2015
PUSAT PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH
LAPAN
PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH DATA SATELIT
DAN PESAWAT LAPAN
i
LAPORAN KEGIATAN LITBANGYASA
PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH DATA SATELIT DAN
PESAWAT LAPAN
Oleh:
Dony Kushardono
I Made Parsa
Samsul Arifin
BM Riyanto
Sunaryo
Mukhoriyah
Dipo Yudhatama
Anwar Annas
Nurwita Mustika Sari
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Jl. Kalisari No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. (021) 8710065 Faks. (021) 8722733
iii KATA PENGANTAR
Undang-undang No.21 tahun 2013 mengamanatkan kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menetapkan metode dan kualitas pengolahan data penginderaan jauh. Sehubungan dengan hal tersebut, akan dilakukan kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) pemanfaatan penginderaan jauh sebagai dasar dalam penentuan metode dan kualitas pengolahan data. Kegiatan litbangyasa tersebut tentunya tidak dilakukan dalam waktu setahun atau dua tahun sehingga metode dan kualitas data langsung ditetapkan, namun memerlukan proses dan waktu yang cukup panjang. Agar setiap kegiatan untuk menuju hal tersebut terdokumentasi dengan baik, maka disusunlah buku laporan setiap tahunnya.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan buku hasil litbangyasa dengan judul Pengembangan Nilai Tambah Data Satelit dan Pesawat LAPAN telah diselesaikan dengan baik. Buku ini disusun sebagai bukti pertanggung jawaban hasil kegiatan litbangyasa yang dibiayai oleh DIPA Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Buku ini intinya terdiri dari 6 Bab yang memuat (1) Pendahuluan, (2) Pelaksanaan Kegiatan, (3) Hasil Pelaksanaan , (4) Kesimpulan dan Saran (6) Daftar Pustaka. Buku ini disertai dengan lampiran-lampiran yang mendukung hasil kegiatan tersebut.
Dalam penyusunan buku ini tentunya melibatkan tim litbangyasa yang bekerja selama tahun 2015, narasumber baik dari tim litbangyasa yang lain dan perguruan tinggi, dan juga pihak-pihak lain yang terkait. Masukan-masukan dan hasil-hasil diskusi memperkaya kegiatan ini sehingga mendapatkan hasil yang semakin baik. Kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu kegiatan ini, saya selaku Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada tim litbangyasa yang telah melakukan kegiatan litbangyasa ini, selain buku ini diharapkan juga dipublikasikan hasil temuan-temuan yang sudah didapatkan dalam media yang lain seperti Jurnal, baik nasional maupun internasional.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, buku ini tentunya tidak sempurna, namun ini akan menjadi dokumen yang penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan selanjutnya. Kritik dan saran terkait penyusunan buku ini dapat disampaikan langsung, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini akan dapat membantu agar penyusunan buku berikutnya menjadi lebih baik.
Jakarta, 14 Desember 2015 Kepala
PusatPemanfaatanPenginderaanJauh,
iv
DAFTAR ISI
Halaman:
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan dan Tujuan 2
II. PELAKSANAAN KEGIATAN 2
2.1. Bahan 2
2.2. Metode 2
2.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 2
2.4. Personil Kegiatan 3
III. HASIL PELAKSANAAN 4
3.1. Akusisi data LSA (Lapan Surveillance Aircraft) 4
3.2. Hasil Survey lapangan 5
3.3. Hasil Litbang Pemanfaatan data LSA 7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 10
v DAFTAR GAMBAR
Halaman: No
1 Gambar 3-1 Perencanaan terbang LSA di pantura pada tanggal 18 – 19 September 2015
4 2 Gambar 3-2 Masalah radiometric pada hasil citra mozaik 5
3 Gambar 3-3 Visualisasi objek perkotaan 6
4 Gambar 3-4 Visualisasi objek pesisir 7
5 Gambar 3-5 Potensi pemanfaatan untuk inventarisasi dan pemantauan wilayah pesisir
8 6 Gambar 3-6 : Contoh pemanfaatan perkotaan dalam pemantauan
lahan terbuka hijau
8 7 Gambar 3-7 : Interpretasi berdasarkan komposit NIR, NDVI, RED
(Sumber: Data yang diolah)
9 8 Gambar 3-8 : Identifikasi dan interpretasi tambak 10 9 Gambar 3-9 : Kenampakan fase sawah pada citra kamera
multispektral
10
DAFTAR TABEL
Halaman: No
1 Tabel 2-1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 3
2 Tabel 2-2 : Personil dan tugas dalam Kegiatan Pengembangan Nilai
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman: No
Lampiran 1 Laporan Survey Lapangan di Kabupaten Indramayu pada
tanggal 28 September-2 Oktober 2015 15
Lampiran 2 Naskah Hasil Penelitian yang sedang dalam proses publikasi ilmiah melalui Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN 2015
59
Lampiran 3 Naskah Hasil Penelitian yang sedang dalam proses publikasi ilmiah melalui Sinasinderaja 2015 (Pengolahan Data Kamera Multispektral pada Pesawat LSA-01 Untuk Pemantauan Pertanian)
72
Lampiran 4 Naskah Hasil Penelitian yang sedang dalam proses publikasi ilmiah melalui Sinasinderaja 2015 (Pemanfaatan Data Foto LAPAN Surveillance Aircraft dengan Kamera Multispektral Untuk Melihat Kualitas Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau Perkotaan)
83
Lampiran 5 Naskah Hasil Penelitian yang sedang dalam proses publikasi ilmiah melalui Sinasinderaja 2015 (Identifikasi dan Interpretasi Visual Citra kamera Digital Multispektral untuk Objek Wilayah pesisir)
1
PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH DATA SATELIT DAN
PESAWAT LAPAN
Dony Kushardono*), I Made Parsa, Samsul Arifin, BM Riyanto, Sunaryo, Mukhoriyah, Dipo Yudhatama, Anwar Annas, Nurwita Mustika Sari, Galdita
Aruba Chulafak
Pusat pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN *)Email : dony_kushardono@lapan.go.id I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tehnologi penginderaan jauh sudah lama dikembangkan dan sudah banyak datanya dimanfaatkan untuk pemantauan lingkungan, cuaca maupun inventarisasi sumberdaya alam. Disisi yang lain sehubungan Inpres No.6 tahun 2012 yang menugaskan LAPAN menjadi institusi penyedia data satelit resolusi tinggi (lebih besar dari 4 meter), maka kebutuhan data resolusi tinggi untuk memenuhi permintaan seluruh wilayah Indonesia juga akan menjadi besar.
Saat ini data penginderaan jauh resolusi tinggi banyak dibutuhkan di Indonesia, diantaranya untuk penyediaan peta skala rinci untuk mendukung pembangunan pedesaan yang sedang digalakan pemerintah, mendukung penilaian objek pajak lahan, perencanaan infrastruktur jalan dan bangunan, pengembangan wilayah perkotaan, pertanian hingga pengawasan hasil pembangunan.
Data penginderaan jauh resolusi tinggi umumnya diperoleh dari satelit komersil seperti IKONOS, WorldView, QuickBird, GeoEye yang resolusi spasialnya 1 m hingga 31 cm. Akan tetapi data satelit tersebut selain harganya cukup mahal, misal Data IKONOS $20 Amerika per Km2 dan WorldView-2 $38 Amerika per Km2, tetapi juga waktu pemesanan (delivery order) sekitar 2 minggu bahkan bisa lebih sehubungan adanya kendala liputan awan. Sementara itu dekade terakhir, sehubungan makin berkembangnya sistem tehnologi kamera pencitraan dengan ukurannya yang semakin kecil, sudah mulai banyak dikembangkan pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk pengamatan lahan melalui udara. LAPAN yang sudah mulai banyak mengembangkan pesawat untuk misi pemantauan dengan pesawat baik tanpa maupun dengan awak. Sehingga memiliki kesempatan yang baik untuk mendukung penyediaan data penginderaan jauh resolusi tinggi dari data kamera pada pesawat LAPAN.
Pada tahun 2013 dan 2014, telah dilakukan pengkajian sistem akuisisi hingga potensi pemanfaatan data pesawat LAPAN melalui studi pustaka maupun ujicoba sebagian pengolahan datanya. Tahun 2015 merupakan lanjutan pengkajian yang akan ditujukan untuk menyempurnakan kajian pemanfaatan datanya sehingga tercipta pedoman produk informasi penginderaan jauh dari Data Pesawat di LAPAN. Pada tulisan ini dilaporkan hasil pelaksanaan kegiatan selama semester 1 tahun 2015 sebagaimana yang dipaparkan berikut dibawah.
2
1.2. Permasalahan dan Tujuan
Permasalahaan pemanfaatan data penginderaan jauh pesawat LAPAN adalah belum adanya kajian potensi pemanfaatan data LSA LAPAN untuk menjalan misi penginderaan jauh dalam rangka mendukung produksi informasi kondisi lahan di Indonesia, khususnya inventarisasi SDA (sumberdaya alam) dan mitigasi bencana.
Dengan demikian kegiatan tahun anggaran 2015 ini bertujuan mengkaji dan mengembangkan nilai tambah data penginderaan jauh terbaru untuk mendukung penyediaan data resolusi tinggi untuk pemantauan SDA, lingkungan dan kebencanaan, dengan sasaran tersedianya dokumen kajian potensi pemanfaatan data penginderaan jauh Pesawat LAPAN untuk inventarisasi sawah dan perkebunan, serta pengembangan metode pemanfaatan datanya untuk mendukung produksi informasi penginderaan jauh di Indonesia.
II. PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah Data Citra penginderaan jauh udara hasil akuisisi pesawat LSA mempergunakan Kamera Multispektral, pada tanggal akuisisi bulan September 2014 dan tahun 2015 nanti.
Adapun rencana wilayah kajiannya adalah sebagaimana perencanaan terbang yang dudah pernah dibuat dan dihitung oleh Pustekbang dan Pustekdata LAPAN, yakni meliputi area sekitar Pantura Jawa Barat.
2.2. Metode
Kegiatan penelitian pengembangan nilai tambah data penginderaan jauh dari pesawat LAPAN dilaksanakan dengan tahapan meliputi :
a. Kajian literatur,
b. Kajian awal data LSA dari arsip untuk mengetahui potensi pemanfaatannya.
c. Survei dan Pengumpulan data ke daerah Cirebon dan Bandung,
d. Pengadaan peralatan Digital Kamera GPS sebagai sensor Pesawat untuk akuisisi data foto,
e. Kajian Potensi Data Pesawat LAPAN yang meliputi metode pengolahan data dan analisis datanya,
f. Rapat teknis perumusan metode pemanfaatan, g. Pelaporan hasil kegiatan dan publikasi.
2.3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan jadwal mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan hingga laporan akhir sebagaimana Tabel 2-1 berikut di bawah. Dimana setelah penyusunan proposal teknis kegiatan dan kajian awal data LSA, diharapkan bersama dengan Pustekbang LAPAN melakukan akuisisi data terbaru di daerah Pantura Jawa Barat. Kemudian dari data yang diperoleh dilakukan pengolahan dan kajian metodenya, yang secara berkala hasilnya disampaikan secara terbatas kepada pakar untuk mendapatkan masukan. Setelah
3 diperoleh hasil dilakukan pembuatan pedoman pemanfaatan data dan publikasi ilmiah.
Tabel 2-1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tahap Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Proposal Teknis x x
Kajian awal Data LSA x X
Akuisisi Data x X x X x x
Pertemuan teknis / rapat
perumusan / survey lapangan X x x x
Perumusan dan kajian pemanfaatan data Pesawat LAPAN
X x x x x x x
Pembuatan pedoman pemanfaatan data Pesawat LAPAN
x x x x x x
Publikasi Hasil Kegiatan x x x
Pelaporan x x x x
2.4. Personil Kegiatan
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh No. 014 Tahun 2015 tertanggal Januari 2015 tentang Pembetukan Tim Pelaksana Kegiatan Litbangyasa Pemanfaatan Penginderaan Jauh Tahun Anggaran 2015, personil pelaksana kegiatan adalah dari kalangan peneliti dan perekayasa di lingkungan Pusfatja LAPAN yang akan memiliki tugas sesuai dengan bidang fungsionalnya seperti yang ditampilkan pada Tabel 2-2 berikut dibawah.
Tabel 2-2 : Personil dan tugas dalam Kegiatan Pengembangan Nilai Tambah Data
Penginderaan Jauh TA 2015
No.
Nama Tugas dalam kegiatan1
Dr.Ir. Dony Kushardono, M.Eng- Memimpin pelaksanaan penelitian - Membuat laporan
- Memberi supervisi penulisan KTI - Merumuskan Pedoman Pemanfaatan
2
Ir. I Made Parsa, M.Si. Penanggung jawab sub-kegiatan kajian aplikasi pertanian4
3
Samsul Arifin, S.Si., M.Si. Penanggung jawab sub-kegiatan kajian aplikasi pesisir4
BM Riyanto, S.Kom. Penanggung jawab sub-kegiatan kajian tekno-ekonomi5
Drs. Sunaryo Anggota sub-kegiatan kajian tekno-ekonomi6
Mukhoriyah, S.T. M.Si. Anggota sub-kegiatan kajian aplikasi pertanian7
Dipo Yudhatama,S.T. Anggota sub-kegiatan kajian aplikasi pesisir8
Anwar Annas, S.T. Penanggung jawab sub-kegiatan pengolahandata standar
9
Nurwita Mustika Sari, S,Si. Penanggung jawab sub-kegiatan kajian aplikasi lingkungan perkotaan / mangrove3. HASIL PELAKSANAAN
3.1. Akusisi data LSA (Lapan Surveillance Aircraft)
Perencanaan terbang seperti yang ditunjukan pada Gambar 3-1, dimana pesawat terbang pada ketinggian 6000 kaki untuk mendapatkan cakupan data per scene 1.4 km x 1.05 km dengan resolusi spasial 68cm. Dengan kecepatan terbang yang direncanakan 90 kts dan jarak antar lintasan 0.84 km serta selang waktu take picture kamera 9.08 detik, maka didapatkan tumpang susun antar scene endlap (belakang) 60%, sidelap (samping) = 40%. Selain itu untuk menghasilkan informasi metadata posisi pengambilan data, Sensor TetraCam-ADC juga dihubungkan dengan sensor GPS agar datanya dapat diolah awal untuk dimozaik dan dikoreksi ortho.
Gambar 3-1 : Perencanaan terbang LSA di Pantura pada akuisisi tanggal 18-19
September 2015
Dari akuisisi dihasilkan sejumlah raw data yang kemudian dengan menggunakan perangkat lunak untuk mengekstraksi data per band merah, hijau dan inframerah mengunakan metode bayer filter, dihasilkan sejumnlah file data multitemporal 3 band (band merah, hijau, inframerah) yang dilengkapi dengan metadatanya berupa posisi lintang bujur dan ketinggian sensor.
5 Citra yang didapat dari akuisisi LSA ini membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk menyelesaikan satu lintasannya, akusisi lintasan paling utara pukul 08.00 dan lintasan paling utara pukul 11.00, sehingga pengaruh matahari akan cukup berbeda pada kedua lintasan dan akan terlihat perbedaannya ketika citra dimozaik. Pada gambar 3-2 memperlihatkan adanya perbedaan kecerahan / iluminasi dari utara ke selatan yang diakibatkan lamanya waktu akuisisi.
Gambar 3-2 . Masalah radiometrik pada hasil mozaik citra ( Sumber data yang di olah)
3.2. Hasil Survey lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk pengumpulan data lapangan bersamaan dengan menggunakan data dari LSA pada areal perkotaan, persawahan, dan pesisir di Kabupaten Indramayu, dalam rangka untuk pengembangan model pemanfaatan serta validasi data LSA untuk mendukung produksi informasi inderaja. Detail pelaksanaan survey lapangan disampaikan pada lampiran 1
Informasi didapat dari survey ini berupa, a. Identifikasi objek di wilayah perkotaan
Identifikasi objek daerah perkotaan di indramayu untuk mengamati ruang terbuka hijau yang berupa pekarangan, bantaran sungai, hingga aset TNI berupa tanah/ lahan. Penyediaan ruang terbuka hijau bertujuan untuk menjaga ketersediaan lahan sebagai daerah resapan air, menciptakan aspek planologis perkotaan serta meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan.
6
Gambar 3-3. Visualisasi objek perkotaan
b. Identifikasi objek di wilayah pesisir
Dari identifikasi objek pesisir dapat diperoleh kelas tambak, mangrove, permukiman, dan laut. Pada wilayah pesisir timur maupun barat, pemanfaatan lahannya banyak digunakan sebagai lahan tambak garam, dan tambak ikan baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif. Dengan menggunakan kombinasi kanal 321 dan kunci interpretasi citra (rona dan warna, bentuk, ukuran, pola, asosiasi, tekstur), dapat teridentifikasi:
7
Gambar 3-4. Visualisasi objek pesisir
3.3. Hasil Litbang Pemanfaatan data LSA
Penelitian tahun anggaran 2015 dilakukan untuk mengetahui potensi pemanfaatan data peginderaan jauh menggunakan wahana pesawat ( LSA) dalam mendukung pemetaan skala rinci, pemantauan pertanian, mengetahui kualitas vegetasi pada ruang terbuka hijau serta interpretasi visual objek. Hasil dari penelitian ini sudah dipublikasikan dipertemuan ilmiah dan majalah ilmiah sebagaimana disampaikan pada lampiran 2, 3, 4 dan 5. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan citra mozaik berukuran 276,48 km2 dengan resolusi spasial 68 cm perpiksel dan memiliki kualitas geometric yang cukup baik. Dengan resolusi spasial 68 cm dapat dipergunakan untuk pengukuran luas objek penggunaan lahan wilayah pesisir seperti tambak dengan membuat polygon, sehingga diharapkan akan dapat dipergunakan untuk menghitung potensi objek pajak lahan dan bangunan. Selain itu Data LSA ini juga dapat dipergunakan untuk memantau kondisi lingkungan wilayah pesisir seperti contoh pada Gambar 3-5, dimana terlihat dengan jelas Citra LSA dapat mengidentifikasi jenis tambak, bakau, pemukiman serta kondisi lingkungan disekitarnya.
8
Gambar 3-5 : Potensi pemanfaatan untuk inventarisasi dan pemantauan wilayah
pesisir
Dengan resolusi spasial 68cm dan multispektral dengan band NIR, data LSA dimungkinkan untuk dipergunakan pemantauan lahan terbuka hijau daerah perkotaan. Pada Gambar 3-6 ditunjukan dengan menggunakan tehnik penajaman citra RGB ke HIS, daerah bervegetasi di Kota Indramayu ditunjukan dengan warna hijau, sehingga mudah diidentifikasi serta dapat dihitung luasan dengan metode klasifikasi berbasis objek sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Nurwita dan Dony (2014) menggunakan data resolusi spasial sangat tinggi.
9 Dari citra hasil akusisi LSA juga dapat dilakukan perhitungan indeks vegetasi dengan menggunakan NDVI (Normalize Difference Vegetable Index) karena memiliki kanal hijau, merah dan inframerah dekat. Untuk mempermudah dalam melakukan interpretasi visual, maka dilakukan komposit kanal dengan menggunakan komposit kanal NIR, NDVI, R, yang penampakannya seperti terlihat pada Gambar 3-7. Dengan menggunakan komposit tersebut, untuk area non vegetasi (pemukiman, fase bera, jalan, lahan terbuka) secara visual terlihat mengarah ke warna magenta. Sedangkan untuk wilayah dengan tingkat kehijauan tinggi (vegetasi maksimum / pemanjangan batang hingga bunting) secara visual terlihat berwarna kuning - hijau muda. Pada area dengan tingkat kehijauan sedang (fase vegetatif awal / anakan, fase generatif / pematangan) terlihat berwana hijau agak tua. Sedangkan untuk tingkat kehijauan rendah terlihat berwarna hijau tua seperti terlihat pada sungai yang kemungkinan terdapat vegetasi di dalamnya.
Gambar 3-7 :Interpretasi berdasarkan komposit NIR, NDVI, RED (Sumber: Data yang diolah)
Pada interpretasi visual objek wilayah pesisir dilakukan dengan melakukan kombinasi dan pengkontrasan/penajaman citra. Tambak sebagian besar di wilayah pesisir dapat diidentifikasi berdasarkan data citra kamera multispektral menjadi 3 jenis tambak yaitu tambak ikan, udang dan garam. Ketiga tambak ini memiliki karakteristik spektral yang berbeda jika dilihat dari sudut pandang kunci-kunci interpretasi. Dari segi warna tambak dapat diidentifikasi dan diinterpretasi bahwa tambak ikan berwana biru sampai biru asin atau cyan, tambak udang biru sampai hitam dan tambak garam berwana abu-abu sampai putih seperti pada gambar 3-8. Kenampakan perbedaan warna ketiga tambak ini kemungkinan disebabkan oleh kadar garam air atau kedalaman air. Dari segi asosiasi tambak ikan terdapat vegetasi mangrove, tambak udang terdapat teknologi kincir angin dan tambak garam terdapat lahan penampungan garam dan infrastruktur jalan. Analisis di atas didasarkan kemampuan kamera multispektral yang memiliki resolusi spektral dan resolusi spasial yang tinggi.
10
Tambak Ikan Tambak Udang Tambak Garam
Gambar 3-8 : Identifikasi dan interpretasi tambak
Vegetasi di wilayah pesisir pada penelitian ini yang cukup luas hanya terdapat vegetasi magrove, tegalan dan sawah. Dengan menggunakan citra kamera multispektral magrove terdapat di wilayah pesisir dengan bentuk tak beraturan, tektur kasar, benrtuk ada yang luas dan sempit memamjang dengan warna hijau sampai kuningberasosiasi dengan pantai. Sawah dilihat dari citra kamera multispektral memiliki bentuk kotak / persegi dengan tektur halus, ukuran sedang sampai besar, berasosiasi dengan permukiman dan sawah berwarana hitam-biru untuk sawah fase air, berwana hijau untuk sawah bervegetasi dan sawah berwarna cyan sampai putih dengan tektur kasar terdapat bintik-bintik hitam atau putih menunjukkan sawah fase bera.
Vegetasi ladang/tegalan berdasarkan citra kamera multispektral dapat diidentifikasi dan diinterpretasi berbentuk kotak/persegi, ukuran kecil dengan tekstur alus seperti pada gambar 3-9.
Sawah Fase Air Sawah Fase Vegetasi Sawah Fase Bera
Gambar 3-9 : Kenampakan fase sawah pada citra kamera multispektral
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Citra kamera multispektral yang digunakan pada LSA terdiri dari 3 band yaitu Band 1 (Green), Band 2 (Red) dan Band 3 ( Infra Merah Dekat).Band-band tersebut setara dengan band TM2, band TM3dan band TM4. Untuk melakukan pemrosesan data hasil akuisisi LSA dapat menggunakan langkah sebagai berikut:Data Mentah Ekstraksi Bayer filter Mozaik dan Koreksi tegak Pengolahan Lanjut. Citra kamera multispektral yang memiliki kemampuan resolusi spasial yang tinggi dan resolusi / multispektal dapat digunakan untuk
11 pemetaan skala rinci, pemantauan lahan pertanian, pemantauan kondisi ruang terbuka hijau serta untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi objek di wilayah pesisir dengan metode visual berdasarkan kunci-kunci interpretasi. Identifikasi dan interpretasi objek dapat dilihat pada citra dengan mempertimbangkan perbedaan bentuk, ukuran, tekstur, warna dan asosiasi objek dengan objek lainnya secara detil.
Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut terutama terkait kemungkinan adanya perbedaan kualitas radiometrik mengingat waktu akuisisi dengan pesawat LSA untuk daerah yang cukup luas adalah cukup lama.
5. DAFTAR PUSTAKA
Agus B.U., 2014, Pengenalan Pesawat LSA (LAPAN Surveilance Aircraft), Presentasi dalam Pertemuan Teknis Pustekbang-Pustekdata-Pusfatja LAPAN pada Maret 2014, Jakarta.
Ahmad, M, Nugroho,W, 2012, “Kajian Pengembangan Kamera untuk Pesawat
Terbang”, Laporan Kegiatan, Pustekdata-Lapan, Jakarta
Ahmad M., Nugroho W., 2014, Pengaturan Parameter Sistem Akuisisi Pada
Operasi Akuisisi Data Kamera Udara Tetracam-ADC / LSA-Lapan, FGD
Pemanfaatan LSA, Pustekbang LAPAN 26 Agustus 2014, Bogor.
Ahmad, F., H. S. Arifin, E. N. Dahlan, S. Effendy, R. Kurniawan. 2012. Analisis
Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Perubahan Suhu di Kota Palu.
Jurnal Hutan Tropis Vol. 13 No. 2 September 2012.
Anwar A., Ari S.B., Dony K., 2014, Akurasi Data Foto Udara LSU-1 Untuk Misi
Penginderaan Jauh Dalam Perhitungan Luasan Objek Bangunan,
Prosiding Siptekgan 2014, Bogor.
Arthur R Weeks Jr, 1996, “Fundamentals of Electronic Image Processing”,
SPIE Digital Labrary.
Artanto, E., Yuniar, F., Rimayanti, A. (2015). Pemetaan Pulau Terluar
Indonesia Menggunakan Wahana UAV. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XX dan Kongres VI MAPIN 2015. MAPIN JABODETABEK.
Bogor.
Arnanto, A. 2013.Pemanfaatan Transformasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Citra Landsat TM Untuk Zonasi Vegetasi di Lereng Merapi Bagian Selatan.Jurnal Geomedia Volume 11 Nomor 2
November 2013
Anonim, 2011.eCognition Developer Reference Book 8.7, Trimble Documentation, München, Germany.
B. E. Bayer, “Color Imaging Array,” U.S Patent No. 3,971,065 (1976).
Chang, L., Tan, Y. (2006). Hybrid Color Filter Array Demosaicking for Effective
Artifact Suppression. Journal of Electronic Imaging 15 (1): 013003.
Dede D. D. , Noor L. A. , Nugraheni, 2005, Model Pertumbuhan Tanaman Padi
Menggunakan Data Modis Untuk Pendugaan Umur Padi Sawah, Prosiding
PIT MAPIN, 14-15 September 2005, Surabaya.
Dony K. 2014. Teknologi Akuisisi Data Pesawat Tanpa Awak Dan
Pemanfaatannya Untuk Mendukung Produksi Informasi Penginderaan Jauh, Inderaja, Vol. V, No. 7, Pp.24-31.
12
Dony K., A. Anas, A. Maryanto, A. A. Utama, Winanto. 2015. Pemanfaatan
Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) Untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015, Bogor.
Dwiyanto, A. 2009.Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau di
Permukiman Perkotaan.Jurnal Teknik Vol. 30 No. 2 Tahun 2009
Effendy, S. 2007. Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau dengan Urban Heat
Island Wilayah Jabotabek.Disertasi Doktor Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Febrianti, N., P. Sofan. 2014. Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta
Berdasarkan Analisis Spasial dan Spektral Data Landsat 8. Prosiding
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014, Bogor
Freeman, W. T. (1988). Median Filter for Reconstructing Missing Color
Samples. U.S. Patent No. 4,7642,395.
Galdita. A. C., A. Annas., Dony. K. 2015. Pengolahan Data Kamera
Multispektral pada pesawat LSA-01untuk pemantauan pertanian. Prosiding
Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015, Bogor.
Hamilton, J. F., Adams, J. E. (1997). Adaptive Color Plane Interpolation in
Single Sensor Color Electronic Camera. U.S. Patent No. 5,629,734.
Harintaka, Susanto, E. W., Thobibah, T. (2006). Otomatisasi Pembuatan
Mosaik Menggunakan Teknik Korelasi Silang pada Foto Udara Format Kecil. Pertemuan Ilmiah Tahunan III – T. Geomatika ITS.
Hubel, P. M., Liu, J., Guttosch, R. J. (2004). Spatial Frequency Response of
Color Image Sensors: Bayer Color Filters and Foveon X3. Proc. SPIE5301,
Sensors and Camera Systems for Scientific, Industrial, and Digital Photography Applications V. 402
Jati, A., Hepi H. H., Udiana, W. D. 2013. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk
Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau.Jurnal Teknik POMITS Vol. X
No. X, Maret 2013
.Khomarudin, M. R. 2014. Evaluasi Kejadian Banjir Kampung Pulo Dki Jakarta
dan Analisis Pengurangan Resikonya Berbasis Data Unmanned Air Vehicle (UAV) Dan Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, Prosiding Sinas
Inderaja 2014, Bogor.
Khotdee, M., Wichitra S., Nopadon S. 2011. Effects of Green Open Space on
Social Health and Behaviour of Urban Residents: A Case Study of Communities in Bangkok. ASEAN Conference on Environment-Behaviour
Studies, Savoy Homann Bidakara Bandung Hotel, Bandung, Indonesia, 15-17 June 2011
Kusminingrum, N. 2008.Potensi Tanaman dalam Menyerap CO2 dan CO Untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global.Jurnal Permukiman Vol. 3
No. 2 Juli 2008
LAPAN, 2012, Presentasi pada pertemuan kemungkinan penggunaan UAV
untuk estimasi produksi padi di BBSDLP tanggal 1 Februari 2012. (tidak
dipublikasi).
Laroche, C. A., Prescott, M. A. (1994). Apparatus and Method for Adaptively
Interpolating a Full Color Image Utilizing Chrominance Gradients. U.S.
13 Laurent Condat” Color filter array design using random patterns with blue
noise chromatic spectra “Image and Vision Computing 28 (2010) 1196–
1202
Lillesand, T.M., and Keifer, R.W. 1979. Remote Sensing and Image
Interpretation.Third Edition. John Willey & Sons, Inc: New York.
Lillesand, T.M., and Keifer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra.Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation oleh
Dulbahri et al. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Mancini, F., Dubbini, M., Gatelli, M., Stecchi, F., Fabbri, S., Gabbianelli, G. (2013). Using Unmanned Aerial Vehicles (UAV) for High-Resolution
Reconstruction of Topography: The Structure from Motion Approach on
Coastal Environments. Remote Sensing 2013, 5 (12): 6880-6898.
Mohammad Aghagolzadeh, Albolreza Abdolhosseini Moghadam, Mrityunjay Kumar, HaderRadha “Bayer and panchromatic color filter array
demosaicing by sparse Recovery” Michigan State University.
Nurwita M.S., Dony K., 2014, Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Obyek
Pada Data Foto UAV Untuk Mendukung Penyediaan Informasi Penginderaan Jauh Skala Rinci, Jurnal Penginderaan Jauh dan
Pengolahan Citra Digital, vol.11 no.2, pp.114-127.
Nurwita M.S., Dony K., 2015.Object Segmentation on UAV Photo Data to
Support the Provision of Rural Area Spatial Information. Jurnal Forum
Geografi Vol. 29 (1) July 2015 Pp 49-59
Nurwita M.S., Dony K., 2015, Pemanfaatan Data Foto LSA dengan kamera
Multispektral Untuk Melihat Kualitas Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015, Bogor.
Purwadhi, S. H. 2007.Penginderaan Jauh dan Aplikasinya.Bahan Bimtek Penginderaan Jauh. Pusat Data PenginderaanJauh, LAPAN: Jakarta. Purwadhi, S. H., danSanjoto, B. T. 2008. Pengantar Intepretasi Citra
Penginderaan jauh. LAPAN-UNES: Jakarta.
Putra, E. H., 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit EO-1 ALI (Earth Observer-1 Advanced Land Imager) di Kota Manado.Info BPK
Manado Volume 2 No. 1, Juni 2012
Putri, D. G., B. Soemardiono, R. Suprihardjo. 2010. Konsep Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Pusat Kota Ponorogo.Tesis Magister Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya Rajeev Ramanath, Wesley E. Synder, Griff L. Bilbro and William A. Sander III
“Demosaicking method for Bayer color array” Journal of Electronic Imaging 11(3), 306-315 (July 2002)
Ramanath, R., Snyder, W. E., Bilbro, G. L., (2002). Demosaicking Methods for Bayer Color Arrays. Journal of Electronic Imaging 11 (3): 306 -315. Samsul A., A. Annas., Nurwita M.S., Dony K., 2015, Identifikasi dan
Interpretasi Visual Citra kamera Digital Multispektral untuk Objek Wilayah Pesisir. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2015, Bogor
Sat. Imaging Corp., 2014. WorldView-3 Satellite Sensor.
http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/worldview-3/ (diunduh, Agustus 2014).
Schenk, T. (2000). Digital Photogrammetry, Volume 1. Terra Science, Ohio, USA.
14
Setyasaputra, N., S.Fajar, F.Riyadhi, B.Suharmin, D. R.Ikhsan, D.Burhanuddin. 2014. Platform Unmanned Aerial Vehicle Untuk Aerial Photography Aeromodelling And Payload Telemetry Research Group (APTRG), Prosiding Sinas Inderaja 2014, Bogor.
Shofiyati, R. 2011. Teknologi Pesawat Tanpa Awak Untuk Pemetaan Dan Pemantauan Tanaman Dan Lahan Pertanian. Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, pp.58 – 64.
Sudaryanto, M. S. Rini. 2014. Penentuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Indeks Vegetasi NDVI Berbasis Citra ALOS AVNIR-2 dan Sistem Informasi Geografi di Kota Yogyakarta dan Sekitarnya. Jurnal Magistra No. 89 Tahun XXVI, September 2014
TetraCam Inc., 2011. Agricultural Digital Camera User Guide, Chatsworth, CA 91311 USA, http://www.tetracam.com/ (diunduh, Januari 2014).
Widodo, S., Hidayatno, A., Isnanto, R. R. 2011. Tugas Akhir: Segmentasi Citra
Menggunakan Teknik Pemetaan Warna (Color Mapping) Dengan Bahasa Pemrograman Delphi. Semarang: Universitas Diponegoro http://eprints.undip.ac.id/25765/ diunduh 26 Desember 2014
Wikipedia, 2014. Bayer Filter, http://en.wikipedia.org/ (diunduh, Agustus 2014).
Wolf, P.R. (1983). Elements of Photogrammetry, 2nd edition. McGraw Company, USA.
Yengoh, G. T., David D., Lennart O., Anna E. T., Compton J. T. 2014. The Use
of the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) to Assess Land Degradation at Multiple Scales: A Review of the Current Status, Future Trends, and Practical Considerations.Lund University Centre for
Sustainability Studies – LUCSUS, Lund, Sweden
Yuang, et al, 2002, “Image enhancement based on equal area dualistic sub-image histogram equalization method”EEE Consumer Electronics Society,
15 Lampiran 1 : Laporan Survey Lapangan di Kabupaten Indramayu pada
tanggal 28 September-2 Oktober 2015 Oleh :
Samsul Arifin, Dipo Yudhatama, Mukhoriyah, Anwar Annas, Nurwita M. Sari, Imam Supriyadi
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Teknologi penginderaan jauh sudah lama dikembangkan dan sudah banyak datanya yang dimanfaatkan untuk pemantauan lingkungan, cuaca maupun inventarisasi sumberdaya alam. Di sisi yang lain sehubungan Inpres No.6 tahun 2012 yang menugaskan LAPAN menjadi institusi penyedia data satelit resolusi tinggi (kurang dari 4 meter), maka kebutuhan data resolusi tinggi untuk memenuhi permintaan seluruh wilayah Indonesia juga akan menjadi besar.
Saat ini data penginderaan jauh resolusi tinggi banyak dibutuhkan di Indonesia, di antaranya untuk penyediaan peta skala rinci untuk mendukung pembangunan pedesaan yang sedang digalakkan pemerintah, mendukung penilaian objek pajak lahan, perencanaan infrastruktur jalan dan bangunan, pengembangan wilayah perkotaan, pertanian hingga pengawasan hasil pembangunan.
Data penginderaan jauh resolusi tinggi umumnya diperoleh dari satelit komersil seperti IKONOS, WorldView, QuickBird, GeoEye yang resolusi spasialnya 1 m hingga 31 cm. Akan tetapi data satelit tersebut selain harganya cukup mahal, misal Data IKONOS $20 Amerika per Km2 dan WorldView-2 $38 Amerika per Km2, tetapi juga waktu pemesanan (delivery order) sekitar 2 minggu bahkan bisa lebih sehubungan adanya kendala liputan awan. Sementara itu dalam dekade terakhir, sehubungan makin berkembangnya sistem tehnologi kamera pencitraan dengan ukurannya yang semakin kecil, sudah mulai banyak dikembangkan pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk pengamatan lahan melalui udara. LAPAN sudah mulai banyak mengembangkan pesawat untuk misi pemantauan dengan pesawat baik tanpa maupun dengan awak, sehingga, memiliki kesempatan yang baik untuk mendukung penyediaan data penginderaan jauh resolusi tinggi dari data kamera pada pesawat LAPAN.
Pada tahun 2013 dan 2014, telah dilakukan pengkajian sistem akuisisi hingga potensi pemanfaatan data pesawat LAPAN melalui studi pustaka maupun uji coba sebagian pengolahan datanya. Tahun 2015 merupakan lanjutan pengkajian yang akan ditujukan untuk menyempurnakan kajian pemanfaatan datanya sehingga tercipta pedoman produk informasi penginderaan jauh dari Data Pesawat di LAPAN.
1.2. Tujuan Survei
Tujuan dari survei lapangan yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data lapangan bersamaan dengan menggunakan data dari Pesawat Berawak LAPAN (LSA) pada areal perkotaan, persawahan, dan pesisir di Kabupaten Indramayu, dalam rangka untuk pengembangan model pemanfaatan data LSA untuk mendukung produksi informasi inderaja.
2. METODOLOGI 2.1. Alat dan Bahan
16
1. Kamera GPS (2 unit) 2. GPS
3. Peta Skala 1:25.000 2.2. Lokasi Survei
Lokasi dari survei yang akan dilakukan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat untuk objek pesisir dan perkotaan (Gambar 2-1).
Gambar 1: Lokasi survei lapangan untuk objek pesisir di pantai Eretan dan objek perkotaan
Indramayu
2.3. Target Survei
Target dari survei lapangan yang dilakukan yaitu objek pesisir di Teluk Eretan Indramayu dan lahan terbuka hijau di perkotaan Indramayu (Gambar 2-3). Parameter yang diukur dan informasi yang dikumpulkan dalam survey ini adalah,
a. Nilai spektral dari jenis pohon yang ada di perkotaan berdasarkan nilai NDVI
b. Karakteristik lahan tambak (tambak garam, tambak ikan, dan bekas lahan tambak yang dialihfungsikan untuk penggunaan lain)
c. Karakteristik jenis Mangrove
d. Ukuran luasan objek dilokasi survei;
e. Beberapa visual foto dan posisi lokasi objek pada lokasi survei; f. Kondisi lingkungan saat pengambilan data pada lokasi survei.
17
(a) Objek Survei lahan terbuka hijau perkotaan
(b)
Objek Survei wilayah pesisir, tambak ikan, tambak garam, pemukiman nelayan,manggrove dan kondisi lingkungan pantai
Gambar 2: Objek survei wilayah pesisir dan perkotaan yang akan diamati di Kab. Indramayu
2.4. Waktu Pelaksanaan Survei
Survei lapangan akan dilaksanakan Kabupaten Indramayu pada tanggal 28 September-2 Oktober 2015
2.5. Metode
Metode survey yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengambilan foto kondisi objek yang di survei dan melakukan pengukuran luasan objek yang disurvei;
b. Identifikasi awal data hasil akuisisi dari LSA untuk objek-objek wilayah perkotaan
18
d. Penentuan objek pesisir serta lokasi pengukuran lapangan;
e. Pengambilan foto, pengukuran luasan objek dan pencatatan situasi lapangan; f. Pelaporan pelaksanaan survei lapangan.
2.6. Personil Pelaksana Survei Lapangan
Pelaksana yang terlibat pada kegiatan survei lapangan terdiri dari 6 (enam) orang personil dari LAPAN yang terdiri dari 5 orang peneliti serta 1 orang petugas lapangan dari Bappeda Kabupaten Indramayu.
Tabel 4.1. Personil Pelaksana Survei NO
. PERSONIL JABATAN INSTANSI Lokasi Survei
1. Samsul Arifin S,Si. M.Si. Peneliti LAPAN Kab. Indramayu
2. Dipo Yudhatama, S.T. Peneliti LAPAN Kab. Indramayu
3. Mukhoriyah, ST, M. Si Peneliti LAPAN Kab. Indramayu
4. Anwar Anas, S.T. Peneliti LAPAN Kab. Indramayu
5. Nurwita M. Sari, S,Si. Peneliti LAPAN Kab. Indramayu
6. Imam Supriyadi, ST Petugas
Lapangan Bappeda Kab. Indramayu
2.7 Hasil Survei Lapangan
19 Ruang terbuka hijau adalah area yang penggunaannya dengan jalur lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanami.
Ruang terbuka hijau di Indramayu dapat berupa pekarangan, bantaran sungai, hingga aset TNI berupa tanah/ lahan.
Penyediaan RTH memliki tujuan sebagai berikut :
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
3. Meningkatakan keserasian lingkunagn perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
RTH yang telah ada baik secara alami ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan empat (4) fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi ekologis antara lain: paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin.
2. Fungsi sosial budaya antara lain: menggambarkkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi, dan tempat rekreasi warga.
3. Fungsi ekonomi antara lain: sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain.
4. Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan); menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologis, dan konservasi hayati.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai berikut :
1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, dan buah).
2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati)
Menurut Perda Kabupaten Indramayu Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu 2011-2031, Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e seluas kurang lebih 1.722 (seribu tujuh ratus duapuluh dua) hektar atau 30 (tiga puluh) persen dari luasan kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan terdiri atas:
a) RTH privat seluas 1.148 (seribu seratus empat puluh delapan) hektar atau 20 (dua puluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri atas:
RTH pekarangan meliputi pekarangan rumah tinggal, halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha, serta taman atap bangunan;
RTH taman dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, dan taman kecamatan; dan
20
RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan, serta jalur pejalan kaki.
b) RTH publik seluas 574 (lima ratus tujuh empat) hektar atau 10 (sepuluh) persen dari luasan kawasan perkotaan terdiri atas:
RTH taman dan hutan kota meliputi taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau (green belt);
RTH jalur hijau jalan meliputi pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki; dan
RTH fungsi tertentu meliputi RTH sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH pengamanan sumber air baku, lapangan olahraga, dan Taman Pemakaman Umum.
Vegetasi yang banyak terdapat di Indramayu antara lain pohon mangga, kayu putih, mangrove, tanaman hias, dan sebagainya.
Hasil identifikasi RTH di Indramayu pada hari pertama yaitu hari Selasa tanggal 29 September 2015 di area pendopo Kabupaten Indramayu sekitar tugu Bambu Runcing. Vegetasi yang ada pada area ini yaitu rumput kering, pohon palem, pohon mangga, pohon cemara. Selanjutnya yaitu di area permukiman Perumahan Bumi Mekar Jl. Alpukat dan Jl. Manggis. Pada area ini terdapat vegetasi rumput, pohon asoka, pohon mangga. Titik survey selanjutnya adalah di GOR Sport Center dan GOR Tri Daya. Pada area GOR, tanaman yang ada yaitu rumput kering, pohon akasia, pohon ketapang. Titik survey selanjutnya adalah Perumahan Jangkar Mas Regency yang merupakan area permukiman dan beberapa ruko ada di sekitarnya. Di wilayah ini terdapat rumput menjalar, rumput liar, tanaman hias cemara, pohon linsom. Titik selanjutnya yang diamati yaitu Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang ada di kota, dengan vegetasi berupa rumput dan pohon kamboja.
Setelah itu, daerah pengamatan pindah ke area sawah yang sedang menguning, bera, dan beberapa ruko/ rumah. Adapun vegetasi di area ini yaitu , rumput liar, pohon pisang, pohon mangga. Area survey selanjutnya yaitu di Bunderan Mangga yang mana merupakan kawasan permukiman dan masjid. Adapun vegetasi yang ada di wilayah tersebut adalah pohon mangga dan palem.
Kawasan berikutnya yang menjadi titik survey adalah Kawasan Bendungan Bojongsari yang merupakan kawasan permukiman, kawasan wisata waterboom Bojongsari, dan sungai. Vegetasi yang terdapat pada area ini yaitu rumput kering, pohon kersen. Titik berikutnya yaitu GOR Singalodra yang merupakan kawasan permukiman, kawasan olahraga, dan kawasan perkantoran. Vegetasi yang ada pada wilayah ini yaitu pohon palem, pohon mangga, dan rumput. Area berikutnya yang menjadi lokasi pengamatan adalah lapangan futsal NCL dan pasar. Pada wilayah ini terdapat permukiman dan kawasan perdagangan (pasar) dengan vegetasi berupa pisang, pohon pisang, pohon manga, pohon cemara. Titik terakhir yang menjadi lokasi pengamatan ialah Jl. Kerukunan, Jl. Lemah Abang, dan Jl. Siapem yang merupakan kawasan permukiman dengna vegetasi rumput dan pohon mangga.
b. Identifikasi objek di wilayah pesisir
Pemanfaatan data LSA di Kabupaten Indramayu dapat mengidentifikasi objek pesisir dapat diperoleh kelas tambak, mangrove, permukiman, dan laut. Pada wilayah
21 pesisir timur maupun barat, pemanfaatan lahannya banyak digunakan sebagai lahan tambak garam, dan tambak ikan baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif. Dengan menggunakan kombinasi kanal 321 dan kunci interpretasi citra (rona dan warna, bentuk, ukuran, pola, asosiasi, tekstur), dapat teridentifikasi:
Jenis Tamba k Garam Kunci Interpretasi Rona dan warna
Bentuk Ukuran Pola Tekstur Asosiasi
Aktif Biru (ada air didalamnya) Kotak-kotak Umumnya lahan sangat luas Teratur, mengelompok Halus Di sekelilingnya ada alur sungai dan jaringan transportasi Masa panen Putih di dalam kotaknya Kotak-kotak Umumnya lahan sangat luas Teratur, mengelompok Halus Di sekelilingnya ada alur sungai dan jaringan transportasi dan ada bangunan untuk menampung hasil panen Tidak Aktif (Alih fungsi lahan) Coklat Polygo n Lahan terbagi dalam persil-persil kecil
Tidak teratur Halus Ditanami vegetasi, berupa lahan terbuka
Untuk lahan tambah yang sudah mengalami alih fungsi lahan dimanfaatkan untuk area terbangun (sekolah dan perumahan) dan digunakan untuk tambak udang dan tambak ikan. Sedangkan untuk identifikasi tambak ikan dan tambak udang dengan menggunakan data LSA biasanya dicirikan dengan adanya warna biru (karena di dalamnya terdapat unsure air), bentuknya kotak, ukurannya tidak terlalu luas, memiliki pola yang teratur, tekstur yang halus dan asosiasinya disekeliling kotak terdapat warna putih yang merupakan plastic yang digunakan sebagai dasar dari tambak ikan/udang tersebut.
22
Gambar 3. Data LSA Pesisir Barat Kabupaten Indramayu
Gambar 3. Data LSA Pesisir Timur Kabupaten Indramayu
Sedangkan untuk identifikasi mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Penampakan pada lahan mangrove umumnya memiliki pola yang tidak teratur, memiliki warna yang tajam, ukuran tidak terlalu luas, bentuk memanjang/polygon, tekstur halus dan asosiasi tumbuh di sepanjang pantai/sungai besar yang mengarah ke laut
23 LAMPIRAN
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 09.20 Surveyor
Lokasi:
Pendopo Kab. Indramayu (Tugu Bambu Runcing)
Nomor Titik 1
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar:
No Foto : 86-91; 86 (pendopo), 87 (Masjid Agung), 91 (Gedung Juang 45), 91 (Sekolah)
Deskripsi:
Pendopo, Masjid Agung Kab. Indramayu, Gedung Sekolah
24
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 09.45 Surveyor
Lokasi:
Jl. Alpukat-Jl. Manggis (Perumahan Bumi Mekar)
Nomor Titik 2
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar:
No Foto : 96 - 100; 96 (Jl. Manggis), 100 (Bank BRI)
Deskripsi:
Kawasan permukiman
25 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN
Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.15 Surveyor
Lokasi:
Gor Sport Center dan Gor Tridaya
Nomor Titik 3
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar:
No Foto : 102, 103, 107, 108, foto dalam Gor (104, 105)
Deskripsi:
Kawasan Olah Raga, permukiman
26
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.45 Surveyor
Lokasi:
Perumahan Jangkar Mas Regency
Nomor Titik 4
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar:
No Foto : 115 (Perum. Jangkar Mas Regency), 117, 118, 119 (kawasan perdagangan/ruko)
Deskripsi:
Kawasan permukiman, kawasan perdagangan/ruko
27 FORM ISIAN SURVEY WILAAH PERKOTAAN
Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015
Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 11.10 Surveyor
Lokasi:
TPU (Tempat Pemakaman Umum)
Nomor Titik 5
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 73-74
Deskripsi:
Kawasan permukiman
28
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi
Cuaca Cerah Waktu 11.45 Surveyor Lokasi: Sawah Nomor Titik 6
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 126 -129
Deskripsi:
Sawah, kawasan permukiman
29 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN
Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah Waktu 13.15 Surveyor Lokasi: Bunderan Mangga Nomor Titik 7
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 130 -133
Deskripsi:
Kawasan permukiman, masjid
30
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 13.45 Surveyor
Lokasi:
Bendungan Bojongsari
Nomor Titik 8
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar:
No Foto : 134 -137, waterboom bojongsari (138)
Deskripsi:
Kawasan wisata bojongsari, kawasan permukiman, sungai Jenis vegetasi: rumput kering, pohon kersen
31 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN
Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah Waktu 14.05 Surveyor Lokasi: Gor Wiralodra Nomor Titik 9
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 143 – 146
Deskripsi:
kawasan permukiman, kawasan perkantoran, kawasan olah raga Jenis vegetasi: rumput, pohon mangga, pohon palem
32
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 14.35 Surveyor
Lokasi:
Lapangan Futsal NCL, Pasar
Nomor Titik 10
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto :
Deskripsi:
Kawasan perdagangan (pasar), kawasan permukiman
33 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PERKOTAAN
Hari/Tanggal Selasa, 29-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 15.15 Surveyor
Lokasi:
Jl. Kerukunan, Jl. Lemah Abang, Jl. Siapem
Nomor Titik 11
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto :
Deskripsi:
kawasan permukiman
34
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 09.05 Surveyor
Lokasi: Tambak (20)
Nomor Titik 12
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 164 -167
Deskripsi:
35 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR
Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 09.45 Surveyor
Lokasi:
Tambak ikan (20 A)
Nomor Titik 13
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 172
Deskripsi:
36
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.15 Surveyor
Lokasi:
Pelabuhan dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan (19)
Nomor Titik 14
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 174, 175
Deskripsi:
37 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR
Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca
Cerah
Waktu 10.20 Surveyor
Lokasi:
Lahan terbuka, bangunan sekolah
Nomor Titik 14A
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 183, 187
Deskripsi:
Adanya lahan tambak ikan yang beralih fungsi menjadi bangunan sekolah dan perumahan
38
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.30 Surveyor
Lokasi:
Tambak ikan dan tambak udang
Nomor Titik 15
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 193, 194
Deskripsi:
39 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR
Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah Waktu 11.15 Surveyor Lokasi: Tambak ikan Nomor Titik 16
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 193, 194
Deskripsi:
40
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR TIMUR Hari/Tanggal Rabu, 30-09-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 13.30 Surveyor
Lokasi: Tambak
Nomor Titik 17
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 193, 194
Deskripsi:
41 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 09.30 Surveyor
Lokasi:
Tambak di Daerah Losarang
Nomor Titik 19 A
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 216 -219
Deskripsi:
Tambak garam yang sedang panen, tambak udang, lahan terbuka bekas tambak garam
42
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.00 Surveyor
Lokasi:
Tambak ikan di Daerah Losarang
Nomor Titik 19 B
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 220, 221, 224, 227
Deskripsi:
43 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.15 Surveyor
Lokasi: Tambak ikan
Nomor Titik 20
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 233-236
Deskripsi: Tambak ikan
44
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 10.35 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 21
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 237-240
Deskripsi: Tambak garam
45 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 11.00 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 22
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 242-245
Deskripsi: Tambak garam
46
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 11.20 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 23
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 246-249
Deskripsi: Tambak garam
47 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 11.35 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 24
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 250-253
Deskripsi: Tambak garam
48
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 11.55 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 24
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 262-265
Deskripsi:
Tambak garam, sungai, bekas tambak garam Vegetasi: pohon api-api, pohon bakau
49 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 12.10 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 25
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 266-269
Deskripsi:
Tambak garam, bekas tambak ikan Vegetasi: pohon api-api, pohon bakau
50
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 12.20 Surveyor
Lokasi:
Tambak Garam
Nomor Titik 26
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 270-273
Deskripsi:
Tambak garam, dan bekas tambak garam Vegetasi: pohon api-api, pohon bakau
51 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah Waktu 12.35 Surveyor Lokasi: Tambak Garam Nomor Titik 27
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 274-277
Deskripsi:
Tambak garam, tambak ikan
52
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi
Cuaca Cerah Waktu 12.50 Surveyor Lokasi: Tambak Garam Nomor Titik 28
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 278-281
Deskripsi:
Tambak garam, tambak ikan
53 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah Waktu 13.05 Surveyor Lokasi: Tambak Garam Nomor Titik 29
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 282-285
Deskripsi:
Tambak garam, tambak ikan
54
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 13.15 Surveyor
Lokasi: Tambak Ikan
Nomor Titik 30
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 286-289
Deskripsi:
Tambak ikan dan bekas tambak ikan Vegetasi: pohon api-api, pohon bakau
55 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 13.30 Surveyor
Lokasi: Pantai
Nomor Titik 31
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 292-295
Deskripsi:
56
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi
Cuaca Cerah Waktu 13.40 Surveyor Lokasi: Pantai Nomor Titik 32
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 296-299
Deskripsi:
57 FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT
Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi Cuaca Cerah
Waktu 13.55 Surveyor
Lokasi:
Tambak ikan dan Pantai
Nomor Titik 33
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 300-303
Deskripsi: tambak ikan
58
FORM ISIAN SURVEY WILAYAH PESISIR BARAT Hari/Tanggal Kamis, 01-10-2015 Kondisi
Cuaca
Cerah
Waktu 14.10 Surveyor
Lokasi:
Tambak ikan dan Pantai
Nomor Titik 34
Hasil Citra Hasil Lapangan
Koord X Koord X S :
Koord Y Koord Y E:
Visualisasi Objek Sekitar: No Foto : 304-307
Deskripsi: tambak ikan
59 Lampiran 2 : Naskah Hasil Penelitian yang sedang dalam proses publikasi ilmiah melalui Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN 2015
Pemanfaatan Data LSA (LAPAN Surveillance Aircraft) untuk Mendukung Pemetaan Skala Rinci
Dony Kushardono1, Anwar Anas1, Ahmad Maryanto2, Agus Bayu Utama3, Winanto1
1Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN 2Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN
3Pusat Teknologi Penerbangan, LAPAN
dony_kushardono@lapan.go.id
Abstrak
Pembangunan infrastuktur, pemantauan produktivitas pertanian, dan pemantauan untuk mitigasi bencana alam membutuhkan informasi spasial skala rinci yang dapat perolehan cepat. Produksi informasi spasial lahan skala rinci menggunakan data satelit di Indonesia, selain mahal harganya juga sering terkendala adanya liputan awan yang tinggi. Sehubungan dengan semakin berkembangnya teknologi penginderaan jauh udara, diharapkan informasi spasial lahan skala rinci dapat dihasilkan dengan menggunakan wahana pesawat yang dapat terbang dibawah awan dan dapat diperoleh datanya setiap saat. LAPAN sedang mengembangkan LSA yakni jenis pesawat ultra ringan bermesin yang mampu terbang hingga 8jam dan dilengkapi sensor kamera untuk misi penginderaan jauh. Uji coba telah dilakukan di Pantura Jawa Barat untuk memantau persawahan dan objek lahan pesisir mulai dari Kabupaten Karawang hingga Indramayu dengan perencanaan terbang seluas 93km × 34km, dimana LSA membawa sensor kamera multispektral 3 band (merah, hijau, inframerah dekat) dan dilengkapi informasi GPS. Hasil kajian, data LSA yang diperoleh dengan resolusi spasial 68 cm per piksel berpotensi untuk memantau persawahan dengan tehnik indek vegetasi, identifikasi objek di pesisir dan perkotaan.
Kata kunci : Penginderaan jauh udara, LSA, informasi spasial lahan, sawah, pesisir.
1. Pendahuluan
Informasi spasial lahan skala rinci dibutuhkan untuk mendukung pembangunan infrastrutur perkotaan dan pedesaan. Selain itu, informasi spasial skala rinci yang dapat diperoleh dengan cepat dan berkesinambungan dapat dipergunakan untuk memantau produktivitas lahan, dan untuk mendukung mitigasi bencana alam.
Penyediaan informasi spasial lahan skala rinci melalui data satelit penginderaan jauh, selain akuisisi datanya sering terhambat adanya liputan awan, juga ada keterbatasan resolusi temporalnya sehubungan orbit satelit serta harganya cukup mahal. Sebagai contoh Data Satelit Penginderaan Jauh Wolrdview-3 yang memiliki resolusi spasial 0.31 m dengan lebar cakupan data (Swath) 13.1km dan waktu perolehan data tercepat 4.5 hari pada perolehan hingga miring (off nadir) 20º (Sat. Imaging corp., 2014), maka akan cukup sulit untuk mendapatkan data citra bebas awan setiap saat pada daerah pengamatan di wilayah tropis seperti Indonesia yang tingkat liputan awannya cukup tinggi.