10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan secara lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan pengertian copingstress dan stress, bentuk-bentuk coping, faktor-faktor penyebab stress, dampak stress, dampak pekerjaan yang berperan sebagai bandar narkoba terhadap stress, serta faktor penyebab yang melatarbelakangi peran bandar narkoba dan jenis-jenis narkoba.
A. Stres
1. Definisi Stres
Stres adalah sesuatu hal yang subjektif. Segala sesuatu hal yang bersifat negatif belum tentu dapat menyebabkan seseorang menjadi stres, begitupula hal yang bersifat belum positif belum tentu terbebas dari pengaruh stres bagi diri seseorang. Menurut Robbins (2001) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Cara terbaik untuk mengetahui bagaimana seseorang sedang mengalami stress adalah dengan melihat
bagaimana respons fisiologis dirinya pada terhadap suatu situasi. (dalam Regan.A.R Gurung, 2010).
Menurut Emiriy & Oltmanns (2000) stress merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang menuntut seseorang untuk melakukan adaptasi secara fisiologis, kognitif dan perilaku. Stress menurut Santrock (2003) adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Sedangkan menurut Selye (dalam Davidson 2006) mengatakan stres diawali dengan reaksi waspada (dalam reaction) terhadap ancaman yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti meningkatnya denyut jantung yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga, jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
2. Penggolongan Stress
Menurut Lazarus (dalam Lubis, 2009) menggolongkan stres menjadi 2 (dua) golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya:
a. Distress (stress negatif)
Distress merupakan stress yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.
ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan tinbul keinginan untuk menghindarinya.
b. Eustress (stress positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuj menciptakan sesuatu, misalnya karya seni.
3. Sumber Stres (Stressor)
Ada 2 (dua) macam faktor penyebab stress menurut Grand. B (dalam Suryo, 2004):
a. Makro: yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan seperti kematian, perceraian , pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Mikro: yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti pertengkaran rumah tangga hebat & tertekan dalam permasalahan keluarga atau pekerja.
4. Tahap Merespon Stress
Menurut Seyle (dalam Durand & Barlow, 2006), menyebutkan 3 (tiga) fase merespon stress, yaitu:
a. Fase Pertama
Semacam respon alarm terhadap bahaya atau ancaman terdekat, bila stress itu berlanjut maka masuk ke tahap selanjutnya.
b. Fase Kedua
Tahap resistensi, dimana kita memobilisasi berbagai mekanisme coping untuk merespon stress.
c. Fase Ketiga
Terakhir bila stres terlalu intens atau berlangsung lama, kita mungkin akan memasuki tahap kepayahan, dimana tubuh kita mengalami kerusakan secara permanen atau kematian.
5. Gejala Stres
Davidson (2006) mengemukakan bahwa ada dua macam gejala-gejala stres, yaitu:
a. Gejala Fisik
Gejala fisik ini meliputi:detak jantung menjadi lebih cepat, tarika nafas yang lebih cepat, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sulit untuk tidur, asma, selalu gelisah.
b. Gejala Psikologis
1) Kognisi
Perhatian menjasi tidak fokus, daya ingat atau konsentrasi menurut, kecepatan merespon selalu berubah-ubah.
2) Emosi
Munculnya rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, marah, gelisah.
3) Tingkah Laku
Sering melamun, selalu murung, penyalahgunaan obat-obatan, tidak memiliki rasa humor, menimbulkan perilaku agresif seperti suka memecahkan barang-barang, berperilaku kasar, membanting pintu.
Menurut Goliszeky (2005), terdapat 3 (tiga) cara untuk mengenali gejala stres, yaitu berdasarkan gejala fisik, emosional, dan perilaku.
Gejala Fisik Gejala Emosional Gejala Perilaku Sakit kepala Kelopak mata berkedip Rasa nyeri di muka Mulut dan tenggorokan kering Sulit menelan sariawan di lidah sakit leher pusing sulit berbicara sakit punggung nyeri otot lemah sembelit gangguan pencernaan mual nafsu makan terganggu jantung berdebar kencang
sering buang air kecil
keringat berlebih hubungan seks
tidak prima
mudah tersinggung suasana hati mudah
berubah depresi kehilangan ingatan hilang konsentrasi Gelisah terhadap hal kecil Mimpi buruk Merasa tidak berdaya
Menarik diri dari orang lain Pikiran kacau Amarah Khawatir Panik Sering menangis Kehilangan control Berkurangnya ketertarikan seksual Mengalami Periode kebingungan Suka menggemetarkan gigi Dahi berkerut
Mengetuk-ngetukan jari dan kaki Menggigit kuku Menarik dan Memutar rambut Merokok Berlebihan Memakai Obat-obatan berlebih Berjalan mondar-mandir Kehilangan ketertarikan pada penampilan fisik Perilaku social berubah Kelambanan kronis Sumber: Goliszeky (2005)
B. Coping
1. Pengertian Coping Stress
Coping adalah proses untuk menata tuntutan yang dianggap membebani atau
melebihi sumber daya kita, Lazarus & Folkman; Lazarus & Launier (dalam Taylor, Peplau, Sears, 2009). Menurut Pestonjee (dalam Setyowati, 2006) coping adalah usaha seseorang dalam mengahadapi stres dan mengatasi ancaman maupun tantangan.
Coping adalah transaksi berseri antara individu yang memiliki satuan sumber
daya, nilai, komitmen, dan lingkungan tempat tinggal dengan sumber dayanya sendiri, tuntutan. Coping bukan merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu tetapi merupakan kumpulan respon yang terjadi setiap waktu, yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan individu tersebut (Yanny, dkk, 2004).
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi coping stress
Sekarsari (dalam Setyowati) berpendapat bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada coping stress seseorang, jadi kepribadian dan sumber coping stress seseorang akan mempengaruhi gaya dan strategi copingnya.
Menurut Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi coping stress, beberapa diantaranya yaitu:
a) Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang paling penting, karena dalam usaha mengatasi stress, individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar.
b) Keyakinan atau Pandangan yang Positif
Keyakinan menjadi sumber psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib, yang akan mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan, yang dapat menurunkan kemampuan strategi coping.
c) Keterampilan dalam Memecahkan masalah
Masalah keterampilan ini meliputi kemauan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternative, sehubungan dengan hasil yang dicapai, dan pada kahirnya melaksanakan rencana, dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d) Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku di masyarakat.
e) Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi, dukungan penentuan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga, saudara, teman, dan masyarakat sekitar.
3. Strategi coping
Chaffin (dalam Zaman, 2010) menjabarkan strategi coping yang dibagi menjadi berikut:
a. Behavioral Strategies of Avoidance: yaitu memisahkan perilaku dari situasi yang menekan dengan upaya menarik diri ataupun mengkonsumsi dan menggunakan secara berlebihan zat-zat seperti obat-obatan dan alcohol. b. Cognitive Strategies of Avoidance Dissociation: yaitu mencegah masuknya
pemikiran yang mengancam kesadaran. Coping jenis ini seperti tidak ingin menceritakan kejadian traumatis yang dialami kepada orang lain, karena dengan menceritakan akan membuatna semakin nyata.
c. Internalized: yaitu membiarkan semua terjadi tanpa harus melupakan kejadian tersebut
d. Anger and the Release of Pain: yaitu reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situaasi yang merangsang jiwa dan pikiran juga termasuk
ancaman agresi, lahiriah, pengekangan diri, kekecewaan atau frustasi dan terkadang kemarahan tersebut dilampiaskan kepada benda-benda disekitarnya. e. Active: pengambilan keputusan langkah untuk memindahkan atau menyiasati
stressor. Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah
cara pandang individu terhadap sumber stress.
4. Dua Tipe Upaya Coping Stress
Coping kejadian yang membuat stress, menurut Lazarus dan Folkman (dalam
Davidson, Neale, Kring 2006), mengidentifikasi dua dimensi coping, yaitu:
a. Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relefan dengan solusinya
b. Coping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional terhadap stress.
C. Narkoba dan Peran Sebagai Bandar Bandar Narkoba
1. Pengertian Narkoba dan Jenis-Jenis Narkoba
Pengertia narkoba manurut Kurniawan (2008) adalah Zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu Narkotika, Psikotopika, dan zat adiktif lainya.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :
a) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b) Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol.
c) Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :
a) Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
b) Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
c) Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d) Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
Rokok
Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).
2. Profesi Bandar Narkoba dan Latar Belakangnya
Menurut Hawari (2002) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa 97 % penyalahguna narkoba adalah remaja. Pada Harian Kompas Kamis, 9 September 1999, Psikolog Sawitri Supardi menyebutkan bahwa Individu yang berada pada tahap perkembangan tersebut umumnya lebih rentan terhadap pengaruh negatif pergaulan, seperti perilaku penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, bahkan tidak berkeinginan menolak saat ditawari untuk sekaligus menjadi pengedar/penjual. Jadi salah satu penyebab seseorang menggunakan narkoba adalah karena pengaruh lingkungan pergaulan, dan kesulitan yang dialami remaja untuk mengekspresikan penolakan terhadap sesuatu. Sebagaimana diutarakan oleh Hawari (2002) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengaruh/bujukan teman merupakan 81,3 % dari awal seseorang menggunakan narkoba. Remaja yang sulit untuk menjadi berbeda dengan teman-temannya biasanya memiliki solidaritas kelompok yang sangat tinggi.