1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Qur’anic Healing (Ruqyah)
a. Sejarah Qur’anic Healing (Ruqyah)
Sebelum kedatangan Islam, ruqyah telah dikenal di kalangan
masyarakat Arab. Ruqyah merupakan warisan bangsa Arab dalam
rangka mendapatkan berkah dan permohonan kepada Allah SWT.
Ruqyah berasal dari agama-agama samawi, kemudian diselewengkan oleh orang-orang sesat lalu dimasukkan ke dalam sihir dan
pengobatan. Mereka mencampur adukkan dengan ucapan-ucapan
yang bisa jadi mereka sendiri tidak memahami artinya. Dalam
praktiknya juga ditambah dengan suatu benda seperti bebatuan, atau
potongan-potongan tulang dan rambut hewan. Akhirnya bercampur
aduklah perkara ruqyah di kalangan masyarakat jahiliah. Setelah
Islam datang, ruqyah digunakan untuk terapi dengan menggunakan
ayat-ayat al-Qur‟an dan bacaan-bacaan doa yang ma‟thur melalui
sarana doa.1
Oleh karena itu setelah Islam datang para sahabat saling
bertanya tentang mantra atau ruqyah yang pernah dipraktekkan pada masa jahiliah. „Auf bin Malik al-Asja‟I menceritakan:
1
Achmad Zuhdi, Terapi Qur‟ani; Tinjauan Historis, al-Qur‟an-al-Hadis dan Sains Modern (Surabaya: Imtiyaz,2015), hal. 29.
2
Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thahir; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan kepadaku Mu'awiyah bin Shalih dari 'Abdur Rahman bin Jubair dari Bapaknya dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i dia berkata; "Kami biasa melakukan mantera pada masa jahiliyah. Lalu kami bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; 'Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantera? ' Jawab beliau: 'Peragakanlah manteramu itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.”(H.R Muslim No 2200).
Memang istilah ruqyah pada zaman jahiliah diartikan sebagai
mantra dan jampi-jampi, yakni kalimat yang berpotensi mendatangkan
daya ghaib atau susunan kata yang berunsur puisi yang dianggap
mengundang kekuatan ghaib. Mantra atau jampi-jampi dibaca oleh
orang-orang yang mempercayainya guna meminta bantuan kekuatan
yang melebihi kekuatan natural, guna meraih manfaat atau menolak
bahaya. Dalam pengertian ini ruqyah dianggap bisa menyembuhkan
karena kekuatan ruqyah itu sendiri atau bantuan dari jin dan
sebagainya.3 Sehingga karena pemahaman demikian itu Nabi SAW
melarang ruqyah.
2
Muslim Bin al-Hajjaj Abu al-Husayn al-Qusyairi al-Naysaburi, Sahih Muslim, Vol. IV, Ed. Muhammad Fuad „Abd al-Baqi, Nomor 2200 (Bayrut: Darul Ihya al-Turath al-„Arabi, t.th), 1772.
3
3
Artinya:
“Dari „Abdullah bin Mas‟ud ra, ia berkata bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya segala ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” ( HR. Ahmad No. 3615)
Nabi SAW pernah melarang ruqyah, tetapi tidak berlaku pada
semua jenis ruqyah. Ruqyah yang dilarang Nabi SAW hanyalah
ruqyah yang di dalamnya terdapat unsur syirik seperti yang pernah dilakukan orang-orang jahiliah. Sehingga selama ruqyah tidak
dimasuki unsur syirik maka dibolehkan.5
Rasulullah SAW, suatu ketika sedang melaksanakan shalat
malam, tiba-tiba tangannya tersengat kalajengking. Setelah itu Nabi
SAW mengambil air yang dicampurkan dengan garam kemudian
dituangkan ke tangan yang terkena sengatan tadi sambil dibacakan al-Qur‟an surat al-Kafirun, al-Falaq, dan an-Nas. Peristiwa ini
dijelaskan dalam sebuah Hadith Nabi SAW:
Artinya:
“ Ali bin Abi Thalib berkata, “ketika Rasulullah sedang shalat, beliau disengat kalajengking. Setelah selesai shalat, beliau bersabca, “Semoga Allah Swt melaknat kalajengking yang tidak membiarkan orang yang sedang shalat atau yang
4
Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Nomor Hadith 3615 (Beirut: Darul Fikr, tt)
5
Achmad Zuhdi, Terapi Qur‟ani; Tinjauan Historis, al-Qur‟an-al-Hadis dan Sains Modern (Surabaya: Imtiyaz,2015), hal. 30
4
lainnya,” lalu beliau mengambil sewadah air dan garam. Kemudian beliau usap bagian anggota badan yang disengatkalajengking, seraya membaca surat kafirun, al-Falaq, dan an-Nas.” (HR. Thabrani).
Berdasarkan hadith di atas dapat diketahui Bahwa Nabi SAW
pernah melakukan ruqyah dengan al-Qur‟an (terapi qur‟ani)
dikombinasikan dengan air dan garam, yakni dengan mencampurkan
air dan garam tadi ke dalam sebuah wadah kemudian diusapkan ke
bagian tangan yang tersengat kalajengking sambil membacakan
al-Qur‟an, yakni surat al-kafirun, al-Falaq, dan an-Nas.7
Di kalangan sahabat Nabi SAW sendiri, sebelum masuk Islam,
banyak yang mempunyai keahlian melakukan ruqyah. Tetapi mereka
mengalami kebimbangan ketika Nabi SAW melarang ruqyah. Di antara mereka itu adalah keluarga „Amr bin Hazm. Suatu ketika
mereka menemui Rasulullah SAW untuk menanyakan perihal
larangan ruqyah. Mereka lalu memperhatikan kepada Nabi SAW
bagaimana cara melakukan ruqyah dari sengatan kalajengking atau
gigitan ular berbisa. Setelah memperhatikan cara-cara memperhatikan
cara-cara mereka melakukan ruqyah, Nabi SAW kemudian mengatakan “saya kira tidak ada masalah dengan ruqyah yang kalian
6
Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu al-Qasim al-Tabhrani¸al-Mu‟jam al-Shagir, Vol. II, Nomor 830 (Bayrut: al-Maktab al-Islami, 1985), hal. 87.
7
5
lakukan. Barang siapa di antara kalian yang bisa menolong
saudaranya, maka lakukanlah.”8
Jadi, ruqyah telah ada sejak sebelum kedatangan Islam. tetapi
ruqyah yang dikenal saat itu adalah sebagai mantra dan jampi-jampi yang kental dengan muatan syirik, karena dalam prakteknya
permohonan penyembuhan bukan dengan menggunakan ayat dan
doa-doa masturah serta bukan meyakini keberadaan Allah SWT sebagai
pemberi penyembuham, melainkan kepada selainnya, yaitu jin dan
sebagainya. Maka ketika Islam datang, maka intrik-intrik yang berbau
kesyirikan dalam praktek ruqyah diganti dengan memasukkan dan
menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an sebagimana yang dipraktekkan oleh
Nabi SAW ketika meruqyah dirinya, keluarga, dan kerabatnya.
b. Pengertian Qur’anic Healing (Ruqyah)
Secara etimologi, kata ruqyah dapat ditemukan dalam berbagai
kamus dengan pengertian sebagai berikut: dalam kamus
Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus disebutkan bahwa kata ruqyah
bermakna jimat, azimat, tangkal.9 Dalam kamus Al-Munawwir kata
ruqyah memiliki makna mantra, guna-guna, jampi-jampi, jimat.10
8
Imam Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 7 (Bayrut: Darul kutub al-A‟lamiah, 2008), hal. 383.
9
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta:Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, 1973), hal. 146.
10
Ahmad Warson Al- Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia terlengkap (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), hal. 525.
6
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia ruqyah berari segala yang
berhubungan dengan pesona, guna-guna, sihir.11
Jadi, secara etimologi qur‟anic healing atau ruqyah memiliki arti menangkal segala sesuatu (segala macam bala‟, bencana dan
segala bentuk penyakit, baik psikis maupun fisik) yang dapat
membahayakan diri manusia dengan berpegang teguh pada al-Qur‟an
dan as-Sunnah.12
Menurut terminologi, terdapat berbagai rumusan pengertian
tentang qur‟anic healing atau ruqyah. Ini sebagaiamana yang tertulis
dalam penegasan judul yaitu suatu istilah dari ayat-ayat al-Qur‟an
yang dibacakan pada orang yang sakit yang ditambahkan dengan doa-doa ma‟tsurah, yang kita ulang-ulangi beberapa kali sehingga terjadi
kesembuhan atas izin Allah SWT.13
Syamsul Haq al-Azhim Abadi mengatakan bahwa qur‟anic
healing (ruqyah) adalah memohon perlindungan atau memohon
kesembuhan dengan doa dan bacaan-bacaan mulia.14
Abdullah Abdul Aziz al-Aidan mengatakan bahwa qur‟anic
healing atau yang biasa disebut ruqyah adalah kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an, dzikir-dzikir perlindungan dan doa-doa yang diriwayatkan
dari Nabi SAW yang dibaca seorang muslim pada dirinya, anaknya
11
Wahya dkk, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Ruang Kata, 2013),hal. 534.
12
Muhammad Arifin Ilham, Panduan Dzikr dan Doa (Jakarta: Intuisi Press, 2005), hal. 31.
13 Abdeddaem Kaheel, Obati dirimu dengan al-Qur‟an, terjemahan Moh Syairozi
(Tanggerang Selatan: Iniperbesa, 2015), hal. 29.
14
7
atau keluarganya guna mengobati gangguan kejiwaan yang menimpa,
atau kejahatan mata manusia dan jin, atau kesurupan setan, atau sihir
atau berbagai penyakit fisik yang menyerang.15
Syaikh Al-Bani mengatakan bahwa qur‟anic healing atau
ruqyah adalah pembacaan doa-doa untuk memohon kesembuhan berupa ayat-ayat al-Qur‟an serta hadits Nabi SAW. Sementara
kebiasaan banyak orang yang mempergunakan kalimat-kalimat
bersajak atau kalimat-kalimat lain yang tidak jelas maknanya, harus
dihindari karena sering kali mengandung kekafiran dan kesyirikan.16
Bila dilihat dari definisi beberapa tokoh di atas dapat
disimpulkan bahwa qur‟anic healing atau biasa disebut ruqyah adalah
bacaan-bacaan syar‟i yang diambil dari al-Qur‟an dan Hadith Nabi
SAW yang dibacakan kepada orang yang sakit dengan tujuan
memohon baginya kesembuhan dan keselamatan atas penyakit dan
gangguan-gangguan yang sedang menimpanya, baik itu penyakit fisik,
rohani maupun gangguan-gangguan jin sihir, azimat, dan sebagainya.
Sementara dalam melakukannya peruqyah harus meninggalkan
kalimat-kalimat yang tidak memiliki kejelasan makna sebab yang
demikian itu kadang-kadang mengandung keyirikan dan kekufuran.
Jadi, menurut syariat Islam, qur‟anic healing atau ruqyah adalah
bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadith-Hadith Shahih
15
Abdullah Abdul Aziz Al-Aidan, Obati Sakitmu dengan Al-Qur‟an. Terjemahan oleh Abu Fawwaz (Solo: Zamzam, 2015), hal. 27.
16
Jamal Elzaky, Buku Saku Terapi Baca al-Qur‟an. Terjemahan oleh Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Zaman, 2014), hal. 72.
8
untuk memohon kesembuhan kepada Allah SWT bagi orang yang
sakit.17
c. Metode Terapi Qur’anic Healing (Ruqyah)
Metode dalam pengertiannnya adalah “jalan yang harus dilalui”
untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari dua
suku kata yaiu dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hedos”
yang berarti jalan atau tujuan.18 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “metode” adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai maksud”.19
Namun pengertian sebenarnya adalah
segala sasaran yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan.20
Merujuk pada pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode merupakan suatu cara atau jalan yang teratur dan terencana
yang dipergunakan seorang peruqyah dalam melakukan terapi qur‟anic healing pada pasien agar tujuan ruqyah yang direncanakan dapat tercapai dengan disertai perubahan fisik dan psikis pasien qur‟anic healing (ruqyah).
Dengan demikian, dalam penerapan terapi penyembuhan qur‟ani tersebut terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh terapis
17
Hasan Basri, 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah (Jakarta: Ghaib Pustaka, 2005), hal. 17.
18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 61.
19
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 652.
20
9
maupun pasien, baik syarat-syarat terapi, maupun proses pelaksanaan qur‟anic haling yang mencakup bacaaan dan doa-doa ruqyah.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tuuan
dari pelaksanaan qur‟anic healing (ruqyah) yaitu:
1) Terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah menggunakan kalam
Allah SWT (ayat-ayat al-Qur‟an, atau nama-nama dan
sifat-saifat-Nya, atau berupa doa yang diriwayatkan dari Nabi SAW.
2) Menggunakan bahasa Arab yang fasih atau bahasa yang dapat
dipahami.
3) Terapis meyakini bahwa ruqyah tidak memberikan efek
sendirinya, melainkan dengan takdir Allah SWT.
4) Penyembuhan qur‟ani atau ruqyah tidak dilakukan dengan cara
yang dilarang. Contohnya, meruqyah dalam kondisi junub
(berhadats besar), atau peruqyah memerintahkan pasien berada
dalam kondisi junub.
5) Terapi ruqyah tidak dilakukan oleh dukun, atau paranormal.
6) Kalimat-kalimat atau bacaan-bacaan ruqyah tidak mengandung
ungkapan-ungkapan atau simbol-simbol yang diharamkan.21
Muhamad Arifin menambahkan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan terapi penyembuhan qur‟ani atau
ruqyah, yaitu:
1) Menyiapkan suasan yang kondusif sebelum melakukan terapi.
21
Abdullah Abdul Aziz Al-Aidan, Obati Sakitmu dengan Al-Qur‟an. Terjemahan oleh Abu Fawwaz (Solo: Zamzam, 2015), hal. 49-50.
10
2) Membersihkan tempat terapi dari hal-hal yang melanggar sya‟riat.
3) Memberikan konseling ataupun taushiyah kepada pasien tentang
solusi pengobatan, bimbingan, pelajaran dan pedoman agama agar
pasien dapat mengembangkan akalnya, dan keimanannya.
4) Sunnah berwudhu pagi pasien dan terapis.
5) Menutup aurat bagi perempuan yang hendak diterapi.
6) Berdoa kepada Allah agar diberi pertolongan. 22
Perdana Ahmad dalam bukunya qur‟anic healing thecnology
mengatakan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan
terapi, yaitu:
1) Berwudhu sebelum melakukan terapi penyembuhan qur‟ani atau
ruqyah.
2) Memberikan konseling.
3) Mendengarkan nasehat-nasehat agama dan petunjuk pelaksanaan terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah,
4) Berbaring atau duduk degan mengmbil sikap relaksasi tubuh yang
enak dan nyaman dan relaksasi fikiran. 23
Selain berbagai syarat di atas yang perlu dilakukan sebelum melakukan terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah, terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh terapis maupun pasien dalam
pelaksanaan terapi ruqyah (penyembuhan qur‟ani), yaitu:
22
Muhammad Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, cetakan ke 5 (Jakarta: PT Golden Terayes Press, ), hal. 43.
23
11
1) Pasien mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur‟an dengan
khusyuk
2) Terapis meminta pasien untuk merasakan sensasi yang terjadi
selama proses mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur‟an
3) Terapis membacakan ayat-ayat suci al-Qur‟an dengan fasih dan
suara yang merdu
4) Terapis meletakan tangannya pada tubuh pasien yang dirasa sakit.
Adapun ayat-ayat yang menjadi bacaan ruqyah, yaitu:24
1) Isti‟adzah
Yang merupakan permohonan perlindungan kepada Allah
Swt juga merupakan bacaan sebelum memulai bacaan al-Qur‟an.
Allah Swt berfirman: Artinya:
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (Q.S. An-Nahl: 98)25 2) Lafadz basmalah Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.26
24
Tambusai, Buku Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah Syar‟iyyah (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2010), hal. 325-361.
25 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989),
hal. 409.
26
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal. 2.
12
3) Surat al-Fatihah ayat 1-7
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.27
4) Surat al-Baqarah ayat 255, dan 284-286
Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak
27
13
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”28
Artinya:
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya
28
Departemen Agama RI, al-Qur‟an danTterjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal. 255.
14
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."29
5) Surat al-A‟raf ayat 54-56
Artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”30
29 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989),
hal. 67-68
30
15
6) Surat al-Mukminun ayat 115-118
Artinya:
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. Dan Barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik."31
7) Surat as-Shaffat ayat 1-10
Artinya:
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Dan demi (rombongan) yang melarang dengan
31
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal. 532.
16
sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari Setiap syaitan yang sangat durhaka. Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) Para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi Barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.32
8) Surat ar-Rahmah ayat 33-36
Artinya:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga Maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?33
32 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989),
hal. 707-708.
33
17
9) Surat al-Hasyr ayat 21-25
Artinya:
“Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; Padahal
18
Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan Barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, Maka Sesungguhnya Dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”34 10) Surat al-Ikhlas Artinya:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."35 11) Surat al-Falaq Artinya:
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."36
34
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal. 909.
35 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989),
hal. 1092.
36
19 Surat an-Nas Artinya:
“Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.”37
Sementara bacaan-bacaan dari hadith yang dapat digunakan untuk penyembuhan qur‟ani ini adalah:
Artinya:
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad, Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu.” (HR. Muslim)38
Artinya:
"
Aku berlindung pada kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan yang aku rasakan dan aku takutkan.” (HR.Imam Ahmad)39
37
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal. 1094.
38 Imam Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Nomor 4056
(Bayrut: Darul kutub al-A‟lamiah, tt),
39
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi‟ bin Majah Al-Qazwini Al-Hafidz, Sunan Ibnu Majah, Nomor 3513 (Beirut: Darul Fikr, tt)
20
Artinya:
“Ya Allah Rabb manusia, hilangkanlah bahaya. Sembuhkan ia, Engkaulah sang penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, dengan satu kesembuhan yang tidak menyisakan sakit.” (HR. Muslim)40
Artinya:
“Aku berlindung pada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa dan dari setiap mata yang menimpakan keburukan.” (HR. Bukhari)41
d. Qur’anic Healing (Ruqyah) Sebagai Psikoterapi
Di dalam al-Qur‟an maupun Hadith Nabi SAW terdapat banyak
ayat dan hadith yang menegaskan bahwa al-Qur‟an adalah penyembuh
atas penyakit-penyakit. Di antaranya firman Allah SWT:
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)42
Ayat di atas menjelaskan bahwa al-Qur‟an adalah
, obat bagi penyakit-penyakit yang terdapat di dalam dada,
sedangkan kata dada atau hati berkaitan dengan mental dan jiwa
40
Imam Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Nomor 4061 (Beirut: Darul Kutub al-A‟lamiah, tt)
41 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah
Al-Ju‟fiy Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Nomor 3120 (Beirut: Darul Fikri, tt)
42
21
(psikologis). Sehingga menurut Quraish Shihab ketika menafsirkan
ayat ini menjelaskan bahwa al-Qu‟ran berfungsi menyembuhkan
penyakit-penyakit ruhani (psikologis).43
Penyembuhan atau pengobatan qur‟ani telah dikenal sejak
zaman Nabi SAW. Penyembuhan dengan ayat-ayat al-Qur‟an ini
disebut dengan ruqyah. Ruqyah atau terapi penyembuhan Qur‟ani
adalah ilmu dan seni penyembuhan, pembentengan dan perlawanan
dari penyakit fisik, gangguan jin dan sihir serta segala marabahaya.44
Dari sekian banyak ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadith Nabi SAW
yang membicarakan tentang eksistensi al-Qur‟an sebagai Syifa‟ dan
rahmat bagi orang-orang yang hatinya dipenuhi keimanan, ditambah
lagi dengan bayaknya penelitian ilmiah yang mengonfirmasi
kebenaran wahyu tersebut sehingga bukan hal yang mustahil apabila
al-Qur‟an diposisikan sebagai sebenar-benarnya media penyembuhan
bagi manusia-manusia yang muslimin sekarang ini. Tapi lagi-lagi
yang menjadi faktor ketidakterimaan sebagian orang pada pengobatan
dengan al-Qur‟an adalah minimnya pengetahuan tentang al-Qur‟an
dan minimnya dasar ilmiah yang materil pada metode penyembuhan
ini.45
Tentang apakah Rasulullah SAW pernah mengalami
penyembuhan ini, dalam sebuah riwayat hadith diceritakan bahwa
43
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 103.
44
Perdana Ahmad, Qur‟anic Healing Technology (Jakarta: Pustaka Tarbih Smesta, 2014), hal. hal. 3.
45
Abdeddaem kaheel, Obati dirimu dengan al-Qur‟an, terjemahan Moh Syairozi (Tanggerang Selatan: Iniperbesa, 2015), hal. 29.
22
pada suatu hari malaikat Jibril datang mengahampiri Rasulullah SAW, lalu ia bertanya, “wahai Muhammad, apakah engkau sakit?”Beliau
menjawab,”Ya. Kemudian Malaikat Jibril meruqyahnya dengan
berkata:
Artinya:
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad. Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.46
Kalimat “dari segala apa yang mengganggumu” menunjukkan
bahwa metode penyembuhan qur‟ani ini mampu menyembuhkan
penyakit apa saja baik psikis maupun fisik.47
Lantas bagaimana posisi qur‟anic healing (ruqyah) dalam
penyembuhan? Dalam al-Qur‟an maupun Hadith-Hadith Shahih Nabi
SAW telah banyak menjelaskan posisi qur‟anic healing sebagai
alternatif penyembuhan terhadap berbagai macam gangguan fisik
maupun psikis.
Terhadap manusia yang mengalami gangguan kejiwaan
(gangguan psikis) selain mendapatkan pertolongan dari psikiater dan
ahli jiwa sangat dianjurkan pula untuk melakukan qur‟anic healing
atau ruqyah, sebab ayat-ayat al-qur‟an dapat memberikan pengaruh
positif terhadap penggiatan kerja jantung, menstabilkannya, dan
46
Imam Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 7 (Bayrut: Darul kutub al-A‟lamiah, 2008), hal. 359.
47
23
menghilangkan kegelisahan serta kegundahannya, sehingga dapat
menenangkan jantung . Hal ini adalah sesuatu yang dapat berdampak
pada kerja anggota-anggota tubuh lainnya.48
Maka dari uraian singkat di atas dan berdasarkan beberapa ayat
dan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli bahwa qur‟anic
healing (ruqyah) adalah metode pengobatan di samping untuk fisioterapi, juga sebagai psikoterapi yang dapat digunakan oleh semua
kalangan, terkhusus para muslimin.
B. Depresi
1. Pengertian Depresi
Istilah depresi sudah sangat mengakar dalam kehidupan
masyarakat dan semua orang sudah mengetahuinya. Akan tetapi, arti
sebenarnya dari istilah depresi itu sukar didefinisikan secara tepat.
Para ahli psikologi maupun medis telah mendefinisikannya dengan
berbagai macam pandangan, di antaranya:
Menurut Departemen Kesehatan RI, depresi adalah suatu
perasaan kesedihan yang psikopatologis, berupa kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangngnya energi yang berakibat mudah lelah
setelah bekerja walaupun sedikit dan berkurangnya aktivitas.49
Menurut Dadang Hawari, depresi adalah salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder),
48
Abdeddaem kaheel, Obati dirimu dengan al-Qur‟an, terjemahan Moh Syairozi (Tanggerang Selatan: Iniperbesa, 2015), hal. 27.
49
Departemen kesehatan RI, Direktorat pelayanan medik, Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguna Jiwa di Indonesia. Cet Pertama (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1993), hal. 140-153.
24
yang ditandai dengan kemurungan, kelelusan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya.50
Menurut Maramis, depresi merupakan sebagai suatu keadaan
dengan komponen psikologik seperti rasa sedih, susah, rasa tak
berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan
yang patologis, dan komponen somatik seperti tak ada nafsu makan,
tekanan darah dan denyut nadi rendah.51
Menurut Philip L. Rice, depresi adalah gangguan mood, kondisi
emosional yang berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental
(berpikir, berperasaan, dan berprilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan.52
Menurut Jonatan Trisna, depresi merupakan suatu perasaan
sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak
fungsi dan tubuh, mulai dari perasaan murung sampai dengan
perasaan tidak berdaya. Depresi juga dapat dikatakan sebagai suatu
gangguan perasaan (afektif) yang ditandai dengan afek disforik
(kehilangan kegembiraan dan gairah) disertai dengan gejala-gejala
lain seperti gangguan tidur dan berkurangnya selera makan.53
50
Dadang Hawari, Manajemen Stres dan Cemas. Cetakan Keempat (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013), hal. 91.
51
Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press,1992
52
Phillip. L. Rice, “Stress and Health”. (Pacivic Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company, 1999) dalam http://www.e-psikologi.com /masalah/depresi-1.htm. Diakses pada tanggal 8 November 2015.
53
25
Dengan demikian berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa depresi merupakan keadaan yang berhubungan
dengan suasana hati atau perasaan yang psikopatologis yang dapat
diindikasikan dalam semua aspek baik itu kognitif, afektif, maupun
motorik.
2. Macam-Macam Depresi
Menurut klasifikasi organisasi kesehatan dunia WHO, depresi
berdasarkan tingkat penyakitnya dibagi menjadi:
a. Depresi Ringan
Depresi ringan datang dan pergi dengan sendirinya, ditandai
dengan hati yang berat, sedih, dan murung. Gejala depresi muncul
selama dua minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan karena
pengaruh obat-obatan ataupun penyakit.
b. Depresi Sedang
Pada depresi sedang, mood yang rendah berlangsung terus dan
individu mengalami simtom fisik.
c. Depresi Berat
Depresi berat dicirikan oleh perasaan tidak berguna atau
bersalah serta sering disertai gejala fisik seperti turun berat badan,
sakit kepala, hingga tidak enak badan. Penderita depresi berat
yogyakarta” Ruqyah Center Kalinyamat Jepara” (Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hal. 14-15.
26
cenderung untuk menarik diri, tidak peduli pada lingkungan
sekitar, serta aktivitas fisik yang terbatas. 54
Menurut Handiwiyanto depresi dapat dibagi menjadi dua tipe,
yaitu tipe reaktive dan tipe endogen. Tipe Reaktive, faktor
penyebabnya berasal dari luar, sering timbul setelah terjadinya
musibah pada diri seseorang. Perasaan kecewa yang amat dalam dan
berlarut-larut, kemalangan yang datang terus menerus dapat
menyebabkan seseorang jatuh kedalam keadaan ini. penderita nampat
tidak responsif dan lamban. Depresi tipe endogen, faktor penyebabnya
berasal dari dalam. Walaupun sering kali faktor pencetusnya sendiri
berasal dari luar diri individu atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di
luar. Pebedaan penderita ketika masih dalam keadaan normal dan
sewaktu menerima amat mencolok. Pada derajat yang tidak terlalu
berat, bisa dijumpai gejala-gejala seperti sedih, lesu, kehilangan
kepercayaan diri, dan juga kehilanga gairah hidup, perhatian maupun
rasa cinta.55
Menurut Dadang Hawari depresi terdiri dari:
a. Depresi Pasca Kuasa
Di mana seseorang yang memiliki jabatan kemudian suatu
saat jabatan itu hilang, hilang pula kekuasaan dan kekuatannya,
54
Namora Lumongga Lubis, Depresi: Tinjauan Psikologis. Cetakan pertama (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), hal, 35-36.
55
Sarah Susanti Dewi, “Hubungan kecenderungan kepribadian introvert-ekstrovert dan motif berprestasi dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa” (Skripsi Fakultas psikologi
27
dampaknya adalah terganggunya keseimbangan mental emosional
dengan munculnya berbagai keluhan fisik, kecemasan dan depresi.
b. Depresi Pasca Stroke
Di mana pada pasien-pasien stroke selain mengalami
gejala-gejala kelainan saraf, juga ditemukan gangguan mental-emosional
misalnya depresi.
c. Depresi Neurotik (Gangguan Distimik)
Suatu gangguan afek (mood) yang menahun dan mencakup
gambaran afek (mood) depresif atau hilangnya minat atau rasa
senang di dalam semua aktivitas kehidupan yang biasa dilakukan.
d. Depresi Siklotimik
Seseorang yang mengalami gangguan ini paling sedikit dalam
kurun waktu dua tahun mengalami gangguan alam perasaan
(affect/mood) ini, yang mencakup suatu saat yang bersangkutan
dalam episode depresif dan pada saat yang lain mengalami episode
hipomanik.
e. Depresi Pasca NAZA
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa penyalahgunaan
NAZA dapat mengakibatkan ketagihan dan ketergantungan.
Apabila yang bersangkutan menghentikannya, maka iaakan jatuh
28
memakai NAZA, semakin lama semakin bertambah takarannya
(dosis) dan semakin banyak frekuensi pemakaiannya. 56
Sedangkan menurut Kartini Kartono depresi terdiri dar tiga jenis,
yaitu:
a. Depresi Reaktif
Depresi reaktif adalah depresi sebagai reaksi dari suatu
bencana dalam hidup yang merupakan trauma psikis, dan
langsung muncul sesudah trauma tadi berlangsung. Biasanya
disebabkan oleh karena pasien ditinggalkan oleh orang-orang
yang dikasihaninya.
b. Depresi Neorotis
Depresi neorotis adalah depresi yang timbul disebabkan oleh
mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pelarian diri yang
keliru, dan muncul kemudian banyak konflik-konflik intra psikis.
c. Depresi Psikogen
Depresi psikogen adalah depresi yang disebabkan salah
masak/oleh yang patalogis sifatnya dari peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman sendiri oleh pribadi yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar dan menurut pembagian umum
depresi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu depresi ringan,
depresi sedang, dan depresi berat.
56
29
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Depresi
Teguh wangsa menyebutkan bahwa penyebab terjadinya depresi
anatara lain genetika (warisan sifat), biologi (saat bahan kimia yang
tidak diproduksi tepat waktu dan dalam jumlah yang tepat dan
hasilnya dapat menghasilkan ketimpangan kimia dan depresi),
hypertyroidism dapat mengakibatkan serangan panik seperti tragedi
yang tiba-tiba terjadi, penggunaan narkoba.57
Menurut Dr. Kusmanto penyebab terjadinya depresi ada dua
faktor yaitu, faktor eksternal (dari luar individu) dan faktor internal
(dari dalam individu). Faktor eksternal antara lain yang pertama
adalah kekecewaan, tidak ada seorang individu yang depresi bila
semua berjalan lancar sesuai dengan keinginan individu tersebut.
Kedua krisis, suatu keadaan yang menimbulkan stres hingga depresi.
Adapun faktor internal meliputi kepribadian, psikis, gangguan
hormonal, dan gangguan neurotransminter di otak.58
Haye mengatakan bahwa faktor penyabab dari depresi antara
lain adalah adanya tujuan-tujuan yang tidak tercapai yang
menyebabkan kekecewaan serta adanya kegagalan yang
menyebabkan kurangnya penghargaan terhadap diri.59
Gilbert mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
depresi antara lain berhubungan dengan ekonomi. Anak-anak dan
57
Teguh Wangsa G. H. W, Menghadapi Stres hal 27.
58
Kusmanto, dkk. Depresi Beberapa Pandangan Teori Dan Implikasi di Bidang Kesehatan Jiwa (Jakarta: Yayasan Dharma Graha, 1999), hal. 13.
59
Nurmiati Amir, Depresi Aspek neurobiologis Diagnosis Dan Tata Laksana (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ), hal. 36.
30
remaja yang besar dengan orang tua yang depresi cenderung akan
terpengaruh perkembangan secara sosial dan intelektualnya. Dia
menambahkan bahwa dipastikan satu dari lima orang mempunyai
resiko untuk menderita episode depresi dalam satu waktu di
kehidupan mereka. Keadaan ini tidak memandang kelas dan status
sosial individu.60
Sedangkan menurut Numiarti Amir menyebutkan bahwa
penyebab terjadinya depresi, antara lain:
a. Jenis Kelamin
Depresi lebih sering terjadi pada wanita. Selain disebabkan
karena wanita lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi
lebih sering terdiagnosis, juga disebabkan wanita lebih sering
terpanjang stressor lebih rendah dibanding pria. Kemudian
adanya ketidakseimbangan hormon pada wanita menambah
tingginya pravelensi depresi pada wanita. Misalnya adanya
depresi prahaid, postpartum, dan postmonopouse.
b. Kepribadian
Seseorang dengan kepribadian tertutup (introvert), mudah
cemas, hipersensitif, dan lebih bergantung pada orang lain lebih
rentan terhadap depresi.
31
c. Usia
Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Rata-rata
berusia 17-40 tahun. Faktor sosial sering menempatkan seseorang
yang berusia muda dengan resiko lebih tinggi untuk depresi.
d. Geografis di Negara Maju
Penduduk kota lebih sering menderita depresi dibandingkan
penduduk desa.
e. Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki riwayat menderita depresi
memiliki resiko lebih tinggi untuk mewariskannya kepada genitik
dalam keluarga.
f. Stresor Sosial
Suatu keadaan yang sangat menekan sehingga seseorang
tidak dapat beradaptasi dan bertahan. Peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan baik yang akut maupun kronik dapat menimbulkan
depresi.61
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan,
depresi terindikasi tampak pada tiga bagian, yaitu gejala fisik, psikis,
dan sosial. Dari fisik, orang depresi biasanya lebih malas dari
kehidupan sehari-hari, susah tidur, malas makan, pikiran kosong,
kehilangan motivasi, cepat capek, bahkan gampang sakit. Sedangkan
dari segi mental orang depresi lebih cepat marah, sensitif, merasa
61
Nurmiati Amir, Depresi Aspek neurobiologis Diagnosis Dan Tata Laksana (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), hal. 26.
32
useless, tidak percaya diri, sering mendramatisir rasa kecewa. Dari segi sosial, seseoranh yang depresi akan sering menghindar saat-saat
menyenangkan, menjauh dari relistis, malu bertemu orang lain,
uring-urungan tanpa alsan, serta tanpa sadar menjadi orang yang
menyebalkan.
4. Ciri dan Indikator Gejala Depresi
Menurut Dadang Hawari orang yang mengalami depresi
memiliki corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya antara lain
sebagai berikut:
a. Pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk merasa bahagia.
b. Pesimis menghadapi masa depan.
c. Memandang diri rendah.
d. Mudah merasa bersalah dan berdosa.
e. Mudah mengalah.
f. Enggan berbicara.
g. Mudah merasa haru, sedih dan menangis.
h. Gerakan lamban, lemah, lesuh, kurang energik.
i. Seringkali mengeluh sakit ini dan itu (keluhan-keluhan
psikosomatik).
j. Mudah tegang, agitatif, gelisah.
k. Serba cemas, khawatir, takut.
l. Mudah tersinggung.
33
n. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna.
o. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi.
p. Suka menarik diri, pemalu dan pendiam.
q. Lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial
amat terbatas.
r. Lebih suka menjaga jarak, menghindarkan keterlibatan dengan
orang.
s. Suka mencela, mengkritik, konvensional.
t. Sulit mengambil keputusan.
u. Tidak agresif sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif.
v. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri.
w. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.
x. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik ataupun
konfrontasi.62
Menurut Namora, gejala-gejala depresi dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu:
a. Gejala Fisik
Secara garis besar terdapat beberapa gejala fisik yang mudah
dideteksi pada penderita depresi, di antaranya gangguan pola tidur,
menurunnya tingkat aktivitas, menurunnya efisiensi kerja,
menurunnya produktifitas kerja, dan mudah merasa letih dan sakit.
62
Dadang Hawari, Manajemen Stres dan Cemas. Cetakan Keempat (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013), hal. 89-90.
34
b. Gejala Psikis
Ada beberapa gejala psikis yang mudag terdeteksi, di
antaranya kehilangan rasa percaya diri, sensitif (mudah
tersinggung, mudah marah, perasa, mudah sedih, murung, dan
lebih suka menyendiri) merasa tidak berguna, perasaan bersalah,
dan perasaan terbebani.
c. Gejala Sosial
Gejala ini biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan
teman bergaul, rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah lainnya
adalah berupa rasa malu, minder, cemas jika berada di antara
kelompok dan merasa tidak nyaman jika berkomunikasi secara
normal. 63
Menurut Beck, gejala-gejala depresi dibagi menjadi empat bagian
utama sebagaimana yang dijelaskan dalam teorinya, Beck Depression
Inventory (BDI), yaitu: a. Emosi
1) Sedih, 2) Perasaan negatif terhadap diri sendiri, 3) Kurang
senang terhadap diri sendiri, 4) Hilangnya rasa kasih sayang, 5)
Menangis, 6) Hilangnya rasa bahagia
b. Kognisi
1) Rendahnya penilaian terhadap diri sendiri, 2) Tidak mempunyai
harapan, 3) Mencela dan mengalahkan diri sendiri, 4) Ragu-ragu,
63
35
5) Kesulitan dalam membuat keputusan dan sebagainya, 6)
Penyimpangan terhadap diri sendiri.
c. Motivasi
1) Malas untuk melakukan segala sesuatu, 2) Menghindar,
melarikan, dan menarik diri, 3) Keinginan untuk bunuh diri, 4)
Ketergantungan pada orang lain.
d. Fisik dan vegetatif
1) Tidak ada nafsu makan, 2) Kesulitan untuk tidur, 3) Hilangnya
nafsu seks, 4) Kelelahan. 64
Berikut adalah teori Beck untuk mengukur tingkatan depresi pada
seseorang yang dijelaskan berdasarkan jumlah skor gejala depresi
yang dirasakan individu.
Tabel II. 1
Beck Depression Inventory (BDI)65 (Cara mengukur tingkatan depresi)
No Questions Answer Score
1 Ex:
Sadness:
0 I do not feel sad.
1 I feel sad much of the time. 2 I am sad all of the time.
3 I am so sad or unhappy that I can‟t stand it.
I feel sad much of the time.
2
2 Pessimism:
0 I am not discouraged about my future.
1 I feel more discouraged about my future than I used to be.
2 I do not expect things to work out for me.
3 I feel my fortune is hopeless and will get only worse.
64
A. T beck, Depresion: Clinical Experimental and Thoeritical Aspects (London: Staples press, 1985), hal. 547.
65
Beck Depression Inventory (BDI) adalah teori dan tes psikologi untuk mengetahui tingkatan dan tahapan depresi seseorang, teori ini ditemukan oleh Aaron T. Beck M.D (1921).
36
3 Past failure:
0 I do not feel like a failure. 1 I have failed more than I should
have.
2 As I look back I see a lot of failures. 3 I feel I am a total failure as a person. 4 Loss of pleasure:
0 I get as much pleasure as I ever did from the things I enjoy.
1 I don‟t enjoy things as much as I used to.
2 I get very little pleasure from the things I used to enjoy
3 I can‟t get any pleasure from the things I used to enjoy.
5 Guilty feelings:
0 I don‟t feel particularly guilty. 1 I feel guilty over many things I have
done or should have done.
2 I feel quite guilty most of the time. 3 I feel guilty most of the time. 6 Punishment feelings:
0 I don‟t feel I am being punished. 1 I feel I may be punished. 2 I expect to be punished. 3 I feel I am being punished. 7 Self-dislike:
0 I feel the same about myself as ever. 1 I have lost confidence in myself. 2 I am disappointed in myself. 3 I dislike myself.
8 Self-criticisms:
0 I don‟t criticize or blame myself more than usual.
1 I am more critical of myself than I used to be.
2 I criticize myself for all of my faults. 3 I blame myself for everything bad
that happens.
9 Suicidal thoughts or wishes:
0 I don‟t have any thoughts of killing myself.
1 I have thoughts of killing myself, but I would not carry them out.
2 I would like to kill myself. 3 I would kill myself if I had the
chance.
10 Crying:
0 I don‟t cry anymore than I used to. 1 I cry more than I used to.
2 I cry over every little thing. 3 I feel like crying, but I can‟t. 11 Agitation:
0 I am no more restless or would up than usual.
37
1 I feel more restless or would up than usual.
2 I am so restless or agitated that it‟s hard to stay still.
3 I am so restless that I have to keep moving or doing something. 12 Loss of interest:
0 I have not lost interest in other people or activities.
1 I am less interested in other people or things than before.
2 I have lost most of my interest in other people or things.
3 It‟s hard to get interested in anything. 13 Indecisiveness:
0 I make decisions about as well as ever.
1 I find it more difficult to make decisions than usual.
2 I have much greater difficulty in making decisions than usual. 3 I have trouble making any decision. 14 Worthlessness:
0 I do not feel I am worthless. 1 I don‟t consider myself as
worthwhile and useful as I used to. 2 I feel more worthless as compared to
other people.
3 I feel utterly worthless. 15 Loss of energy:
0 I have as much energy as ever. 1 I have less energy than I used to
have.
2 I don‟t have enough energy to do very much.
3 I don‟t have enough energy to do anything.
16 Changes in sleeping patterns:
0 I have not experienced any change in my sleeping pattern.
1 I sleep somewhat more/less than usual.
2 I sleep a lot more/less than usual. 3 I sleep most of the day/
I wake up 1-2 hours early and can‟t get back to sleep.
17 Irritability:
0 I am no more irritable than usual. 1 I am more irritable than usual. 2 I am much more irritable than usual. 3 I am irritable all the time.
18 Changes in appetite:
0 I have not experienced any change in my appetite.