• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI SPASIAL IMBUHAN AIR TANAH BEBAS DI SUB DAS

KUNING DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Spatial Distribution of Unconfined Groundwater Recharge in Kuning Sub-Watershed

Special Region of Yogyakarta)

Ika Afianita Suherningtyas

1

, Nur Einy S. Selida

2

, Afrinia Lisditya Permatasari

3

Prodi Geografi Universitas Amikom Yogyakarta1

Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada2

Prodi Geografi Universitas Amikom Yogyakarta3

Jl. Ringroad Utara Condongcatur Sleman Yogyakarta E-mail: ika.afianita@gmail.com

ABSTRAK

Pengelolaan terhadap kawasan resapan air dikaitkan dengan batasan daerah aliran sungai (DAS). Air tanah dilereng selatan Gunungapi Merapi merupakan Sistem Akuifer Merapi (SAM) yang memiliki potensi sumberdaya air yang baik. DAS Kuning merupakan daerah imbuhan yang potensial. Informasi tentang kondisi daerah resapan penting untuk disajikan sebagai perencanaan sumberdaya air, khususnya air tanah. Penyajian distribusi keruangan imbuhan air tanah dapat memudahkan dalam melihat secara keruangan daerah kajian, mencakup kondisi dan parameter yang mempengaruhi imbuhan air tanah. Tujuan penelitian adalah menganalisis distribusi keruangan imbuhan air tanah, mengetahui potensi air tanah di DAS Kuning untuk memenuhi kebutuhan domestik, dan menyusun strategi pengelolaan air tanah di DAS Kuning. Metode yang digunakan menggunakan klasifikasi ESDM yaitu Panduan Teknis Pengelolaan Air tanah (Badan Geologi, 2007) melalui lima parameter yaitu kelulusan batuan, curah hujan, penutup tanah, kemiringan lereng, dan kedalaman muka air tanah. Data parameter dilakukan overlay dan dilakukan scoring. Metode strategi pengelolaan air tanah dengan menggunakan pendekatan analisis diskriptif dan wawancara narasumber. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh bagian DAS Kuning masuk pada klasifikasi imbuhan utama yang sangat potensial untuk dapat mengimbuh air tanah. Kabutuhan domestik di DAS Kuning sebesar 2.306.362 liter/tahun, sedangkan untuk potensi yang ada 3.085.820 liter/tahun. Strategi pengelolaan air tanah yang diterapkan di DAS Kuning melalui pendekatan teknis yaitu dengan kegiatan konservasi, pelestarian dan pengawatan, sedangkan pendekatan institusi melalui pengendalian dan pengawasan untuk menjaga kuantitas dan kualitas daerah imbuhan baik dan bersifat jangka panjang.

Kata kunci: air tanah, daerah resapan air, strategi pengelolaan air tanah.

ABSTRACT

Management of water recharge area is connected to the boundaries of related watershed. Groundwater in Kuning Watershed is part of the Merapi Aquifer System, which has significant potential for water resource. Therefore, detailed information on its condition becomes necessary to be presented and considered in water resource management planning, particularly for groundwater. Visual presentation on the spatial distribution of groundwater recharge accommodates spatial analysis on the condition and influencing parameters of groundwater recharge. The research aims to analyze the spatial distribution of groundwater recharge, to determine the groundwater potential of Kuning Watershed for domestic water supply, and to arrange groundwater management strategy in Kuning Watershed. It is based on the ESDM (Ministry of Energy and Mineral Resources) classification provided by the Geology Agency in 2007, namely the Groundwater Management Technical Guide, which emphasizes five parameters: lithology (porosity), rainfall, land cover, slope, and groundwater table. The overlaid and scored parameters are used as considerations in arranging groundwater management strategy, which was analyzed descriptively and according to the results of interviews of key informants. The results show that every part of Kuning Watershed is classified as a main recharge area with very significant potential for groundwater recharge due to its capacity of 3,085,820 liter/year, able to meet domestic water needs at 2,306,362 liter/year. Accordingly, groundwater management strategy in Kuning Watershed applies technical approach, i.e. conservation and preservation, and institutional approach, i.e. control and monitoring, in order to sustainability of quantity and the quality. Keywords: groundwater, recharge area, groundwater management strategy

(2)

196

PENDAHULUAN

Latarbelakang

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air kehidupan tidak akan mungkin terjadi (Fetter, 1988). Sumberdaya air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di muka bumi dan mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumberdaya lain. Air memiliki sifat sumberdaya terbarukan dan dinamis dimana sumber utama air berupa air hujan yang akan selalu datang sesuia waktu dan musimnya sepanjang tahun (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Pemanfaatan akansumberdaya air tidak hanya untuk keperluan air minum dan rumah tangga, tetapi dimanfaatkan juga dalam aspek kehidupan lainnya seperti pertanian, perkebunan, perumahan, industri, pertambangan, pariwisata dan lain-lain, bahkan sudah menjadi komoditas komersial.

Pengelolaan terhadap kawasan resapan air dikaitkan terhadap suatu unit wilayah yang memungkinkan berlangsungnya suatu sistem air mulai dari masuk, proses meresap hingga keluarnya air yaitu dengan batasan daerah aliran sungai (DAS). Daerah aliran sungai (DAS) suatu wilayah kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh suatu pemisah topografi berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan menyalurkan air, sedimen unsur hara dalam sistem sungai yang keluar melalui satu outlet tunggal. Batas‐batas alami DAS dapat sebagai batas ekosistem alam, yang dimungkinkan bertumpang‐tindih dengan ekosistem buatan, seperti wilayah administratif dan wilayah ekonomi (Ramdan, 2006).

Air mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Pemanfaatan air salah satunya yaitu air tanah (groundwater). Banyak keuntungan pemanfaatan air tanah yaitu mempunyai kualitas yang relatif baik dibanding air permukaan, tidak terpengaruh musim, cadangan air tanah lebih besar dan lebih mudah diperoleh dengan cara yang sederhana, dan mempunyai biaya yang murah (Sudarmadji,1990).

Air tanah di lereng selatan Gunungapi Merapi merupakan Sistem Akuifer Merapi (SAM) yang memiliki potensi sumberdaya air yang baik. Sumber air tanah kebanyakan berasal dari infiltrasi air hujan yang masuk dan mengalir pada suatu akuifer (Hofkes, 1983). DAS Kuning merupakan bagian dari sistem DAS Opak yang berhulu dari puncak Gunungapi Merapi hingga berhilir di kaki lereng Gunungapi Merapi. Sudarmadji (1994) menyebutkan lereng selatan dari Gunungapi Merapi berfungsi sebagai sistem akuifer yaitu formasi Sleman dan Yogyakarta.

Sutikno (1995) menyebutkan pertumbuhan dan pembangunan perkotaan di Kota Yogyakarta telah memberikan dampak terhadap degradasi lahan disebabkan oleh meningkatnya pembangunan pemukiman, meningkatnya limpasan permukaan dan banjir. Perubahan penutup lahan menyebabkan perubahan alih fungsi lahan, yang menyebabkan perubahan sistem hidrologi DAS Kuning. Wilayah Kabupaten Sleman mengalami konversi lahan dari tahun 1992-2009 dan paling banyak terjadi pada lahan pertanian (Tabel 1). Perubahan penggunaan lahan yang signifikan menyebabkan perubahan tutupan lahan dan kemampuan permukaan bumi untuk meresapakan air sebagai imbuhan air tanah semakin berkurang. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terjadi menyebabkan besarnya limpasan permukaan, sehingga banjir dapat terjadi sewaktu-waktu dengan intensitas hujan tertentu.

Kondisi fisik lahan di bagian hulu DAS Kuning merupakan tulang punggung imbuhan air tanah bagi daerah bawahnya dan perubahan penutup lahan dibagian tengah dan hilir DAS akibat meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah kebutuhan air dan lahan, serta kondisi iklim ekstrim yang saat ini tidak menentu menyebabkan dampak yang tak terduga seperti banjir lahar, banjir perkotaan, longsor, kekeringan dan suhu panas.

Informasi kondisi daerah resapan yang merupakan daerah imbuhan air tanah suatu tempat penting untuk disajikan sebagai perencanaan sumberdaya air, khususnya air tanah. Penyajian spasial distribusi imbuhan air tanah dapat memudahkan melihat kondisi secara keruangan daerah kajian terkait kondisi dan parameter yang mempengaruhi imbuhan air tanah. Kondisi tersebut maka perlu identifikasi apakah potensi air tanah di DAS Kuning masih dapat memenuhi kebutuhan domestik di daerah tersebut seiring dengan kondisi DAS Kuning semakin bertambahan jumlah penduduk sehingga dapat susun strategi pengelolaan air tanah di DAS Kuning mengingat daerah kajian merupakan daerah imbuhan (recharge area) terutama pada bagian hulu DAS Kuning.

(3)

Tabel 1. Persentase Pertumbuhan Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Sleman Tahun 1992-2009 Kecamatan Tahun (Ha) Pertumbuhan

Konversi lahan 1992-2009 (%) 1992-2001 2001-2009 2002-2009 Berbah 242.05 74.60 316.65 0.05 Cangkringan 54.21 172.88 227.09 0.18 Depok 326.24 212.58 538.83 0.09 Gamping 379.65 85.47 465.13 0.04 Godean 122.65 305.04 427.69 0.24 Kalasan 79.06 238.54 317.60 0.27 Minggir 109.09 163.94 273.03 0.17 Mlati 238.58 178.45 417.03 0.10 Moyudan 47.69 183.96 231.64 0.01 Ngaglik 77.89 231.62 309.51 0.26 Ngemplak 75.99 118.75 194.74 0.17 Pakem 54.14 148.67 202.81 0.25 Prambanan 146.12 142.09 288.22 0.12 Sayegan 131.82 45.49 177.31 0.05 Sleman 84.00 80.14 164.14 0.12 Tempel 126.37 194.44 320.81 0.17 Turi 143.05 184.67 184.72 0.04 Sumber: Harini dkk 2012

Diharapkan dapat memberikan arahan pengelolaan air tanah sebagai strategi pengelolaan air tanah untuk daerah imbuhan air tanah dan sekitarnya. Perlu adanya penelitian untuk mengetahui kondisi daerah imbuhan air tanah, agar dapat mengetahui kondisi imbuhan air tanah secara kualitatif pada saat ini terhadap ketersediaan air tanah dalam memenuhi kebutuhan dan sebagai usaha pengelolaan air tanah terkait dengan fungsi daerah resapan yang memiliki potensi besar terhadap suplai air tanah bagi daerah bawahnya.

Permasalahan

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan akan kebutuhan lahan dan kebutuhan air tanah menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan.Hal tersebut diperlukan manajemen air yang berkelanjutan secara lingkungan yang mengkaji kondisi daerah imbuhan air tanah secara spasial, terutama kondisi potensi air tanahnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan domestik dan mengetahui dan memberikan alternatif bagaimana pengelolaan air tanah sehingga dapat disusun strategi pengelolaannya. Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian berikut ini :

(1) Bagaimana distribusi keruangan imbuhan air tanah di DAS Kuning?

(2) Bagaimana potensi air tanah di DAS Kuning untuk memenuhi kebutuhan domestik? (3) Bagaimana strategi pengelolaan air tanah di DAS Kuning?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(1) Menganalisis distribusi keruangan imbuhan air tanah (recharge area) di DAS Kuning; (2) Menganalisis potensi air tanah di DAS Kuning untuk memenuhi kebutuhan

domestikpenduduk di DAS Kuning; dan

(4)

198

METODE

Analisis Distribusi Keruangan Imbuhan Air tanah

Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng diperoleh dari data kontur digital yang kemudian diolah menjadi data digital elevasi (DEM) yang menghasilkan peta lereng tentatif, kemudian dilakukan cek lapangan. Klasifikasi kemiringan lereng menggunakan metode yang dikemukakan oleh Wenthworth dan di klasifikasikan berdasarkan parameter imbuhan air tanah dari ESDM.

Tabel 2. Parameter Imbuhan Air tanah

No Kemiringan Lereng (%) Deskripsi Harkat

1 >40 Rendsh 1

2 20-40 Sedang 2

3 10-20 Cukup 3

4 5-10 Tinggi 4

5 < 5 Sangat Tinggi 5

Sumber: Badan Geologi, 2007 Curah Hujan

Penentuan hujan wilayah digunakan data hujan dari stasiun hujan. Data hujan yang digunakan meliputi data hujan harian selama 30 tahun. Metode yang digunakan metode Isohiyet

berdasarkan data stasiun hujan yang masuk kedalam DAS kuning baik di dalam maupun diluar DAS dari tahun 1983-2013. Metode Isohiyet digunakan untuk kawasan dengan jarak penakar hujan merata dan metode ini memperhatikan topografi (Seyhan, 1990). Selanjutnya di klasifikasi berdasarkan parameter imbuhan air tanah dari ESDM.

Tabel 3. Klasifikasi Curah Hujan

No Curah Hujan (mm/tahun) Keterangan Harkat

1 <1000 Rendah 1

2 1000-2000 Sedang 2

3 2000-3000 Cukup 3

4 3000-4000 Tinggi 4

Sumber: Badan Geologi, 2007

Tekstur (Tanah Penutup)

Penentuan tekstur tanah berdasarkan persentase lempung, debu, dan pasir dapat menggunakan segitiga tekstur dari hasil sampel tanah di lapangan kemudian diuji laboratorium, kemudian hasilnya di analisis menggunkan peta penutup lahan sehingga dapat di klasifikasikan tanah penutupnya sesuai klasifikasi berdasarkan parameter imbuhan air tanah dari ESDM.

Tabel 4. Kalsifikasi Tanah Penutup

No Tanah Penutup Keterangan Harkat

1 Lempung Lanauan Rendah 1

2 Lanau Lempungan Sedang 2

3 Lempung Pasiran/Lanau Pasiran Cukup 3

4 Pasir Kerikilan Tinggi 4

5 Kerikil Sangat Tinggi 5

Sumber: Badan Geologi, 2007 Litologi (Kelulusan Batuan)

Pengkelasan berdasarkan nilai kelulusan batuan (konduktivitas hidraulik) untuk meresapkan air dimana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur dari tiap jenis batuan. Semakin besar nilai kelulusan batuannya & koefisien resapan semakin besar skornya.

Tabel 5. Klasifikasi Nilai Kelulusan Batuan

(5)

Batuan (m/hari)

1 <10-4 Batuan Intrusi Rendah 1

2 10-4 – 10-2 Endapan Tersier Sedang 2

3 10-2 – 101 Endapan Kuarter Tua Cukup 3

4 101 - 103 Endapan Kuarter Muda Tinggi 4

5 >103 Endapan Aluvial Sangat Tinggi 5

Sumber: Badan Geologi, 2007

Kedalaman Muka Air tanah

Pengukuran kedalaman muka air tanah dilakukan dengan mengukur kedalaman sumur-sumur gali di daerah penelitian. Kemudian dari data kedalaman muka air tanah kemudian dibuat

flownets. Adanya flownet dapat membantu untuk menganalisis aliran air tanah yang secara umum

bergerak dari daerah imbuh (recharge area) ke daerah luah (discharge area). Hasilnya di klasifikasiberdasarkan parameter imbuhan air tanah dari ESDM.

Tabel 6. Klasifikasi Kedalaman Muka Air Tanah No Kedalaman Muka Air tanah

Bebas Keterangan Harkat 1 < 5 Rendah 1 2 5-10 Sedang 2 3 10-20 Cukup 3 4 20-30 Dalam 4 5 >30 Sangat Dalam 5

Sumber: Badan Geologi, 2007

Klasifiksi Distribusi Keruangan Imbuhan Air tanah

Nilai Imbuhan= Kb*Kp+Pb*Pp+Sb*Sp+Lb*Lp+Mb*Mp……… (1)

Keterangan:

K: Kelulusan Batuan

P: Curah Hujan Rata- Rat Tahunan S: Tanah Penutup

L: Kemiringan Lereng M: Muka Air tanah Bebas b: Nilai Bobot

p: Nilai Peringkat

Berdasarkan hasil pengkelasan Badan Geologi Tahun 2007 pengelompokkan daerah imbuhan air tanah sebagai berikut:

1. Daerah imbuhan utama, merupakan daerah imbuhan air tanah dengan nilai imbuhan lebih besar 33

2. Daerah imbuhan tambahan, merupakan daerah imbuhan air tanah dengan nilai imbuhan antara 30-33

3. Daerah imbuhan tidak berarti, merupakan daerah imbuhna air tanah dengan nilai imbuhan kurang dari 30

(6)

200

Tabel 7. Bobot dan Harkat Parameter Imbuhan Air tanah No Parameter

Imbuhan Air tanah

Bobot Harkat Asli (sebelum dikalikan

bobot)

Harkat (setelah dikalikan bobot) Min Max Min Max

1 Kelulusan Batuan 5 1 5 5 25

2 Curah Hujan 4 1 5 4 20

3 Tanah Penutup 3 1 5 3 15

4 Kemiringan Lereng 2 1 5 2 10

5 Kedalaman Muka Air tanah Bebas

1 1 5 1 5

Jumlah 15 75

Sumber: Olah data primer, 2015

Analisis Daerah Imbuhan (Recharge), Transisi dan Lepasan (Discharge) Air tanah

Berdasarkan hasil dari peta distribusi kerungan imbuhan air tanah dapat dianalisis untuk dapat menentukan daerah imbuhan, transisi dan daerah lepasan berdasarkan pendekatan analisis tekuk lereng, pemunculan mata air dan kedudukan muka air tanah dengan bantuan flownet kemudian dilakukan analisis overlay (tumpang susun).

Analisis Ketersediaan Air tanah di DAS Kuning

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk diperoleh dari data sekunder yang kemudian dihitung dengan perbandingan rasio. Batas DAS tidak selalu sama dengan batas administrasi, oleh karena itu jumlah penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk dalam kecamatan yang masuk dalam wilayah DAS dengan asumsi bahwa tingkat kepadatan penduduk tersebar secara merata.

Kebutuhan Domestik Penduduk

Perhitungan kebutuhan air penduduk berdasarkan pada keperluan domestik diperhitungkan dari jumlah penduduk di daerah perkotaan dan pedesaan yang terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan SNI 19-6728.1-2002.

Potensi Air tanah

Penentuan nilai potensi air tanah dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitas air tanah dengan memprediksi debit air tanah. Penentuan nilai debit air tanah dalam penelitian ini diasumsikan bersifat dinamis yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Penentuan debit air tanah ini dilakukan dengan menggunakan data bor dan prediksi dari peta flownet. Selanjutnya dihitung debit air tanahnya diperoleh dari rumus Darcy yaitu:

Q=K.I.A……… (2)

Keterangan:

Q = Debit Air tanah (m3/hari) K = Konduktivitas Hidrolik (m/hari) I = Kemiringan Muka Air tanah A = Luas Akuifer

Strategi Pengelolaan Air tanah

Strategi ini memiliki tujuan sebagai perencanaan program atau kegiatan pengelolaan air tanah berdasar potensi dan permasalahan di daerah penelitian. Penentuan strategi pengelolaan air tanah di kaji secara diskriptif melalui pendekatan teknis dan pendekatan institusi yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Keruangan Imbuhan Air tanah

Penentuan distribusi keruangan imbuhan air tanah di DAS Kuning ditentukan dari beberapa parameter yang mempengaruhi terhadap proses terjadinya imbuhan air tanah yang mencakup morfologi (kemiringan lereng), geologi (struktur, litologi,hidrogelogi terkait dengan kelulusan, dsb), tutupan lahan, curah hujan dan hidrologi suatu daerah terkait dengan sistem aliran permukaan dan geohidrologinya. Penentuan distribusi keruangan imbuhan air tanah dengan menggunakan klasifikasi dari ESDM yaitu Panduan Teknis Pengelolaan Air tanah (Badan Geologi, 2007) yang mengklasifikasikan distrubusi keruangan imbuhan air tanah berdasarkan parameter kelulusan batuan, curah hujan, tanah penutup, kemiringan lereng dan kedalaman muka air tanah tidak tertekan.

Baerdasarkan hasil overlay dan skoring dari lima parameter tersebut di hasilkan peta distribusi keruangan imbuhan air tanah DAS Kuning (Gambar 4.1) Peta tersebut menunjukkan bahwa parameter distribusi keruangan DAS Kuning menghasilkan bahwa seluruh wilayah DAS Kuning masuk kedalam klasifikasi daerah imbuhan utama. Dimana daerah imbuhan utama merupakan daerah yang memiliki nilai skoring ≥ 33. Hal tersebut disebabkan karena parameter-parameter imbuhan air tanah memiliki nilai yang tinggi.

Gambar 1. Peta Distribusi Keruangan Imbuhan Air tanah DAS Kuning

Daerah Recharge, Trasisi dan Discharge

Berdasarkan hasil analisis distribusi keruangan imbuhan air tanah dengan bantuan analisis morfologi yaitu tekuk lereng, peta arah aliran air tanah (flownet) dilihat kedudukan dan kerapatan kontur muka air tanah, hubungan kedukan muka air tanah dan air permukaan dan pemunculan mata air,dapat dihasilkan peta recharge dan discharge di DAS Kuning (Lihat Gambar 2). Luas total DAS Kuning adalah 46.21 km2, dengan rincian luas daerah imbuhan (recharge) 8.31 km2 atau

17.98 % dari luas total DAS Kuning, dan luas daerah transisi sekitar 15.54 km2 atau 33.62 % luas

total DAS Kuning, serta daerah lepasan (discharge) air tanah sekitar 22.37 km2 atau 48.4 % luas

(8)

202

Gambar 2. Peta Daerah Recharge, Transisi, dan Discharge

Kebutuhan dan Ketersediaan Air tanah di DAS Kuning

Kebutuhan air tanah penduduk difokuskan pada kebutuhan domestik atau kebutuhan rumah tangga. Dimana kebutuhan domestik merupakan urutan prioritas dalam pengunaan air tanah. Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan domestik sebagian besar berasal dari air tanah yang terdapat pada akuifer bebas di DAS Kuning. Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan air total di kalikan jumlah penduduk di suatu wilayah.Hasil perhitungan menunjukkah bahwa kebutuhan air penduduk di DAS Kuning sebesar 2.306.362 liter/tahun atau sebesar 6.319 liter/hari dengan jumlah penduduk 66.964 jiwa.

Tabel 8. Kebutuhan Air tanah Domestik DAS Kuning

Kecataman Desa Status Jumlah

Penduduk Penduduk Dalam DAS

Q Domestik

(L/Th) Cangkringan Wukirsari Desa 10294 2600 2306362

Umbulharjo Desa 4849 1254 Pakem Pakembinangun Kota 6379 129

Hargobinangun Desa 6379 310 Ngaglik Sukoharjo Desa 12924 3955 Ngemplak Wedomartani Kota 25799 6503 Umbulmartani Desa 8392 3845 Widodomartani Desa 8063 1992 Kalasan Purwomartani Kota 34734 14299

Selomartani Desa 12305 1029 Berbah Sendangtirto Desa 15137 9319 Tegaltirto Kota 10898 5402 Kalitirto Desa 12824 479 Depok Maguwoharjo Kota 29252 12016 Banguntapan Potorono Desa 14382 141 Piyungan Sitimulyo Desa 18739 3692 Sumber: Badan Pusat Statistik 2014 dan Hasil Perhitungan

(9)

Penentuan debit air tanah dengan bantuan data bor daerah penelitian, kemudian dibagi beberapa segmen untuk mempermudah perhitungan debit air tanah. Hasil perhitungan debit air tanah di DAS Kuning sebesar 1.126.324.174,91liter/hari atau 1.126.324,17 m3/hari atau sebesar

3.085.812 liter/tahun. Hasil perhitungan selisih antara kebutuhan dan ketersediaan air tanah di DAS Kuning menunjukkan hasil positif yang mana air tanah masih dapat memenuhi kebutuhan. Namun kondisi ini harus dipertahankan agar kondisi mendatang kebutuhan air tanah dapat dikendalikan dan dijaga kelestariannya.

Tabel 9. Perhitungan Debit Air tanah DAS Kuning

Diketahui Simbol Satu

an Segmen A-B Segmen B-C Segmen C-D Segmen D-E Segmen E-F Segmen F-G Segmen G-H Konduktivitas Hidrolik (Nilai Rata-Rata) K m/hari 60.35 61.35 62.35 63.35 64.35 65.35 66.35 Rata-Rata Tebal Akuifer B m 95.00 95.00 95.00 95.00 95.00 95.00 95.00 Selisih Ketinggian ΔH m 115.00 78.00 12.00 7.50 6.25 6.25 10.00 Luas Permukaan A' m² 6123337 4514511 785553 612095.4 290767.4 470517.3 695655.5 Panjang Kontur Atas L1 m 3118.00 3580.00 3047.00 3311.00 3311.00 3591.00 4067.00 Panjang Kontur Bawah L2 m 3580.00 3047.00 3311.00 3591.00 3591.00 4067.00 3834.00 Rata- Rata Panjang Dua Kontur L m 3349.00 3313.50 3179.00 3451.00 3451.00 3829.00 3950.50 Panjang Kontur Tertinggi L' m 3118.00 3580.00 3047.00 3311.00 3311.00 3591.00 4067.00 Luas Penampang Akuifer A= bxL' m² 296210 340100 289465 314545 314545 341145 386365 Jarak Rata-Rata Dua Kontur B=A'/L m 1828.41 1362.46 247.11 177.37 84.26 122.88 176.09 Gradien Hidrolik I=ΔH/B 0.06 0.06 0.05 0.04 0.07 0.05 0.06 Debit Air tanah Q=K*I*A m 3/hari 1124351 1194516 876453 842590 1501449 1133899 1455783 Rata-Rata Debit Air tanah Q m3/hari 1126324.17 Q L/hari 1126324174.91

Sumber: Olah data primer, 2015

Strategi Pengelolaan Air tanah Di DAS Kuning

Penyusunan strategi pengelolaan air tanah didasarkan analisis diskripsi yaitu melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara mendalam dengan warga, pejabar desa dan dinas-dinas terkait terhadap pengelolaan air tanah seperti dinas ESDM dan Lingkungan Hidup. Terdapat dua pendekatan yaitu secara teknis dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi fisik daerah penelitian dengan kegiatan yang bersifat konservasi, pelestarian dan pengawetan air tanah. Sedangkan, untuk pendekatan Penyusunan strategi pengelolaan air tanah dengan pendekatan institusi lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat pengendalian dan pengawasan untuk menjaga kuantitas dan kualitas daerah imbuhan baik dan bersifat jangka panjang.

KESIMPULAN

Penentuan distribusi kerungan imbuhan air tanah menghasilkan klasifikasi kelas imbuhan yaitu kelas imbuhan utama yang mendominasi seluruh bagian DAS Kuning sebesar 3.085.820 liter/tahun. Hal ini disebabkkan nilai parameter dari masing-masing parameter memiliki jumlah nilai scoring ≥

(10)

204

33. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air domestik DAS Kuning yaitu sebesar 2.306.362 liter/tahun, sedangkan untuk potensi yang ada 3.085.82 liter/tahun. Hasilnya masih menunjukkan nilai positif antara ketersediaan dan kebutuhan sehingga potensi air tanah di DAS Kuning masih dapat mencukupi kebutuhan domestik penduduk di DAS Kuning. Strategi yang di hasilkan yaitu melalui dau pendekatan yaitu secara teknis yang bersifat konservasi pelestarian dan pengawetan air tanah dan pendekatan secara institusi dengan mengutamakan kegiatan yang bersifat pengendalian dan pengawasan untuk menjaga kuantitas dan kualitas daerah imbuhan baik dan bersifat jangka panjang.

UCAPAN

TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak yang telah menyediakan data penelitian, ESDM dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, serta asisten lapangan dalam mengambil data primer di lapangan. Semoga melalui kegiatan penelitian ini dapat memberi sumbangasih bagi perkembangan Ilmu Geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Geologi. 2007. Kumpulan Panduan Teknis Pengelolaan Air tanah. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Sleman Dalam Angka. Yogyakarta : Badan Pusat Statistik. Fetter, CW., 1994. Applied Hydrogeology. Fourth Edition. New York: Prentice Hall Inc.

Harini, R, dkk. 2013. Spatial Analysis of Farmers Attitude In Defending Agricultural Land At Sleman Regency-Indonesia.Geografia International Journal of Developement, Society and Environment.Malaysia Journal of Society and Space 9 issue 1 (34 - 46)

Hofkes E.H. 1983. Small Community Water Supplies. Wiley: Chichester.

Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2010. Tata Ruang Air Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Ramdan, H. 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas

Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor

Sudarmadji. 1994. Some Notes on Groundwater as A Domestic Water Supply of The Yogyakarta Municipality, Indo. J Geog., 26 (68), 1-10.

Sudarmadji. 1990. Perembetan Pencemaran dalam Air tanah Pada Akuifer Tak Tertekan di Daerah Lereng Gunungapi Merapi. Laporan Penelitian. Yogyakarta: PAU Ilmu Teknik UGM.

Sutikno 1995. Geomorfologi dan Prospeknya di Indonesia. Pidato Pengukuhuan (Jabatan Guru Besar) Pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. Persentase Pertumbuhan Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Sleman Tahun 1992-2009
Tabel 6. Klasifikasi Kedalaman Muka Air Tanah  No  Kedalaman Muka Air tanah
Tabel 7. Bobot dan Harkat Parameter Imbuhan Air tanah   No  Parameter
Gambar 1. Peta Distribusi Keruangan Imbuhan Air tanah DAS Kuning   Daerah Recharge, Trasisi dan Discharge
+3

Referensi

Dokumen terkait

Verkkokaupassa asiakaskokemukset ja asiakasarvo voivat muodostua eri tavalla verrattuna perinteisemmäksi miellettyyn ostoympäristöön (Chen &amp; Dubinsky 2003, 324). Erilainen

Kode etik ini berupa suatu ikatan, suatu aturan (tata), atau norma yang harus diindahkan (kaidah) yang berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota organisasinya,

Lembaga yang bisa mengajukan akreditasi adalah Lembaga kursus yang programnya pembelajarannya jenis kursus mengacu pada SKL yang dikeluarkan oleh Sementara jenis program

Membersihkan Jangan sekali-kali menggunakan sabut gosok, bahan pembersih abrasif atau cairan agresif seperti bensin atau aseton untuk membersihkan alat. Jangan sekali-kali

NO TEMPAT, TGL LAHIR NAMA NIP AGAMA PANGKAT/GOL RUANG JABATAN ESSELON TMT JNS KLM PENDIDIKAN AKHIR JURUSAN NAMA SEKOLAH

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes awal, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: Hasil dari analisis kuisioner menunjukkan bahwa 14 mahasiswa (73,7%)

Pada film Princess Disney , anak-anak perempuan bisa merasakan ketidaknyaman pada tubuh mereka karena berbeda dengan sosok karakter putri yang dominan dimunculkan dalam

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa self efficacy siswa dalam pelajaran kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa