• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar-setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan-sebab perilaku bolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan bolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah. Buntutnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering bolos, bahkan di daerah-daerah pun perilaku bolos sudah menjadi kegemaran. Bayak siswa yang sering bolos bukan hanya disekolah sini saja tetapi banyak sekalah mengalami hal yang sama kesemua di sebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri. Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan bolos adalah mata pelajaran yang yang tidak diminati. Bagi siswa yang kebanyakan remaja dan penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan berkatifitas itu sangat mengganggu sekali. Sebab masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas.

Berdasarkan perkembangannya, usia remaja adalah usia pencarian jati diri. Dan tentu saja sistem pendidikan yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang 'menyejukkan' membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan bolos, walaupun

(2)

secara tak langsung itu juga sebenarnya bukan jawaban yang baik. Terbukti, siswa yang suka bolos seringkali terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan.

Tumpuan kesalahan perilaku bolos kebanyakan di bebankan kepada anak didik yang terlibat bolos. Ketika kasus demi kasus dapapat terungkap anak didiklah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap yang tidak mendukung justru akan menambah masalah. Sikap humanis dan saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk menyelesaikan masalah perilaku bolos. Unsur-unsur yang ada disekolah bisa saja menjadi alasan anak bisa bolos. Seperti fenomena yang telah di paparkan di atas bukan saja anak yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan. Betapa seriusnya perilaku bolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja pihak sekolah tetapi juga orang tua, teman dan pemerintah. Perilaku bolos sangat merugikan dan bahkan itu bisa saja sumber masalah baru. Jika masalah ini terus dibiarkan bukan saja anak itu sendiri tetapi juga sekolah dan guru yang menjadi orang tua di sekolah yang menangungnya. Banyak kasus-kasus yang diakibatkan oleh bolos seperti yang telah diuraikan di atas. Pemuda adalah aset bangsa, merekalah generasi-generasi penerus yang akan mengenggam kayu estafet kemajuan bangsa ini.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru BK di SMP Negeri 3 Harian, Samosir, pada tanggal 8 Desember 2015, sekitar 25% selama semester ganjil T.A 2015/2016, kurang bahkan hampir tidak memiliki kesadaran untuk hadir maupun bersikap positif dalam menanggapi pentingnya kehadiran dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekitar 10% diantaranya dilakukan oleh siswa kelas VIII. Sebagian besar hal ini disebabkan karena siswa kesulitan dalam memahami pelajaran, anggap remeh akan pentingnya hadir dalam proses

(3)

belajar mengajar dan kurang percaya diri karena merasa tidak disukai teman-temannya di dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini ditemukan beberapa masalah yang menyangkut siswa-siswi yang sering bolos pada hari tertentu, tidak hadir sekolah tanpa adanya alasan yang jelas, hukuman yang diberikan tidak memberi efek jera dengan anggapan bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar.

Penelitian ini selain menggunakan buku-buku dan jurnal penelitian serta artikel internet sebagai literatur, juga merujuk pada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang relevan tentang perilaku membolos.

Dalam jurnal penelitian oleh Wanda Esa Adi Wibowo (2013), dengan judul Upaya Mengatasi Perilaku Membolos Sekolah Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Behavior Teknik Kontrak Perilaku (Penanganan Kasus Pada Siswa Smp Negeri 4 Rembang). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan perilaku bolos diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dalam diri individu. Faktor internal yang menyebabkan siswa membolos diantaranya tidak adanya minat siswa untuk pergi ke sekolah, atau motivasi dan tidak adanya disiplin diri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu, faktor eksternal penyebab siswa membolos dapat berasal dari keluarga, teman dan sekolah. Dan alternatif layanan konseling individual dengan pendekatan behavior teknik kontrak perilaku dapat digunakan untuk membanti mengatasi masalah perilaku bolos siswa di sekolah.

(4)

Penelitian selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Astuti, Indri (2009) dengan judul Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Individual (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Muhammadiyah I Purbalingga) Pada Tahun Pelajaran 2008/2009). Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) Adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk membolos dan pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak dapat diterima di lingkungannya. (2) Bentuk perilaku membolos berupa sering keluar saat jam pelajaran, karena malas belajar, tidak masuk sekolah dengan berselang seling hari, dan bermain game. (3) Alternatif penanganan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi perilaku membolos antara lain menggunakan pendekatan behavior melalui teknik assertive training dan teknik rasional emotif.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka perlu diberikan bantuan untuk mengatasi masalah perilaku bolos. Adapun bantuan yang dapat diberikan yaitu dengan memberikan bimbingan. Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan individu. Dalam bimbingan, yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu itu sendiri. Ada beberapa jenis bimbingan, salah satu diantaranya yang digunakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa

(5)

penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, maupun sosial. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah. Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik, antara lain pemberian informasi atau ekspositori, diskusi kelompok, pemecahan masalah, bermain peran, permainan simulasi dan lain sebagainya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemecahan masalah (problem solving).

Teknik pemecahan masalah (problem solving) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Teknik problem solving ini melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

(6)

Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik problem solving (pemecahan masalah) yang bertujuan agar siswa memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif serta memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan betindak. Bimbingan kelompok teknik problem solving merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki.

Sehubungan dengan masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian menyangkut perilaku bolos dengan judul, Pengaruh Pemberian Layanan

Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Perilaku Bolos Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ditemukan adalah: 1) siswa-siswi yang sering bolos pada hari tertentu, 2) siswa-siswi tidak hadir sekolah tanpa adanya alasan yang jelas, 3) hukuman yang diberikan tidak memberi efek jera, 4) adanya anggapan bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar. 1.3 Pembatasan Masalah

Agar lebih mudah dalam memahami proposal penelitian ini, penulis membatasi penelitian hanya pada “Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan

(7)

Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Perilaku Bolos Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016”.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pemberian layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap perilaku bolos siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Tahun Ajaran 2015/2016?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pemberian layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap perilaku bolos siswa di SMP Negeri 3 Harian, Samosir T.A 2015/2016.

Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap siswa yang tidak hadir di sekolah tanpa alasan yang jelas.

2. Untuk mengetahui pengaruh layanan Bimbingan Kelompok teknik problem solving terhadap siswa yang meninggalkan ruangan kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.

1.6 Manfaat Penelitian

(8)

1. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a) Bagi Sekolah

Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam mengatasi perilaku bolos siswa di sekolah.

b) Bagi Guru BK

Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan masukan pengayaan teori terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah perilaku bolos siswa di sekolah dengan layanan Bimbingan kelompok teknik problem solving.

c) Bagi Guru Bidang Studi

Dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam mengatasi perilaku bolos siswa yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap aktivitas belajar siswa di kelas.

d) Bagi Orang Tua

Dapat bermanfaat sebagai masukan dan wawasan untuk mengkontrol dan mencegah siswa dari perilaku bolos.

e) Bagi Siswa

Dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku disiplin sekolah, khususnya dalam bidang kehadiran.

(9)

2. Manfaat Konseptual

Secara konseptual, hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan yang berhubungan dengan layanan bimbingan dan konseling teknik problem solving dalam mengatasi perilaku bolos siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, peneliti mengasumsikan bahwa guru dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan menerapkan pendekatan open-ended hal ini

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah menggunakan model pembelajaran Problem Solving (pemecahan

Dari uraian di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan kolaborasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Model

a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan

Berdasarkan uraian diatas, maka pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan model pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving(TAPPS)

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing- Prompting merupakan

Untuk mengetahui bagaimana indikator kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan model PBL dengan teknik Scaffolding

Pengaruh Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Proses pembelajaran dengan pendekatan Problem Centered