RANCANG BANGUN BURNER DENGAN VARIASI JUMLAH
LUBANG SECONDARY AIRFLOW 11, 13, 15, 17 DAN
DIAMETER LUBANG 5 MM, 10 MM, 15 MM PADA TUNGKU
GASIFIKASI
Disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh :
ANGGA SAPUTRO D 200 11 0091
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANG BANGUN BURNER DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG SECONDARY AIRFLOW 11, 13, 15, 17 DAN DIAMETER LUBANG 5 MM,
10 MM, 15 MM PADA TUNGKU GASIFIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ANGGA SAPUTRO D 200 11 0091
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh Dosen Pembimbing
Wijianto, ST., M.Eng.Sc. NIK. 788
ii
HALAMAN PENGESAHAN
RANCANG BANGUN BURNER DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG SECONDARY AIRFLOW 11, 13, 15, 17 DAN DIAMETER LUBANG 5 MM,
10 MM, 15 MM PADA TUNGKU GASIFIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OLEH : ANGGA SAPUTRO
D 200 11 0091
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada
Hari Selasa, 14 Februari 2017 dan dinyatakan memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Wijianto, ST., M.Eng.Sc. ( ) (Ketua Dewan Penguji)
2. Ir. Sartono Putro, MT. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Joko Sedyono,ST., M.Eng.Ph.D ( ) (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
(Dr. H. Sri Sunarjono, MT. Ph.D) NIK. 682
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. . Penulis Surakarta, 14 Februari 2017 ANGGA SAPUTRO D 200 11 0091
1
RANCANG BANGUN BURNER DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG SECONDARY AIRFLOW 11, 13, 15, 17 DAN DIAMETER LUBANG 5 MM,
10 MM, 15 MM PADA TUNGKU GASIFIKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh udara sekunder pada burner tungku gasifikasi tipe reaktor updraft gasifier terhadap temperatur api pembakaran menggunakan variasi diameter lubang secondary airflow 5 mm, 10 mm, 15 mm untuk jumlah lubang 17 lubang, 15 lubang, 13 lubang, dan 11 lubang. Bahan bakar tungku yang digunakan adalah sekam padi dengan massa bahan bakar 1,5 kg yang telah digiling dengan ukuran 10 mesh. Kecepatan angin pada blower yang digunakan sebesar 10 m/s. Hasil penelitian ini diketahui variasi diameter dan jumlah lubang secondary airflow berpengaruh terhadap temperatur api pembakaran pada burner.
Penelitian diawali dengan pembuatan burner dengan variasi diameter lubang secondary airflow 5 mm, 10 mm, 15 mm untuk jumlah lubang 11 lubang, 13 lubang, 15 lubang, dan 17 lubang. Kemudian kecepatan aliran udara utama pada tungku gasifikasi yang mengalir dari blower diatur sebesar 10 m/s. Setelah itu mengambil data yang meliputi temperatur api pembakaran pada burner dengan interval waktu setiap 30 detik dan waktu pendidihan air dengan memantau temperatur air dalam interval waktu setiap 1 menit.
Dari penelitian ini dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin besar aliran udara sekunder pada burner semakin besar pula temperatur api pembakaran. Akan tetapi jika aliran udara sekunder pada burner terlalu besar justru temperatur api pembakaran akan menurun dan waktu pendidihan air semakin lama. Mengacu pada hasil penelitian perbandingan temperatur api pembakaran, waktu pendidihan air, dan perhitungan efisiensi termal di peroleh variasi lubang secondary airflow terbaik pada diameter lubang 10 mm jumlah lubang 11 lubang. Temperatur tertinggi mencapai 723°C, proses gasifikasi berlangsung selama 51 menit 17 detik yang mampu mendidihkan air sebanyak 2 kg hanya dalam waktu 8 menit 38 detik yang memiliki efisiensi termal tungku sebesar 15,16 %.
Kata kunci : gasifikasi, updraft gasifier, burner, biomassa, secondary airflow Abstracts
This research aims to determine the effect of secondary air in the furnace burners gasification reactor types updraft gasifier to the temperature of combustion flames using a variation of the hole diameter of secondary airflow 5 mm, 10 mm, 15 mm for a number of holes 17 holes, 15 holes, 13 holes and 11
2
holes. Fuel furnace used is rice husk with a mass of 1.5 kg of fuel that has been milled with a size of 10 mesh. The wind speed at the blower used by 10 m / s. The results of this research are known variation in the diameter and the number of secondary airflow holes affect the temperature of the fire burning on the burner.
The research begins with the manufacture burner with a variety of secondary airflow hole diameter of 5 mm, 10 mm, 15 mm for a number of holes 11 holes, 13 holes, 15 holes and 17 holes. Then the primary air flow velocity in the gasification furnace which flows from the blower is set at 10 m/s. After it retrieves data that includes temperature combustion flame at the burner with intervals of every 30 seconds and a boiling water by monitoring the water temperature at intervals of every 1 minute.
From this research it can be deduced that the greater the secondary air flow in the burner, the greater the temperature of the combustion flame. However, if the secondary airflow in the burner is too large it will decrease the temperature of the fire burning and water boiling time is getting longer. Referring to the results of a comparison study combustion flame temperature, time of boiling water, and the calculation of thermal efficiency in obtaining best airflow variations secondary hole on hole diameter 10 mm number of holes 11 holes. The highest temperature reached 723 ° C, the gasification process lasted 51 minutes 17 seconds is able to boil water as much as 2 kg in just 8 minutes 38 seconds has a furnace thermal efficiency of 15.16%.
Keywords : gasification, updraft gasifier, burner, biomass, secondary airflow 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris, yaitu negara dengan sebagian besar mata pencaharian penduduk di negara ini adalah sebagai petani. Karena banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani, limbah dari sisa – sisa hasil tani begitu banyak yang pemanfaatannya masih sangat kurang. Salah satu contoh limbah dari sektor pertanian adalah limbah sisa tanaman padi yang berupa sekam padi. Selama ini sekam padi hanya dimanfaatkan sebagai alas untuk kandang ternak unggas, campuran untuk pembuatan batu bata, dan sebagai media tanaman. Sekam padi merupakan salah satu energi biomasa, yaitu energi yang berasal dari senyawa – senyawa organik atau yang berasal dari makhluk hidup. Oleh karena itu energi biomasa termasuk dalam jenis sumber energi yang terbarukan atau
3
sumber energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan dan dapat diperbarui, yang juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
Pemanfaatan biomasa sendiri memiliki beberapa metode konversi energi, salah satunya adalah teknologi gasifikasi. Teknologi gasifikasi biomasa merupakan teknologi yang relatif sederhana dan mudah pengoprasiaannya, serta secara teknis maupun ekonomis adalah layak untuk dikembangkan. Gasifikasi adalah suatu teknologi yang mengkonversikan bahan bakar biomasa menjadi bahan bakar gas dengan penambahan oksigen (O2) pada proses pembakarannya
dalam jumlah yang sangat sedikit. Gas yang dimaksud adalah gas-gas yang keluar dari proses gasifikasi dan umumnya berbentuk CO, H2, dan CH4. Proses gasifikasi
berlangsung dalam sebuah alat yang disebut dengan tungku gasifikasi. Pada tungku gasifikasi terdapat bagian yang disebut dengan burner yang bertugas mencampur gas dengan udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran. Pada sekeliling burner terdapat lubang - lubang yang disebut lubang secondary airflow (lubang aliran udara sekunder). Lubang ini berguna untuk memasok udara sekunder pada burner sehingga mampu mempengaruhi temperatur api pembakaran. Udara sekunder yang digunakan berupa aliran udara alami lingkungan sekitar.
Oleh karena itu dilakukan penelitian pada burner tungku gasifikasi tipe reaktor up-draft gasifier yang dikhusukan pada lubang secondary airflow. Untuk mengetahui temperatur api pada burner yang baik, maka untuk lubang secondary airflow akan divariasi pada diameter dan jumlah lubang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi lubang secondary airflow terbaik berdasarkan pada temperatur api pembakaran pada burner.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh jumlah lubang secondary airflow pada burner
tungku gasifikasi terhadap temperatur pembakaran.
2. Mencari variasi terbaik lubang secondary airflow pada burner tungku gasifikasi biomasa berbahan bakar sekam padi.
4 1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang ada dibatasi pada:
1. Variasi diameter lubang secondary airflow 5 mm, 10 mm, 15 mm untuk jumlah lubang 17 lubang, 15 lubang, 13 lubang, dan 11 lubang.
2. Susunan letak posisi lubang secondary airflow diabaikan.
3. Bahan bakar yang digunakan berupa sekam padi dengan masa bahan bakar 1,5 kg yang di crushing dengan ukuran mesh 10.
4. Dinding isolasi yang digunakan berupa tanah liat tahan panas. 5. Perpindahan panas yang terjadi diabaikan.
6. Kecepatan aliran udara primer dari blower sebesar 10 m/s. 7. Masa air yang dipanaskan sebesar 2 kg.
2. METODE
2.1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian. 2.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sekam padi yang sudah dicacah hingga berukuran mesh 10. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku gasifikasi tipe up-draft gasifier, burner dengan variasi diameter
5
lubang secondary airflow (15 mm, 10 mm, 5 mm) untuk jumlah lubang (17, 15, 13, 11), thermocouple reader, anemometer, blower, timbangan analog, stopwatch, dan panci.
Gambar 2. Burner dengan variasi diamater lubang secondary airflow 5 mm, 10 mm, 15 mm
Gambar 3. Ukuran detail burner 2.3. Instalasi penellitian
Gambar 4. Instalasi penelitian Lubang Secondary Airflow
6 Keterangan :
1. Blower 4. Lubang Secondary Airflow 7. Thermocouple
2. Ash chamber 5. Burner 8. Anemometer Digital
3. Reactor 6. Thermocouple Reader 9. Panci 2.4. Langkah – Langkah penelitian
Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menimbang sekam padi yang digunakan sebagai bahan bakar dengan
berat 1,5 Kg untuk setiap pengujian.
2. Mengisi reaktor dengan sekam padi yang telah di timbang. 3. Mengatur kecepatan blower pada kecepatan 10 m/s.
4. Menyiram permukaan sekam padi pada reaktor dengan sedikit bensin. 5. Membakar sekam padi yeng telah tersiram bensin.
6. Menutup reaktor pembakaran dengan burner.
7. Setelah gas metana terbakar secara sempurna, meletakkan panci dengan massa air 2 Kg di atas burner.
8. Mencatat data temperatur pada menit ke 5, yang berupa temperatur api pembakaran dengan interval waktu setiap 30 detik dan temperatur air dengan interval waktu setiap 1 menit.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hubungan Temperatur Api pada Burner terhadap Waktu
Pengambilan data dalam mengukur temperatur api adalah di ambil dengan interval setiap 30 detik namun untuk pengambilan data pertama di mulai pada menit ke-5 karena gas metana rata – rata pada semua percobaan muncul pada menit ke-5. Sedangkan untuk pengambilan data mengukur temperatur air di ambil dengan interval setiap 1 menit.
7
Gambar 5. Grafik hubungan Temperatur Api pada Burner terhadap Waktu untuk Variasi Diameter Lubang Secondary Airflow 5 mm
Tabel 1. Temperatur api untuk diameter lubang secondary airflow 5mm
ϕ lubang secondary
airflow 5 mm
Temperatur
rata – rata (0C)
Nyala efektif api (menit)
Temperatur tertinggi (0C)
17 lubang 572,2 49 menit 46 detik 625
15 lubang 528,967 50 menit 17 detik 590
13 lubang 489,141 50 menit 54 detik 568
11 lubang 455,043 51 menit 41 detik 538
Percobaan terbaik dengan parameter temperatur api yang stabil dan tinggi, di pilih pada percobaan pertama dengan variasi jumlah lubang 17 lubang yang memiliki temperatur rata – rata 572,2ºC. Temperatur tertinggi mencapai 625ºC dan lama proses gasifikasi yang selama 49 menit 46 detik.
Gambar 6. Grafik hubungan Temperatur Api pada Burner terhadap Waktu untuk Variasi Diameter Lubang Secondary Airflow 10 mm
0 100 200 300 400 500 600 700 05.00 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00 27.00 29.00 31.00 33.00 35.00 37.00 39.00 41.00 43.00 45.00 47.00 49.00 51.00 T (°C) waktu (menit.detik) 17 lubang 15 lubang 13 lubang 11 lubang 0 100 200 300 400 500 600 700 800 05.00 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00 27.00 29.00 31.00 33.00 35.00 37.00 39.00 41.00 43.00 45.00 47.00 49.00 51.00 T (°C) waktu (menit.detik) 17 lubang 15 lubang 13 lubang 11 lubang
8
Tabel 2. Temperatur api untuk diameter lubang secondary airflow 10mm
ϕ lubang secondary
airflow 10 mm
Temperatur
rata – rata (0C)
Nyala efektif api (menit)
Temperatur tertinggi (0C)
17 lubang 491,364 48 menit 47 detik 539
15 lubang 530,451 50 menit 08 detik 578
13 lubang 594,37 50 menit 41 detik 642
11 lubang 664,645 51 menit 17 detik 723
Dilihat dari data diatas hasil percobaan terbaik dengan parameter temperatur api yang stabil dan tinggi, di pilih pada percobaan kedelapan dengan variasi jumlah lubang 11 lubang yang memiliki temperature rata – rata 664,645ºC, sedangkan temperatur tertinggi mencapai 723ºC dan lama proses gasifikasi yang terjadi selama 51 menit 17 detik.
Gambar 7. Grafik hubungan Temperatur Api pada Burner terhadap Waktu untuk Variasi Diameter Lubang Secondary Airflow 15mm
Tabel 3. Temperatur api untuk diameter lubang secondary airflow 15mm
ϕ lubang secondary
airflow 15 mm
Temperatur
rata – rata (0C)
Nyala efektif api (menit)
Temperatur tertinggi (0C)
17 lubang 448,354 44 menit 09 detik 507
15 lubang 539,642 45 menit 21 detik 602
13 lubang 594,892 46 menit 06 detik 689
11 lubang 607,788 47 menit 01 detik 693
Percobaan terbaik dengan parameter temperatur api yang stabil dan tinggi di pilih pada percobaan keduabelas dengan variasi jumlah lubang 11 lubang memiliki temperatur rata – rata 607,788ºC. Sedangkan temperatur tertinggi mencapai 693ºC dan lama proses gasifikasi selama 47 menit 01 detik.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 05.00 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00 27.00 29.00 31.00 33.00 35.00 37.00 39.00 41.00 43.00 17 lubang 15 lubang 13 lubang 11 lubang T (°C) waktu (menit.detik)
9
Gambar 8. Grafik perbandingan temperatur api dari data terbaik setiap variasi diameter lubang secondary airflow
Tabel 4. Temperatur api data terbaik
Variasi lubang secondary airflow
Temperatur
rata – rata (0C)
Nyala efektif api (menit)
Temperatur tertinggi (0C)
ϕ 5mm, 17 lubang 572,2 49 menit 46 detik 625
ϕ 10mm, 11 lubang 664,645 51 menit 17 detik 723
ϕ 15mm, 11 lubang 607,788 47 menit 01 detik 693
Percobaan terbaik diambil pada percobaan kedelapan dengan diameter lubang secondary airflow 10mm jumlah lubang 11 lubang.
3.2. Perbandingan Waktu Pemanasan Air
Tabel 5. Data hasil percobaan untuk pemanasan air
Diameter Lubang Secondary Airflow 5mm
Jumlah Lubang Percobaan Angka Desimal (menit)
17 Perc. 1 (10 mnt 03 dtk) 10,05
15 Perc. 2 (10 mnt 53 dtk) 10,88
13 Perc. 3 (11 mnt 50 dtk) 11,83
11 Perc. 4 (12 mnt 42 dtk) 12,7
Diameter Lubang Secondary Airflow 10mm
Jumlah Lubang Percobaan Angka Desimal (menit)
17 Perc. 5 (10 mnt 58 dtk) 10,97
15 Perc. 6 (10 mnt 35 dtk) 10,58
13 Perc. 7 (09 mnt 23 dtk) 9,38
11 Perc. 8 (08 mnt 38 dtk) 8,63
Diameter Lubang Secondary Airflow 15mm
Jumlah Lubang Percobaan Angka Desimal (menit)
17 Perc. 9 (12 mnt 01 dtk) 12,02 15 Perc. 10 (10 mnt 52 dtk) 10,87 13 Perc. 11 (09 mnt 51 dtk) 9,85 11 Perc. 12 (09 mnt 13 dtk) 9,22 0 100 200 300 400 500 600 700 800 05.00 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 21.00 23.00 25.00 27.00 29.00 31.00 33.00 35.00 37.00 39.00 41.00 43.00 45.00 47.00 17 lubang, ϕ 5mm 11 lubang, ϕ 10mm 11 lubang, ϕ 15mm waktu (menit.detik) T (°C)
10
Gambar 9. Diagram perbandingan waktu pemanasan air hingga 100ºC 3.3. Hasil Perhitungan
Gambar 10. Diagram perbandingan hasil perhitungan efisiensi thermal
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi thermal terbaik dipilih pada percobaan 8 dengan variasi lubang diameter secondary airflow 10 mm untuk variasi jumlah lubang 11 lubang, efisiensi thermal pada variasi ini mencapai 15,168 %.
Dari semua data perbandingan (perbandingan temperatur api, perbandingan waktu pemanasan air, perbandingan efisiensi thermal) didapatkan hasil terbaik berada pada percobaan kedelapan. Hal ini membuktikan bahwa ketiga perbandingan menunjukkan hasil yang identik atau sesuai.
10,05 10,88 11,83 12,70 10,97 10,58 9,38 8,63 12,02 10,87 9,85 9,22 0 2 4 6 8 10 12 14 17 lubang 15 lubang 13 lubang 11 lubang ø 15mm ø 10mm ø 5mm Waktu (menit) 14,477 14 ,106 13,837 13,543 13,748 14,055 14,746 15,168 13,479 13,824 14,656 14,861 12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500
17 lubang 15 lubang 13 lubang 11 lubang
Ef is ie n si th erm al (% ) ø 5mm ø 10mm ø 15mm
11 4. PENUTUP
Berdasarkan analisa data dari penelitian rancang bangun burner dengan variasi jumlah lubang secondary airflow 11, 13, 15, 17 dan diameter lubang 5 mm, 10 mm, 15 mm pada tungku gasifikasi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Aliran udara sekunder pada burner memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap temperatur api pembakaran.
Semakin besar aliran udara sekunder pada burner semakin besar pula temperatur api pembakaran, akan tetapi jika aliran udara sekunder pada burner terlalu besar justru temperatur api pembakaran akan menurun dan waktu pendidihan air semakin lama.
Mengacu pada hasil penelitian perbandingan temperatur api pembakaran, waktu pendidihan air, dan perhitungan efisiensi termal di peroleh variasi lubang secondary airflow terbaik pada diameter lubang 10 mm jumlah lubang 11 lubang. Pada variasi ini temperatur tertinggi mencapai 723°C, proses gasifikasi berlangsung selama 51 menit 17 detik yang mampu mendidihkan air sebanyak 2 kg hanya dalam waktu 8 menit 38 detik yang memiliki efisiensi termal tungku sebesar 15,168 %.
PERSANTUNAN
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan hidanya-Nya sehingga penyusunan laporan penelitian tugas akhir dapat terselesaikan: Tugas akhir berjudul “RANCANG BANGUN BURNER DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG SECONDARY AIRFLOW 11, 13, 15, 17 DAN DIAMETER LUBANG 5 MM, 10 MM, 15 MM PADA TUNGKU GASIFIKASI “ dapat diselesaikan atas dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua, yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan yang tidak terhingga kepada penulis.
2. Bapak Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
12
3. Bapak Tri Widodo BR, ST., MSc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Bapak Wijianto, ST., M.Eng.Sc. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Bapak Amin Suliatyanto, ST. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Teman - teman seperjuangan dan teman – teman tenik mesin serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Riyadi Muhammad, 2015. Studi Eksperimen Gasifikasi dengan Menggunakan Fluidized Bed Gasifier (FBG) Berbahan Bakar Sekam Padi, Serbuk Gergaji Kayu Jati dan Serbuk Gergaji Kayu Sengon Penghasil Syngas. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Belonio A. T., 2005. Rice Husk Gas Stove Handbook. Appropriate Technology Center. Department of Agricultural Engineering and Environmental Management, College of Agriculture, Central Philippine University, Iloilo City, Philippines.
Chiang, et al, 2013. Gasification of rice straw in an updraft gasifier using water purification sludge containing Fe/Mn as a catalyst. Department of Environmenntal Engineering and Science, Feng-Chia University, Tai-Chang 407, Taiwan.
Gultom Frandy Harison, 2014. Pengaruh Luas Lubang Input Udara Sekunder Terhadap Kinerja Tungku Gasifikasi Biomassa dengan Aliran Udara Alami. Skripsi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknoloogi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Handoyo, 2013. Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Temperatur Pembakaran pada Tungku Gasifikasi sekam Padi. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
13
Prastyo Dwi, 2012. Pengaruh Kecepatan Udara pada Tungku Gasifikasi Sekam Padi Terhadap Temperatur Pembakaran. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ristiyo Soni, 2014. Studi Pengujian Karakteristik Gasifikasi Berbahan Limbah Grajen Glugu dengan Variasi Kecepatan Udara. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Subroto., Perbandingan Unjuk Kerja Kompor Methanol Dengan Variasi Diameter
Burner, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, MEDIA MESIN, Vol. 15, No. 1, Januari 2014, 10-16, ISSN 1411-4348.
Taupe N.C., et al, 2015. Updraft Gasification of Poultry litter at Farm-Scale-A Case Study. Carbolea Research Group, Department of Chemical and Environmental Science, University of Limerick, Limerick, Ireland Technology Centre for Biorefining and Bioenergy, University of Limerick, Limerick, Ireland
Wang Xuebin, et al, 2014. Optimization Study on Air Distribution of an Actual Agriculture Up-draft Biomass Gasification Stove, MOE Key Laboratory of Thermo-Fluid Science and Engineering, Xi’an Jiaotong University, Xi Jiangsu Province Electric Power Desing Institute, Nanjing 211102, China. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gasifikasi. Di akses pada Hari Minggu Tanggal 15
November 2015.
https://arie-kogamamel.blogspot.co.ke/2011//07/jenis-jenis-gasifier-biomassa.html?m=1. Di akses pada Hari Jumat Tanggal 13 November 2015.
esptk.fti.itb.ac.id/herri/. Di akses pada Hari Jumat Tanggal 13 November 2015. http://www.alentecinc.com/papers/IGCC/ADV_GASIFICATIONWhite_Paper.ht
m. Di akses pada Hari Sabtu Tanggal 09 Januari 2016.
https://harisnumanaulia.wordpress.com/2011/07/01/teknologi-gasifikasi/. Diakses pada Hari Kamis Tanggal 07 Januari 2016.
http://www.enggcyclopedia.com/2012/01/types-gasifier/. Diakses pada Hari Sabtu Tanggal 09 Januari 2016.
14
http://santosorising.blogspot.com/2012/07/gasifikasi-pyrolysis-pembakaran.html. Diakses pada Hari Sabtu Tanggal 09 Januari 2016.
http://www.fire-extinguisher-indonesia.com/2012/05/skema-segitiga-api.html. Diakses pada Hari Minggu Tanggal 10 Januari 2016.
https://wendifaperta.wordpress.com/2011/04/19/sekam-padi-sebagai-energi-alternatif/. Diakses pada Hari Minggu Tanggal 10 Januari 2016.
http://www.academia.edu/8746733/Burner. Di akses pada Hari Sabtu Tanggal 16 Januari 2016.
http://www.takuma.co.jp/english/product/boiler/biomass/biomass.html. Diakses pada Hari Kamis Tanggal 1 September 2016.
http://bestekin.com/2015/11/20/pengertian-ukuran-mesh-dan-konversinya/. Diakses pada Hari Sabtu Tanggal 3 September 2016.
http://fisika79.wordpress.com/2011/04/21/massa-jenis/. Diakses pada Hari Senin Tanggal 23 Januari 2017.