Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kuningan Jawa Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Psikologi
Disusun oleh :
Neneng Nurul Qomariyah
(11710037)
Dosen Pembimbing: Satih Saidiyah, Dipl.Psy., M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
iv
Belajar, gapai impian. Bersyukur, berakhir makmur.
(Ibu)
Beramal Ilmiah, Berilmu Amaliah.
(Ayah)
Slow progress is better than no progress!
(AdeAul)
Take time to THINK. It is the source of power
Take time to READ. It is the foundation of wisdom
Take time to QUIET. It is the opportunity to seek God
Take time to DREAM. It is the future made of
Take time to PRAY. It is the greatest power on earth.
v
Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Adeyati dan Ayah Suhro.
Yang selalu mendoakan dan mendukung ku dalam kondisi apapun. Dorongan,
semangat, dan semua kasih sayangnya tak akan bisa terganti.
Adeku tersayang, Nurul Aulia Dewi.
Yang menjadi teman, sahabat, and the best sister i ever had.
Almamaterku, Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vi
pertolongannya peneliti dapat menyelesaikan karya sederhana ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga tercurah pada Nabi Agung Muhammad
Saw, kepada keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk dan jalan
terang kepada umatnnya.
Penelitian ini merupakan pembahasan singkat mengenai Gambaran
Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage) pada Suami yang Ditinggal Istri
Bekerja Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat. Peneliti merasa sangat terbantu oleh berbagai pihak dalam memberikan
bimbingan dan dukungan, maka dari itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Kamsi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah mendukung
terselesaikannya penelitian ini.
2. Bapak Benny Herlena, S.Psi, M.Psi selaku Kepala Program Studi
Psikologi dan Biro Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memberikan banyak bantuan sehingga penelitian ini bisa diselesaikan
dengan baik.
3. Ibu Sara Palila, S.Psi, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan banyak arahan terkait proses perkuliahan.
vii
5. Ibu Nuristighfari Masri Khaerani, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Penguji I
yang telah bersedia memberikan kritik dan saran sehingga penelitian ini
menjadi lebih baik.
6. Ibu Retno Pandan Arum K, S.Psi., M.Si selaku Dosen Penguji II yang
telah bersedia memberikan kritik dan saran sehingga penelitian ini menjadi
lebih baik.
7. Bapak Sukamto, S.Sos selaku Kepala TU Prodi Psikologi yang telah
mempermudah dalam hal administrasi perkuliahan.
8. Seluruh dosen Prodi Psikologi yang telah banyak mengamalkan ilmu yang
dimilikinya dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang
banyak membantu selama perkuliahan.
9. Seluruh informan penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dan
tempatnya untuk diwawancarai secara lebih mendalam.
10. Bapak Suhendi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Kuningan
yang telah memudahkan peneliti dalam menghimpun data.
11. Bapak Dudi dan Rama Anom yang telah membantu menjelaskan perihal
adat dan budaya Kuningan kepada peneliti.
12. Ibu Ade, Pak Ero, Ateu Vera, Pak Abun, Agus, dan Sandi yang telah
membantu mencari dan mengenalkan peneliti dengan informan.
viii
lot
15. Ibu Tresno dan keluarga atas tempat tinggal dan kekeluargaan yang hangat
seperti dirumah sendiri.
16. Temen-temen diskusi segala hal yang setia mendengarkan keluh kesah
peneliti Nurin, Ayu, Ivada, Novita. See you on top
17. Temen-temen satu bimbingan Wiwit, Septi, Ermas, Alfin, Yati, Kiki,
Zahro, Wira, dan Haydar atas diskusi dan semangatnya untuk bisa
menyelesaikan skripsi sama-sama.
18. Temen-temen Psikologi A 2011 “LOGIKA” atas pertemanan dan
persahabatannya selama ini. Sukses untuk kita semua
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan datu persatu atas segala
bantuannya.
Besar harapan peneliti dengan adanya karya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua dan khususnya bagi pembaca. Terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak diatas yang mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memudahkan segala urusannya. Aamiin.
Yogyakarta, September 2015
Peneliti
Neneng Nurul Qomariyah
NIM. 11710037
ix
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN SURAT KEASLIAN PENELITIAN ... i
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Keaslian Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Budaya ... 20
1. Letak Geografis Budaya ... 20
x
3. Tujuan Pernikahan ... 27
4. Manfaat Pernikahan ... 28
5. Fase-fase dalam Pernikahan ... 29
6. Harmonisasi dalam Keluarga ... 29
C. Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage / LDM) ... 31
1. Definisi Pernikahan Jarak Jauh (LDM) ... 31
2. Alasan Terjadinya Pernikahan Jarak Jauh (LDM) ... 32
3. Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Jarak Jauh (LDM) .... 33
4. Jenis-jenis Pernikahan Jarak Jauh (LDM) ... 34
D. Tenaga Kerja ... 36
1. Pengertian Tenaga Kerja ... 36
2. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ... 36
3. Tenaga Kerja Wanita (TKW) ... 37
E. Permasalahan dalam Pernikahan Jarak Jauh (LDM) ... 37
F. Pertanyaan Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Karakter Penelitian ... 40
B. Fokus Penelitian ... 41
C. Subjek Penelitian ... 41
xi
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ... 49
1. Orientasi Kancah ... 49
2. Persiapan Penelitian ... 50
B. Pelaksanaan Penelitian ... 52
C. Hasil Penelitian ... 53
1. Informan 1 ... 53
a. Profil ... 53
b. Gambaran Pernikahan Jarak Jauh pada Suami ... 57
c. Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Jarak Jauh ... 72
d. Pemaknaan Suami ... 75
2. Informan 2 ... 78
a. Profil ... 78
b. Gambaran Pernikahan Jarak Jauh pada Suami ... 83
c. Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Jarak Jauh ... 96
d. Pemaknaan Suami ... 98
3. Informan 3 ... 101
a. Profil ... 101
b. Gambaran Pernikahan Jarak Jauh pada Suami ... 103
c. Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Jarak Jauh ... 109
xii
B. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 125
LAMPIRAN
xiii
Lampiran 2. Verbatim Wawancara Informan 1 ( Pak Wahyu) Lampiran 3. Catatan Observasi Informan 1 (Pak Wahyu) Lampiran 4. Verbatim Wawancara Informan 2 (Pak Aji) Lampiran 5. Catatan Observasi Informan 2 (Pak Aji) Lampiran 6. Verbatim Wawancara Informan 3 (Pak Dede) Lampiran 7. Catatan Observasi Informan 3 (Pak Dede)
Lampiran 8. Bagan Dinamika Psikologis Informan 1 (Pak Wahyu) Lampiran 9. Bagan Dinamika Psikologis Informan 2 (Pak Aji) Lampiran 10. Bagan Dinamika Psikologis Informan 3 (Pak Dede) Lampiran 11. Dokumentasi
Lampiran 12. Surat Persetujuan Penelitian Informan 1 (Wahyu) Lampiran 13. Surat Persetujuan Penelitian Informan 2 (Aji) Lampiran 14. Surat Persetujuan Penelitian Informan 3 (Dede)
xiv
Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kuningan Jawa Barat)
Neneng Nurul Qomariyah
NIM. 11710037
Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pernikahan jarak jauh
(long distance marriage) pada suami dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh. Subjek penelitian berjumlah 3
orang suami yang ditinggal istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW).
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Hasil dari penelitian ini yaitu ketiga informan
sama-sama tidak menyangka akan tinggal berjauhan dengan istri, ketiga informan
mengaku pertama kali berjauhan dengan istri timbul ada rasa kesepian, selain itu
mereka harus mampu menjalani dua peran sekaligus bagi anak-anaknya yaitu
sebagai ayah dan sebagai ibu. Rasa jenuh pun sering dirasakan oleh ketiga
informan. Kunci utama menjaga pernikahannya tetap bertahan adalah dengan
berkomitmen dan memberi kepercayaan satu sama lain, tidak melakukan hal-hal
negatif yang diluar batas, serta selalu berkomunikasi. Faktor-faktor penyebab
terjadinya pernikahan jarak jauh disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor mikro
dan faktor makro. Faktor mikro lebih dikarenakan adanya kebutuhan ekonomi
yang mendesak dan harus segera dipenuhi yaitu adanya kebutuhan untuk
membangun tempat tinggal sendiri. Adapun faktor makro yang menyebabkan
terjadinya pernikahan jarak jauh menekankan pada keputusan perusahaan yang
menerapkan sistem kontrak kerja.
Kata Kunci: pernikahan jarak jauh, pendapatan ganda, tenaga kerja wanita
(TKW), suami, penelitian kualitatif.
xv
JAWA BARAT)
Neneng Nurul Qomariyah
NIM. 11710037
Psychology of State Islamic Univerity Sunan Kalijaga Yogyakarta
This study aims to reveal the long distance marriage to husband and to
determine the factors that lead to long distance marriage. The research subjects
were three husbands who left their wife work into women workers (TKW). The
research method used the method of qualitative research with phenomenological
approaches. The conclusion of this study is three informants equally not expected
to live far away with his wife, three informant claimed first apart with a wife there
is a sense of loneliness, other than that they should be able to serve two roles at
the same time for their children is as a father and as a mother. Boredom was often
perceived by the three informants. To maintaining marriage survive is to commit
and give confidence each other, do not do negative things that are beyond the
limits, and always communicate. Factors that cause the occurrence of long
distance marriage is caused by two factors, namely micro factor and macro
factors. Micro factor more due to the economic needs urgent and must be met,
namely the need to build their own shelter. The macro factors that lead to long
distance marriage emphasis on the company's decision to implement the contract
system of employment .
Keywords:
long distance marriage, dual earning, women workers, husband,
1
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan momen penting dan sakral bagi seluruh pasangan
pria dan wanita. Tanpa adanya sebuah pernikahan tentu tidak akan tercipta sebuah
keluarga dan tidak akan mampu melahirkan keturunan-keturunan baru.
Pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006) diartikan sebagai komitmen yang
sah antara dua orang untuk saling berbagi keintiman baik secara fisik maupun
emosi, berbagi tugas, dan berbagi sumber penghasilan. Pasangan yang
memutuskan untuk menikah pasti memiliki harapan dan tujuan yang ingin
dicapainya. Selain untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan memperoleh
keturunan, tujuan lainnya yaitu untuk menumbuhkan kesungguhan berusaha
mencari rezeki penghidupan yang halal dan memperbesar rasa tanggungjawab
(Harahap dalam Mardani, 2011). Bekerja untuk mencari rezeki biasanya
dilakukan oleh salah satu pasangan dan umumnya dikerjakan oleh suami sebagai
kepala keluarga yang menafkahi istri dan anak-anaknya. Namun, tidak menutup
kemungkinan bagi istri untuk bekerja membantu pendapatan suami agar
kebutuhan rumah tangganya dapat terpenuhi.
Memilih pekerjaan yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan kondisi
keluarga tidaklah mudah. Salah satunya karena alasan sulitnya lapangan pekerjaan
yang tersedia. Belakangan ini semakin banyak pasangan suami istri yang tinggal
terpisah dan harus menjalani pernikahan jarak jauh karena alasan pekerjaan.
Rhodes (2002) menjelaskan pernikahan jarak jauh atau dengan istilah commuter
marriage adalah pria dan wanita dalam pernikahan yang memiliki dua karir,
dimana masing-masing mempunyai keinginan untuk mempertahankan pernikahan
namun secara sukarela juga memilih untuk tinggal berjauhan dan menjaga karir
masing-masing sehingga pasangan tersebut merasakan komitmen yang kuat.
Survey data sensus di Amerika Serikat pada tahun 1990, lebih dari 28 juta
pasangan yang menikah 54% diantaranya merupakan pekerja dan lebih dari 60%
pekerja adalah perempuan yang sudah menikah. Lebih dari 1 juta pasangan di
Amerika Serikat tinggal terpisah sehingga keintiman suami istri menjadi
berkurang. Karir ganda antara suami dan istri serta banyaknya perempuan yang
berkarir untuk mewujudkan keinginannya menjadikan pernikahan jarak jauh (long
distance marriage) menjadi semakin wajar dan biasa terjadi (Foryth and
Gramling, 1998). Selain karir ganda, keinginan untuk memiliki pendapatan ganda
(dual earning) pun menjadi alasan meningkatnya pernikahan jarak jauh. Tentu
saja menjalani pernikahan macam ini bukanlah hal yang mudah dan tidak sedikit
pasangan yang akhirnya melakukan perbuatan yang negatif seperti perselingkuhan
atau bahkan memilih mengakhiri pernikahannya dengan alasan jenuh dan tidak
bisa lagi menjalani hubungan pernikahan jarak jauh. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jannah, D.K (tanpa tahun) dalam jurnal yang
berjudul “Faktor Penyebab dan Dampak Perselingkuhan dalam Pernikahan
Jarak Jauh” yang menyebutkan bahwa secara umum perselingkuhan ini terjadi
karena adanya jarak yang memisahkan suami dan istri. Pernikahan jarak jauh yang
dijalani oleh subjek dalam penelitian ini mengakibatkan beberapa kebutuhan tidak
terpenuhi, seperti kebutuhan seksual, kebutuhan untuk diakui dan mendapat
perhatian, serta adanya pandangan permisif terhadap perselingkuhan.
Tak terkecuali di Indonesia, kini semakin banyak pasangan suami istri
yang menjalani pernikahan jarak jauh (long distance marriage). Umumnya
pasangan ini memilih atau terpaksa menjalaninya demi mengejar profesi
masing-masing atau murni karena keterbatasan ekonomi. Masalah pekerjaan atau
pendidikan biasanya menjadi alasan utama pasangan ini untuk menjalani
pernikahan jarak jauh. Istri pun bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan
dengan tujuan membantu meringankan beban suami demi tercapainya keinginan
bersama. Dalam kondisi tersebut, bekerja diluar negeri menjadi salah satu pilihan
alternatif yang menjanjikan dengan cara mendaftarkan diri menjadi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) atau lebih tepatnya menjadi tenaga kerja wanita (TKW),
mengingat terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Menurut data dari
BNP2TKI yang diolah Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker)
menyebutkan bahwa di Indonesia, penempatan TKI berdasarkan jenis kelamin
dari tahun 2011 sampai 2013 didominasi oleh perempuan. Terakhir pada tahun
2013 jumlah perempuan yang bekerja sebagai TKI berjumlah 54,08% dan
laki-laki berjumlah 45,92%.
Penempatan tenaga kerja ke luar negeri tahun 2014
periode Januari sampai dengan Juni, jenis kelamin laki-laki sebesar 40,57%, dan
untuk perempuan sebesar 59,43%. Hal ini menunjukkan bahwa TKI perempuan
(TKW) masih sangat mendominasi dalam jumlahnya yang lebih banyak daripada
laki-laki. Sedangkan menurut provinsi yang menempatkan TKI diatas 10.000
orang periode Januari sampai dengan Juni tahun 2014 terdapat di 4 (empat)
provinsi tertinggi yaitu provinsi Jawa barat sebesar 25,70%, provinsi Jawa Tengah
sebesar 20,34%, provinsi Jawa Timur sebesar 18,15%, provinsi Nusa Tenggara
Barat sebesar 13,67%, dan provinsi lainnya dibawah 5%.
Selain itu, dari tahun
2011-2013 jenis jabatan yang diisi oleh TKI yaitu sebagai housemaid (pembantu
rumah tangga) mengalami peningkatan di tahun 2012 sebesar 54,10% dari tahun
2011, sedangkan tahun 2013 meningkat sebesar 3,74% dari tahun 2012. Jabatan
housemaid (pembantu rumah tangga) adalah jenis jabatan yang tiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2011 di Jawa Barat, penempatan
tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri didominasi oleh pekerja berjenis
kelamin perempuan yaitu berjumlah 1680 jiwa yang tersebar di berbagai negara,
sedangkan laki-laki berjumlah 1474 jiwa. Lebih mengerucut di Kabupaten
Kuningan menurut data dari Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten
Kuningan menyebutkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 117 jiwa yang bekerja
sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), 3 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan
114 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan didominasi oleh perempuan
dengan jabatan housemaid (pembantu rumah tangga) berjumlah 87 jiwa. Jabatan
lainnya tidak lebih dari 10 jiwa seperti penjaga rumah (housekeeper), operator
alat, industri bangunan, dan supir. Tenaga kerja Indonesia di Kabupaten Kuningan
pada tahun 2013 secara keseluruhan didominasi oleh tenaga kerja wanita (TKW)
yang bekerja sebagai housemaid yang tersebar di beberapa negara.
Sebuah pernikahan disebut ideal ketika pasangan tinggal seatap dan tidur
di tempat tidur yang sama. Pasangan suami istri tinggal bersama satu rumah dan
tidak tinggal berjauhan. Jika istri memilih bekerja, pekerjaan tersebut seharusnya
tidak membuat jarak bagi pasangan suami dan istri sehingga tetap mampu
mengurus dan membesarkan anak bersama-sama, serta saling berbagi peran dalam
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan aktifitas lainnya. Pasangan suami istri
tidak terpisah jarak dengan alasan pekerjaan dan lain sebagainya, namun kini
seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, pasangan suami
istri memiliki pilihan untuk tinggal berjauhan demi kehidupan yang lebih baik
meskipun dengan sedikit terpaksa dan harus merasakan kesulitan terlebih dahulu.
Hidup berjauhan setelah menikah bagi suami yang ditinggalkan istri
bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) ini memiliki dinamika tersendiri dan
tentunya akan lebih sulit dijalani. Suami harus mampu berperan ganda sebagai
ayah dan ibu bagi anak-anaknya, suami pun harus tetap menjadi kepala keluarga
yang bertanggungjawab memberi penghidupan bagi keluarganya, serta tugas
keseharian lainnya harus dikerjakan sendiri tanpa dibantu oleh istri. Hal tersebut
dibuktikan melalui penelitian Marini, L dan Julinda (tanpa tahun) dalam jurnal
psikologi yang berjudul “Gambaran Kepuasan Pernikahan Istri pada Pasangan
Commuter Marriage” menyebutkan bahwa wanita lebih mudah dan nyaman
ketika berpisah dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita dapat
menikmati pekerjaannya secara penuh yang tidak selalu dapat diperoleh ketika
tinggal bersama (Gross, 1980 dalam Hendrik & Hendrik, 1992). Selain itu, bagi
wanita dapat meningkatkan keinginan untuk aktualisasi diri, kemampuan
komunikasi, dan fleksibilitas tanpa harus bertemu dan hanya menggunakan media
komunikasi seperti telepon dan email (Winfield, 1985 dalam Hendrik & Hendrik,
1992) sehingga dapat dikatakan bahwa pria lebih sulit berpisah dan tinggal
berjauhan dibandingkan dengan wanita.
Menurut Sahara, E (2013) menjelaskan bahwa untuk menciptakan
keluarga yang harmonis, suami harus mampu berperan sebagai pemimpin rumah
tangga dan pelindung keluarga, mampu menghidupi keluarga dengan rezeki yang
halal, pandai mengatur strategi, pandai memotivasi, serta berkomunikasi yang
baik. Sementara itu, peran istri harus mampu menjadikan rumah sebagai tempat
tinggal yang menyenangkan bagi keluarga, serta siap untuk melahirkan keturunan
dan mendidik anak-anaknya.
Kebiasaan yang terjadi di Kuningan Jawa Barat, banyak penduduknya baik
laki-laki atau perempuan yang pergi merantau ke luar kota Kuningan dengan
harapan
mendapatkan
pekerjaan
sehingga
mampu
mengubah
kondisi
perekonomian keluarga. Tidak hanya ke luar kota saja, negara-negara selain
Indonesia pun menjadi tujuan untuk bekerja sehingga orang yang bersangkutan
harus meninggalkan tanah air terutama meninggalkan keluarganya dan tinggal
terpisah dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menjadi jalan keluar yang sering
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Kuningan karena semata-mata hanya
berorientasi pada besarnya penghasilan yang didapatkan. Kebanyakan masyarakat
Kuningan menganggap jika bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta ataupun di
luar negeri sebagai TKI atau TKW, kehidupan ekonominya akan meningkat. Hal
ini ditandai dengan gaya hidup perkotaan yang dibawa para perantau ketika
pulang ke kampung halaman misalnya terlihat dari cara berpakaian, gaya bicara,
serta kepemilikan fasilitas penunjang lainnya seperti gadget canggih dan
kendaraan pribadi. Dari tampilan fisik yang berubah memunculkan pandangan di
masyarakat Kuningan bahwa bekerja di perantauan akan cepat membuahkan hasil
tanpa peduli resiko dan kesulitan apa yang akan dirasakan termasuk harus
berpisah dengan keluarga, terutama bagi pasangan yang sudah menikah
kemungkinan untuk menjalani pernikahan jarak jauh semakin besar.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 31 Juli 2015 dengan Pak Wahyu
(nama samaran) berusia 41 tahun yang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel
mengatakan bahwa pak Wahyu rela berjauhan tinggal dengan istrinya agar
tujuannya untuk memiliki tempat tinggal sendiri segera tercapai. Alasan lain pak
Wahyu memilih untuk menjalani pernikahan jarak jauh agar pendapatan yang
diperoleh istrinya bisa digunakan untuk biaya sekolah anak-anaknya. Menurut pak
Wahyu, keberangkatan istri bekerja ke luar negeri tidak mendapat paksaan dari
pihak manapun, murni karena keinginan sendiri untuk kehidupan yang lebih baik.
“Yah pertama, kan sudah berumah tangga ya, maunya itu punya tempat
tinggal sendiri, ya itu sih tujuannya punya tempat tinggal sendiri, ya
Alhamdulillah kan sekarang udah ada, tapi belum kelar. Nah terus yang
kedua ya mungkin itu buat bisa menyekolahkan anak, ya gitu sih udah.
Terus kalo sukanya kan Alhamdulillah berkat kerja keras kan ya dapet
tempat tinggal, kalo istri saya ga kesana mah ya ga mungkin. Ya emang
awalnya saya juga ga mendukung ya abis gimana lagi, ntar kalo
ditahan-tahan juga gimana kedepannya, tar banyak omong malah nanti disalahin
juga, cuman ya itu karena kebutuhan karena keinginan istri saya juga ga
ada paksaan ga ada apa.”
(Pre-eliminary dengan Pak Wahyu (nama samaran), 28 April 2015)
Berdasarkan pre-eliminary diatas, peneliti tertarik dan ingin melihat secara
lebih mendalam tentang gambaran pernikahan jarak jauh dari sudut pandang
suami yang ditinggalkan istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW)
terutama kondisi psikologis suami dan kehidupan keluarganya dalam
mempertahankan pernikahan.
Fokus permasalahan pada penelitian ini terletak pada bagaimana suami
menjalani pernikahan jarak jauh serta apa saja faktor yang mempengaruhi dan
dampak yang ditimbulkan dari pernikahan jarak jauh bagi suami dan keluarganya.
Untuk menjaga keharmonisan sebuah keluarga dalam pernikahan yang ideal perlu
terciptanya kedekatan antar anggota keluarga, maka dari itu hal ini dirasa penting
untuk diteliti mengingat semakin banyaknya pasangan yang rela tinggal berjauhan
demi tercapainya sebuah tujuan yang tanpa disadari memberi dampak baik positif
maupun negatif pada pernikahan dan keharmonisan kehidupan keluarganya.
Peneliti membatasi gambaran pernikahan jarak jauh (long distance
marriage) ini dari mulai alasan yang melatarbelakangi menjalani pernikahan jarak
jauh, keadaan selama menjalani pernikahan jarak jauh, kondisi psikologis suami
dan dampak yang dirasakan ketika harus berjauhan dengan istri, hingga pengaruh
budaya terhadap gaya hidup keluarga di Kuningan Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan beberapa masalah
yang muncul dalam penelitian ini yaitu mengenai:
1. Gambaran pernikahan jarak jauh (long distance marriage) pada suami.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh.
3. Pemaknaan suami dalam menjalani pernikahan jarak jauh.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pernikahan jarak jauh
(long distance marriage) pada suami, untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh, serta untuk mengetahui
bagaimana suami memaknai pernikahan jarak jauh tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dalam keilmuan psikologi terutama
dalam ranah psikologi sosial dan psikologi keluarga kaitannya dengan
membina dan mempertahankan pernikahan khususnya pernikahan jarak
jauh (long distance marriage).
2. Manfaat Praktis
Sebagai gambaran untuk menciptakan rumah tangga dan keluarga
yang sehat, baik sehat secara fisik maupun sehat secara mental. Tidak
tertuju pada individu saja namun mencakup unit terkecil yaitu keluarga.
Selain itu, memberikan pemahaman bagi pasangan yang menikah untuk
mempertimbangkan dan mengambil keputusan dengan cermat sebelum
memutuskan menjalani pernikahan jarak jauh (long distance marriage).
E. Keaslian Penelitian
Review artikel yang dilakukan oleh Rhodes, A.R (2002) yang berjudul
“Long Distance Relationships in Dual Career Commuter Couples: A Review of
Counseling Issues” dalam The Family Journal: Counseling And Therapy For
Couples And Families, Vol. 10 No. 4, hal 398-404 merupakan pembahasan
tentang pasangan dual career atau dengan kata lain kedua pasangan sama-sama
bekerja dan berkarir yang sebelumnya telah dipublikasi pada tahun 1982 oleh
Grestel and Gross. Artikel ini menjelaskan terkait konseling perkawinan,
karakteristik keluarga dual career, karakteristik keluarga yang tinggal berjauhan,
dan tipe-tipe pengambilan keputusan dalam keluarga. Rhodes menyarankan
adanya sebuah penelitian dengan teknik nonrandom dan snowball sampling.
Penelitian dilakukan bukan sebatas membedakan antara pasangan yang tinggal
berjauhan dengan yang tidak tinggal berjauhan, namun melibatkan anak pasangan
masing-masing. Kesimpulan dari review ini menyebutkan bahwa pasangan dual
career yang tinggal berjauhan semakin berkembang. Hal ini sangat penting bagi
para konselor untuk menyiapkan cara dalam mengarahkan karir dan hubungan
pasangan agar semua pasangan dual career yang tinggal berjauhan tetap produktif
dan sehat secara fisik maupun mental.
Jurnal penelitian yang berjudul “Together and Apart: Spatial Tactics of
Women in Seafaring and Commuting Households in Taiwan” yang ditulis oleh
Liu,Y. and Chiang, L.N. (2012) National Taiwan University dalam Pacific Asia
Inquiry, Volume 3, Number 1 meneliti tentang kehidupan wanita untuk mencapai
pernikahan jarak jauh. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan
teknik snowball sampling. Penelitian ini melibatkan 10 orang wanita dengan
rentang usia antara 30-59 tahun. 4 orang wanita tinggal berjauhan, 2 orang wanita
memiliki suami yang tinggal berjauhan, dan 4 orang wanita memiliki suami
sebagai awak kapal dan sering berlayar di laut. Wawancara dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh informasi tentang proses pembuatan keputusan untuk
tinggal terpisah dan berjauhan. Selain itu, peneliti menggali informasi tentang cara
pasangan berkomunikasi serta bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga
yang tinggal terpisah. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu rumah tangga sebuah
keluarga yang terpisah mampu memberikan berbagai kesempatan bagi para wanita
untuk mengontrol kehidupannya sendiri, dan kekuatan hubungan dalam
pernikahannya itulah yang akan mengubah hasil akhirnya. Selain itu, pasangan
yang membuat keputusan bersama untuk menjalani pernikahan jarak jauh dan
tinggal terpisah akan berdampak lebih baik terhadap pernikahannya kelak.
Jurnal penelitian dalam Journal Of Marriage And The Family yang
berjudul “Dual-Career Couples Who Live Apart: Two Types” yang ditulis oleh
Gross, H.E (1980) meneliti tentang dua tipe pasangan dual career yang tinggal
berjauhan. Penelitian ini dilakukan pada 43 responden dengan rincian 26
responden berstatus istri dan 17 responden berstatus suami. 28 responden
diantaranya sama-sama menjalani dual career, dengan rincian 15 responden
merupakan pasangan dual career, 11 responden hanya istri yang dual career, dan
2 responden suami dual career. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teori tentang tipe pasangan dual career yang tinggal berjauhan,
yaitu tipe adjusting dan tipe established. Metode yang digunakan oleh peneliti
yaitu dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan
wawancara responden. Kesimpulan dari penelitian ini menemukan bahwa
pasangan established atau dengan kata lain pasangan yang sudah lama menikah,
pasangan yang sudah lama berkarir, dan pasangan yang mempunyai tanggung
jawab dalam mengurus anak mempunyai kehidupan yang lebih damai, lebih
terbiasa, dan tidak mengalami stres berkepanjangan dalam menjalani rumah
tangganya dibandingkan dengan pasangan adjusting.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Anderson, E.A dan Spruill, J.W (1993)
yang berjudul “The Dual-Career Commuter Family: A Lifestyle on the Move”
dalam Marriage & Family Review (The Haworth Press, Inc.) Vol. 19, meneliti
tentang pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh dan tinggal terpisah di kota
yang berbeda. Penelitian ini melihat dari segi peranan dalam keluarga, divisi kerja
pasangan, dan pengambilan keputusan untuk menjalani hubungan jarak jauh.
Teori yang digunakan meliputi karakteristik pernikahan jarak jauh, divisi kerja
pasangan, tingkat stres dalam pasangan yang sama-sama bekerja, dan isu tentang
pengambilan keputusan. Sampel yang diambil berjumlah 39 pasangan dengan
kriteria minimal 3 bulan menjalani pernikahan jarak jauh dan tinggal di tempat
yang terpisah minimal 3 hari dalam seminggu dengan rata-rata usia 35 tahun.
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-random snowball pada 82
pasangan, 39 diantaranya merupakan pasangan yang menjalani pernikahan jarak
jauh. Pengukuran dilakukan dengan skala berjumlah 26 item. 22 item diadopsi
dari Regional Time Studies, tahun 1984 dan 4 item dari keseharian yang muncul di
keluarga pasangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tugas rumah
tangga tetap menjadi tanggung jawab pasangan tersebut, namun posisi wanita
sebagai istri tetap mempunyai peranan paling penting dalam mengatur rumah
tangga. Selain itu, pasangan yang memutuskan untuk menjalani pernikahan jarak
jauh terlebih karena mempertahankan pekerjaan dan karir yang sudah didapat.
Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa setiap pasangan harus
mereview dan membagi tugas dalam rumah tanggany, pasangan juga harus
menilai dan mengoreksi stabilitas hubungan supaya pernikahannya tetap awet, dan
dengan adanya proses pengambilan keputusan untuk menjalani pernikahan jarak
jauh berpotensi untuk mengubah gaya hidup pasangan tersebut.
Jurnal penelitian yang berjudul “Quality Of Life In Dual-Career Families:
Commuting Versus Single Residence Couples” yang ditulis oleh Bunker, B.B.,
Zubek, J.M., Vanderslice, V.J., and Rice, R.W (1992) dalam Journal Of Marriage
And Family, Vol. 54, No. 2, meneliti tentang kualitas hidup pria dan wanita yang
berpasangan baik yang pulang pergi setiap harinya maupun yang tinggal sendiri
dan berjauhan dengan pasangannya. Sampel yang diambil berjumlah 90 pasangan
yang pulang pergi dan 133 pasangan yang tinggal sendiri dengan pengambilan
sampel menggunakan teknik snowball. Pengukuran dilakukan dengan mengitung
2 aspek yaitu kepuasan dan tingkat stres pasangan. Analisis datanya menggunakan
ANOVA dengan membandingkan kualitas hidup kedua jenis pasangan tersebut.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
pada kedua jenis pasangan dilihat dari kepuasan dan tingkat stresnya. Pasangan
bekerja yang pulang pergi setiap harinya lebih puas dengan pekerjaan dan waktu
yang dimilikinya sendiri, tidak lebih stres dari pasangan yang tinggal sendiri di
rumahnya. Namun pasangan bekerja yang memilih untuk pulang pergi setiap
harinya memiliki masalah dalam pengeluaran. Selain itu ada ketidakpuasan dalam
hidupnya terutama kepada pasangan dan keluarganya. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa gaya hidup pasangan yang pulang pergi setiap harinya mempunyai
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan yang tinggal di
rumahnya sendiri, sedangkan pasangan bekerja yang tinggal sendiri di rumahnya
memungkinkan untuk merasa banyak tekanan, stres, dan tidak puas dengan
hidupnya.
Artikel dalam jurnal yang berjudul “Sosio-Economic Factors Affecting The
Rise Of Commuter Marriage” ditulis oleh Forsyth, C.J dan Gramling, R (1998)
dalam International Journal of Sociology of the Family 1998, Vol. 28 (Autumn):
No. 2; 93-106 menemukan pembahasan tentang faktor-faktor penyebab
meningkatnya commuter marriage, meliputi faktor mikro dan faktor makro.
Faktor mikro mengacu pada keputusan dari karyawan sebagai tenaga kerja
sedangkan faktor makro mengacu pada keputusan perusahaan. Data penelitian
didapat dari sejumlah pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh (commuter
marriage)
Jurnal penelitian yang berjudul “Keterbukaan Komunikasi Interpersonal
Pasangan Suami Istri Yang Berjauhan Tempat Tinggal” yang ditulis oleh Eliyani,
E.R (2013) dalam Ejournal Ilmu Komunikasi Volume 1 Nomor 2 tahun 2013
halaman 85-94 meneliti tentang seberapa besar keterbukaan komunikasi yang
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan membatasi kerangka teori yaitu
komunikasi interpersonal, hubungan interpersonal, dan faktor penyebab pasangan
suami istri tinggal berjauhan. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara, observasi, internet searching, library research, dan
dokumentasi dengan informan penelitian berjumlah tiga orang pasangan suami
istri yang tinggal berjauhan. Hasil penelitian dari ketiga informan tersebut
diketahui bahwa pekerjaan dan tuntutan ekonomi menjadi faktor utama yang
menyebabkan pasangan suami istri tinggal berjauhan. Adapun faktor yang
mempengaruhi keterbukaan komunikasi dipengaruhi oleh kepercayaan pasangan
tersebut, keintiman, berfikir positif, serta saling mendengarkan satu sama lain.
Beberapa masalah yang muncul pada informan penelitian terkait dengan perasaan
dan prasangka negatif terhadap pasangan, saling curiga, dan ketidakpercayaan
terhadap pasangan. Hasil lain yang didapat yaitu cara menjaga keterbukaan
komunikasi dengan meningkatkan intensitas komunikasi dan memahami isi
pembicaraan yang sering dilakukan pasangan. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini menyebutkan bahwa jarak yang jauh tidak menghambat pasangan
dalam membina hubungan rumah tangga. Selain itu, kesimpulan lain yang didapat
bahwa keterbukaan komunikasi lebih banyak dilakukan oleh istri dibandingkan
dengan suami.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Margiani, K dan Ekayati, I.N (2013)
yang berjudul “Stres, Dukungan Keluarga, dan Agresivitas Pada Istri yang
Menjalani Pernikahan Jarak Jauh” dalam Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
keluarga terhadap agresivitas istri. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif
dengan incidental sampling berjumlah 53 orang istri yang menjalani pernikahan
jarak jauh. Alat ukur menggunakan variabel agresivitas dengan menggunakan
skala likert. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel stres dan dukungan keluarga
berkorelasi sangat signifikan dengan variabel agresivitas. Untuk korelasi antar
variabel, variabel stres tidak berkorelasi dengan agresivitas, tetapi variabel
dukungan keluarga berkorelasi negatif sangat signifikan dengan variabel
agresivitas.
Berdasarkan penelitian yang telah diulas sebelumnya terdapat beberapa
persamaan yang dapat digolongkan berdasarkan tema, teori yang digunakan,
metode penelitian, dan subjek penelitian.
1. Persamaan Tema
Penelitian ini mengangkat tema tentang pernikahan jarak jauh yang
didalamnya menyinggung tentang commuter marriage serta kaitannya
dengan pasangan karir ganda (dual career). Persamaan tema dengan
peneliti sebelumnya terdapat pada 7 dari 8 jurnal yang telah direview
oleh peneliti kecuali pada artikel yang berjudul “Sosio-Economic
Factors Affecting The Rise Of Commuter Marriage” ditulis oleh
Forsyth, C.J dan Gramling, R. dalam International Journal of
Sociology of the Family 1998, Vol. 28 (Autumn): No. 2; 93-106
menekankan tema umum pada faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pernikahan jarak jauh (commuter marriage).
Peneliti menggunakan teori yang sama dengan Journal Of Marriage
And The Family tahun 1980 yang berjudul “Dual-Career Couples Who
Live Apart: Two Types” yang ditulis oleh Gross, H.E meneliti tentang
dua tipe pasangan dual career yang tinggal berjauhan. Teori yang
digunakan yaitu tipe pasangan dual career meliputi tipe adjusting
couple dan established couple. Selain itu, kesamaan teori tentang
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh yang
ditulis oleh peneliti terdapat pada artikel yang berjudul
“Sosio-Economic Factors Affecting The Rise Of Commuter Marriage” ditulis
oleh Forsyth, C.J dan Gramling, R. dalam International Journal of
Sociology of the Family 1998, Vol. 28 (Autumn): No. 2; 93-106.
3. Persamaan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Hal ini sejalan dengan metode penelitian
yang digunakan oleh Gross, H.E dalam Journal Of Marriage And The
Family tahun 1980 yang berjudul “Dual-Career Couples Who Live
Apart: Two Types” dengan teknik pengumpulan data wawancara.
Adapun penelitian yang berjudul “Keterbukaan Komunikasi
Interpersonal Pasangan Suami Istri Yang Berjauhan Tempat Tinggal”
yang ditulis oleh Eliyani, E.R dalam Ejournal Ilmu Komunikasi
Volume 1 Nomor 2 tahun 2013 halaman 85-94 menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, internet searching, dan dokumentasi.
4. Persamaan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu berfokus pada suami yang menjalani
pernikahan jarak jauh (long distance marriage) berjumlah tiga orang.
Penelitian yang berjudul “Keterbukaan Komunikasi Interpersonal
Pasangan Suami Istri Yang Berjauhan Tempat Tinggal” yang ditulis
oleh Eliyani, E.R dalam Ejournal Ilmu Komunikasi Volume 1 Nomor 2
tahun 2013 halaman 85-9 mengambil subjek penelitian berjumlah 3
orang namun pada pasangan suami-istri yang menjalani pernikahan
jarak jauh. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah
subjek yang diteliti.
Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya terletak pada subjek
yang diteliti yaitu dalam penelitian ini informan penelitian hanya suami dari
keluarga tenaga kerja wanita (TKW) yang sedang menjalani pernikahan jarak jauh
(commuter marriage), sedangkan dalam jurnal “Together and Apart: Spatial
Tactics of Women in Seafaring and Commuting Households in Taiwan” yang
ditulis oleh Liu,Y. and Chiang, L.N. (2012) melibatkan 10 orang wanita yang
sudah menikah dan menjalani pernikahan jarak jauh dengan suaminya. Adapun
dalam empat jurnal yang telah direview oleh peneliti yaitu Journal Of Marriage
And The Family yang berjudul “Dual-Career Couples Who Live Apart: Two
Types” yang ditulis oleh Gross, H.E (1980), jurnal yang berjudul “The
Dual-Career Commuter Family: A Lifestyle on the Move” dalam Marriage & Family
Review (The Haworth Press, Inc.) Vol. 19, yang ditulis oleh Anderson, E.A dan
Versus Single Residence Couples” yang ditulis oleh Bunker, B.B., Zubek, J.M.,
Vanderslice, V.J., and Rice, R.W (1992) dalam Journal Of Marriage And Family,
Vol. 54, No. 2, dan jurnal penelitian yang berjudul “Keterbukaan Komunikasi
Interpersonal Pasangan Suami Istri Yang Berjauhan Tempat Tinggal” yang
ditulis oleh Eliyani, E.R (2013) dalam Ejournal Ilmu Komunikasi Volume 1
Nomor 2 tahun 2013 halaman 85-94, subjek penelitiannya melibatkan pasangan
suami dan istri. Selain itu, penelitian ini melihat gambaran pernikahan jarak jauh
secara keseluruhan dari sudut pandang suami yang ditinggalkan istri bekerja
menjadi tenaga kerja wanita (TKW) termasuk didalamnya membahas dampak
psikologis pada suami yang ditinggalkan.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang telah dibahas diatas,
terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan secara lebih rinci
mengenai pernikahan jarak jauh. Peneliti memilih menggunakan istilah Long
Distance Marriage (LDM) karena bahasan pernikahan di dalamnya lebih luas dan
mencakup keseluruhan tipe pernikahan jarak jauh. Akan tetapi, penggunaan istilah
tidak mengubah arti harfiah dari pernikahan jarak jauh itu sendiri sehingga
sedikitnya terdapat kesamaan dengan istilah-istilah lain seperti long distance
relationship, dan commuter marriage. Maka dari itu, penelitian yang berjudul
“Gambaran Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage) pada Suami yang
Ditinggal Istri Bekerja Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)” yang
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini belum
pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Hal inilah yang membuat penelitian ini
menjadi pembeda dan bersifat orisinal dari penelitian-penelitian sebelumnya.
121
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
mengenai gambaran pernikahan jarak jauh (long distance marriage) pada suami
yang ditinggalkan istri bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) antara lain
sebagai berikut:
1. Gambaran pernikahan jarak jauh (long distance marriage) pada ketiga
informan penelitian menunjukkan bahwa pada awalnya ketiga informan
sama-sama tidak menyangka akan tinggal berjauhan dengan istri, namun
karena adanya keinginan untuk memiliki tempat tinggal sendiri, maka
ketiga informan mengizinkan istrinya untuk bekerja di luar negeri sebagai
tenaga kerja wanita (TKW) agar mendapat penghasilan tambahan. Ketiga
informan mengaku pertama kali ditinggalkan ada rasa kesepian yang
dirasakan, selain itu ketiga informan harus mampu menjalani dua peran
sekaligus bagi anak-anaknya yaitu sebagai ayah dan sebagai ibu. Ketiga
informan mengalami kesulitan terutama dalam mengurus anak-anaknya
yang masih kecil, bahkan ketiga informan pun harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan rumah dengan
seorang diri. Rasa jenuh yang sering dirasakan ketiga informan ditanggapi
dengan perilaku yang berbeda-beda, pak Wahyu dan pak Dede mengatasi
rasa jenuhnya dengan mencari hiburan dan sesekali bermain dengan
anak-anaknya. Sedangkan pak Aji lebih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan
dan menyalurkan hobinya memelihara burung. Ketiga informan menjaga
pernikahannya tetap berjalan hingga sekarang karena ada komitmen dan
kepercayaan yang selalu dipegang. Saling percaya satu sama lain dan tidak
melakukan hal-hal negatif yang diluar batas, serta selalu berkomunikasi
menjadi kunci utama ketiga informan mempertahankan pernikahannya.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan jarak jauh (long distance
marriage) disebabkan oleh dua faktor, yaitu fakto mikro dan faktor makro.
Fakto mikro lebih dikarenakan adanya kebutuhan ekonomi yang mendesak
dan harus segera dipenuhi yaitu adanya kebutuhan untuk membangun
tempat tinggal sendiri. Dalam fenomena ini, ketiga informan sama-sama
memiliki tujuan untuk bisa membangun tempat tinggal sendiri yang
terpisah dari orang tuanya. Selain itu, adanya kemauan dari istri ketiga
informan untuk bekerja tanpa paksaan demi mendapatkan penghasilan
tambahan sehingga keinginannya bisa segera terwujud. Adapun faktor
makro yang menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh menekankan
pada keputusan perusahaan yang menerapkan sistem kontrak kerja
minimal selama dua tahun, dan selama itu pula istri ketiga informan yang
bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) tidak diperbolehkan pulang
sebelum kontrak kerjanya selesai. Bahkan setelah kontrak kerja habis, istri
ketiga informan melanjutkan lagi bekerja di luar negeri dengan alasan agar
biaya untuk membuat rumah lebih cepat terkumpul sehingga bisa cepat
selesai.
3. Pemaknaan dari setiap informan dalam menjalani pernikahan jarak jauh
ada beberapa kesamaan, yaitu sama-sama merasakan kesepian dan
kehilangan di awal-awal keberangkatan istri ke luar negeri serta kesulitan
dalam mengurus anak-anak dan rumah tangganya. Ketiga informan
sama-sama menjalaninya dengan pasrah dan sabar, berharap keberangkatan istri
bekerja sebagai tenaga kerja wanita ke luar negeri membuahkan hasil yang
bisa dibawa pulang. Ketiga informan pun belum bisa memastikan apakah
setelah habis kontrak akan mengizinkan istrinya untuk melanjutkan lagi
bekerja di luar negeri atau tidak, yang jelas selama tujuan utamanya belum
tercapai istri ketiga informan masih akan melanjutkan bekerja di luar
negeri untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
B. Saran
Menindaklanjuti hasil penelitian ini, adapun saran-saran yang diajukan
oleh peneliti, yaitu:
1. Informan dan keluarga
Diharapkan informan dan keluarga mampu membuat keputusan
yang matang dengan berdiskusi satu sama lain sebelum akhirnya
menjalani pernikahan jarak jauh dan mempertimbangkan resiko yang
kemungkinan terjadi. Informan dan keluarga tetap menjaga komunikasi,
baik melalui sms, telepon, atau media lainnya guna menjaga kelekatan
antar keluarga dan keutuhan rumah tangganya. Kepercayaan pun menjadi
modal penting yang harus dipegang oleh informan dan istri sehingga
apapun yang dilakukan dan dikerjakan baik oleh informan maupun istri
tidak menyimpan kecurigaan yang dikemudian hari akan berdampak pada
pernikahannya. Selain itu, diharapkan kepada informan untuk mengurangi
aktifitas hiburan yang terkesan negatif di mata keluarga dan masyarakat
seperti kecenderungan perselingkuhan agar menimbulkan permasalahan
baru.
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperluas cakupan
informan yang diteliti, tidak terpaku pada keluarga tenaga kerja wanita
(TKW) saja melainkan pada informan yang menjalani pernikahan jarak
jauh yang bekerja di dalam negeri sehingga dapat diketahui perbedaannya.
Selain itu, menggali data tidak dari pihak suami saja, ada baiknya untuk
memperdalam dari sudut pandang istri atau anak-anak yang orang tuanya
menjalani pernikahan jarak jauh. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu
meneliti dengan menggunakan metode dan pendekatan lain selain
fenomenologi, serta mampu menjelaskan secara lebih mendalam terkait
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pernikahan jarak jauh, juga dampak
yang ditimbulkan baik secara psikologis maupun secara sosial di
lingkungan sekitar. Adapun hal menarik yang muncul dalam penelitian ini
seperti adanya kecenderungan perselingkuhan suami atau istri serta
permasalahan pada anak-anak dari keluarga tenaga kerja wanita (TKW)
untuk bisa diungkap lebih mendalam ke dalam sebuah penelitian baru.
125
Press, Inc.
Ansyori, M.H. (2013). Harmonious Family: Upaya Membangun Keluarga
Harmonis; Mahalnya Harga Sebuah Keharmonisan. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Ardhianita, I., dan Andayani, B. (2004). Jurnal Psikologi Volume 32, No. 2,
101-111. Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan Tidak
Berpacaran. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Arumrasmi, N.T., dan Karyono. (tanpa tahun). Masalah-masalah Psikologis dan
Coping Strategis Istri Pada Pasangan Commuter Marriage. Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. (2015).
Sepanjang 2014 BNP2TKI Mencatat Penempatan TKI 429.872 Orang.
Posted on: 16 Januari 2015. Diunduh dari:
http://www.bnp2tki.go.id/
.
Senin, 31 Agustus 2015.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jawa Barat dalam Angka
Tahun 2012. Published by: Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi
Statistik, BPS Provinsi Jawa Barat.
Benokraitis, N.V. (2011). Marriages & Families; Changes, Choices, And
Constraints, Seventh Edition. USA: Pearson.
Bunker, B.B,. and Zubek, J.M., Vanderslice, V.J., Rice, R.W. (1992). Journal Of
Marriage And Family, Vol. 54, No. 2. Quality Of Life In Dual-Career
Families: Commuting Versus Single Residence Couples. National Council
on Family Relations.
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Creswell, J.W. (2010). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Edisi Ketiga, alih bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Demartoto, A. (2009). Kebutuhan Praktis dan Strategis Gender; Menyoal TKW
Indonesia yang Akan Dikirim Ke Luar Negeri. Surakarta: Sebelas Maret
Eliyani, E.R. (2013). Ejournal Ilmu Komunikasi Volume 1 Nomor 2, halaman
85-94. Keterbukaan Komunikasi Interpersonal Pasangan Suami Istri Yang
Berjauhan Tempat Tinggal. Fisipol Univrsitas Mulawarman.
Forsyth, C.J., and Gramling, R. (1998). International Journal of Sociology of the
Family 1998, Vol. 28 (Autumn): No. 2; 93-106. Socio-Economic Factors
Affecting The Rise Of Commuter Marriage. International Journals.
Frolin. (2013). Harmonious Family: Upaya Membangun Keluarga Harmonis;
Hakikat Pernikahan Pada Masyarakat Karo. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Ghony, M.D., dan Almanshur, F. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi
Revisi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Girgis, S., George, R.P., Anderson, R.T. (2012). What Is Marriage?. Harvard
Journal of Law & Public Policy Vol. 34 No. 1. USA: Harvard University.
Gross, H.E. (1980). Journal Of Marriage And The Family Vol. 42, No. 3 hal.
567-576. Dual-Career Couples Who Live Apart: Two Types. National Council
on Family Relations.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Jannah, D.K. (tanpa tahun). Faktor Penyebab dan Dampak Perselingkuhan dalam
Pernikahan Jarak Jauh. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan.
Liu, Y., and Chiang, L.N. (2012). Pacific Asia Inquiry, Volume 3, Number 1.
Together and Apart: Spatial Tactics of Women in Seafaring and
Commuting Households in Taiwan. National Taiwan University.
Mardani. (2011). Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Margiani, K., dan Ekayati, I.N. (2013). Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Vol.
2 No. 3 hal 191-198. Stres, Dukungan Keluarga, Dan Agresivitas Pada
Istri yang Menjalani Pernikahan Jarak Jauh. Surabaya: Universitas 17
Agustus 1945.
Marini, L., dan Julinda. (tanpa tahun). Gambaran Kepuasan Pernikahan Istri
Pada Pasangan Commuter Marriage. Fakultas Psikologi Universitas
Melinda, R., dan Prihartanti, N. (2013). Perbedaan Kesejahteraan Subjektif
Ditinjau Dari Kebersamaan Pasangan Suami Istri Dalam Pernikahan.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Munandar, S.C.U. (1985). Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia; Suatu
Tinjauan Psikologis. Jakarta: UI Press.
Olson, D.H., DeFrain, J. (2006). Marriages & Families; Intimacy, Diversity, And
Strengths, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill.
Poerwandari, K. (2011). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Depok: LPSP3 Psikologi UI
Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. (2014). Data dan Informasi
Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri. Jakarta: Badan Penelitian,
Pengembangan, dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
Rhodes, A.R. (2002). The Family Journal: Counseling And Therapy For Couples
And Families, Vol. 10 No. 4 hal 398-404. Long Distance Relationships in
Dual Career Commuter Couples: A Review of Counseling Issues. Ohio
State University.
Sahara, E. (2013). Harmonious Family: Upaya Membangun Keluarga Harmonis;
Keharmonisan Keluarga Indonesia Saat Ini. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Sa’ud, U.S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar Program
Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. Bandung: UPI
Smith, J.A. (2013). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif; Pedoman Praktis Metode
Penelitian. Bandung: Nusa Media.
Soepomo. (1967). Hukum Perdata Adat Jawa Barat. Jakarta: Djambatan, PT.
Djaya Pirusa.
Strong, B., DeVault, C., and Cohen, T. F. (2008). The Marriage And Family
Experience: Intimate Relationship in a Changing Society, Tenth Edition.
USA: Thomson Wadsworth.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) cetakan
keempat. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Diunduh dari
http://www.hukumonline.com
. Kamis, 8
Januari 2015
Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Diunduh dari
http://www.kemenag.go.id
. Minggu, 17 Mei 2015.
Wolf, R. (1996). Marriages and Families In a Diverse Society. New York: Harper
Collins College Publisher.
Guide Wawancara Informan
1. Profil
a. Data diri informan
1) Identitas diri informan 2) Riwayat pendidikan
3) Latar belakang keluarga informan
b. Kehidupan informan dalam keluarga dan lingkungan sosial 1) Berapa usia informan saat menikah?
2) Berapa usia informan saat pertama kali menjalani commuter
marriage?
3) Berapa jumlah anak informan ketika ditinggal istri bekerja? 4) Apa pekerjaan informan dan istri informan saat ini?
5) Siapa saja anggota keluarga yang tinggal dengan informan saat ini? 6) Bagaimana tanggapan saudara dan tetangga informan melihat
kehidupan keluarga informan saat ini?
2. Bagaimana gambaran pernikahan suami yang menjalani pernikahan jarak jauh (commuter marriage)?
a. Sudah berapa lama anda menjalani commuter marriage?
b. Apakah sebelumnya pernah terpikirkan untuk menjalani commuter
marriage?
c. Apa alasan anda memilih menjalani commuter marriage? d. Apakah anda menginginkan kondisi seperti ini?
e. Adakah permasalahan yang sering terjadi antara anda dan istri anda? f. Bagaimana cara anda untuk menyelesaikan permasalahan tersebut? g. Apa usaha yang dilakukan untuk tetap mempertahankan pernikahan anda? h. Apa yang anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan biologis anda? i. Apakah anda merasa kesulitan mengurus anak-anak anda?
j. Apa yang anda lakukan jika merasa jenuh dan bosan dengan kondisi seperti ini?
k. Sejauh ini apakah anda mengetahui aktifitas yang dilakukan istri sehari-hari selain bekerja?
l. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan pernikahan?
m. Apa cita-cita yang anda inginkan setelah menjalani pernikahan jarak jauh (commuter marriage)?
n. Bagaimana pendapat anda secara Islam jika pasangan suami-istri tinggal berjauhan?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan jarak jauh (commuter marriage)?
a. Faktor internal
1) Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang bekerja? 2) Bagaimana jika istri anda tidak bekerja?
3) Apakah anda mendukung keputusan istri anda untuk bekerja?
4) Apa alasan anda mengizinkan istri untuk bekerja di lokasi yang jauh? 5) Apakah pendapatan anda cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga?
b. Faktor eksternal
1) Mengapa istri anda tidak meneruskan pekerjaannya yang dulu?
2) Apakah tidak ada pekerjaan yang pas untuk istri anda di sekitar tempat tinggal anda?
3) Apakah ada pihak yang meminta istri anda bekerja di lokasi yang jauh?
4) Apakah anda mengetahui konsekuensi yang diterima dari perusahaan tempat istri anda bekerja?
5) Apakah tempat istri anda bekerja memberikan keringanan semacam libur setiap bulan?
4. Bagaimana pemaknaan suami yang menjalani pernikahan jarak jauh (commuter marriage)?
CATATAN WAWANCARA (Autoanamnesa)
Interviewee : WAHYU (nama samaran informan ke-1) Tanggal Wawancara : 28 April 2015
Waktu Wawancara : Pagi hari pukul : 08.15 – 08.50 WIB Lokasi Wawancara : Di Rumah Informan
Wawancara ke- : 1
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui awal mula ditinggalkan istri bekerja. Jenis Wawancara : Tidak Terstruktur
Kode: W1 – WAHYU
No Catatan Wawancara Analisis / Koding
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Assalamualaikum.
Mangga neng calik. Ah da moal lami kan neng? Henteu pak, sakedap ieu mah. Tapi mereun sababaraha kali teh pak pendakna, jadi moal ayeuna bae teh pak.
Bade sabaraha kali kitu? Tergantung pak.
Oh tergantung perintah kitu ti sakola.
Muhun pak. Punten nya pak nuhunkeun bantosanna.
Teu nanaon sok mangga.
Emm, jadi gini ya pak sebelumnya terima kasih udah ngasih kesempatan wawancara, kenalin pak saya Neneng, kuliahnya di Jogja pak, nah sekarang itu lagi penelitian.
Di bagian naon neng? Psikologi pak. Ooh, muhun.
Nah ini lagi ngerjain buat penelitian akhir jadi minta tolong sama bapak, temanya bersangkutan sama ibu yang kerjanya keluar negeri gitu pak.
TKI kitu?
Iya pak kaya gitu, tapi punten sebelumnya saya ngomongnya pake bahasa indonesia aja ya pak soalnya kalo pake bahasa sunda takut ada yang ga sengaja kasar nanti malah ga enak pak.
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Tapi bapak mah ga apa-apa enaknya gimana pake bahasa sunda juga ga apa-apa.
Iyaiya, campur lah ya.
Jadi yang pertama mau ditanyain itu identitas dulu ya pak. Bapak kan udah ya kemaren pak dengan pak DG, kalo ibu siapa pak?
Ibu En.
Usianya berapa pak?
Usianya teh lahiran taun, istri mah taun 80, berarti usianya 35 taun lah, abdi taun 74, ya hampir 41 taun.
Hmm, kerja keluarnya kemana pak? Ke Singapura.
Oh ke Singapur, udah berapa lama pak kerjanya?
Udah 2 tahun.
2 tahun itu keberangkatan pertama pak? Udah berangkat ke-2, yang pertama ke Saudi. Ooh, yang pertama ke Saudi kedua ke Singapur pak? Waktu ke Saudi itu taun berapa pak?
Taun hmm sekarang taun 2015 ya, berarti 2008an ya.
Udah lama ya pak? Iya udah lama.
Berarti pas abis dari Saudi itu sempet tinggal dulu di Kuningan lama gitu pak?
Ngga, paling sebulan. Oh cuma sebulan pak? Iya, terus balik lagi kesana.
Ooh, yang ke Saudi itu berapa kali pak kesananya?
Ke Saudi berarti 2 kali, eh satu kali. Ya satu kali setengah.
Oh berarti taun 2003 ke Saudi, taun 2005 pulang? Ke Singapurnya?
Sekitar 2008 sih, 2008 ke Saudi.
Ooh iya. Berarti ke Singapur mah taun 2013?
Iya 2013.
Ooh iya pak, nah itu maaf ya pak kalo agak pribadi, itu sebenarnya tujuannya apa sih pak yang dicari kesana tuh?
Yah pertama, kan sudah berumah tangga ya, maunya itu punya tempat tinggal sendiri, ya itu
Profil informan dan istri.
Tempat istri informan bekerja.
Tujuan utama informan mengizinkan istri kerja