1 UJI BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN
BATUANG TABA NAN XX KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG
Oleh :
Rina Afrida Kurniawati, Gustina Indriati, Meliya Wati STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Well water used residents to still questionable quality as the distanced between saptic tanks, livestock barns, wells river with less than 10 maters and the well being around the environment that a lot of junk. Well water is very susceptible to bacterial contamination and an bacterial contamination and an issue that needs attention because residents use well water as a source of drinking water. Bacterial contamination can cause various diseases, one if which diare. According to the Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI No. 492/Menkes/PER/IV/2010 about drinking water quality requirements have value MPN E. coli sel/100 mL. This study aims to determine the water quality of wells in Kelurahan Batuang Taba Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung of Padang States from the aspects of baketriologis. This study conducted from July to August 2013 held the Laboratory of Basic Biology STKIP PGRI West Sumatera. This research is descriptive study sampling is Proposive Sampling of 8 wells based on the distance of less than 10 maters of pollution sources. This study uses the Most Probable Number (NPM) using two-stage trial the prediction (Presumtive Test) and test or certainty (Confirmative Test) with a combination of 3:3:3. Based on the research conducted showed that the well water contaminated with Escherichia coli positive citizens with amounts ranging from 1100 to >2400 sel/100 mL, the water category, including poor water quality, does not meet clean water standards and is not suitable for consumption as drinking water.
Kata kunci: Water wells, Escherichia coli. A. LATAR BELAKANG
Air dan kehidupan merupakan gabungan dari dua hal yang saling terkait dan besar peranannya bagi makhluk hidup. Air merupakan materi esensial di dalam kehidupan, tidak satupun makhluk hidup di dunia ini tidak memerlukan air dan tidak mengandung air.
Menurut Soemirat (2011) air di dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan. Arif juga menyatakan (1994) di kota-kota besar kebutuhan air meningkat sesuai dengan taraf atau
tingkat kehidupan masyarakat.
2 masyarakat untuk mendapatkan air
bersih, Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat sumur gali. Jenis sumur ini mudah terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci dan kakus. Kebersihan dan kontaminasi
air sumur sangat berpengaruh
terhadap lingkungan di sekitar sumur.
Seiring dengan kemajuan
zaman sumber air sumur tersebut
dicemari oleh limbah industri,
limbah rumah tangga dan resapan kotoran ternak serta pencemaran akibat Sanitasi yang tidak baik. Pencemaran air, diantaranya berupa pencemaran Fisik, Kimia, maupun Biologi. Pencemaran Biologi dapat
diketahui dengan ditemukannya
bakteri (patogen) koliform sebagai indikator pencemaran pada air.
Koliform dicirikan sebagai bakteri
yang berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif. Adanya bakteri
koliform di dalam makanan atau
minuman menandakan adanya
mikroba yang bersifat
enteropatogenik atau toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan.
Di Kelurahan Batuang Taba
Nan XX Kecamatan Lubuk
Begalung, sebagian warga masih
menggunakan air sumur untuk
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan,
konstruksi sumur serta sistem
sanitasi sumur warga tidak
memenuhi standar kesehatan.
Banyak ditemukan sumur yang jaraknya kurang dari 10 meter dari
saptic tank, kandang ternak dan
berada di lingkungan yang banyak sampah. Daerah ini sangat dekat
dengan sungai, besar kecilnya
volume air sumur juga dipengaruhi oleh air sungai. berdasarkan data dari puskesmas setempat bahwa di daerah ini memiliki jumlah penderita diare paling tinggi dan terjadi peningkatan setiap tahunnya yaitu 174 kasus pada tahun 2010, 266 kasus pada tahun 2011 dan 314 kasus pada tahun 2012 dan 714 kepala keluarga yang membuang sampah sembarangan di daerah ini.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian Deskriptif dengan
3
Proposive sampling sebanyak 8
sampel. Untuk menentukan kualitas air sumur dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan metode Most
Probable Number (MPN) Seri 3:3: 3,
dengan tahapan kerja terdiri dari uji kepastian (Presumtive test) dan uji
penegasan (Convirmative test).
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2013 di Laboratorium Dasar Jurusan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat. Analisis data
dilakukan secara kualitatif yaitu
dengan cara menghitung total
Escherichia coli dengan
menggunakan tabel MPN. Hasil analisis ini dibandingkan dengan
Keputusan Mentri Kesehatan
(MenKes) RI.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 : Nilai NPM E. coli pada
sumur warga No Sampel MPN/100 mL 1. Sumur 1 ≥2400 2. Sumur 2 ≥2400 3. Sumur 3 ≥2400 4. Sumur 4 1100 5. Sumur 5 ≥2400 6. Sumur 6 ≥2400 7. Sumur 7 ≥2400 8. Sumur 8 1100
Berdasarkan hasil analisis
bakteriologis air sumur yang berasal dari sumur warga di Kelurahan Batuang Taba Nan XX Kecamatan
Lubuk Begalung Kota Padang,
ditemukan 8 sumur positif tercemar oleh E. coli. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI
No. 492/MenKes/PER/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum harus mempunyai nilai MPN
E. coli maksimal 0 sel/100 mL. Hal
ini berarti air sumur yang dikonsumsi penduduk di Kelurahan Batuang Taba Nan XX Kecamatan Lubuk
Begalung Kota Padang, tidak
memenuhi syarat kesehatan dan tidak layak dikonsumsi. Kualitas air sumur warga di daerah ini termasuk dalam kriteria jelek/kotor dengan jumlah bakteri E. coli >10 sel/100 mL, hal ini dipertegas oleh Suriawiria (1996) bahwa air yang mengandung E.coli lebih dari 10 sel/100ml tergolong kepada air kotor atau jelek. Serta tidak lulus syarat kelayakan untuk air
bersih menurut ketentuan yang
4
416/MENKES/PER/IX/1990 yang
hanya diperbolehkan 50 sel/100 mL untuk bukan air perpipaan atau air sumur.
Jika di dalam 100 mL air minum terdapat 500 bakteri E. coli, memungkinkan terjadinya penyakit
gastroenteritis yang segera diikuti
oleh demam tifus Escherichia coli. (Suriawiria, 1996).
Pada hasil uji sumur No 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 didapatkan nilai NPM tertinggi yaitu ≥2400 sel/100 mL sedangkan pada sumur 4 dan 8 dengan nilai NPM 1100 sel/100 mL. Perbedaan nilai NPM ini diperoleh karena perbedaan karakter sumber pencemar pada setiap sumur. Adanya bakteri E. coli pada setiap air yang diuji menandakan bahwa air sumur warga telah tercemar oleh feses. Pelczar (1986) menegaskan bahwa
Escherichia coli dijadikan sebagai
indikator dalam analisis kualitas air. Kehadiran mikroorganisme ini di dalam air membuktikan air tersebut terpopulasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas. Artinya
terdapat peluang bagi berbagai
macam mikroorganisme pathogenik yang secara berkala terdapat dalam
saluran pencernaan untuk masuk kedalam air tersebut.
Pada sumur 1 dan 2 didapatkan jumlah E. coli ≥2400, hal ini sebabkan karena konstruksi sumur tidak memenuhi standar kesehatan. Hasil penelitian Marsono (2009) menyatakan pembangunan sumur harus mengikuti standar kesehatan, bangunan fisik sumur yang tidak
memenuhi standar akan
mempermudah bakteri meresap dan masuk ke dalam sumur. Dinding sumur tanpa beton, hal ini bisa
menyebabkan air sumur gali
tercemar lewat rembesan yang masuk lewat pori-pori tanah, sehingga berpengaruh terhadap kualitas air sumur. Bibir sumur tidak dibangun, begitu juga dengan lantai sumur dan
sarana pembuangan limbah.
Kebiasaan warga melakukan
aktivitas untuk keperluan domestik rumah tangga yang kurang dari jarak 11 meter dari bibir sumur, juga memperparah keadaan sumur, karena
menyebabkan air sumur gali
terkontaminasi dengan sisa air yang telah dipergunakan.
Jumlah E. coli pada sumur 3 dan 4 adalah ≥2400 dan 1100.
5 Banyaknya jumlah bakteri yang
didapatkan karena jarak sumur ke 3 dari saptic tank dan dari lingkungan yang banyak sampah kurang lebih 3 meter dan untuk sumur ke 4 kurang lebih 9 meter. Pada sumur 5 dan 6 didapatkan jumlah E. coli ≥2400,
tingginya jumlah bakteri yang
terkandung dalam air sumur 5 dan 6 disebabkan karena kedua sumur ini
berdampingan letaknya dengan
kandang ternak, kurang lebih
berjarak 1,5 sampai 3 meter serta di lingkungan yang banyak sampah.
Kotoran hewan ternak bisa
mencemari sumur gali, lewat
perembesan tanah, apalagi
pengelolaan limbah kotoran hewan ternak yang tidak dibuat saluran khusus penampungan kotoran ternak, Tingginya jumlah E. coli yang didapatkan pada sumur 3, 4, 5, dan 6 dapat disebabkan karena lokasi sumur yang berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat pembuangan feses atau septic tank, tempat pembuangan limbah, kandang ternak dan keberadaan sumur di sekitar lingkungan yang banyak sampah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yunita (2012) bahwa
semakin dekat jarak sumur dengan
septic tank, tempat pembuangan
limbah dan tempat pembuangan sampah , maka akan semakin banyak bakteri yang terdapat pada sampel air sumur. Pada sumur 7 dan 8 didapatkan jumlah E. coli ≥2400 dan 1100 per 100 mL. Hal ini disebabkan karena jarak sumur yang kurang dari 10 meter dari sungai. Warga di daerah ini menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah dan sampah. Fenomena seperti ini dapat mencemari air sumur, karena berkemungkinan air sungai yang tercemar meresap ke sumur karena daya porositas tanah. Hasil penelitian
Marsono (2009) menyatakan
porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri. mengingat air merupakan alat transportasi bakteri dalam tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan `
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa air sumur warga di Kelurahan Batuang Taba Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang positif tercemar oleh E. coli dengan jumlah
6 berkisar 1100 sampai 2400 sel/100
mL. Hal ini berarti air sumur yang
dikonsumsi penduduk tidak
memenuhi syarat kesehatan dan tidak layak dikonsumsi. Kualitas air sumur warga di daerah ini termasuk dalam kriteria jelek/kotor dengan jumlah bakteri E. coli >10 sel/100 mL serta tidak lulus syarat kelayakan untuk air bersih.
Saran
Disarankan kepada penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Batuang Taba agar membuat sumur yang memenuhi standar kesehatan
dan perlunya pengenalan dan
sosialisasi mengenai kualitas air yang baik untuk kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. 1994. Pengantar
Mikrobiologi Umum.
Padang: Universitas Negeri Padang Press.
Departemen Kesehatan RI. tentang
Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air, Jakarta, 1990.
Depkes . 2010. Persyaratan Kualitas air minum.
Juli, S. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marsono. 2009. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan
Kualitas Bakteriologi Air
Sumur Gali di Pemukiman.
Skripsi Oline. Diakses 28
Agustus 2012. Purbowarsito, H. 2011. http://biologifst . Unair . ac . id/wpcontent /uploads/2012/ pdf.Diakses tangga l3 Februari 2013. Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi
Air dan Dasar-Dasar
Pengolahan Buangan Secara Bilogis. Bandung: Alumni ITB.
Volk, Wesley dan Wheler. 1990. Mikrobilogi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Yunita, M. 2012.. http://www . library. Upnvj .ac.id/pdf/5FKS1KEDOKT ERAN/0810211049/Abstrak .pdf . Diakses tanggal 16 Agustus 2013. Zulkifli, H. 1997. Biologi Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral