• Tidak ada hasil yang ditemukan

sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara kodrati manusia adalah makhluk individual dan sosial. Dalam kodratnya

sebagai makhluk sosial maka manusia akan senantiasa berinteraksi dengan orang lain

(individu dan lingkungan lain). Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan atau

kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di mana ia akan dikendalikan dan

mengendalikan, menghargai dan dihargai juga ingin mencintai dan dicintai.

Kebutuhan atau dorongan untuk berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang

berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi

dalam kegiatan, menikmati aktifitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku

saling bekerja sama, saling mendukung dan konformitas

Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan

mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi dengan

orang lain yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang

dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok- kelompok

manusia, maupun antara orang-perorangan dalam kelompok manusia. Interaksi Sosial dapat

dibangun ketika memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

Kehidupan seseorang selalu diwarnai dengan pola atau bentuk interaksi yang

berbeda. Interaksi yang terjadi dapat berbentuk asosiatif maupun disasosiatif dan juga dapat

dilakukan dalam situasi yang berbeda.

Ketika manusia berinteraksi dengan orang lain maka ia akan sadar bahwa ia tidak

(2)

macam hal, belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, belajar untuk menerima orang lain

dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan belajar untuk menghargai orang lain.

Melalui interaksi sosial manusia juga dapat berbagi dengan orang lain baik suka maupun

dukanya. Interaksi antara manusia dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah

konsep diri.

Konsep diri adalah bagaimana cara individu menilai dirinya. Penilaian atau

pandangan individu terhadap dirinya dapat bersifat positif maupun negatif. Ketika seseorang

memiliki pandangan atau penilaian yang positif terhadap dirinya maka ia akan menerima

dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Individu yang memiliki

konsep diri yang positif akan memiliki rasa percaya diri dan keyakinan terhadap diri sendiri

serta akan memiliki dorongan untuk berinteraksi lebih baik dengan orang lain.

Hasil dari sebuah penelitian yang dilakukan dahulu oleh Hightower pada tahun 1988

(Santrock, 2003:220) dikatakan bahwa kemampuan seorang untuk menjalin hubungan atau

berinteraksi dengan orang lain erat kaitannya dengan konsep diri yang dimiliki orang itu.

Orang yang mempunyai konsep diri yang positif, cenderung bersikap optimis, percaya diri

dan memiliki dorongan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Sebaliknya

orang yang mempunyai konsep diri yang negatif akan bersikap rendah diri, pesimistis,

minder, dan menarik diri dari lingkungan atau komunitasnya.

Individu dapat menilai dirinya dari berbagai aspek antara lain dari aspek fisik yaitu

bagaimana pandangan, penilaian dan perasaan individu tentang fisiknya, aspek pribadi yaitu

bagaimana pandangan, penilaian, perasaan individu tentang pribadinya sendiri, aspek sosial

yaitu bagaimana pandangan, penilaian dan perasaan individu tentang kecenderungan sosial

(3)

perasaan individu tentang keberadaannya dalam keluarga. Individu dikatakan memiliki

konsep diri positif apabila ia memandang secara positif aspek fisik, aspek pribadi, aspek

sosial dan aspek keluarga yang dimilikinya, sebaliknya individu dikatakan memiliki konsep

diri negatif apabila ia memandang secara negatif hal-hal tersebut.

Kebutuhan berinteraksi bukan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, tetapi

merupakan kebutuhan dari semua orang termasuk orang yang terinveksi HIV/AIDS yang

disebut dengan ODHA. ODHA tentu tidak terlepas dari kodratnya sebagai makhluk

individual dan sosial, yang juga memiliki dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi

dengan orang lain,

Bentuk interaksi sosial yang sebaiknya dimiliki oleh ODHA adalah interaksi yang

bersifat asosiatif yaitu interaksi yang mengarah kepada persatuan yang meliputi akomodasi,

kerjasama, asimilasi dan akulturasi.

Berdasarkan hasil pengamatan ketika beberapa kali melakukan kunjungan ke LSM

Satu hati Kupang, dan berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan LSM, peneliti

mendapatkan informasi bahwa terdapat kesenjangan sosial ODHA dengan orang lain bahkan

dengan orang-orang terdekat seperti keluarga mereka sendiri. ODHA cenderung untuk

mengucilkan dirinya dan menutup dirinya dari berbagai macam hubungan dan kerja sama

dengan orang lain. Sikap sosial yang dimiliki ODHA tersebut akan mempengaruhinya

merasa tidak berarti dan dapat memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Hasil

Observasi dan wawancara dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.

Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara

konsep diri dengan interaksi sosial ODHA (Studi Deskriptif Kuantitatif pada ODHA di LSM

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah:

1. Masalah Umum

Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial

pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016?

2. Masalah Khusus

a. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dengan interaksi sosial

pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016?

b. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri pribadi dengan interaksi

sosial pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016?

c. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri sosial dengan interaksi sosial

pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016?

d. Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri keluarga dengan interaksi

sosial pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Tujuan Umum

untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan

(5)

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016.

2) Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri pribadi dengan

interaksi sosial pada ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016.

3) Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri sosial dengan

interaksi sosial pada orang dengan ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun

pendampingan 2016.

4) Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara konsep diri keluarga

dengan interaksi sosial pada orang dengan ODHA di LSM Satu Hati Kupang

tahun pendampingan 2016.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Para Pendamping ODHA

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi para pendamping sehingga dapat membantu ODHA membangun

(6)

b. ODHA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ODHA agar dapat membentuk

konsep diri yang baik yang dapat membantunya untuk berinteraksi secara baik

dengan orang lain.

c. Kepala LSM Satu Hati Kupang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi kepala LSM Satu

Hati Kupang agar dapat meningkatkan kerjasama yang baik dengan para

pendamping untuk dapat membantu ODHA membentuk konsep diri yang positif

sehingga interaksi sosial ODHA menjadi lebih baik.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian perlu dibatasi agar peneliti lebih berfokus pada obyek yang

diteliti. Sehubungan dengan itu, peneliti membatasi lingkup penelitian yang mencakup:

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri sebagai variabel bebas yang diberi

simbol X dan interaksi sosial sebagai variabel terikat yang diberi simbol Y.

2. Populasi dan Sampel penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 34 ODHA di LSM Satu Hati Kupang Tahun

pendampingan 2016.

(7)

Sampel dalam penelitian ini adalah 27 ODHA di LSM Satu Hati Kupang Tahun

pendampingan 2016.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah LSM Satu Hati Kupang, Jln Hati Murni, No.7, RT.15,

RW.05, Kel.Fatululi, Kec.Oebobo-Kota Kupang.

d. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan (Januari-Juni 2016)

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar

Menurut Winarno dalam Arikunto (2012:104) “Anggapan dasar adalah sesuatu

yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya”.

Arikunto (2012:104) menjelaskan bahwa perlunya anggapan dasar adalah:

a. Agar ada dasar untuk berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti.

b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat penelitian.

c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Menurut Surachmat (1980:107) “ Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anggapan dasar atau

postulat merupakan landasan yang menjadi titik tolak untuk mempertegas variabel guna

(8)

Hurllock dalam Burns (1993:42) menjelaskan bahwa individu dengan penilaian

positif terhadap dirinya akan menyukai dan menerima keadaan dirinya, harga dirinya

serta dapat melakukan interaksi sosial secara tepat.

Konsep diri merupakan modal dasar bagi seseorang dalam berinterinteraksi

dengan orang lain. Konsep diri yang positif cenderung menimbulkan perasaan yakin

terhadap kemampuan diri, percaya diri dan harga diri, sehingga akan membuat individu

bersifat terbuka dan mudah untuk berinteraksi dengan orang lain. Konsep diri yang

negatif cenderung akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri

sendiri, sehingga akan menyulitkan individu dalam berinteraksi dengan orang lain.

Mengacu pada pernyataan dan teori yang dijadikan landasan, maka anggapan

dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Interaksi sosial ODHA ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah konsep

diri.

b. Semakin positif konsep diri yang dimiliki ODHA, semakin mudah interaksi sosial

ODHA dengan orang lain. Sebaliknya semakin negatif konsep diri yang dimiliki

ODHA, semakin sulit interaksi sosial ODHA dengan orang lain.

2. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2012:110) “hipotesis adalah suatu jawaban sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai mendapat bukti-bukti kebenaran dari data yang terkumpul”.

Mardalis (2010:52) menjelaskan bahwa hipotesis terdiri dari dua macam yaitu

(9)

a. Hipotesis mayor merupakan hipotesis pokok yang akan diuji kebenarannya

dalam suatu penelitian. Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis Nihil (Ho) dalam penelitian ini berbunyi: tidak ada hubungan yang

signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial ODHA di LSM Satu

Hati Kupang tahun pendampingan 2016.

2) Hipotesis Kerja (Ha) dalam penelitian ini berbunyi: ada hubungan yang

signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati

Kupang tahun pendampingan 2016.

b. Hipotesis minor merupakan perluasan dari hipotesis mayor. Hipotesis minor

dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis Nihil (Ho) dalam penelitian ini berbunyi:

a) Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016.

b) Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri pribadi dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016.

c) Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri sosial dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016.

d) Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri keluarga dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

(10)

2) Hipotesi kerja (Ha) dalam penelitian ini berbunyi:

a) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dengan interaksi

sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016.

b) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri pribadi dengan interaksi

sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016.

c) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri sosial dengan interaksi

sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016.

d) Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri keluarga dengan

interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016.

F. Penegasan Konsep

Sehubungan dengan penelitian ini ada dua konsep yang perlu diberi penjelasan

sehingga menjadi lebih jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda oleh

para pembaca. Konsep-konsep tersebut adalah:

1. Konsep Diri

Menurut Brehm dan Kassian dalam Dayakisni dan Hudaniah (2012:55) “Konsep

diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri sifat) yang

dimilikinya”.

Menurut Calhoun (1995:90) “konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri

yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian tentang

(11)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri

merupakan keyakinan dan gambaran individu terhadap ciri-ciri pribadi yang dimilikinya.

Sehubungan dengan penelitian ini yang dimaksud dengan konsep diri adalah cara

pandang dan penilaian ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan 2016

tentang dirinya yang meliputi aspek diri fisik, aspek diri pribadi, aspek diri sosial dan

aspek diri keluarga.

2. Interaksi Sosial

Menurut Walgito (1999:65), “Interaksi sosial adalah hubungan antara individu

yang satu dengan individu yang lainnya di mana individu yang satu dapat mempengaruhi

individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik”.

Ahmadi (1990:54) menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara dua

individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,

memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah

hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi

secara timbal balik.

Sehubungan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah

hubungan atau interaksi sosial ODHA di LSM Satu Hati Kupang tahun pendampingan

2016 dengan orang lain yang nampak dalam hubungan yang berbentuk akomodasi yaitu

bentuk interaksi di mana sekelompok orang sepakat untuk mencegah pertentangan,

kerjasama yaitu bentuk interaksi di mana sekelompok orang bekerjasama saling

(12)

kebudayaan atau kebiasaan untuk menghasilkan kebiasaan yang baru dan menghilangkan

kebiasaan lama, serta akulturasi yaitu perpeduan antar dua kebudayaan atau kebiasaan

Referensi

Dokumen terkait

dengan pendekatan USG ( Urgency, Seriousness, Growth ) atau dengan Matriks Prioritas Masalah, Hasil penelusuran atas evaluasi kebijakan Kebijakan Penetapan Rute

Memperhatikan ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta Lampirannya, Surat Edaran

Pada hari ini Kamis tanggal dua puluh satu bulan Juni tahun dua ribu dua belas, melalui website LPSE Kementerian Keuangan ( www.lpse.depkeu.go.id) telah dilaksanakan

169.570.500,- (Seratus Enam Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah).. Nama Penyedia : CV

Demikian pengumuman pemenang lelang ini disampaikan, kepeda peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang, diberikan kesempatan untuk mengajukan

Pada hari ini,Rabu tanggal Dua puluh bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas (18-06-2012), Kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan Pengadaan Redesain Gedung Kantor Pada

Untuk memperoleh asam lemak dari minyak biji karet, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan cara hidrolisis.. Proses hidrolisis menguraikan minyak biji

Sistem pakar yang telah dibuat menghasilkan aplikasi yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dengan memberikan fleksibilitas dan solusi untuk