, 80 dan 120 ppm pada saat pra panen. Kondisi visual bunga potong anggrek pada berbagai perlakuan seperti terlihat pada gambar 5 dan 6.

Gambar 5 . Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium ”Woxinia” pada berbagai perlakuan pada 5 HSP

(39)

Gambar 6. Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium ”Woxinia” pada berbagai perlakuan pada 21 HSP

Infeksi Cendawan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap infeksi Cendawan pada 3, 6, 9, 12 HSP (seperti terlihat pada Tabel 14). Perlakuan yang paling awal terinfeksi Cendawan dalam jumlah yang cukup tinggi adalah P0. Hal ini disebabkan P0 hanya menggunakan akuades sebagai larutan

(40)

bersama bahwa asam salisilat sangat bermanfaat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et al., 1996).

Tabel 14. Jumlah Tangkai Bunga yang Terinfeksi Cendawan HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 10a 0b 0b 0b 0b 0b * 6 13a 0b 0b 1b 1b 0b * 9 13a 4b 4b 6b 8b 3b *

12 14a 5c 7bc 10abc 11ab 14abc *

15 14 8 12 11 14 10 tn

18 14 12 11 12 13 10 tn

21 14 14 15 12 15 15 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tabel 15. Persentase Terjadinya Infeksi Cendawan HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 67 0 0 0 0 0 * 6 93 0 0 7 7 0 * 9 93 27 27 40 53 20 * 12 93 33 47 67 73 93 * 15 93 53 80 73 93 67 tn 18 93 80 73 80 87 67 tn 21 93 93 100 80 100 100 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Infeksi Cendawan mulai tinggi di setiap perlakuan pada 9 HSP dan terus meningkat jumlahnya, hingga akhir pengamatan hanya menyisakan 5 batang bunga yang tidak terinfeksi cendawan antara lain 1 batang pada P0, 1 batang pada P1 dan 3 batang pada P3. Batang yang terinfeksi cendawan seperti terlihat pada gambar 7. Tingginya tingkat kontaminasi Cendawan pada penelitian ini diduga karena suhu yang berubah–ubah, yang disebabkan oleh matinya lampu beberapa kali saat penelitian sedang berlangsung. Saat siang hari udara cukup panas bisa mencapai 28ºC karena laboratorium tempat penelitian berlangsung berada pada lantai paling atas gedung, udara panas menyebabkan leher bagian dalam botol

(41)

berkeringat dan lembab sehingga memudahkan Cendawan untuk berkembangbiak. Jenis Cendawan yang menyerang adalah Cendawan upas (Upasia salmonicolor).

Gambar 7. Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan Upas

Gambar 8. Kondisi Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan Upas

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan dapat memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dengan metode perendaman walaupun hasilnya tidak sebaik P5 yang hanya direndam dalam larutan holding tanpa perlakuan CaCl2. Penyemprotan dengan konsentrasi 40 ppm lebih baik dalam mempertahankan jumlah kuntum mekar yaitu sekitar 10 kuntum mekar selama 15 hari dan mampu mempertahankan kesegaran kuntum dengan menekan persentase gugur kuntumnya. Penyimpanan bunga anggrek potong dalam larutan pengawat asam salisilat 150 ppm dan 3% sukrosa (P5) tanpa perlakuan CaCl2 sudah mencukupi untuk mempertahankan vase life selama 20 hari dan meningkatkan jumlah kuntum mekar pada anggrek Dendrobium ‘Woxinia’.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji keefektifan CaCl2 dalam mempertahankan kesegaran dan memperpanjang vase life bunga anggrek potong Dendrobium, dengan menggunakan metode semprot namun setelah perlakuan bunga potong hanya direndam dalam holding berupa akuades saja lalu dikombinasikan dengan anti mikroba lain yang mampu membasmi cendawan upas.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anjum, M. A. F. Naveed, F. Shakeel dan S. Amin. 2001. Effect of Some Chemicals on Keeping Quality and Vase Life of Tuberosa (Polianthes

tuberosa L.) cut flowers. J. Res. Sci 12(1): 01–07.

Astuti. 1993. Kiat memperpanjang masa segar bunga potong. Balai Informasi Pertanian. Agro informasi. DKI Jakarta. 2 (2) : 18-19

Capedeville et al., 2003. Gray Mold Severity and Vase Life of Rose Buds after Pulsing with citric acid, salicylic acid, calcium sulfate, sucrose and silver thiosulfate. phytopatology . 28(4) : 380–385.

Departemen Pertanian. 2008. http://jakarta.litbang.deptan.go.id. 6 September 2009.

English, J., H. G. Cassidy. 1956. Principles of Organic Chemistry. McGraw-Hill Book Company Inc. New York. 469p.

Farooq, M. U. 2004. Storage and Vase Life of Cut Rose Flowers as Influenced by Various Packing Materials. Int. J. Agri. Biol. (6) :2. http://www.ijab.org. 26 Agustus 2009.

Gollnow B, N Wade. 2002. Postharvest Care of Cut Flowers Ensuring Maximum

Vaselife

.http://agric.nsw.au/reader/ornamentals/postharvestcarecutflowers.htm. 11 November 2009

Gunadi T. 1977. Mengenali Anggrek. Perhimpunan Anggrek Indonesia. Bandung. 128 hal.

Halevy AH, S Mayak. 1979. Senescence and Post Harvest Physiology of cut Flower. Hort rev. (3): 204–236.

___________________. 1981. Senescence and Post Harvest Physiology of Cut Flower. Hort rev. (3): 59–143.

Harjadi SS. 1989. Dasar–Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ichimura et al., 2002. Variation with the Cultivar in the Vase Life of Cut Rose Flowers. Bulletin National inst. Flor. Sci. (2): 9–19.

Iswanto, H. 2002. Anggrek Phalaenopsis. Agromedia Pustaka. Jakarta. 48 hal. Kader AA. 1992. Postharvest Biology and Technology : an Overview. P. 15–20,

Kader AA. (Ed.). Postharvest technology of horticultural crops. Pub. 3311. university of California. California.

(44)

Manu, G. S. S. 2007. Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu, dan Komposisi larutan pulsing terhadap kesegaran bunga potong gerbera (Gerbera

jamesonii) selama penyimpanan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian.

Nowak J, RM Rudnicki. 1990. Postharvest Handling and Storage of Cut Flowers. Florists Greens and Potted Plants. Timber press. Portland.

Nurfitria, M. 2004. Pengaruh Komposisi Larutan Pengawet terhadap Vase life Bunga Anggrek Dendrobium. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Patterson, G. 2000. Calcium Nutrition in plants.http://www.calciumproducts.com. 24 Desember 2009.

Peter, K. H. 2006. Calcium : a central regulator of plant growth and development.

http://www.plantcell.org/cgi/content/full/17/8/2142. 25 Desember 2009. Prawiranata, S. Haran dan P. Tjondronegoro. 1992. Dasar – Dasar Fisiologi

Tumbuhan. Jurusan Biologi. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam. IPB. Bogor. 37 hal.

Prince TA, HK Tayama. 1988. Refrigerated Storage and Fresh Cut Flower Longevity. The Ohio State University. Dept of horticultural, USA.

Reid, M. A. 1985. Ethylene in Postharvest Technology dalam Kader, A. A. (ed):

Postharvest Technology Of Horticultural Crops. Cooperative Extension Univ. Of California, Division of Agriculture and Natural Resources.

Reid, M. S. 1992. Post Harvest Handling Systems: ornamental crops. P 201 – 213. in Kader, A. A. (Ed) Post harvest Technology of Horticultural Crops. The Regents of The University of California. United States of America.

Rooyen, V. A. 1991. Growing Orchid. http://www.Orchidssa.co.za. 12 desember 2006.

Setiawan, H. 2002. Usaha Pembesaran Anggrek. Penebar swadaya. Jakarta. 88 hal Sjaifullah AM., T. Sutanter, S. Kusumo. 1995. Mawar. Balai Penelitian tanaman

Hias. Jakarta. 60p.

Sutiyoso Y. 2003. Anggrek potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal.

Suyanti. 2002. Teknologi pasca panen bunga sedap malam. J. Litbang Pertanian 21(1) : 24 – 31.

Tirtosoekotjo MS. 1996. Peranan Larutan Sukrosa Terhadap Kesegaran Bunga Mawar Selama Penyimpanan Suhu Dingin. J. Hort. 6(1): 100 – 104.

(45)

Tirtosoekotjo, Roosmani, Trisnawati. 1995. Penanganan Pasca Panen Bunga Mawar. Di dalam: Mawar, edited by Saefulloh et al. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta.

Vitosh, M.L., D.D. Warncke dan R.E. Lucas. 2003. Calcium.

http://web1.msue.msu.edu/imp/modf1/05209702.html. 22 November 2009. Widyawan R, Sarwintyas P. 1994. Bunga Potong: Tinjauan Literatur. Pusat

Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI Jakarta. 33 hal.

Williams, B. 1984. Orchids for Everyone. Treasure Press. London. 208p.

Withner, C.L. 1974. The Orchids a Scientific Study. John Willey & Sons, New York. 604 p.

(46)
(47)

Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum, Jumlah Kuntum Mekar, Persentase Kuntum Mekar

Peubah Pengamatan HSP Perlakuan % KK

Jumlah Kuntum 0 tn 11.8 3 tn 11.3 6 tn 14.2 9 tn 19.5 12 ** 22.8 15 ** 24.7 15 ** 28.8 18 ** 39.1 21

Jumlah Kuntum Mekar tn 24.3

1 tn 20.1 3 * 22.0 6 ** 27.1 9 ** 29.2 12 ** 29.0 15 ** 31.6 18 ** 38.0 21 * 21.8

Jumlah Total Kuntum Mekar * 21.8

Persentase Kuntum Mekar

1 tn 27.3 3 tn 23.8 6 tn 23.6 9 tn 25.1 12 tn 25.7 15 tn 22.8 18 tn 23.6 21 tn 22.9

Persentase Total Kuntum

(48)

Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum Gugur, Persentase Kuntum Gugur, Jumlah Kuntum Layu Dan Persentase Kuntum Layu

Peubah Pengamatan HSP Perlakuan % KK

0 0 - 3 tn 24.1 6 tn 40.8 9 * 38.0 12 ** 33.1 15 ** 30.3 18 * 34.9 21 tn 37.9

Jumlah Total Kuntum Gugur ** 22.7

1 - - 3 tn 2.7 6 tn 8.8 9 * 11.3 12 ** 11.2 15 ** 11.6 18 * 13.8 21 tn 28.2

Persentase Kuntum GUGUR

1 - - 3 tn 2.7 6 tn 8.8 9 * 11.3 12 ** 11.2 15 ** 11.6 18 * 13.8 21 tn 28.2

Persentase Total Kuntum Gugur * 18.9

Jumlah Kuntum Layu 0 - -

3 - - 6 ** 33.2 9 * 36.8 12 ** 30.4 15 ** 33.7 18 tn 29.1 21 tn 33.4

Total Kuntum Layu * 18.5

Persentase Kuntum layu 0 - -

3 - - 6 ** 83.2 9 ** 98.4 12 ** 79.1 15 ** 76.7 18 * 76.2 21 tn 67.5

(49)

Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Infeksi Cendawan, Vaselife, Volume dan pH Infeksi Cendawan 1 * - 3 * 0.8 6 * 0.9 9 * 1.8 12 * 1.9 15 tn 1.7 18 tn 1.6 21 tn 23.9

Jumlah Total Infeksi Cendawan * 29.3

Vaselife ** 14.2

Volume ** 5.9

Gambar

Gambar 1. Bagian – bagian Bunga Anggrek  ( sumber : Nurcahyawati)  Petal Labellum Pollinia Sepal tengah  Sepal lateris
Gambar  2.  Bunga  anggrek  setelah  panen  direndam  bagian  dasar  tangkainya   dalam air hangat
Gambar  3.  Bunga  Anggrek  Setelah  Diberi  Perlakuan  Disimpan  dalam  Larutan  Peraga (Sumber : Nurcahyawati, 2010)
Gambar 4. Kuncup Bunga yang menunjukkan gejala menguning
+7

Referensi

Dokumen terkait

DOKUMEN SOKONGAN YANG PERLU DISERTAKAN BERSAMA BORANG PERMOHONAN1. 2 salinan Kad

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran Saudara untuk pelelangan pekerjaan tersebut di atas, bersama ini POKJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA.I mengundang Saudara untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme seleksi di perusahaan adalah proses pemilihan pelamar berdasarkan standar kualifikasi yang ditetapkan untuk mendapatkan calon

Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi fungi endofit dari rimpang tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) yang akan dilanjutkan dengan

Masalah yang sering muncul pada masa nifas adalah Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara metode persalinan dengan IMD (RR=4,9; 95% CI=2,16-11,31), artinya proporsi IMD lebih besar 4,9

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan

Menurut sektor, ekspor hasil industri Januari – Juni 2011 naik sebesar 36,74 persen dibanding ekspor hasil industri periode yang sama tahun 2010, demikian juga ekspor