• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baden-Powell dan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Baden-Powell dan Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Baden-Powell dan Indonesia

Bagian I: Baden-Powell ke Indonesia

Berthold Sinaulan

Indonesia Scout Journalist*)

Tulisan ini dipersiapkan untuk mengikuti Workshop Peningkatan Kapasitas Tenaga Bidang Kesejarahan bagi Penulis Sejarah yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, pada 28 Februari sampai dengan 3 Maret 2017.

(2)

Pengantar Penulis: Bagi para anggota maupun mereka yang pernah mengikuti pendidikan

kepanduan, yang kini di Indonesia diberi nama Gerakan Pramuka, nama Baden-Powell atau sering disingkat B-P sudah pasti tak asing lagi. Tokoh yang mendapat gelar Chief Scouts of the World atau Bapak Pandu Sedunia itu memang tak bisa terpisahkan dari sejarah kepanduan di dunia dan juga di Indonesia. Sayangnya, belum banyak informasi mengenai keterkaitan B-P dengan Indonesia. Bahkan sejarah kedatangannya ke Indonesia, juga masih belum terungkap dengan jelas. Tulisan ini merupakan bagian pertama tentang keterkaitan B-P dan Indonesia, yaitu meneliti ulang sejarah kedatangan B-P ke Indonesia pada 1934.

Bagian kedua akan bercerita tentang B-P dan kontingen Pandu dari Hindia-Belanda ketika berlangsungnya Jambore Kepanduan Dunia ke-5 di Vogelenzang, Belanda, pada 1937. Saat itu, B-P menerima kontingen Hindia-Belanda dan dengan senang hati mendapat hadiah sebuah keris yang dinamakan Keris Majapahit.

Sedangkan bagian ketiga nanti akan berkisah tentang masa awal 1960-an, ketika nama B-P sempat diupayakan dihapus dari gerakan kepanduan di Indonesia. Melalui Ketetapan MPRS Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang antara lain isinya “supaya kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Baden Powellisme”, segala hal yang terkait dengan B-P dicoba dihapuskan. Sementara bagian keempat, akan menelusuri sejarah “kembalinya” B-P ke Indonesia.Ketika telah terjadi perubahan arah politik Indonesia, yang membolehkan kembali aktivitas terkait B-P diselenggarakan di Indonesia. Walaupun pada kenyataannya, proses ini masih harus berlangsung sedikit demi sedikit.

+++

Powell atau sering disingkat B-P, bernama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, adalah seorang purnawirawan Angkatan Darat Kerajaan Inggris. Kelak B-P diberi anugerah gelar Lord sehingga namanya dikenal sebagai Lord Baden-Powell. Gelar kebangsawanan itu diberikan oleh Kerajaan Inggris atas jasa-jasanya menginovasi dan mendirikan gerakan pendidikan bagi anak-anak dan remaja, yang diadakan di luar iingkungan sekolah dan di luar sekolah, dan sebanyak mungkin dilaksanakan di alam terbuka.

Gerakan pendidikan yang disebut Scouting (Kepanduan) itu akhirnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, gerakan kepanduan dimulai pada pertengahan 1912. Adalah seorang pegawai jawatan meteorologi Belanda, P Joh Smits, yang membawanya ke Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda dan memulainya dengan membentuk satu kelompok Pandu di Batavia (sekarang Jakarta).

Gerakan itu berkembang demikian pesatnya, dan puluhan organisasi kepanduan tumbuh di Indonesia. Tertarik pada perkembangan pesat gerakan kepanduan di Hindia-Belanda, B-P akhirnya mengunjungi juga negeri ini pada 1934. Sayangnya, data tentang sejarah B-P dan Indonesia belum terungkap dengan cukup jelas.

Sejauh ini, informasi yang dapat diakses banyak anggota Gerakan Pramuka tentang kedatangan B-P ke Indonesia adalah dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti – 75 Tahun

Kepanduan dan Kepramukaan terbitan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka

(Jakarta, 1987).

Namun dalam buku itu pun, kedatangan B-P hanya dimuat sekilas di halaman 25 dengan subjudul “Peristiwa kedatangan Baden Powell dan Jambore Dunia”. Di situ disebutkan,

(3)

“Suatu peristiwa yang tidak mudah dilupakan adalah kedatangan Lord Baden Powell of

Gilwell dan Lady Baden Powell di Indonesia, pada tanggal 3 Desember 1934, dalam rangka kunjungan keliling ke beberapa negara, waktu kembali dari Jambore di Australia. Baden Powell melihat keadaan dan perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia, yang biarpun pada waktu itu Indonesia dijajah oleh Belanda, namun perkumpulan kepanduannya berkembang sangat pesat dan menggembirakan.”

Data itulah yang sering dikutip dalam berbagai tulisan, yang menyebutkan, “kedatangan Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Baden Powell di Indonesia, pada tanggal 3 Desember 1934”. Hasil cek ulang dengan sejumlah data lainnya, diperoleh kesimpulan bahwa ada kesalahan penulisan dalam buku terbitan Kwarnas itu.

Pertama, penulisan nama Baden-Powell. Di dalam buku itu ditulis sebagai “Baden Powell”, padahal seharusnya “Baden-Powell”. Ada garis penghubung antara kata “Baden” dan “Powell”. Sampai saat ini, penulisan nama Baden-Powell memang masih kurang diperhatikan di Indonesia. Meski pun sebenarnya, tak terlalu sulit untuk mengetahui penulisan nama sebenarnya. Suatu hal yang juga telah dijelaskan panjang lebar oleh Tim Jeal, penulis biografi terkenal tentang Baden-Powell (Jeal, 2001).

Jeal menjelaskan, ketika dilahirkan dan dibaptis sebagai anak penganut Kristiani, nama lengkapnya hanya Robert Stephenson Smyth Powell, anak dari Profesor HG Baden Powell dan istrinya, Henriette Grace Powell. Setelah sang ayah meninggal dunia ketika Robert Stephenson Smyth baru berusia 3 tahun, Henriette Grace mengubah nama keluarganya pada 1869.

Perubahan nama keluarga itu dipengaruhi kondisi sosial di Inggris saat itu, di mana kabarnya banyak keluarga kelas menengah yang mengubah nama keluarganya agar bila ditulis atau dibaca menjadi lebih indah dan “berkelas”. Henrietta Grace pun memutuskan untuk menggunakan nama keluarga Baden-Powell, dan bukan sekadar Powell saja. Menyatukan dua nama suaminya Baden dan Powell dengan tanda garis penghubung, juga merupakan penghormatan yang dilakukan Henrietta kepada suaminya itu. Maka, kini putranya menggunakan nama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell.

Kedua, mengenai tanggal kedatangan Baden-Powell di Indonesia. Banyak yang mengutip buku Kwarnas itu dan menuliskan Baden-Powell datang pada 3 Desember 1934 sepulangnya dari perjalanan ke Australia.

Sumber-sumber primer menunjukkan hal sebaliknya. Terbukti antara lain dari pemberitaan

Bintang Timoer (BT), suratkabar di Batavia (nama Jakarta sewaktu Indonesia masih dijajah

Belanda), serta Het Pandvindersblad, majalah resmi Nederlandsch-Indische Padvinders Vereegining, organisasi kepanduan yang diakui keberadaannya oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

Dalam rubrik “Kota” harian BT edisi 28 November 1934, terdapat berita berjudul “Kedatangan Baden Powell Di Betawi”. Di situ dituliskan:

“Programma penjamboetan pada Lord Baden Powell dilapangan B.B.W.S.pada hari Selasa

4 December djam 8 pagi sekarang dapat ditentoekan sebagai berikoet:

Jang akan menoenggoe kedatengannja Chief dan Ladi Baden Powell semoea padvinders dan padvindsters kira-kira ada 1400 orang.

Chief akan masoek dengan kendaraan sepandjang djalan jan teroetama, dan muziek akan mendengarkan lagoe-lagoe kebangsaan Inggeris.

(4)

Kemoedian tamoe-tamoe itoe disamboet oleh kolonel Dromaar, voorzitter dari H.B.I., Schook, voorzitter afdeelingbestuur di Bteawi, dan njonja Feuilletau de Bruyn, president afdeeling Betawi bagian anak perempoean.

Setelah penjamboetan itoe orang akan mematahkan bendera, sementara lagoe kebangsaan Belanda akan didengarkan.

Hoofdcommisssaris Padvidnersbond, toean Ranneft akan mengadakan pidato terhadadap (sic!) pada tamoe-tamoe itoe, begitoepoen hoofdcommissarese bagian perempoean, nona Siedenburg.”

Sementara pada Harian BT tertanggal 4 Desember 1934 terdapat berita berjudul “Lord Baden Powell. Tiba di Batavia”. Isi beritanya adalah:

“Tadi pagi kira-kira djam 8 dengan kapal K.P.M. Lord Baden Powell dan isterinja telah tiba

Tandjoeng Priok. Di Tandjoeng Priok disamboet oleh toean GJ. Ranneft dll , sebagai wakil Bond Kepandoean. Dari Tandjoeng Priok teroes menoempang auto, menoedjoe ke lapangan Gambir (lapangan boeat patjoe koeda). Disini soedah berkoempoel pandoe dari berbagai-bagai bangsa (Belanda, Tionghoa, dan Indonesiea). Mereka berbaris seperti biasa, oentoek memberikan penghormatan kepada Bapak Kepandoean. Kita taksir banjaknya pandoe atas 3000 orang. Tidak terhitoeng publiek jang djoega besar menjatakan perhatiannja. Koempoelan ito diramaikan oleh muziek militair.

Pandoe-pandoe berbaris dengan pakai muziek, pedato-pedato tidak ketinggalan.

Oleh pandoe-pandoe dipertoendjoekkan : Vlagbreken. Kemoedian toean Ranneft menjatakan selamat datang.

Dari pihak kepandoean Indonesier dipertoendjoekan tari-tari : Badoei (Bantam) dan Wajang.

Selandjoetnja pandoe-pandoe berbaris. Oleh Kabouters dilakoekan penghormatan kepada Chief Guide, bendera ditoeroenkan. Seteroesnja oleh Welpen dan penoentoennja bendera-bendera ditoereoenkan. Semoea anak-anak merasa girang.

Kira-kira djam 10.15 keramaian ditoetoep.”

Kedatangan Baden-Powell ke Batavia juga dapat dilacak dari informasi yang dituliskan pada buku Scouting for Boys – Singapore-Malaysia Edition (Baden-Powell, 2004). Selain berisi catatan-catatan Baden-Powell yang kemudian dibukukan dalam Scouting for Boys, Kevin YL Tan juga menambahkan tulisan tentang kedatangan B-P di Malaya (Malaysia dan Singapura) pada 1934, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Hindia-Belanda.

Dalam buku itu dijelaskan, Baden-Powell dan keluarganya yang mengadakan perjalanan keliling dunia tiba di Penang pada 22 November 1934. Kemudian setelah berkunjung ke Perak, Baden-Powell dan keluarganya melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Kuala Lumpur pada 26 November 1934. Selanjutnya, menggunakan kereta api lagi, Lord Baden-Powell beserta istri dan dua anak perempuannya, melanjutkan perjalanan dan tiba di Singapura pada 30 November 1934.

Seusai mengunjungi Singapura, Baden-Powell dan keluarganya berangkat dari Singapura menuju Batavia, Hindia-Belanda, pada 2 Desember 1934, dengan menggunakan kapal laut Steam Ship (SS) Marella, sebuah kapal yang melayari rute Singapura – Australia pergi dan pulang, dengan melewati Hindia-Belanda.

Mengingat ketika itu perjalanan kapal laut dari Singapura ke Batavia tidak mungkin ditempuh dalam waktu satu hari, maka mustahil B-P dapat tiba di Batavia pada 3 Desember 1934.

(5)

Bahkan dalam Het Padvindersblad No.7/8 Tahun ke-20 Juli 1934 disebutkan, “Zij vertrekken

27 October e.k. van Londen. Na een bezoek aan de padvindersorganisaties in vele platsen doen zij Batavia op 5 December, Semarang op 6 December en Soerabaja op 7 December aan. Slechts te Batavia staat een officieele P.V.-gebeurtenis op het programma.”

Alih-alih tiba 3 Desember atau 4 Desember 1934, di situ dituliskan B-P rencananya akan tiba di Batavia pada 5 Desember 1934. Suatu hal yang ternyata tidak benar, karena pemberitaan Harian BT menyebutkan B-P datang dan tiba di Batavia pada 4 Desember 1934.

Selanjutnya mengenai, kehadiran B-P dan keluarganya yang ke Hindia-Belanda, sebelumnya disebutkan mereka tiba setelah kunjungannya ke Australia. Kenyataan, yang terjadi justru sebaliknya. Dari Hindia-Belanda itulah baru mereka melanjutkan perjalanan ke Australia. Harian BT edisi 7 Desember 1934 menuliskan dalam rubrik “Kabaran” berita berjudul “Sir Baden Powell”. Isi beritanya antara lain, “Ini hari ditoenggoe datangnja di Soerabaja Chief

Scout, Sir Baden Powell, jang berangkat dari Batavia dengan kapal “Marella”. Kapal tsb. akan membawanja teroes ke Australie oentoek menghadiri jamboree disana.”

Sebelumnya, pada BT edisi 25 Juli 1934 ada berita yang mengabarkan, “Dari Java kedoea

tamoe itoe akan berangkat ke Australie, akan menghadiri satoe jamboree di Melbourne...”.

Kedua berita itu diperkuat dengan pernyataan Heather Baden-Powell, salah satu anak B-P yang mengikuti perjalanan orangtuanya keliling dunia. Dalam biografinya berjudul

Baden-Powell: A Family Album (London, 2007), Heather menulis bahwa setelah dari (Pulau) Jawa,

menggunakan kapal laut SS Marella, Baden-Powell dan keluarganya melalui Laut Timor yang banyak ikan hiunya, singgah di Darwin dan seterusnya ke Melbourne, keduanya di Australia.

Informasi yang melengkapi juga diperoleh dari situs web Scouts On Stamps Society International (SOSSI), wadah internasional bagi kolektor prangko dan benda filateli lainnya dengan tema kepanduan. Di situs web itu terdapat cap (stempel) pos khusus menyambut jambore di Australia yang dikunjungi B-P, yaitu cap pos bertanggal 24 Desember 1934 yang dikeluarkan oleh Kantor Pos Frankston, Victoria. Indonesia.

Pengalaman pribadi penulis sendiri yang aktif di kepanduan Asia-Pasifik sejak 1995 sampai sekarang, penyelenggaraan jambore di Australia memang biasanya pada akhir Desember sampai awal Januari tahun berikutnya. Sehingga lebih masuk akal kalau pada awal Desember 1934, B-P dan keluarganya terlebih dulu datang ke Indonesia, dan baru setelah itu melanjutkan perjalanan ke Australia.

+++

Bagian II: Baden-Powell dan Kontingen Hindia-Belanda di Jambore Kepanduan Sedunia 1937 di Vogelenzang, Belanda.

Bagian III: Upaya Menghapus Nama Baden-Powell di Indonesia Bagian IV: “Kembalinya” Baden-Powell ke Indonesia

(6)

*) Indonesia Scout Journalist, adalah komunitas para Pramuka yang menyenangi kegiatan jurnalistik dan para jurnalis/pewarta yang senang meliput kegiatan kepramukaan. Secara resmi dibentuk di Jakarta pada 10 November 2016 berdasarkan Akta Notaris Benediktus Andy Widyanto SH Nomor 05 Tanggal 09 Desember 2016, dan terdaftar serta disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-0000472.AH.01.07.Tahun 2017 tertanggal 11 Januari 2017.

Daftar Pustaka

Baden-Powell, Heather. Baden-Powell: A Family Album. London: History Press Limted, 2007

Jeal, Tim. Baden-Powell The Founder of The Boy Scouts. (Special Edition, published to mark the worldwide centenary of Scouting). Yale Nota Bene, New Haven, 2007.

Robert Baden-Powell. Scouting for Boys. Singapore-Malaysia Edition. Edited with Preface and Introductory Articles by Kevin YL Tan. Brownsea Service, Singapore, 2004.

Sinaulan, Berthold DH. Yo, Ke Pramuka, Yo!!!. Kwartir Ranting Matraman, Jakarta Timur, 1986.

____________. Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, 2007.

___________. Patah Tumbuh Hilang Berganti – 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, 1987.

___________. Ringkasan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara –

Republik Indonesia. No. I dan II/MPRS/1960. Djakarta: M.P.R.S. dan Departemen

Penerangan, 1960. Terbitan Berkala:

Bintang Timoer. Harian umum di Batavia. Edisi 25 Juli 1934, 28 November 1934, 3

Desember 1934, 4 Desember 1934, dan 7 Desember 1934.

Het Pandvindersblad. Majalah resmi Nederlandsch-Indische Padvinders Vereegining. Edisi

No.1 Tahun ke-16 Januari 1930, No.2 Tahun ke-20 Februari 1934, No.7/8 Tahun ke-20 Juli 1934, No.9 Tahun ke-20 September 1934, No.11 Tahun ke-20 November 1934, No.12 Tahun ke-20 Desember 1934, No.1 Tahun ke-21 Januari 1935, dan No.2 Tahun ke-21 Februari 1935.

(7)

Situs web:

http://www.sossi.org. Situs web resmi Scouts On Stamps Society International (SOSSI).

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat

Pada umumnya sekolah-sekolah hanya menggunakan buku ajar yang didominasi dengan tulisan, terkadang dilengkapi dengan contoh gambar tumbuhan dari beberapa wilayah

PREFEITURA MUNICIPAL DE PORTEIRINHA/MG - Aviso de Licitação - Pregão Presencial para Registro de Preços nº.. Os valores de montagem, alinhamento/balanceamento, devem ser

Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Lansia Tidak Potensial agar dapat mewujudkan dan meningkatkan

Hasil dari uji statistik Chi Square telah didapatkan angka signifikan p value = 0,017 < α = 0,05 sehing ga dapat dinyatakan bahwa H 1 diterima yang berarti ada

Saya suka melimpahkan tugas kepada rekan kerja karena saya tidak mampu mengerjakannya 5. Saya selalu

Karena mengingat pentingnya menilai kedudukan sanad hadis dalam suatu periwayatan, sehingga hadis tersebut bisa diterima atau tertolak, maka disini akan dilakukan

Setelah dilakukan pengujian pada sistem pendeteksian warna menggunakan Neural Network, warna Merah, Hijau, Biru, Biru tua, Cyan, Magenta dan Zaitun memiliki