• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

SIRANG SO SIRANG (PISAH TIDAK PISAH)

(PADA SUAMI DAN ISTRI ETNIS BATAK TOBA KRISTEN YANG TERJADI DI TANJUNGPINANG)

ICE KRISNAWATI 100569201147

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

2016

ABSTRAK

Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerja sama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini di terima dan di akui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederetan hak dan kewajiban untuk di jalankan oleh keduanya, sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri. Terjadinya masalah-masalah yang ada dalam keluarga, tidak selamanya dapat terselesaikan dengan baik, sehingga banyak pasangan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan perceraian. namun tidak semua nya yang melakukan perceraian, tetapi pasangan tersebut memilih untuk melakukan sirang so sirang.

Sirang so sirang merupakan hubungan yang belum jelas statusnya karena tidak ada kata cerai dan pasangan tersebut tidak menjalankan fungsi keluarganya lagi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan mengambil 14 orang informan. Alasan menggunakan penelitian dengan metode kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam, karena kasus yang diangkat cukup sensitif.

(2)

2 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

Sirang so sirang merupakan hal yang sangat rasional bagi pasangan yang melakukannya. Karena dianggap lebih tepat dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Sehingga pasangan tersebut memilih untuk melakukan sirang so sirang. Berbagai faktor yang membuat sebuah keluarga Batak Toba Kristen memutuskan sirang so sirang dalam keluarganya diantaranya adalah karena adanya pihak ketiga (perselingkuhan), akibat masalah ekonomi didalam keluarga, tidak memiliki anak, dan adanya kekerasan dalam rumah tangga.

Kata Kunci : Sirang So Sirang, Batak Toba, Kristen PENDAHULUAN

Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerja sama kehidupan antara pria dan wanita didalam masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini di terima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederetan hak dan kewajiban untuk di jalankan oleh keduanya, sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri. Perkawinan adalah gabungan antara dua manusia yang awalnya mungkin mempunyai tujuan dan mimpi yang sama, atau yang merasa dapat menjalankan walau dengan perbedaan yang ada dan pemahaman yang tidak sama dan untuk keberhasilan perkawinan itu di perlukan keinginan, tekat dan usaha dari keduanya. Bukan suatu aib jika keutuhan itu memang tidak

dapat lagi

dipertahankan.(http://id.wikipedia.org/wiki/perceraian). Dari hasil perkawinan maka akan terbentuk keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam hubungan masyarakat, karena itu perlu adanya peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga, terutama peran dan fungsi suami dan istri dan juga anggota keluarga lainnya. Keluarga terdiri dari beberapa orang, oleh karena itu dari beberapa individu akan terjadi interaksi. Interaksi dalam keluarga juga menentukan dan berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan atau sebaliknya tidak bahagia. keluarga adalah hubungan pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri yang disebut dengan keluarga inti. Pada pola keluarga, setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih dan menentukan calon pasangan hidupnya sendiri.

(3)

3 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di belahan dunia Timur dengan belahan dunia Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan masyarakat Timur khusunya masyarakat Batak Toba di penuhi dengan berbagai jenis upacara adat, mulai dari masa kandungan, kelahiran, perkawinan, penyakit, malapetaka dan kematian. Agama yang dianut oleh suku Batak Toba umumnya adalah Kristen.Pada masyarakat suku Batak Toba, agama dan budaya tidak dapat di pisahkan sehingga perkawinan sangat lekat dengan adanya pesta adat yang diselenggarakan setelah upacara pemberkatan di gereja oleh pendeta. Dalam suku Batak Toba perkawinan adalah hal yang sangat penting. Tujuan perkawinan pada suku Batak Toba adalah tanggung jawab terhadap naluri biologis dalam melanjutkan garis keturunan.

Adat yang mengikat atau mengendalikan kehidupan masyarakat Batak Toba mempersempit kesempatan orang untuk berpisah. Adat dalam Batak Toba itu sangat di junjung tinggi sehingga perceraian itu sangat rendah. Agama juga yang mendukung untuk menolak terjadinya perceraian. Ajaran agama Kristen yang di anut masyarakat Batak Toba tidak mengizinkan adanya poligami dan perkawinan di yakini sebagai suatu peristiwa yang sakral. Hanya nilai budaya yang diwarisi masyarakat Batak Toba yang dapat menggambarkan apa yang mengikat perkawinan itu sehingga perkawinan itu teguh. Pahit manisnya perkawinan itu semua harus dihadapi dengan kerelaan bersama suami istri, dengan adanya prinsip tersebut maka kesempatan masyarakat juga akan semakin sempit dalam melakukan perceraian atau perpisahan sah secara hukum.

Agama menyucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk. Agama juga menangani keterasingan dan kesalahan individu yang menyimpang. Agama juga melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungsi sebelumnya. Agama juga dapat memberikan standar nilai dalam arti dimana norma-norma yang telah terlembaga dapat di kaji kembali dan masyarakat membutuhkannya.(Bagong Suyanto, 2004: 256)

Adanya nilai-nilai, norma dan agama dalam sebuah keluarga akan mempersempit terjadinya pemutusan hubungan perkawinan dengan perceraian. Adanya norma dan agama yang mengikat keluarga agar keluarga tersebut berjalan sesuai dengan harapan. Banyaknya sekarang ini keluarga yang mengalami Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Sirang so Sirang (Pisah Tidak Pisah) yang terjadi pada suami dan istri etnis batak toba kristen di Tanjungpinang”,

(4)

4 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

Menurut Peter Blau dalam teorinya pertukaran sosial, adanya suatu ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran diperoleh karena adanya pengorbanan, bila sesuatu yang diharapkan dari yang lain tidak kunjung ada maka kita bisa mendapatkannya dari yang lain dan memutuskan hubungan dengan yang lama. Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Tanjungpinang banyak terdapat suku batak toba Kristen yang merantau dari kota Medan ke Tanjungpinang karena di Medan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. Sehingga banyak batak toba Kristen yang merantau ke Tanjungpinang untuk mencari pekerjaan agar dapat menafkahi kehidupan rumah tangga. Terjadinya sirang so sirang pada saat tahun 1980 hingga saat sekarang ini. Sirang so sirang hanya terjadi pada masyarakat batak toba Kristen saja. tidak dengan adat batak mandailing, adat batak karo maupun adat batak nias. jumlah suku batak toba Kristen di Tanjungpinang kurang lebih ada 1000 kepala keluarga dari 199.723 jiwa penduduk. Sementara menurut data yang didapat dari kepala Adat batak toba bahwa masyarakat yang mengalami sirang so sirang lebih kurang ada 5% dari jumlah masyarakat batak toba Kristen yang ada. Dari tahun 2013 hingga saat ini jumlah masyarakat yang mengalami sirang so sirang semakin meningkat. Terjadinya peningkatan setiap tahunnya karena, adanya perkembangan zaman, perkembangan Teknologi dan informasi, sehingga terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya dari sebagian masyarakat batak toba krsiten khususnya di Tanjungpinang.

Bagi masyarakat adat batak toba yang akan melakukan perceraian baik itu suami maupun istri akan mendapatkan sanksi yang tegas diantaranya adalah mengembalikan materi yang sudah diberikan pada saat proses pernikahan seperti, uang sinamot, bayar adat, uang ulos, uang manortor maupun berupa gunjingan-gunjingan yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang melakukan perceraian. selain itu masyarakat batak toba yang ingin bercerai juga harus menjalankan proses-proses yang telah ditetapkan diantaranya, mereka harus mengumpulkan ketua-ketua adat maupun marga baik itu dari pihak istri maupun suami

Apabila pasangan suami istri melakukan sirang so sirang dan mereka mempunyai anak baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki yang akan menikah, ayah kandung mereka harus tetap menghadiri pada saat proses pernikahan maupun proses adatnya. Masyarakat batak toba lebih memilih untuk sirang so sirang karena ada ketakutan tersendiri selain agama dan adat yang mengikat, mereka juga ada ketakutan pada status

(5)

5 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) hak asu anak. Setiap anak laki-laki maupun anak perempuan harus sepenuhnya menjadi hak keturunan dari garis keluarga ayahnya sejak ia dilahirkan, menikah bahkan meninggal dunia. Sirang so sirang ini dilakukan karena masih ada harapan suami maupun istri akan rujuk kembali untuk bersatu menjadi keluarga yang utuh.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah terjadinya Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) dalam hubungan perkawinan suku Batak Toba Kristen Tanjungpinang?” KONSEP OPERASIONAL

Sirang So Sirang

Sirang So Sirang adalah pisah tidak pisah yang berarti seorang suami istri berpisah begitu saja tanpa adanya kata bercerai maupun status yang jelas dalam rumah tangga mereka. Sirang so sirang disini merupakan sirang so sirang yang masih dipertahankan oleh suami istri suku batak toba Kristen di wilayah kota Tanjungpinang. Beberapa penyebab yang mengakibatkan permasalahan dalam keluarga diantaranya, masalah ekonomi, perselingkuhan dan tidak memiliki keturunan sebagai generasi penerus keluarganya (yang diutamakan adalah anak laki-laki).

Pasangan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan sirang so sirang daripada menyelesaikan masalah dengan jalan pengadilan dan cara agama, karena dianggap lebih rasional bagi pasangan menyelesaikan masalahnya. Pasangan yang memilih menyelesaikan masalah dengan cara sirang so sirang bertindak sesuai perjanjian yang telah diucapkan tanpa ada perjanjian tertulis untuk melakukan sirang so sirang yang menyangkut kepentingan bersama.

Teori Pertukaran Sosial

Pertukaran sosial yang dimaksud disini terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang.Prinsip-prinsip teori pertukaran yang diterapkan oleh Peter M Blau di dalam menganalisis hubungan sosial antara orang yang saling mencintai, seperti halnya dengan perkawinan. Hubungan sosial dapat di kelompokkan kedalam dua kategori umum didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan

(6)

6 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) itu bersifat intrinstik (kasih sayang, kehormatan atau kecantikan) atau ekstrintik (seperti uang, barang-barang). Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya, dan reward bukan untuk hubungan sendiri.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat di artikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi maupun bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Alasannya adalah karena penelitian kualitatif dapat memberikan keleluasaan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang akan di angkat tergolong hal yang sensitif.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di wilayah kota Tanjungpinang. Lokasi penelitian ini diambil karena penduduk Tanjungpinang sangat komplek baik dari segi budaya maupun ekonomi. Sehingga dapat mewakili masyarakat Batak Toba Kristen untuk menjawab masalah Sirang So Sirang (Pisah tidak Pisah) dalam perkawinan masyarakat Batak Toba Kristen.

Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel karena penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data kemudian bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan dan Schumacher,2003). Peneliti akan mewawancarai orang-orang dan tokoh-tokoh sebagai informan yang dianggap peneliti berhubungan dalam terjadinya sirang so sirang. Alasan peneliti menentukan Karekteristiknya informan agar tidak meluasnya wawancara yang dilakukan, karena informan yang akan menjadi sumber wawancara adalah orang-orang yang mengerti sirang so sirang, mengerti tentang adat batak toba Kristen dan informan yang mengalami sirang so sirang adalah informan yang meninggalkan rumah. Adapun karekteristik informan adalah sebagai berikut :

(7)

7 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

2. Tokoh Agama (Pendeta Gereja)

3. Keluarga yang mengalami Sirang So sirang

Berdasarkan karekteristik yang telah ditentukan oleh peneliti maka didapatkan informan sebanyak 14 orang yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. dimana 6 orang informan adalah sebagai tokoh adat dan 8 orang merupakan informan kunci dalam penelitian ini.

JENIS DATA Data primer

Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan data primer yang di lakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, yaitu untuk mendapatkan data secara lengkap sebagaimana yang di inginkan, di bantu oleh instrumen penelitian. Wawancara yang di lakukan oleh peneliti dalam hal ini karena permasalahannya sangat sensitif.

Data Sekunder

Data sekunder yaitu yang di peroleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, jurnal dan internet yang di anggap relevan dengan masalah ini.

TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Untuk dapat mengumpulkan data-data yang di perlukan sebagai sumber data guna menunjang penelitian ini maka peneliti akan mengumpulkan data melalui :

1. Wawancara 2. Observasi TEKNIK ANALISA DATA

penulis memanfaatkan semua data yang diperoleh dengan mengecek terlebih dahulu hasil wawancara dari responden sebelum ditulis secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan permasalahan yang berkaitan dengan sirang so sirang yang terjadi pada suami dan istri di etnis batak toba Kristen tanjungpinang.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkawinan Dan Perceraian Perkawinan

Perkawinan adalah suatu pola sosial yang disetujui, dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga,

(8)

8 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) perkawinan tidak hanya mencakup hak untuk melahirkan dan membesarkan anak, tetapi juga seperangkat kewajiban dan hak istimewa yang mempengaruhi banyak orang (masyarakat). Arti sesungguhnya dari perkawinan adalah penerimaan status baru, dengan sederetan hak dan kewajiban baru, serta pengakuan atas status baru oleh orang lain. Perayaan dan upacara agama, perkawinan hanyalah salah satu cara untuk mengumumkan status tersebut. Horton dan Hunt (1984 : 270).

Perceraian

Perceraian merupakan sebuah gejala umum yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Mel Krantzler (1973) perceraian adalah berakhirnya hubungan antara dua orang yang pernah hidup bersama sebagai pasangan suami istri. Sementara menurut Kamus Sosiologi, perceraian adalah pembubaran secara hukum sebuah pernikahan yang sah sementara kedua pasangan masih hidup sehingga mereka bebas untuk menikah lagi. perceraian sebagai cerai hidup antara pasangan suami istri akibat dari kegagalan mereka menjalankan peran masing-masing. Dalam hal ini, perceraian sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan di mana pasangan suami istri kemudian hidup berpisah dan secara resmi disahkan oleh hukum yang berlaku di suatu tempat.

SIRANG SO SIRANG

Sirang So Sirang yang artinya pisah tidak pisah sama halnya dengan bercerai. Membahas cerai berarti membahas perkawinan. Memang dalam konsep budaya atau tradisi Batak, perkawinan seumpama pinjam-meminjam, terlalu kasar kalau disebut bagai jual beli. Meskipun mas kawin (sinamot) itu sering sinonim dengan tuhor atau boli yang berarti harga. Proses penentuan mas kawin juga seperti dagang, yakni tawar-menawar formal (marhata sinamot), ada tata tertibnya. Mas kawin dibayar, dibicarakan petinggi adat, lalu direstui, dan diantar ke gerbang “rumah” pihak suami. Namun, ada prinsip yang kuat: suatu perkawinan bukan hanya ikatan dua insan, akan tetapi ikatan dua keluarga besar. Pihak wanita yang terlibat dalam menerima mas kawin minimal ada 5 unsur, yaitu: (1) Orangtua pengantin perempuan sebagai penerima sinamot, (2) Saudara laki-laki penganten perempuan sebagai penerima simolohon, (3) Kakak beradik ayah sebagai penerima sijalo bara, (4) Kakak beradik perempuan ibu (Pariban/Parorot) sebagai penerima sihutti ampang, dan (5) Tulang (Om) sebagai penerima upa tulang.

(9)

9 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

Kasus perceraian yang umum disebabkan oleh: (1) tidak punya anak, (2) dikemudian hari diketahui ternyata perkawinan mereka merupakan hal yang ditabukan, misalnya ikatan marga, dan (3) dikemudian hari diketahui ternyata menjadi kacau hubungan struktur keluarga (sursar partuturon).Sekarang memang mungkin zaman edan, keluarga Batak cerai. Nenek moyang orang Batak kelihatannya jarang cerai, tapi mereka menganut poligami. Adat tradisi Batak bakal menghadapi era baru, bagaimana menangani perceraian cara Batak. Memang hampir tidak pernah kita mendengar berita adanya penyelenggaraan upacara adat batak untuk perceraian. Seorang pengamat, Togi Siahaan, mengatakan Batak tidak memilih cerai jika ada masalah, tapi lebih memilih kawin lagi. Jika terjadi perceraian, maka tentunya ada konsekwensi dalam adat. Mungkinkah logika diberlakukan. Misalnya, semua yang tahu bahwa mereka menikah dulu harus tahu bahwa mereka kini sudah cerai. Semua ikatan harus dilepas. Jika dulu ketika menikah ada tanda ikatan, maka semua harus kembali. TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Menurut Peter Blau teori pertukaran sosial adalah untuk memahami sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu dan kelompok. Blau bermaksud menganalisis struktur sosial yang lebih kompleks, melebihi Homans yang memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk kehidupan sosial mendasar. Blau memusatkan perhatian pada proses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasai hubungan antar individu maupun kelompok. Pertukaran sosial yang dimaksud disini terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan yang berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan ini tidak kunjung datang.

Prinsip-prinsip teori pertukaran yang diterapkan oleh Peter M Blau di dalam menganalisis hubungan sosial antara orang yang saling mencintai, seperti halnya dengan perkawinan. Hubungan sosial dapat di kelompokkan kedalam dua kategori umum didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan itu bersifat intrinstik (kasih sayang, kehormatan atau kecantikan) atau ekstrintik (seperti uang, barang-barang). Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lainnya, dan reward bukan untuk hubungan sendiri. Ritzer (2004:368-369).

(10)

10 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

Perkawinan itu sudah semakin umum sifatnya. Masalah-masalah yang ada dalam keluarga bisa saja timbul karena adanya campur tangan yang besar dari pihak keluarga kedua belah pihak pasangan suami istri tersebut. Hal ini disebabkan sebagaimana yang telah dikatakan bahwa perkawinan orang batak itu tidak hanya melibatkan pasangan suami istri saja tetapi melibatkan keluarga kedua belah pihak, sehingga dalam setiap masalah apapun peranan keluarga ini sangat besar. Bagi masyarakat batak toba yang paling diutamakan adalah memiliki seorang anak laki-laki, karena seorang anak laki-laki dapat meneruskan marga ayahnya.Jika sebuah perkawinan orang batak tidak memiliki keturunan maka pihak keluarga suami berusaha untuk mencari istri lain bagi anaknya sampai dapat memiliki anak.keadaan tersebut mengakibatkan perpecahan antara pasangan suami dan istri karena si istri tidak mau diduakan dan akhirnya memilih untuk sirang so sirang (pisah tidak pisah), tetapi karena adanya efek dari perpisahan tersebut banyak dialami oleh pihak istri sebagai contohnya saja dalam perkumpulan marga suaminya, si istri tidak lagi masuk dalam perkumpulan itu, maka pilihan yang tepat dirasakan istri adalah pisah ranjang.adanya pengaruh dari luar dapat membawa perubahan pada keluarga itu sendiri. Perubahan ini mengakibatkan penilain kembali dari moral dan nilai masyarakatyang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Teori pertukaran sosial ada di pendekatan objektif. Pendekatan ini disebut objektif berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba , perasa, dan pembau), dapat diukur dan diramalkan. Teori pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapakan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan kekuatan-kekuatan sosial diluar mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya, bila suami istri sering bertengkar, mereka mungkin akan berpisah.

sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan yang semakin tidak dapat terelakkan oleh setiap pihak, yang

(11)

11 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) setiap hari semakin meluas, maka perubahan sosial dan budaya yang nyata tersebut juga berakibat pada berubahnya kehidupan keluarga. Terjadinya perubahan penilaian dan aspirasi individual serta kolektif manusia seperti juga cara berfikir manusia dan bertindak. Perubahan ini membawa kesulitan-kesulitan yang tidak sedikit juga pada keluarga. Dalam mengembagkan kemampuannya yang begitu luas, banyak keluarga tidak selalu sanggup mengendalikan kekuatannya untuk bertahan dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya. KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang saya lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya sirang so sirang (pisah tidak pisah) dimasyarakat Adat Batak Toba Kristen adalah:

1. Adanya Pihak Ketiga Dalam Rumah Tangga a. Pihak Mertua

Perseteruan antara menantu sudah biasa kita dengar dan kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran menantu ditengah-tengah keluarga suami menjadi suatu ancaman bagi mertua perempuan yang belum bisa menerima kehadiran orang baru dalam keluarganya. Jadi kerjasama dan keterbukaan suami istri sangat dibutuhkan dalam hal ini jika mereka tinggal serumah dengan orang tua. Istri lebih harus terbuka dengan suami mengenai keberadaan dan perasaannya dan suami juga harus terbuka kepada istrinya, perhatian kepada emosional dan jiwa si istri selama satu rumah dengan orang tua. Serta bersama-sama mengambil keputusan yang tepat.

b. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah dan didasari oleh tiga unsur yaitu saling keterkaitan, saling ketergantungan dan seksual.Perselingkuhan sebenarnya terjadi ketika anda memilih untuk tidak jujur kepada pasangan dan diri sendiri tentang perasaan anda kepada orang lain. Ada lima macam yang dapat memicu terjadinya perselingkuhan dalam rumah tangga yaitu: karena kurang puas dalam hubungan badan, karena sakit hati, karena tidak mendapatkan keturunan, karena lingkungan atau kesempatan dank arena kesepian.

(12)

12 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) 2. Adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga dapat disimpulkan sebagai tindakan kekerasan yang bersifat verbal maupun fisik dalam bentuk pemaksaan, ancaman, penghinaan yang berakibat kesengsaraan maupun penderitaan dalam keluarga. Dan biasanya yang menjadi korban dalam segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan (istri). Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai unsur kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga adalah:

a. Setiap tindakan kekerasan baik secara verbal maupun fisik, baik berupa tindakan atau perbuatan maupun ancaman dan nyawa.

b. Tindakan tersebut diarahkan kepada korban karena ia perempuan. Disini terlihat pengabaian dan sikap merendahkan perempuan sehingga pelaku menganggap wajar melakukan tindakan kekerasan terhadap perempuan.

c. Tindakan kekerasan itu dapat berupa penghinaan, perampasan kebebasan dan lain-lain.

d. Tindakan tersebut dapat merugikan fisik maupun psikologis perempuan.

e. Tindakan kekerasan tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga.

3. Akibat Tidak Memiliki Anak

Selain kekerasan dalam rumah tangga hal yang menjadi konflik dalam rumah tangga adalah karena tidak memiliki seorang anak. Karena hadirnya seorang anak dapat menjadi keluarga lebih lengkap dan bahagia serta melanjutkan keturunan. Begitu juga dengan memiliki seorang anak laki-paki yang juga sangat penting bagi masyarakat Batak Toba, karena dapat meneruskan marga ayahnya.

4. Akibat Permasalahan Ekonomi Dalam Keluarga

Penyebab ekonomi dimasa sekarang ini sangatlah besar dampaknya dalam hubungan perkawinan dikarenakan memang biaya kebutuhan sehari-hari yang semakin melambung tinggi. Dalam hal ini yang menjadi penyebab perpisahan dalam rumah tangga sebagian besar karena fungsi sebagai kepala rumah tangga digantikan oleh sang istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu juga fungsi suami sebagai kepala rumah tangga yang selalu tidak mencukupi kebutuhan bagi keluarga

(13)

13 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dianalisa diatas, peneliti mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh beberapa pihak yang brhubungan dengan penelitian ini. Saran tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Bagi keluarga dapat memperhatikan anggota keluarganya

sendiri agar fungsi dari keluarga tersebut tidak disfungsi dan tetap berjalan.

2. Bagi keluarga yang mengalami sirang so sirang (pisah tidak pisah) sebaiknya berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah bagi keluarganya. 3. Bagi pemuka agama seharusnya lebih fokus untuk memberikan

konseling pada keluarga yang mengalami permasalahan.

Bagi masyarakat Batak Toba Kristen maupun yang tidak agar dapat selalu melestarikan dan mencintai adat, nilai-nilai budaya dan agama.

(14)

14 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 )

DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.Khairudin,H.SS, Sosiologi Keluarga. Edisi Pertama.Cetakan Kedua, Mei 2008.

Goode J. William, Sosiologi Keluarga. Edisi Pertama Cetakan Kelima Oktober 2002, Cetakan Keenam 2004, Cetakan Ketujuh Juni 2007

Horton B. Paul, Hunt L. Chester, Sosiologi, Edisi Keenam, Jilid 1, tahun 1984

Koentjaraningrat, dkk.. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Pujung Bangun Penerbit Djambatan. 2007

Muhammad, Abdulkadir. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Edisi Revisi, Cetakan Ke III Tahun 2011.

Pasaribu E. Delva (2011), Realita sosial sirang so sirang (pisah tidak pisah).USU( Universitas Sumatra Utara ) fakultas ilmu sosial ilmu politik.

Ritzer George. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenda Group Cetakan Ke enam. 2008.

SahlanMuhammad (2011), Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian Di Aceh. Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry.

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 2004

Suyanto, Bagong dan Narwoko, Dwi J. Sosiologi Teks pengantar dan Terapan, Edisi Ketiga, Cetakan Empat. Jakarta : Prenada Media. 2004

Sumber lain :

http://id.wikipedia.org/wiki/perceraian,tgl 22 februari 20014 13.00

http://www.Silaban.Net Dalihan Natolu. Sumber. Hukum. Adat Batak, tgl 15 februari 2014 pukul 15.30

http://sosiologimuchibbur.blogspot.com/2013/01/sosiologi-keluarga.html?=1,tgl2 Desember 2014 pukul 14.56

http://id.wikipedia.org/wiki/perceraian, tgl 5 desember 2014 pukul 13.05

(15)

15 | P a g e U n i v e r s i t a s M a r i t i m R a j a A l i H a j i ( 2 0 1 6 ) http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga, tgl 15 desember 2014 pukul 13.45 http://id.m.wikipedia.org/wiki/perkawinan_adat_batak_toba, tgl 25 november 2014 pukul 11.35 https://thomanpardosi.wordpress.com/2009/10/31/perceraian-dalam-konsep-adat-batak, tgl 23 Juni 2015 pukul 13.45 www.scribd.cos.teori pertukaran sosial P.M.Blau,tgl 5

februari 2014pukul 19.00

www.pusukbuhit.com/new/index.php%3f, tgl 3 desember 2014 pukul 13.0

Referensi

Dokumen terkait

Responden dalam penelitian tentang Hubungan Persepsi Pengguna Layanan Tentang Mutu Pelayanan Unit Rawat Inap VIP (Gryatama) Dengan Minat Pemanfaatan Ulang di BRSU

Sedangkan yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209 bahwa yang berhak mendapatkan wasiat wajibah adalah orang tua angkat atau anak angkat yang tidak

Hasil uji statistik t untuk kondisi pertama (EratingA) yaitu pengambilan keputusan etis bila dilema etis dihadapi oleh orang lain pada kelompok Mahasiswa S1 Akuntansi

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Berdasarkan persetujuan dari panitia ujian tugas akhir yang diketahui oleh Ketua Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, maka

Kondisi berbagai daerah tangkapan aliran (DTA) erat sekali hubungannya dengan besaran debit aliran yang dihasilkan, diantaranya pengaruh bentuk DTA, kemiringan

Setelah dirawat inap selama 3 hari, dilakukan pembukaan perban dan terlihat luka bekas inisisi pada Boli sudah mulai mengering, tidak ditemukan adanya seroma

Peneliti berasumsi bahwa imunisasi merupakan pemberian kekebalan buatan terhadap tubuh anak dengan memasukkan kuman lemah yang berfungsi untuk memberi kekebalan terhadap tubuh dari