• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadapatpengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadapatpengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif.Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan.Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama.1

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara tepat.1

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik.Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebihburuk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1

(2)

2

Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadapatpengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja.Untuk orang gangguan skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.3

(3)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SKIZOAFEKTIF 2.1.1 Definisi

Gangguan skizoafektif adalah penyakit mentalyang seriusyang memilikigambaran skizofrenia dan gangguan afektif.Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe manik dan tipe depresif.Skizofrenia adalah gangguanotakyang mendistorsicaraseseorang berpikir, bertindak, mengungkapkanemosi, merasakanrealitas, danberhubungan denganorang lain. Depresiadalah penyakityangditandai denganperasaan sedih, tidak berharga, atauputus asa, serta masalahberkonsentrasidanmengingatdetail.

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari 1%, berkisar antara 0,5%-0,8%. Tetapi, gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.Laki-laki engan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnose skizofrenia, 81% pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.

2.1.3 Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu banyak dari waktu ke waktu.Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia.Oleh karena itu etiologi mengenai

(4)

4

gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan.Penyebabgangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual telah diajukan, yaitu:

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan afektif

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan afektif

4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobtanan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang..

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan.Jika merujuk pada kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.

2.1.5 Manifestasi Klinis.

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Sedangkan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

(5)

5

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Depresi

 Nafsu makan yang berkurang

 Pengurangan berat badan

 Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )

 Agitasi

 Merasa tidak ada semangat

 Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari

 Merasa tidak ada harapan

 Selalu merasa bersalah

 Tidak dapat berkonsentrasi

 Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri Mania

 Peningkatan aktivitas

 Bicara cepat

 Pikiran yang meloncat-loncat

 Sedikit tidur

 Agitasi

 Percaya diri meningkat

 Mudah teralihkan Skizofrenia

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

(6)

6

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

(7)

7

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.6

2.1.6 Diagnosis

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif (Tabel 3) mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.

(8)

8

Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)5 Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia

Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit

D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik suatu episode campuran dan episode depresi berat)

Tipe depresif: Jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat

Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorders.Ed.4.Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif tipe depresif.Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat.Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitiu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali dalam F20-F29.Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif (lihat Tabel 4).

(9)

9

Tabel 4. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III6

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif dama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbedah.

 Bila seseorang pasien skizoafrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)

 Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33)

Klasifikasi gangguan skizoafektif

Menurut PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diklasifikasikan menjadi:

F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Pedoman Diagnosis

 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode

(10)

10

 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjil dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang

memuncak.

 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia yang khas.

2.1.7 Diagnosis Banding

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik.semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama.1Selain itu, apabila pasien menunjukkan gejala klinis lain seperti aktivitas motorik katatonia yang khas, dapat pula didiagnosis banding dengan skizofrenia katatonik (lihat Tabel 5). 1,4

Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang mungkin.1,4 Tabel 5. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Katatonik berdasarkan PPDGJ-III6

 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

 Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

A. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara); B. Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal);

C. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(11)

11

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan ke arah yang berlawanan);

E. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);

F. Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

G. Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

 Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizorenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam praktik klinis, psikosis padasaat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masalalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut (perhatikan Tabel 6) telah terkendali.1

Tabel 6. Pedoman Diagnostik Psikotik Lir-skizofrenia (schizophrenia-like) Akut berdasarkan PPDGJ-III

Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:

H. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik);

I. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik;

(12)

12

 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia.

2.1.8 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood.Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolardan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik.Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.

Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut.Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada :

- Usia pertama kali timbul ( onset) : makin muda makin buruk - Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik

(13)

13

- Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat - Ada atau tidaknya faktor pencetusnya : jika ada lebih baik - Ada atau tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek

- Kepribadian prepsikotik : jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. - Keadaan sosial ekonomi : bila rendah lebih jelek.

2.1.9 Penatalaksanaan 1. Rawat Inap

Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostic, utnuk stabilitas pengobatan, utnuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, serta untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Rawat inapa juga dapat mengurangi stress pasien dan membantunya menyusun aktivitas harian.

2. Terapi biologis

a. Antagonis Reseptor Dopamin

Antagonis reseptor dopamine efektif dalam penanganan skizofrenia adalah terhadap gejalan positif seperti waham, halusinasi.Obat ini memiliki kekurangan dua utama yakni hanya persentase kecil pasien (kemungkinan 25%) yang cukup membantu untuk dapat memulihkan fungsi mental secara bermakna, dan yang kedua, antagonis reseptor dopamine dikaitkan dengan efek simpang yang mengganggu dan serius yaitu akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan tremor.

Contohnya: Klorpromazin (Thorazine) dan Haloperidol (Haldol) b. Antagonis Serotonin-Dopamine (SDA)

SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtype reseptor dopamine yang berbeda dibanding antipsikotik standar, dan memengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamate.Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri.

Contohnya: risperidon (Risperdal), klozapin, olanzapin (Zyprexa), sertindol, kuetiapin dan ziprasidon.

(14)

14 3. Terapi Elektrokonvulsif (Terapi ECT)

Dilakukan sebagai langkah terakhir apabila terapi biologis tidak menghasilkan hasil yang positif.

4. Terapi psikososial

a. Pelatihan keterampilan social

Disebut juga keterampilan perilaku. Pelatihan keterampilan social telah terbukti mengurangi angka relaps sebagaimana yang terukur melalui kebutuhan rawat inap.

b. Terapi berorientasi keluarga

Terapis harus mengendalikan intensitas emosional sesi keluarga dengan pasien skizofrenia. Sejumlah studi menunjukan bahwa terpai keluarga dapat mengurangi angka kejadian relaps pasien skizofrenia.

(15)

15 BAB III LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama (inisial) :Tn. HH Panggilan: Hendri

No RM : 015605

Jenis kelamin :Laki-laki

Tempat & tanggal lahir/ Umur : 23April 1976

Status pernikahan : menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku bangsa : Batak

Negeri Asal : Indonesia

Agama : Katolik

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Pendeta

Alamat & Telepon :Desa Turonia Tua Pejat, Sipora Utara, Mentawai

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini ) 1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 8 Juni 2017 di Bangsal Merpati

RSJ HB. Saanin Padang.

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang sesuai) a. Sendiri b. Keluarga c. Polisi d. Jaksa/ Hakim e. Dan lain-lain 2. Sebab Utama

Pasien gelisah, mengganggu lingkungan, sering bicara dan tertawa sendiri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

(16)

16 3. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Pasien merasa gelisah dan sering mengamuk sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Kenapa mengamuk? Apa yang dilakukan saat itu?

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien merasa gelisah dan mengamuk sejak 1 minggu yang sebelum masuk rumah sakit tanpa sebab yang jelas. Kenaapa? Pasien mengganggu lingkungan sekitar, sering bicara dan tertawa sendiri. Pasien juga mondar-mandir di jalan dan merasa diri paling hebat. Pasien pernah melihat bayangan

(kayak apa)dan terkadang mendengar bisikan(kayak apa). Pasien sering kurang

tidur.

5. Riwayat Penyakit Sebelumnya a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sudah mengalami gangguan psikis sejak tahun 2010. Apa yang terjadi saat itu? Dirawat gak?

 Tahun 2010 (Bulan

Apa yang terjadi saat itu? Dirawat gak?  Tahun

 Tahun 2016 rawatan kedua

Pasien pindah dari Sumatera Utara ke Mentawai karena ikut istri yang pindah kerja ke Mentawai. Gimana keadaan selama di Mentawai?

Pasien dirawat di RSJ HB Saanin dan keluar bulan Agustus 2016 Apa

yang terjadi saat itu? Dirawat gak?. Pasien pulang dalam keadaan

tenang, dijemput oleh keluarga. Selama di rumah pasien tidak rutin meminum obat karena merasa sudah sembuh.

 Tahun 2017

Pasien gelisah dan mengamuk sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit sehingga keluarga mengantarkan pasien ke IGD RSJ HB Saanin Padang.

b. Riwayat Gangguan Medis

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis

(17)

17

Pasien memiliki kebiasaan merokok ( bungkus sehari), tidak memiliki riwayat penggunaan zat adiktif legal (kafein, minuman berenergi), zat adiktif ilegal (kanabis, amfetamin, heroin, stimulan lainnya), alkohol, psikotropika, adiktif lainnya.

6. Riwayat keluarga

a) Identitas orang tua/ penganti

`Ket : * coret yang tidak perlu

b) Sifat/ Perilaku Orang tuatua kandung :

Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)

Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( + ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).

Ibu (Diceritakan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )

Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan

Bapak Ibu Kewarganegaraan Suku bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Umur Alamat Hubungan pasien* Dan lain-lain Indonesia Tamat S Akrab Biasa Kurang Tak peduli : - Indonesia Tamat S Mentawai Akrab Biasa Kurang Tak peduli : -

(18)

18

Perfeksionis ( - ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung jawab ( - ).

c) Saudara

Jumlah bersaudara orang dan pasien anak ke

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri lingkari nomornya.*

1. Lk/ pr (38 tahun) 2. Lk/ pr (34 tahun) 3.Lk/ pr(32tahun) 4. Lk/ pr( 30 tahun )5. Lk/ pr( 28 tahun ) 6. Lk/ pr (22 tahun) 7. Lk/ pr ( 20 tahun ) 8. Lk/ pr ( ) 9. Lk/ pr ( )

e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*

Saudara ke

Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan dengan

saudara (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli) 1 Keras Akrab 2 Biasa Akrab 3 Biasa Akrab 4 Biasa Akrab 5 Biasa Akrab 6 Biasa Akrab 7 8 Ket:

*) coret yang tidak perlu

**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*

No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan tingkah laku

Kualitas

hubungan (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)

(19)

19 Ket:

untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakahada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik ( yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit keluarga jiwa kebiasaan fisik Bapak tidak ada riwayat merokok Tidak Ada

Ibu tidak ada riwayat tidak adaTidak Ada Saudara 1-6 tidak ada riwayattidak adatidak ada

Nenek tidak ada riwayattidak ada tidak ada Kakek ….………… .…………... ………

Skema Pedegree ( 3 generasi)

(20)

20

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:

i) Dan lain-lain

Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )

 Kesehatan Fisik : baik  Kesehatan Mental : baik - Keadaan melahirkan :

 Aterm (), partus spontan ( )

 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)

 Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak) b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak

 Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*  Minum ASI : ( + ), sampai usia6bulan  Usia mulai bicara : 1 tahun 2 bulan

 Usia mulai jalan : 1 tahun 4 bulan

 Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( -), cemas terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan ( - ), dan lain-lain...

c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di tempat tidur ( - ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik ( -), masturbasi ( - ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.

No Rumah tempat tinggal

Keadaan rumah

Tenang Cocok Nyaman Tidak nyaman

1. 2. Rumah orang tua Rumah kontrakan

Pasien merasa nyaman dan cocok, tidak ada masalah Pasien merasa nyaman dan cocok.

(21)

21 d) Toilet training

Umur : 3 tahun

Sikap orang tua : (memaksa/ menghargai/ membiarkan/...) Perasaan anak untuk toilet training ini: biasa

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( - ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran ( - ), riwayat spondilitis.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ), menarik diri ( - ), suka bergaul ( + ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain.

g) Masa Sekolah

Perihal SD SMP SMA PT

Umur 6 tahun 4 tahun - -

Prestasi* Baik Baik Baik Baik

Sedang Sedang Sedang Sedang

Kurang Kurang Kurang Kurang

Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik Baik

Sedang Sedang Sedang Sedang

Kurang Kurang Kurang Kurang

Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik Baik

Kurang Kurang Kurang Kurang

Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik Baik

Kurang Kurang Kurang Kurang

Kemampuan Khusus (Bakat) (Mahir bernyanyi dan

menggambar)

( ) ( ) ( )

Tingkah Laku (Ceria) ( ) ( ) ( )

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi (+), ngompol ( - ), lari dari rumah ( - ), kenakalan remaja ( +), perokok berat( +), penggunaan obat terlarang ( - ), peminum minuman keras( - ), problem berat badan ( - ),anoreksia nervosa(-), bulimia ( - ), perasaan depresi ( - ), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ), gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu ** ( ) diisi (+) atau (-) i) Riwayat Pekerjaan

Usia mulai berkerja( - ), kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja ( - ),

(22)

22

Konflik dalam pekerjaan: ( -), konflik dengan atasan, konflik dengan bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).

Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga

 Haid pertama* ( sudah/ belum), usia haid pertama 14 tahun, persepsi...

 Mimpi basah (sudah/ belum), usia ... tahun, persepsi...  Awal pengetahuan tentang seks... tahun, sikap orang tua...  Hubungan seks sebelum menikah ...(ai)

 Riwayat pelecehan seksual...(ai)  Orientasi seksual...(ai)

 Keterangan pribadi suami/ istri Nama : Umur : Suku : Kebangsaan : Agama : Pendidikan : Pekerjaan :

Status sosial/ ekonomi: tinggi, menengah, rendah *

 Perkawinan didahului dengan pacaran ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin paksa ( - ), perkawinan kurang disetujui orang tua ( - ), kawin lari ( - ), sekarang ini perkawinan yang pertama kali. Kepuasaan dalam hubungan suami istri: sering, sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual ( ) ai (bila ada jelaskan di halaman kiri).

 Kehidupan rumah tangga: rukun( - ), masalah rumah tangga ( -

)(bila ada jelaskan masalah tersebut di halaman kiri).

 Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi( + ),

pengeluaran dan pendapatan seimbang( - ), dapat menabung ( - ).

 Mendidik Anak : suami-istri bersama-sama( - ), istri saja ( - )

suami saja ( - ), selain orang tua sebutkan... k) Situasi sosial saat ini:

1. Tempat tinggal : rumah sendiri (- ), rumah kontrak ( + ), rumah susun ( - ), apartemen ( - ), rumah orang tua ( - ), serumah denganmertua ( - ), di asrama ( - ) dan lain-lain ( - ).

2. Polusi lingkungan : bising ( - ), kotor ( - ), bau ( - ), ramai ( - ) dan lain-lain.

(23)

23 l) Perihal anak-anak pasien meliputi: No Sex Umur Pendidikan Sikap &

perilaku

Kesehatan Sikap pada anak

Fisik Mental

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II) Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun ( - ), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual ( - ), suka aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan ( - ), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( - ), cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan kehidupan afektif ( - ).

Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).

Siklotimik Ambisi berlebihan ( + ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur ( - ), pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( - ), mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.

Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ), mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.

(24)

24

preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan ( - ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain-lain.

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )

Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ), kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan lain-lain

Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ), kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolkan dalam situasi social ( - ), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya

( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan

(25)

25

mengurus diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya

( - )

8. Stresor psikososial (axis IV)

Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ), problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak ( - ), persoalan dengan orang tua ( - ), persoalan dengan mertua ( - ), masalah dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja ( - ), masuk sekolah ( - ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pension ( -), pensiun ( - ), berhenti bekerja ( - ), masalah di sekolah ( - ), masalah jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( +), pindah ke kota lain (+), transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-), usaha bangkrut ( - ), masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( - ), masuk penjara ( - ), memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ), mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( + ), cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( + ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain.

9. Pernah suicide( - )

10. Riwayat pelanggaran hukum

riwayat tindak kejahatan ada, sikap melawan terhadap hukum, riwayat tindak kekerasan ada (+) yaitu memotong jari orang dengan parang, dan riwayat skorsing tidak ada.

(26)

26 11. Riwayat agama

Pasien beragama Kristen Katolik dan taat menjalankan ibadah.

12. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar pasien bisa sehat dan sukses.

13. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien berharap agar cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit.

(27)

27 GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT2015 - 2017

SKEMA PERJALANAN PENYAKIT

Thn 2010: Tahun 2011- 2016 : Agustus 2016 Tahun 2017 :

Usia 34 tahun Usia 35-40 tahun Usia 41 tahun

Pasien dirawat di RSJ HB Saanin Padang, karena mengamuk dan

mengganggu lingkungan

Pasien jarang Kontrol dan minum obat tidak teratur

Pencetus diduga karena pasien Pasien dirawat di RSJ HB

Saanin Padang, karena mengamuk dan

(28)

28 III. STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis kooperatif Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 80x/menit

Nafas : Thorakoabdominal, teratur, frekuensi 18x/menit

Suhu : 36,50C

Tinggi Badan : 162 cm Berat Badan : 65 kg Status Gizi : baik Sistem Kardiovaskuler :

 Inspeksi : tidak dilakukan  Palpasi : tidak dilakukan  Perkusi : tidak dilakukan  Auskultasi : tidak dilakukan Sistem Respiratorik :

 Inspeksi : simetris kiri=kanan (statis dan dinamis)  Palpasi : tidak dilakukan

 Perkus : tidak dilakukan  Auskultasi : tidak dilakukan Kelainan Khusus : tidak ada

IV. STATUS NEUROLOGIKUS

GCS : E4M6V5 (15)

Tanda ransangan Meningeal :

 Kaku kuduk : tidak dilakukan  Brudzinsky I : tidak dilakukan

 Kernig : tidak dilakukan

(29)

29 Tanda-tanda efek samping piramidal :

 Tremor tangan : tidak ada  Akatisia : tidak ada  Bradikinesia : tidak ada  Cara berjalan : normogait  Keseimbangan : tidak terganggu  Rigiditas : tidak ada

 Tonus : eutonus

 Kekuatan motorik :

 Sensorik : sensasi halus (+) normal sensasi kasar (+) normal

 Refleks : tidak dilakukan

Fisiologis : Brachialis Biceps Triceps Patologis : Babinsky Gordon Chaddock Oppenheim Schaeffer V. STATUS MENTAL A. Keadaan Umum

1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis (+), somnolen ( - ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ) dan lain-lain

2. Penampilan

Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku (-), gelisah (-), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ), kelihatan seperti pria (+), kelihatan seperti wanita ( - ).

Cara berpakaian : rapi ( ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), kotor ( - ), kesan dapat mengurus diri(+)*

Kesehatan fisik : sehat ( +), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).

3. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan :biasa (+), sempoyongan ( ), kaku ( ), dan lain-lain

Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( -

(30)

30

), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ), otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( + ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia ( - ), kompulsi ( - )………….., ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ), distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).

4. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( + ), menggoda ( - ), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ), selalu menghindar (- ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.

5. Orientasi :gangguan orientasi waktu ( - ), gangguan orientasi tempat ( - ), gangguan orientasi personal ( - ).

6. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ), hipervigilance ( - ), dan lain-lain

B. Verbalisasi dan cara berbicara

 Arus pembicaraan* : biasa,cepat, lambat  Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak  Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak  Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi  Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi  Isi pembicaraan* : sesuai

 Penekanan pada pembicaraan* : Ada  Spontanitas pembicaraan * : spontan

Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).

C. Emosi

 Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/lambat/cepat).

1. Afek

Afek appropriate (+), afek inappropriate( - ), afek tumpul ( -), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

(31)

31 2. Mood

Mood disforik (-), mood eutimik (+), mood yang meluap-luap (expansive mood) ( - ), mood yang iritabel ( + ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi (elevated mood) ( +), euforia ( - ), ectasy ( - ), depresi (- ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia (-), ide bunuh diri ( - ), elasi ( -), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( - ).

3. Emosi lainnya

Ansietas ( - ), free floating anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension (ketegangan) (-), panic (-), apati ( -), ambivalensi ( -), abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa ( - ), control impuls ( - ).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood

Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)

 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)

Mutu proses pikir (jelas/tajam): baik,cukup, kurang.  Filght of idea (-)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran :

Gangguan mental(- ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran :

Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi ( ), jawaban yang tidak relevan ( ), pengenduran asosiasi ( -), derailment ( - -), flight of ideas (--), clang association ( - -), blocking ( - ), glossolalia ( - ).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran

 Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (-)  Delusi/ waham

waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ), waham kebesaran( - ), waham referensi ( - ), though of withdrawal ( - ), though of broadcasting ( - ), though of insertion ( - ),

(32)

32

though of control (-), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika (- )

 Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), fobia ( -)

E. Persepsi  Halusinasi

Halusinasi hipnagogik (- ), halusinasi hipnopompik ( - ), halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual ( +), halusinasi olfaktorik ( -), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood (- ), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi perintah (command halusination) (-), trailing phenomenon ( - ).  Ilusi ( - )

 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - ) F. Mimpi dan Fantasi

Mimpi: tidak ada Fantasi: tidak ada

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual

1. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )

2. Memori (daya ingat):gangguan memori jangka lama/remote (+), gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).

3. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu 4. Pikiran konkrit : baik/ terganggu

5. Pikiran abstrak : baik/ terganggu

6. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ), pseudodemensia ( - ).

H. Dicriminative Insight* Derajat

I. Discriminative Judgement :

 Judgment tes : tidak terganggu  Judgment sosial : tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya Rutin : pemeriksaan darah lengkap:

(33)

33

Ht : 37,5%

Leukosit : 4.600/ mm3 Trombosit : 256.000/mm3

VII. Pemeriksaan oleh Psikolog Tidak ditanyakan

VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Telah diperiksa Tn. HH usia 41 tahun jenis kelamin laki-laki, dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan cukup rapi, bersih, dan sesuai usia, perilaku tenang saat wawancara, sikap kooperatif terhadap pemeriksa, pembicaraan lancar dan spontan, mengalami halusinasi auditorik dan visual.

IX. Formulasi Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak memiliki riwayat gangguan medis (F00-F09)

Pada pasien ini tidak ditemukan riwayat pemakaian alkohol dan NAPZA sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-19).

Pada pasien ini, ditemukan gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia.Pada pasien juga ditemukan tanda dan gejala gangguan mood berupa mood yang

meninggi dan irritable dan memenuhi kriteria diagnosis episode manik. Gejala

skizofrenia dan episode manik muncul secara bersamaan sehingga memenuhi kriteria diagnosis Skizoafektif tipe manik (F25.0)

Dari riwayat kepribadian pasien, tidak didapatkan ciri pribadi karena. Axis II diagnosis.

Pada pasien ini ditemukan kondisi medis umum yang tidak bermakna, sehingga aksis III pada pasien ini adalah tidak ada diagnosis.

(34)

34

Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan perilaku pada pasien adalah masalah keluarga dan lingkungan sosial sehingga pada aksis IV, diagnosisnya adalah masalah berkaitan dengan lingkungan sosial.

Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 60-51.

X. Diagnosis Multiaksial

Axis I :F25.0 Skizoafektif tipe manik DD 1: Skizofrenia paranoid (F20.0)

Axis II :tidak ada diagnosis Axis III :tidak ada diagnosis

Axis IV :Masalah berkaitan dengan keluarga, ekonomi dan lingkungan sosial

Axis V :GAF Score 60-51

XI. Daftar Masalah

Organobiologik : Tidak ada

Psikologik : Terdapat gejala halusinasi, auditorik. Lingkungan Psikososial : pasien sering dihina dan dikucilkan oleh

teman-temannya dan warga sekitar.

XII. Penatalaksanaan A. Farmakoterapi Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x2mg B. Psikoterapi 1. Kepada pasien  Psikoterapi supportif

Berempati pada pasien. Memahami keadaan pasien, mengidentifikasi faktor pencetus, serta membantu memecahkan permasalahan secara terarah.

 Psikoedukasi

Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya. Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala, penyebab, dan terapi yang dibutuhkan untuk menghindari kekambuhan atau hal-hal yang tidak diinginkan.

(35)

35

2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai  Penyakit yang diderita pasien

 Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien  Awasi terapi dan kepatuhan minum obat pasien

PROGNOSIS

Penilaian Baik Buruk

Onset Remaja

Relaps Ada 

Dukungan keluarga

Ada 

Pernikahan Sudah menikah  Keadaan ekonomi Menengah  Kepatuhan minum

obat

Tidak Patuh 

Faktor pencetus Tidak jelas 

Genetik Tidak ada 

Penyakit lain/ gangguan lain

Tidak ada 

Quo et vitam : Bonam

Quo et fungsionam : Dubia ad bonam Quo et sanctionam : Dubia ad bonam

Hal yang meringankan prognosis: dukungan keluarga, sudah menikah, keadaan ekonomi, genetik, penyakit lain.

Hal yang memberatkan prognosis : pencetus tidak jelas, ketidakpatuhan minum obat, dan relaps.

XIV. ANALISIS KASUS

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

(36)

36

Pasien mengalami kegelisahan dan mengamuk sehingga mengganggu lingkungan tempat tinggalnya. Gejala yang muncul pada pasien memenuhi kriteria diagnosis skizoafektif tipe manik (F25.0) dengan diagnosis banding 1 skizofrenia paranoid (F20.0)

Dari riwayat kepribadian pasien tidak ada masalah. Axis II tidak ada diagnosis.

Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga aksis III pada pasien ini adalah tidak ada diagnosis. Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang menyebabkan perubahan perilaku pada pasien adalah masalah keluarga dan lingkungan sosial sehingga pada aksis IV, diagnosisnya adalah masalah berkaitan dengan keluarga dan lingkungan sosial.

Pada aksis V, pasien memiliki gejala sedang dan disabilitas sedang, sehingga berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 60-51.

Pada pasien diberikan terapi risperidon sebagai anti-psikotik, digunakan untuk mengontrol gejala psikosis yang muncul pada pasien seperti adanya waham dan halusinasi. Risperidon merupakan anti-psikotik atipikal golongan benzisoxazole, bekerja pada SSP terhadap dopamine D2 reseptor dan serotonin dopamine antagonis. Risperidon memiliki efek esktrapiramidal minimal. Lorazepam diberikan sebagai obat yang dapat memberikan efek sedasi pada pasien, merupakan derivat benzodiazepine yang menghasilkan efek terapi dengan cara pengikatan spesifik terhadap reseptor GABA.

Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Peran keluarga juga sangat penting untuk mendukung pengobatan yang dilakukan pasien. Selain itu juga agar keluarga dapat memahami kondisi pasien sehingga lebih memperhatikan setiap hal yang dapat mempengaruhi

(37)

37 Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri

Pertanyaan Jawaban Interpretasi

Perkenalkan pak, saya dokter muda ii dan poppy dari FK Unand. Kami ingin bertanya-tanya tentang kondisi bapak. Boleh, pak?

Iya, boleh Kesadaran komposmentis, kontak psikis dapat dilakukan wajar, perhatian ada, sikap kooperatif, kesan banyak bicara. Nama bapak siapa pak? Henri Hutagalung

Usia bapak berapa? 41 tahun Gimana kabar bapak

sekarang?

Kabar saya baik

Kenapa bapak bisa di bawa kemari?

Waham control Mood meninggi

Sabalumnyo pernah

dirawat disiko jiv?

Lai bg, sakali taun 2015 Riwayat penyakit psikiatri

Baa dek sampai dirawat jiv? Manngamuak wak bg ka

urang kampuang, wak

ambuang batu ka kaco rumah urang bg

Tu bara lamo dirawat, lai baminum ubek taruih?

2 minggu lah bg, indak bg acok lupo.

Sabalunyo ado sakik sakik parah jiv?

Ndak pernah do bg Riwayat medis tidak ada

Kalau makai ubek atau nge lem ado jiv?

Ndak ado do bg, tapi kok rokok yo kancang bg, 3 bungkuih sahari.

Riwayat penggunaan NAPZA tidak ada

(38)

38

Rajiv lai tau kalau rajiv tu sadang sakik?

Awak ndak sakik do bg, Cuma emosi se kurang stabil

Tilikan 1

Baa ndak sakik tu, kan lai tau rajiv dima kini kan?

Lai bg, di rumah sakik jiwa gaduik bg.

Orientasi waktu dan tempat baik

Tanggal bara kini jiv? Tanggal 9 juni 2017 bg Kok kebakaran ruangan ko,

apo nan rajiv lakukan?

Lari wak bg,

menyelamatkan diri

Diskriminatif Judgement tidak terganggu.

Yolah jiv, dari penilaian abg kini rajiv ado mandanga suaro suaro, ado nan mangandalian diri rajiv, sudah tu abg caliak suasana perasan rajiv maningkek,

makonyo rajiv dirawat

disiko. Ubeknyo minum teratur yo jiv jan sampai ndak diminum

Yo bg

Ado nan ka ditanyo jiv? Ndak ado bg

(39)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003 2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket

Handbook of Psychiatric Drug Treatment

3. Kaplan HI,Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 33-46

4. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Physchiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2009

5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.

6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2013.

7. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita GangguanJiwa. Availablefrom URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com

8. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. 4 thed. Indonesia; Gaya baru jakarta. 1995

9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1. Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141

Gambar

Tabel 3. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) 5  Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
Tabel  4.  Pedoman  Diagnostik  Gangguan  Skizoafektif  berdasarkan  PPDGJ- PPDGJ-III 6
Tabel  6.  Pedoman  Diagnostik  Psikotik  Lir-skizofrenia  (schizophrenia-like)  Akut berdasarkan PPDGJ-III

Referensi

Dokumen terkait

a. untuk semua ibu pase akti kala  persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partogra harus digunkan" baik tanpa apapun adanya penyulit. Partogra akan

Bidang Karantina Hewan Selama Tahun 2014 telah melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan fungsi berdasarkan Peraturan Perundangan Karantina yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 200 3

Pada tahun 2014/2015 Pemerintah mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 dan salah satu kebijakan yang diambil adalah menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada sekolah

Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal, dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien dengan space occupying lesion yang menekan radiks saraf.. Pada pasien ruptur

ANALISIS ESTIMASI ERROR PADA SOLUSI NUMERIK KdV DENGAN METODE CRANK- NICOLSON.. Jamhuri, M.Si

Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang