• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling berkaitan. Secara umum, pengertian kemiskinan yaitu ketidakmampuan untuk mengakses kebutuhan dasar dalam hal ini adalah kebutuhan pangan. Di sinilah perlu peran pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kekuatan untuk ketahanan pangan masyarakat.

Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Upaya pembangunan ketahanan pangan dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola atau memanfaatkan sumber daya alam secara efektif, efisien secara berkelanjutan. Perwujudan pemberdayaan masyarakat dalam rangka kemandirian pangan, dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan di perdesaan. Strategi yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui jalur ganda/Twin Track Strategy, yaitu: 1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan 2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.

▸ Baca selengkapnya: jelaskan dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan produk pangan hasil peternakan dan perikanan!

(2)

2

Salah satu bentuk Twin Strack Strategy, yakni Program Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN). Menurut Husinsyah (2009), Program DEMAPAN dirancang sebagai upaya memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian serta kapasitasnya untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan dari waktu ke waktu dengan memanfaatkan kelembagaan sosial ekonomi yang telah ada. Untuk dapat dikembangkan di tingkat pedesaan, dengan fokus utama adalah rumah tangga pedesaan.

Perkembangan pertanian di Indonesia, apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami pasang surut. Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam sendi-sendi pembangunan bangsa, pada akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah, diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah/persoalan pertanian. Kebijakan-kebijakan tersebut, hanya memberatkan petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya yang telah ditempuh dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan petani, dianggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada petani dan cenderung merugikan petani (Siregar, dkk., 2012).

Berbagai program telah dilaksanakan pemerintah untuk mampu mengentaskan rumah tangga petani miskin, dari belenggu kemiskinan dan ketidak terjaminan pangan. Satu hal yang perlu segera diperhatikan, ternyata sampai pasca

(3)

3

reformasi jumlah rumah tangga yang rawan pangan tetap tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, adalah melalui peningkatan fungsi kelembagaan lokal pengembangan DEMAPAN. Solusi ini dinilai efektif membantu warga miskin terutama yang bermukim di pedesaan agar terlepas dari ancaman rawan pangan (Dumasari, 2008).

Bentuk pelaksanaan Program DEMAPAN adalah pemberian bantuan modal kepada desa, dengan karateristik penerima memiliki jumlah KK miskin di atas 30 persen. Untuk mencapai tujuan DEMAPAN, program dirancang dalam kurun waktu 4 tahun. Tiap tahun, memiliki tahapan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan.

Meliputi seleksi desa rawan pangan dan pembentukan KK Miskin. 2. Tahap Penumbuhan.

Mulai dari adanya usaha produktif, pembentukan Lembaga Keuangan Desa (LKD), berfungsinya posyandu dan bekerjanya sistem ketahanan pangan dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi serta koordinasi program lintas sektor untuk pembangunan sarana prasarana wilayah pedesaan.

3. Tahap Pengembangan.

Adanya perkembangan produktif, peningkatan modal LKD, pengembangan sistem ketahanan pangan.

4. Tahap Kemandirian.

Adanya peningkatan dinamika kelompok dan usaha ekonomi produktif, adanya jaringan kemitraan, berfungsinya lembaga keuangan desa sebagai

(4)

4

layanan modal dan berfungsinya tim pangan desa dalam mengkoordinasikan program lintas sektoral (Darwis, 2012).

Bantuan dana yang diberikan bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan petani, baik dalam pengelolaan usaha produktif maupun kegiatan lain yang diperlukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani harus sesuai dengan perencanaan bersama. Dana penguatan modal digunakan untuk membiayai kegiatan produktif, bukan kegiatan fisik seperti pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, dan sebagainya. Dana penguatan modal usaha akan dikembalikan kepada lembaga keuangan desa sebagai pengelola, kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota kelompok dengan prosedur yang sama (Siregar, dkk., 2012).

Siregar, dkk. (2012), menambahkan bahwa dana yang diberikan bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan petani, baik dalam pengelolaan usaha produktif maupun kegiatan lain yang diperlukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani, harus sesuai dengan perencanaan bersama. Dana yang diberikan kepada petani, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Pemberian dana kepada petani, memiliki ketentuan yakni: 1) mempunyai kelengkapan organisasi; 2) memiliki manajemen administrasi dan keuangan yang baik; 3) transparan dalam pengelolaan keuangan kelompok; 4) memiliki rencana usaha kelompok; 5) mempunyai uang tabungan kelompok; 6) terdapat dukungan kelompok (misalnya, bagi kelompok yang akan mengembangkan ternak, kelompok tersebut sudah memiliki kandang, bagi kelompok yang bergerak di bidang budidaya, lahan kelompok sudah digarap).

(5)

5

Program DEMAPAN merupakan program aksi yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian untuk mengurangi rawan pangan dan gizi melalui pemberdayaan sumber daya, kelembagaan, dan kearifan lokal pedesaan. Program ini telah dilaksanakan pada tahun 2006, dalam perkembangannya alokasi dana yang telah disalurkan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Gambar 1.1 Alokasi Bantuan Program Desa Mandiri Pangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan dayabeli, dan akses pangan rumah tangga. Diharapkan akan berdampak terhadap penurunan kerawanan pangan, serta peningkatan gizi masyarakat miskin di pedesaan. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu mengurangi angka

24.040 35.400 22.100 35.900 50.230 40.600 39.800 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Dlm Juta

(6)

6

kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015 (BKP, 2013).

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Polewali Mandar sebagai pelaksana Program DEMAPAN pada tingkat kabupaten, telah menyalurkan dana bantuan program tersebut sejak program sejak tahun 20072012. Adapun desa-desa penerima program DEMAPAN di wilayah Kabupaten Polewali Mandar disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penerima Program Desa Mandiri Pangan

No. Kecamatan Ibukota

Kecamatan Desa Penerima

Nama Kelompok

Afinitas

1 Alu Petoosang Mombi Siwaliparri

2 Balanipa Balanipa Tammajarra Magfirah

3 Limboro Limboro Salarri Riopa’mai

4 Tubbi Taramanu Taramanu Ambopadang Bina Bersama

5 Campalgian Pappang Suruang Amanah

6 Bulo Bulo Sabura Sabura Jaya

7 Anreapi Anreapi Kelapa Dua Sipatuo

Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kab. Polman

Dari data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa sejak dilaksanakan Program DEMAPAN di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 20072012, penerima program sebanyak 7 desa. Diharapkan dengan pelaksanaan program ini, terjadi peningkatan pendapatan dan dayabeli masyarakat serta berkembangnya modal usaha kelompok.

1.2 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian mengenai Program DEMAPAN telah banyak dilakukan, namun secara khusus belum pernah dilakukan pada Kabupaten Polewali Mandar

(7)

7

bahkan di Provinsi Sulawesi Barat. Berikut beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan, baik di luar negeri maupun di beberapa wilayah di Indonesia antara lain sebagai berikut.

Penelitian oleh Zuchainah (2009), melakukan penelitian tentang evaluasi program aksi DEMAPAN di Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah dengan metode kualitatif, hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa program aksi DEMAPAN yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul dikatakan efektif karena berdasarkan analisis indikator output telah sesuai dengan target dan sasaran yang ditentukan. Pada indikator outcome telah terjadi kemajuan tingkat penghidupan dan kemajuan pola pikir masyarakat sasaran. Program aksi DEMAPAN berhasil meningkatkan status ketahanan pangan masyarakat, namun belum dapat secara efektif menurunkan kejadian rawan pangan/kemiskinan. Kondisi demikian dikarenakan adanya perbedaan kapasitas dasar masyarakat serta partisipasi masyarakat sasaran.

Rosyida (2012), melakukan penelitian pada Desa Selopanioro Kabupaten Bantul. Menggunakan metode kualitatif deskritif, menemukan bahwa Program DEMAPAN yang dilaksanakan pada Desa Selopanioro belum mampu mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif kelompok afinitas, serta belum optimal dalam pemanfaatan lumbung pangan sebagai cadangan pangan masyarakat desa dalam upaya untuk kemandirian pangan. Peran masing-masing lembaga masyarakat Tim Pangan Desa (TPD) dan Lembaga Keuangan Desa (LKD) yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan program belum optimal, tidak adanya peningkatan usaha produktif yang dikelola kelompok mengakibatkan

(8)

8

tidak bertambahnya jumlah penerima manfaat sampai tahap akhir pelaksanaan program. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) karateristik masyarakat; 2) komitment pemerintah; dan 3) manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).

Tahun 2014 dilakukan penelitian oleh Anindyawati, yang meneliti tentang pengaruh modal sosial petani terhadap pengembangan pangan lokal pada Program DEMAPAN di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitiannya menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap modal sosial petani DEMAPAN adalah peran ketua kelompok tani dalam membina kelompoknya, maka semakin kuat modal sosial petani DEMAPAN. Sementara itu, faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap modal sosial petani adalah umur, pendidikan, motivasi, keaktifan petani dalam kelompok tani, luas lahan, dan peran penyuluh pertanian.

Tahun 2015, dilakukan penelitian tentang peran tim pangan desa dalam pelaksanaan Program DEMAPAN di Kabupaten Sleman oleh Suryaningsih. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara positif yaitu persepsi anggota kelompok afinitas. Semakin tinggi persepsi, maka pelaksanaan Program DEMAPAN semakin baik. Sementara faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata yaitu peran tim pangan desa, motivasi anggota kelompok afinitas, dan jaringan pemasaran.

Tahun yang sama juga, dilakukan penelitian tentang motivasi anggota kelompok afinitas dalam Program DEMAPAN di Kecamatan Gendangsari Kabupaten Gunungkidul oleh Perdana (2015). Dengan menggunakan metode

(9)

9

kualitatif, menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap motivasi kelompok afinitas adalah tingkat pendidikan, pengalaman anggota kelompok afinitas, persepsi anggota kelompok afinitas, dan peran tim pangan desa.

Sebagai perbandingan antara penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kebijakan Program DEMAPAN, sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah selain lokasi penelitian, waktu, lingkup serta objek penelitan, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Importance-Performance

Analysis oleh John A Martilla dan John C James pada tahun 1977. Selain itu,

untuk menganalisis dampak, maka digunakan metode Difference-in-Differences.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam upaya melaksanakan pembangunan, berbagai program kebijakan telah dilaksanakan oleh pemerintah. Namun kebijakan tersebut, terkadang tidak memberikan manfaat dan tidak berpengaruh terhadap masyarakat. Untuk itu, perlu melakukan analisis pelaksanaan program-program kebijakan yang telah dilakukan sehingga temuan-temuan permasalahan dapat menjadi bahan pengambilan keputusan dimasa mendatang.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut.

(10)

10

1. Bagaimana kinerja kelompok afinitas penerima Program DEMAPAN di Desa Ambopadang?

2. Apakah pendapatan kelompok afinitas berbeda antara sebelum dan setelah program?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis kinerja kelompok afinitas penerima program aksi DEMAPAN di Desa Ambopadang.

2. Menganalisis dampak program aksi DEMAPAN terhadap perbedaan pendapatan kelompok afinitas.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut.

1. Sebagai bahan bagi Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar untuk merumuskan kebijakan pembangunan.

2. Sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan kedepannya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Dikarenakan adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada evaluasi kinerja Kelompok Afinitas dan bagaimana peningkatan pendapatan terhadap penerima Program DEMAPAN. Hal ini disebabkan oleh karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

(11)

11

Penulis membatasi objek penelitian di salah satu kelompok afinitas penerima dana bantuan Program DEMAPAN di Kabupaten Polewali Mandar yaitu Kelompok Afinitas Bina Bersama yang bertempat di Desa Ambopadang Kecamatan Tubbi Taramanu.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di Desa Ambopadang Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat dan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tubbi Taramanu yakni Desa Besoangin. Dengan pertimbangan, Desa Ambopadang merupakan desa penerima program dan Kecamatan Tubbi Taramanu memiliki keterbatasan pembangunan baik infrastruktur maupun sarana yang dimiliki, namun begitu Kecamatan Tubbi Taramanu memiliki luas wilayah yang cukup besar daripada kecamatan yang ada di Kabupaten Polewali Mandar. Sebagai kelompok pembanding, maka penulis mengambil 1 kelompok tani di Desa Besoangin yang masih dalam wilayah Kecamatan Tubbi Taramanu. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada poin 2 penelitian, sebagai pengukuran keberhasilan program.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap isi tesis, maka penulis membuat sistematika penulisan tesis dengan menguraikan isi pokok bab dari Bab I sampai dengan bab terakhir. Bab I merupakan Pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, pijakan teori apa yang digunakan. Bab III merupakan

(12)

12

Metodologi Penelitian, data dan alat analisis. Bab IV merupakan Analisis tentang Program DEMAPAN, kinerja kelompok afinitas serta analisis dampak program. Terakhir Bab V merupakan Kesimpulan dan Saran yang terdiri dari simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran.

Gambar

Gambar 1.1  Alokasi Bantuan Program Desa Mandiri Pangan
Tabel 1.1 Penerima Program Desa Mandiri Pangan

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan lokasi yang akan direhabilitasi pada kegiatan ini didasarkan pada beberapa kriteria yang juga dipakai dalam studi lainnya,

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Wonorejo sudah memberikan kepuasan terhadap pasien karena beberapa elemen-elemen pendukung kenyamanan pelayanan seperti fasilitas dan

Perubahan nilai ~ daD HVL tersebut sebagai basil dari perhitungan menggunakan persamaan (I) yang tidak menyertakan faktor koreksi pertumbuhan, yang nilain.,j'a semakin

Dalam studi kasus yang lain yang telah dilakukan oleh Gentile, Lynch, Linder & Walsh (2004, hal.6) diketahui bahwa gadis remaja bisa bermain video game terbaru selama rata-rata

Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan

Dari rangkaian proses penelitian ini setelah dilakukan proses analisis data sebagaimana yang telah diuraikan, maka penulis menyampaikan saransebagai berikut :Sebaiknya

Sarana,prasarana dan/atau fasilitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap standar pelayanan. Sarana, prasana dan/atau fasilistas yang

Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor (pelayanan, kualitas produk, harga, promosi) mempengaruhi keputusan konsumen membeli pada PT. Kalla Toyota Cabang